Anda di halaman 1dari 91

KOL KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT.

MANAJEMEN DATA MUTU, IKP DAN AUDIT MEDIS DALAM


PENINGKATAN MUTU & KESELAMATAN PASIEN (PMKP) SESUAI STANDAR AKREDITASI RS KEMENTERIAN
KESEHATAN R.I. SELASA – RABU, TANGGAL 23 – 24 MEI 2023

dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro,


MM, MHKes, FISQua 1
CV : dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro,
MM, MHKes, FISQua Lahir :
Magelang
5 Nov 1943

Pendididkan.
• FK Universitas Kristen Indonesia, 1970
• Konsultan Nefrologi, PERNEFRI-Perhimpunan Nefrologi Indonesia, 1982
• Magister Manajemen, Sekolah Tinggi Manajemen PPM Jakarta, 1994
• Magister Hukum Kesehatan Univ Katolik Soegijapranata Semarang, 2013
• Fellowship of The International Society for Quality in Health Care, 2020
Jabatan.
• Ketua Bidang Penelitian & Pengembangan KARS sejak th 2014
• Ketua Komite Etik-Disiplin KARS sejak th 2014
• Komite Nasional Keselamatan Pasien RS – Kem Kes th 2012-2015, 2016-2018,
2018-2020 Wakil Ketua KNKP
• Ketua Komite Keselamatan Pasien RS (KKPRS) – PERSI sejak 2005. Ketua IKPRS-
Institut Keselamatan Pasien RS sejak th 2012
• Ketua Dewan Pakar IMPPI-Ikatan Manajer Pelayanan Pasien Indonesia sejak 2020
2
CV : dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM, MHKes, FISQua

Pengalaman kerja.
• Surveior KARS sejak 1995. Konsilor KARS sejak 2012.
• Direktur Medik RS PGI Cikini, 1981 – 1982
• Direktur Ketua RS PGI Cikini Jakarta 1982-1993
• Dekan Fak Kedokteran UKI 1988-1991
• Sekretaris Jenderal PERSI Pusat 1988–1990, 1990–1993, 1993–1996
• Sekretaris IRSJAM 1986 – 1988
• Kepala Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK-UKI, Jakarta, 1992 – 1995
• Kepala Renal Unit (Unit Ginjal) RS.PGI Cikini, 1973 – 1981
• Sekretaris I & Seksi Ilmiah Pengurus Pusat PERNEFRI, 1983
• Ketua Komite Medik RS Mediros, 1995 – 2013
• Penghargaan :
• *Kadarman Award utk Patient Safety*, 2007, Sekolah Tinggi PPM.
• *Inisiator & Motivator Keselamatan Pasien RS di Indonesia*, 2018, Komisi
Akreditasi Rumah Sakit.

3
Keselamatan Pasien
WHO : Global Patient Safety Action Plan 2021-2030
Budaya Keselamatan Starkes 2022 & Core Concept
Pengukuran Budaya Keselamatan
Langkah-Langkah Perbaikan
Standar Akreditasi Rumah Sakit.
Edit 7 Mei 2022

(67 %) (59 %)

(Kepmen No HK.01.07/MENKES/1128/2022 Ttg Standar Akreditasi Rumah Sakit, 13 April 2022; Buku SNARS Edisi 1.1., KARS, 2019)
KMK No HK.01.07/ MENKES/ 1128/2022
Standar Akreditasi Rumah Sakit KemKes 2022 Ttg Std Akreditasi RS. 13 April 2022

1. Tata Kelola Rumah Sakit - (TKRS)


2. Kualifikasi dan Pendidikan Staf - (KPS)
3. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan - (MFK)
A. KELOMPOK MANAJEMEN RUMAH
SAKIT 4. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien - (PMKP)
# Std 107 – EP 404
5. Manajemen Rekam Medis dan Informasi Kesehatan - (MRMIK)
6. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi - (PPI)
( 7. Pendidikan Dalam Pelayanan Kesehatan - (PPK) )
1. Akses dan Kesinambungan Pelayanan - (AKP)
2. Hak Pasien Dan Keterlibatan Keluarga - (HPK)
3. Pengkajian Pasien - (PP)
B. KELOMPOK PELAYANAN
BERFOKUS PADA PASIEN 4. Pelayanan Dan Asuhan Pasien - (PAP)
# Std 101 – EP 331
5. Pelayanan Anestesi Dan Bedah - (PAB)
6. Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat - (PKPO)
7. Komunikasi Dan Edukasi - (KE)
C. KELOMPOK SASARAN
Standar SKP 1 s/d Standar SKP 6.1
KESELAMATAN PASIEN # Std 8 – EP 24 (67 %) (59 %) # Std 226
D. PROG. NASIONAL # Std 10 - EP 37 Standar Prognas 1 s/d Standar Prognas 5.1 EP 796
P roses S u r vei

Starkes + Istak (Instrumen Survei Akreditasi KARS)

(Kepmen No HK.01.07/ MENKES/


1128/2022 Ttg Standar Akreditasi
Rumah Sakit, 13 April 2022)
EP dgn Multi-komponen: a.l.
1. Pahami “Sistem” dari R+D+W, R+D dsb..
substansi yg sedang dinilai.
2. Dgn Proporsi beri Skor
pada EP terkait.

• 10= > 80%, • Tidak Terakreditasi:


• 5 = <80%-20% / <80%-50%, - SKP < 70%
(Nico Lumenta, KARS, 2022)
• 0 = <50% / <20%. - < 8 Bab @ 80%
P roses S u r vei
“Ekosistem”
Patient Safety RS
The Indonesian Experience …Banyak pintu masuk
untuk meningkatkan
7:WHO 8:ASHRM-PSCRM Keselamatan Pasien…

WHO GPSAP 2021-2030:


“Tidak ada seorangpun dirugikan”
7 Dimensi Implementasi PCC

(Sumber: WHO GPSAP, ASHRM. TbPSCRM,


Starkes, Istak, PMK 11/2017, PMK 66/2016) *Kegiatan Yan /
Kegiatan Kerja-K3
(Nico Lumenta, KARS, 2022)
Hospital Patient Safety Pathway WHO : Quality in Healthcare Healthcare
“The Indonesian Way” 7 Dimension Risk Mgt
8 Risk Domains

• 7 dimensi
• Program Mutu
• Indikator Mutu

WHO Global Patient Safety


Action Plan 2021-2030

Budaya Mutu
Quality Culture

RS
Hospital
Risk
Safety Culture & Culture

PMK 11/2017
→ Prinsip2 KP
• 7 Standar KP
7 Pemandu KPRS
• 7 langkah menuju KP
• 6 Sasaran KP Kerangka Kerja
Komprehensif KPRS
• Pelaporan IKP
(Nico Lumenta, 2022)
WHO : Quality in Healthcare
7 Dimension

7 2 1.Efektif 2.Safe 3.Berorientasi pasien

6 3

5 4

4.Tepat waktu 5. Adil 6.Terintegrasi 7.Efisien

(WHO, Handbook for national quality policy and strategy: a practical approach for developing policy and
11
strategy to improve quality of care, 2018. (https://www.who.int/health-topics/quality-of-care#tab=tab_1)
Risk Management in Healthcare
8 Domains

American Society for


Healthcare Risk Management -
ASHRM

(What Is Risk Management in Healthcare?, NEJM Catalyst, (Donaldson, L, Ricciardi, W, Sheridan, S, Tartaglia, R : Textbook12of Patient
2018. (https://catalyst.nejm.org/doi/full/10.1056/CAT.18.0197)) Safety and Clinical Risk Management, Springer, 2021)
Hospital Patient Safety Pathway WHO : Quality in Healthcare Healthcare
“The Indonesian Way” 7 Dimension Risk Mgt
8 Risk Domains

WHO Global Patient Safety


Action Plan 2021-2030

Peningkatan
KPRS !!!
RS
Risk Hospital
Safety Culture & Culture

PMK 11/2017
• 7 Standar KP
7 Pemandu KPRS
• 7 langkah menuju KP
• 6 Sasaran KP Kerangka Kerja
Komprehensif KPRS
(Nico Lumenta, 2022)
• Pelaporan IKP
UU.N0.44 TH.2009
Tentang Rumah Sakit :
Sejak 2006 : Workshop Keselamatan Pasien
2000 : To err is human. Keselamatan Pasien & wajib dilaksanakan oleh
Manajemen Risiko Klinis, Rumah Sakit
Building a safer health
telah diikuti hampir 1900
system Staf RS (Dr, Perawat, dll)
dari + 250 RS seluruh
Indonesia

WHO SEAR Patient Safety


Workshop on
2001 :Crossing the 1 Juni 2005, PERSI “Patients for Patient Safety”
Quality Chasm: A membentuk badan Jakarta Declaration
Hippocrates
New Health System nasional : KKPRS Jakarta, Hotel Four Seasons, Std Akr RS 2012
(460-335 BC). 19 July 2007 → KPRS
for the 21st Century
KemKes : KNKP
Juli 2012

Primum, non nocere” 2000 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2011 2012 2017 2020 2021
(“First, do no harm”)

2011 : World
Patient
PMK 1691/2011 Safety
ttg KPRS Day
21 Agustus 2005 Pencanangan 17-09-2020
Gerakan Keselamatan Pasien 2017 :
2008 :
oleh Menteri Kesehatan RI,
Keselamatan Pasien PMK 11/2017 ttg
di Jakarta GPSAP
RS telah mulai di Keselamatan Global
Florence Nightingale 2004, 27 Oktober : WHO Akreditasi oleh Pasien Patient
memimpin gerakan KARS Safety
keselamatan pasien 21 Agustus = Action
Hari Plan
dengan membentuk : 2006, KKI : Standar Keselamatan 2021-2030
World Alliance for Kompetensi Dokter : Pasien
Patient Safety, sekarang Keselamatan Pasien Nasional
“WHO Patient Safety” 16
Pencanangan Gerakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Oleh Menteri Kesehatan
Seminar Nasional PERSI
21 Agustus 2005, JCC
What is patient safety?
• Vision: A world in which no one is harmed • Dunia di mana tidak ada seorangpun dirugikan dalam
in health care, and every patient receives pelayanan kesehatan, dan setiap pasien menerima pelayanan
safe and respectful care, every time, yg aman dan hormat, setiap saat, di mana saja.
everywhere. • Keselamatan pasien adalah
• Patient safety is a framework of organized
✓ kerangka kerja kegiatan terorganisir
activities that creates cultures, processes,
procedures, behaviours, technologies and ✓ yg menciptakan budaya, proses, prosedur, perilaku,
environments in health care that teknologi dan lingkungan dalam pelayanan kesehatan
consistently and sustainably lower risks, ✓ secara konsisten dan berkelanjutan menurunkan risiko,
reduce the occurrence of avoidable harm, mengurangi terjadinya bahaya yang dapat dihindari,
make error less likely and reduce its impact membuat kesalahan lebih kecil kemungkinannya dan
when it does occur.. mengurangi dampaknya ketika itu terjadi. ..

(*https://www.who.int/teams/integrated-health-services/patient-safety/about,
*Global Patient Safety Action Plan 2021–2030, Towards Eliminating
Avoidable Harm in Health care, 2021)
18
WHO : GLOBAL PATIENT SAFETY ACTION PLAN 2021-2030
Towards Eliminating Avoidable Harm in Health Care

Vision Visi
A world in which Dunia di mana tidak
no one is harmed ada seorangpun
in health care, dirugikan dalam
and every patient pelayanan kesehatan,
receives safe and dan setiap pasien
respectful care, menerima pelayanan
every time, yg aman dan hormat,
everywhere. setiap saat, di mana
saja.

(WHO : launching Buku GPSAP tgl 4 Agustus 2021, recording


videonya : https://www.youtube.com/watch?v=AywsF9CVJP8)
Visi
Vision:A world in which no
Sebuah dunia di mana tidak ada seorangpun dirugikan
one is harmed in health care,
and every patient receives
dalam pelayanan kesehatan, dan setiap pasien
safe and respectful care, menerima pelayanan yg aman dan hormat, setiap saat,
every time, everywhere.
di mana saja.

Misi
Mission:Drive forward Mendorong kebijakan dan tindakan, berdasarkan
policies and actions,
based on science, patient sains, pengalaman pasien, desain sistem dan
experience, system
Goal:Achieve the
maximum possible
design and partnerships, kemitraan, untuk menghilangkan semua sumber risiko
to eliminate all sources of
reduction in avoidable
harm due to unsafe
avoidable risk and harm dan bahaya yg dapat dihindari, pada pasien dan
to patients and health
health care globally. workers. petugas kesehatan.

Tujuan
Capai pengurangan semaksimal mungkin bahaya yg
bisa dihindari pada pelayanan kesehatan yg tidak aman
secara global.
Kerangka kerja tersebut mencakup 7 tujuan strategis, yang
dapat dicapai melalui 35 strategi khusus.

1. Jadikan keadaan nihil bahaya yg dapat dihindari bagi pasien


sbg keadaan pikiran dan aturan keterlibatan dalam
perencanaan dan pemberian Yan Kes.
2. Membangun sistem kesehatan dan organisasi kesehatan
dengan keandalan tinggi yg melindungi pasien setiap hari dari
bahaya.
3. Menjamin keamanan setiap proses klinis.
4. Libatkan dan berdayakan pasien dan keluarga untuk
membantu dan mendukung perjalanan menuju Yan Kes yang
lebih aman.
5. Menginspirasi, mendidik dan melatih tenaga kesehatan
untuk berkontribusi pada rancangan dan pelaksanaan sistem
pelayanan yg aman.
6. Pastikan aliran informasi dan pengetahuan yang konstan
untuk mendorong mitigasi risiko, pengurangan tingkat bahaya
yang dapat dihindari, dan peningkatan keamanan pelayanan.
7. Mengembangkan dan mempertahankan sinergi, solidaritas,
dan kemitraan multi sektoral dan multinasional untuk
meningkatkan keselamatan pasien.
WHO : GLOBAL PATIENT SAFETY
ACTION PLAN 2021-2030
WHO : GLOBAL PATIENT SAFETY
7 Strategic Objectives ACTION PLAN 2021-2030

@ 5 Spesific Strategy
(Nico Lumenta, Mengevaluasi Kendali KP di RS, Nov 2021)
Kompleks "Tetapi budaya tidak lagi tetap, ... Pada
dasarnya itu cair dan terus bergerak."

Kata “culture (budaya)" berasal dari istilah

Definisi Perancis, yang pada gilirannya berasal dari bahasa


Latin "colere," yg berarti cenderung ke bumi dan
tumbuh, atau budidaya dan pemeliharaan.

Dimensi /Core concept

Di Pelayanan Kesehatan :
Keselamatan Pasien

“Menggerakkan” orang
dalam kelompok
(Kita berkata)
“Inilah cara
kita
menyelesaikan
sesuatu”

o Some aspects of
organizational
culture are visible
on the surface, like
the tip of an
iceberg, while
others are implicit
and submerged
within the
organization…..
“Cara kita o Don’t leave the
benar-benar organizational
menyelesaikan iceberg
sesuatu” unattended
• The NIHR Imperial Patient Safety
Translational Research Centre
(PSTRC)
• is part of the National Institute for
Health Research and
• is a collaboration between Imperial
College London and
• Imperial College Healthcare NHS
Trust

(Yu A, Flott K, Chainani N, Fontana G, Darzi A. Patient Safety 2030. London, UK: NIHR Imperial Patient Safety
Translational Research Centre, 2016.)
EXECUTIVE SUMMARY
However, there is no simple solution to improve safety, and Namun, tidak ada solusi sederhana untuk meningkatkan keselamatan, dan
no single intervention implemented in isolation will fully
address the issue. This report highlights four pillars of a tidak ada intervensi tunggal yang diimplementasikan secara terpisah akan
safety strategy: sepenuhnya menangani masalah ini. Laporan ini menyoroti empat pilar
1. A systems approach. The approach to reduce harm strategi keselamatan:
must be integrated and implemented at the system
level. 1. Pendekatan sistem. Pendekatan untuk mengurangi kerugian harus
2. Culture counts. Health systems and organisations diintegrasikan dan diterapkan pada tingkat sistem.
must truly prioritise quality and safety through an
inspiring vision and positive reinforcement, not 2. Fokus pd budaya. Sistem dan organisasi kesehatan harus benar-
through blame and punishment. benar mengutamakan kualitas dan keselamatan melalui penglihatan
3. Patients as true partners. Healthcare organisations
must involve patients and staff in safety as part of the
yang inspiratif dan penguatan positif, bukan melalui kesalahan dan
solution, not simply as victims or culprits. hukuman.
4. Bias towards action. Interventions should be based 3. Pasien sebagai mitra sejati. Organisasi kesehatan harus melibatkan
on robust evidence. However, when evidence is
lacking or still emerging, providers should proceed pasien dan staf dalam keselamatan sebagai bagian dari solusi, tidak
with cautious, reasoned decision-making rather than hanya sebagai korban atau pelaku kejahatan.
inaction.
4. Bias menuju tindakan. Intervensi harus didasarkan pada bukti kuat.
Namun, ketika bukti kurang atau masih muncul, penyedia layanan harus
melanjutkan dengan hati-hati, mengambil keputusan yang beralasan
daripada tidak bertindak.

(Yu A, Flott K, Chainani N, Fontana G, Darzi A. Patient Safety 2030. London, UK: NIHR Imperial Patient Safety Translational Research Centre, 2016.)
Berbagai Definisi Budaya
• Culture : a way of thinking, behaving, or working that exists in a place or
organization (Merriam Webster)
• Budaya terbentuk dari elemen2 : kebijakan, prosedur, kondisi2 kerja,
struktur untuk pembuatan keputusan dan tipe2 perilaku yang didukung.
(The Just Culture Community, Outcome Engineering, 2009)

Budaya keselamatan adalah nilai, sikap, persepsi, kompetensi dan pola perilaku
Wagner et al., Morello, 2013 Budaya keselamatan merupakan bagian dari budaya organisasi.
individu dari kelompok yang menggambarkan komitmen sebuah organisasi dalam
2018
mengelola kesehatan dan keselamatan.

Great Britain, Budaya keselamatan yang positif akan mengurangi angka insiden dan kecelakan di
Budaya keselamatan memiliki tingkat berbeda di tiap unit dan akan berdampak 2011 pelayanan kesehatan.
AHRQ, 2018
pada budaya keselamatan organisasi menyeluruh.

Carthey & Budaya keselamatan terdiri dari open culture, just culture, reporting culture,
Budaya keselamatan merupakan (core concept), dimana DNA of Care adalah Clare, 2009 learning culture, informed culture.
Hardy, 2017
Safety, Quality, and Culture.

Griffin & WHO, 2006 Budaya keselamatan berkaitan dengan manajemen risiko dan keselamatan.
Budaya keselamatan dapat mengarahkan perilaku individu dalam suatu organisasi.
Curcuroto, 2016

Budaya keselamatan dibentuk oleh faktor kesadaran individu akan pentingnya


Budaya keselamatan meliputi aspek individu, situasional/sistem manajemen INSAG, 1991 keselamatan, pengetahuan, kompetensi, komitmen manajemen dan pekerja,
Cooper, 2016
keselamatan, perilaku. motivasi pimpinan dan supervisi.

(Duta Liana: Model DUTA-RS (Dewasakan Upaya Tatanan Akreditasi


Rumah Sakit) Untuk Kematangan Budaya Keselamatan, Disertasi, 2021)
Safety Culture Definition
The safety culture of an organization is the • Budaya keselamatan suatu RS
product of individual and group values, (organisasi) adalah hasil dari nilai2
attitudes, perceptions, competencies, and individu dan kelompok, sikap, persepsi,
patterns of behavior that determine the kompetensi, dan pola perilaku yg
commitment to, and the style and proficiency menentukan komitmen terhadap, dan
of, an organization’s health and safety gaya serta kemampuan, manajemen
management. pelayanan kesehatan dan keselamatan
Organizations with a positive safety culture are RS.
characterized by communications founded on • RS dengan budaya keselamatan positif
mutual trust, by shared perceptions of the dicirikan oleh komunikasi atas dasar
importance of safety, and by confidence saling percaya, dengan persepsi yang
in the efficacy of preventive measures. sama tentang pentingnya keselamatan,
dan yakin akan manfaat langkah2
pencegahan.

(AHRQ, U.S. Department of Health and Human Services. 2016.


Hospital Survey on Patient Safety Culture, User’s Guide)
Culture Definition
The Joint Commission defines cultue of • Budaya keselamatan adalah produk dari
safety as, keyakinan, nilai, sikap, persepsi, kompetensi,
A safety culture is the product of individual dan pola perilaku, dari individu dan kelompok
and group beliefs, values, attitudes, yang menentukan komitmen RS (organisasi)
perceptions, competencies, and patterns terhadap mutu dan keselamatan pasien.
of behavior that determine the
• RS dengan budaya keselamatan yang kuat
organization’s commitment to quality and
patient safety. [Organizations with] a
ditandai dengan komunikasi yang dibangun
robust safety culture are char-acterized by atas dasar saling percaya, dengan berbagi
communications founded on mutual trust, persepsi tentang pentingnya keselamatan,
by shared perceptions of the importance of dan dengan keyakinan akan kemanjuran
safety, and by confidencein the efficacy of langkah-langkah penting
eventive measures.

(Strategies for Creating, Sustaining, and Improving a


Culture of Safety in Health Care, JCI, 2017)
Budaya keselamatan pasien memiliki banyak aspek

(Donaldson, L, Ricciardi, W,
Sheridan, S, Tartaglia, R : Textbook
of Patient Safety and Clinical Risk
Management, Springer, 2021) 32
Budaya Keselamatan Dalam STARKES 2022 1/8

NB. STARKES = Standar Akreditasi Rumah Sakit Kemenkes, Kepmen No HK.01.07/MENKES/1128/2022 Ttg Standar Akreditasi Rumah Sakit, 13 April 2022
2/8

Components of Safety Culture (Based on Reason,J)


1. INFORMED CULTURE 1. BUDAYA TERINFORMASI
2. REPORTING CULTURE
2. BUDAYA PELAPORAN
3. JUST CULTURE
3. BUDAYA YANG ADIL
4. FLEXIBLE CULTURE
5. LEARNING CULTURE 4. BUDAYA FLEKSIBEL
5. BUDAYA BELAJAR

( A Roadmap to a Just Culture, Enhancing the Safety Environment. GAIN Working Group E , 2004)
(Based on Reason,J)

Komponen Budaya Keselamatan 2/8

Informed Culture
Learning Culture
Mereka yg mengelola dan mengoperasikan
Organisasi harus memiliki kemauan dan
sistem mempunyai pengetahuan tentang
kompetensi untuk menarik kesimpulan yang
faktor-faktor manusia, teknik, organisasi
benar dari itu sistem informasi keselamatan dan
dan lingkungan yg menentukan safety dari
kemauan untuk melaksanakan reformasi besar
sistem sebagai suatu keseluruhan

Safety Culture

Flexible Culture
Reporting Culture Suatu budaya dimana organisasi mampu
Suatu iklim organisasi dimana orang-orang merubah diri dan wajah mereka jadi
disiapkan untuk melaporkan error serta mampu beroperasi dengan tempo tinggi
KNC/near miss yg mereka lakukan atau berbagai bahaya tertentu – seringkali
Just Culture beralih dari cara hierarkis konvensional ke
Suatu suasana saling percaya/trust dimana cara yang lebih datar/sederhana
orang- orang didorong (bahkan diberi
hadiah) untuk memberikan informasi
penting terkait safety, tetapi dimana
mereka juga jelas tentang garis batas
antara perilaku akseptabel dan tidak
akseptabel

( A Roadmap to a Just Culture, Enhancing the Safety Environment. GAIN


Working Group E , 2004)
3/8
Definisi Patient Safety Culture
"Nilai-nilai yg dianut staf RS ttg apa yg penting, kepercayaan mereka ttg bagaimana segala sesuatu
beroperasi dalam RS, dan interaksi ini dengan unit kerja dan struktur organisasi dan sistem, yg bersama-
sama menghasilkan norma perilaku dalam RS yg mempromosikan keselamatan"

Dimensions of Patient Safety Culture


1.LEADERSHIP CULTURE
2.TEAMWORK CULTURE
3.CULTURE OF EVIDENCE-BASED PRACTICE
4.COMMUNICATION CULTURE
5.LEARNING CULTURE
6.JUST CULTURE
7.PATIENT-CENTERED CULTURE
(Botwinick, L., Bisognano, M., & Haraden, C. (2006). Leadership guide to patient safety. Cambridge, MA: Institute for Healthcare
Improvement. Retrieved from www.ihi.org/knowledge/Pages/ IHIWhitePapers/LeadershipGuide toPatientSafetyWhitePaper.aspx)
Dimensi Budaya Keselamatan 3/8

Leadership culture Pemimpin mengakui lingkungan yan kes adalah lingkungan berisiko tinggi dan
berusaha menyelaraskan visi / misi, kompetensi staf, dan sumber daya fiskal dan
manusia dari ruang rapat ke garis depan.

Teamwork culture Semangat kolegialitas, kolaborasi, dan kerja sama ada di kalangan eksekutif, staf, dan
praktisi independen. Hubungan terbuka, aman, hormat, dan fleksibel.

Culture of evidence-based practice Praktik asuhan pasien didasarkan pada bukti. Standardisasi utk mengurangi variasi
terjadi pada setiap kesempatan. Prosesnya dirancang utk mencapai kehandalan yg
tinggi.

Communication culture Lingkungan ada di tempat anggota staf individu, tidak peduli apa deskripsi
pekerjaannya, memiliki hak dan tangg-jwb untuk berbicara atas nama pasien.

Learning culture RS belajar dari kesalahannya dan mencari peluang baru untuk peningkatan kinerja.
Belajar dihargai di antara semua staf, termasuk staf medis.

Just culture Budaya yg mengenali kesalahan sbg kegagalan sistem daripada kegagalan individu
dan, pada saat yg sama, akuntabilitas individu atas tindaka

Patient-centered culture Asuhan pasien berpusat di sekitar pasien dan keluarga. Pasien bukan hanya peserta
aktif dalam asuhannya sendiri, tapi juga bertindak sbg penghubung antara RS dan
masyarakat.
(Botwinick, L., Bisognano, M., & Haraden, C. (2006). Leadership guide to patient safety. Cambridge, MA: Institute for Healthcare Improvement. Retrieved
from www.ihi.org/knowledge/Pages/ IHIWhitePapers/LeadershipGuide toPatientSafetyWhitePaper.aspx)
4/8

Key components of safety culture (JCI)


1. Trust 1. Kepercayaan
2. Accountability 2. Akuntabilitas
3. Identifying unsafe 3. Mengidentifikasi kondisi yang tidak
conditions aman
4. Strengthening 4. Penguatan sistem
systems 5. Penilaian/Pengukuran
5. Assessment

(Strategies for Creating, Sustaining, and Improving a Culture of Safety in Health Care. (2017) .JCI)
5/8

American College of
Healthcare Executives,

“Leading a Culture
of Safety: A Blueprint
for Success”.

(Leading a Culture of Safety: A Blueprint for Success. (2016).


American College of Healthcare Executives, and The National Patient
Safety Foundation’s Lucian Leape Institute)
5/8
Domain Budaya Keselamatan
1. Establish a compelling vision for 1. Tetapkan visi yang meyakinkan untuk
safety. keselamatan.
2. Build trust, respect, and 2. Bangun kepercayaan, rasa hormat, dan
inclusion. inklusi.
3. Select, develop, and engage 3. Pilih, kembangkan, dan libatkan Dewan
your Board. anda.
4. Prioritize safety in the selection 4. Prioritaskan keselamatan dalam
and development of leaders. pemilihan dan pengembangan
5. Lead and reward a just culture. pemimpin.
6. Establish organizational 5. Pimpin dan beri penghargaan pada
behavior expectations. budaya yang adil / just culture.
6. Tetapkan ekspektasi perilaku
organisasi.
(Leading a Culture of Safety: A Blueprint for Success. (2016). American College of Healthcare
Executives, and The National Patient Safety Foundation’s Lucian Leape Institute)
Patient Safety
Α broad range of safety culture properties organized 6/8
into seven subcultures

1 Leadership culture

2 Teamwork culture

3 Evidence-based care culture

4 Communication culture

5 Learning culture

6 Just culture

7 Patient-centered care culture.


(Stavrianopoulos, T : The Development of Patient Safety Culture. Health
Science Journal. (2012). vol 6 issue 2.)
(E.Manajemen risiko
7/8
Manchester Patient Safety Framework – MaPSaF merupakan bagian integral
Levels of maturity with respect to a safety culture dari semua yg kami lakukan)
(Tingkat kematangan dalam budaya keselamatan)
(D.Kami selalu
waspada thd E. Risk
risiko yg mungkin management
muncul) is an integral
(C.Kita sudah part of
punya sistem utk D. We are everything
mengelola risiko always on that we do
yg teridentifikasi) the alert for
(B.Kita berbuat risks that
(A.Mengapa sesuatu bila C. We have might
membuang terjadi insiden) systems in emerge
waktu utk place to
keselamatan) B. We do manage all
A. Why something identified
waste our when we risks
time on have an
safety? incident
PATHOLOGICAL REACTIVE BUREAUCRATIC PROACTIVE GENERATIVE
7/8

A. Pathological: organisasi dgn sikap yg berlaku “mengapa membuang waktu kita


pada keselamatan” dan hanya sedikit atau tidak ada investasi dalam meningkatkan
keselamatan.
B. Reactive: organisasi yg hanya memikirkan keamanan setelah insiden terjadi.
C. Bureaucratic: organisasi yg sangat berbasis kertas dan keselamatan melibatkan
kotak centang utk membuktikan kepada auditor dan penilai bahwa mereka
berfokus pada keselamatan.
D. Proactive: organisasi yg menempatkan nilai tinggi pada peningkatan keselamatan,
aktif berinvestasi dalam peningkatan keselamatan berkelanjutan dan memberi
penghargaan kpd staf yg meningkatkan masalah terkait keselamatan.
E. Generative: nirwana dari semua organisasi keselamatan di mana keselamatan
merupakan bagian integral dari semua yg mereka lakukan. Dalam organisasi
generatif, keselamatan benar2 ada dalam hati dan pikiran semua orang, mulai dari
manajer senior hingga staf garis depan.
Kerangka Konsep 8/8
Kematangan Budaya Keselamatan DUTA-RS
Kerjasama Tim Hipotesis
Komunikasi

Lingkungan Kerja
Ada pengaruh variabel iklim keselamatan
(kerjasama tim, komunikasi, lingkungan kerja,

1
Iklim
Pelatihan Keselamatan
pelatihan, pelaporan, pembelajaran
organisasi) terhadap Kematangan budaya
Pelaporan keselamatan rumah sakit meliputi mutu
layanan RS, keselamatan pasien, keselamatan
Pembelajaran Organisasi dan kesehatan pekerja.
Mutu Rumah Sakit

Ada pengaruh variabel situasional/manajemen


Regulasi

2 keselamatan (regulasi, kepemimpinan,


Kematangan
Budaya
Kepemimpinan Situasional Keselamatan pasien manajemen risiko) terhadap Kematangan
Keselamatan
budaya keselamatan rumah sakit meliputi
Manajemen Risiko mutu layanan RS, keselamatan pasien,
Keselamatan dan keselamatan dan kesehatan pekerja.
Kesehatan Pekerja

Kepatuhan Keselamatan Perilaku Ada pengaruh variabel perilaku keselamatan


(kepatuhan, partisipasi keselamatan, perilaku
3
Keselamatan
Partisipasi Keselamatan menganggu) terhadap kematangan budaya
keselamatan rumah sakit meliputi mutu
Perilaku yang Mengganggu layanan RS, keselamtan pasien, keselamatan
(Budaya Keselamatan) (Kematangan Budaya Keselamatan) dan Kesehatan pekerja.
(Variabel Eksogen) (Variabel Endogen) (Duta Liana: Model DUTA-RS (Dewasakan Upaya Tatanan Akreditasi Rumah Sakit)
Untuk Kematangan Budaya Keselamatan, Disertasi, FKMUI, 2021)
Kerangka Teori

Iklim Situasional Perilaku Kematangan


Budaya
Keselamatan

• Regulasi • Kepatuhan
• Pelatihan • Kepemimpinan Mutu dan
• Komunikasi Keselamatan
• Manajemen Keselamatan
• Pembelajaran • Partisipasi
risiko pasien serta
• Lingkungan kerja Keselamatan keselamatan
• Pembelajaran • Komunikasi • Perilaku & kesehatan
• Kerjasama • Kerjasama tim Menganggu pekerja
• Pelaporan • Pelatihan
• Regulasi • Pelaporan
• Komitmen • Pembelajaran
• Kepatuhan
• Kepatuhan
• Partisipasi

Model Modifikasi Determinisme Timbal Balik Cooper Kematangan Budaya Keselamatan MaPSAF
(University of Manchester, 2006)
23/05/2023
(Duta Liana: Model DUTA-RS (Dewasakan Upaya Tatanan Akreditasi Rumah Sakit) Untuk Kematangan Budaya Keselamatan, Disertasi, FKMUI, 2021)
KARS
KARS
Video

“What is Cultural
Competency”
(3,5’)
Apa itu Kompetensi Budaya ?
HSOPS :
Hospital Survey on Patient
Safety Culture

(AHRQ Hospital Survey on Patient Safety Culture


Version 2.0: User’s Guide)

(AHRQ: Agency for Healthcare Research & Quality)


❑ Karena RS terus berupaya meningkatkan keselamatan pasien dan kualitas, kepemimpinan RS semakin
menyadari pentingnya membangun budaya keselamatan pasien. Budaya keselamatan pasien mengacu pada
keyakinan, nilai, dan norma yang dimiliki bersama oleh praktisi dan staf kesehatan seluruh organisasi yang
mempengaruhi tindakan dan perilaku mereka.
❑ Budaya keselamatan pasien dapat diukur dengan menentukan apa yg penting dan apa sikap dan perilaku
dihargai, didukung, diharapkan, dan diterima, berkaitan dengan keselamatan pasien. Amat penting untuk secara
luas membangun budaya keselamatan pasien karena ada di berbagai tingkatan: dalam sistem pelayanan
kesehatan, RS, departemen, dan unit.

(AHRQ Hospital Survey on Patient Safety Culture Version 2.0: User’s Guide) (AHRQ: Agency for Healthcare Research & Quality)
SOPS Frequently Asked Questions (FAQs) (SOPS -Survey on Patient Safety Culture)

Pertanyaan 1: Mengapa RS harus melakukan survei budaya keselamatan?


Jawaban: Survei budaya keselamatan berguna untuk mengukur kondisi RS yang dapat menyebabkan
kejadian buruk dan membahayakan pasien di pelayanan RS. RS yang ingin menilai budaya keselamatan
pasien yang ada harus mempertimbangkan untuk melakukan survei budaya keselamatan. Survei budaya
keselamatan dapat digunakan untuk:
• Meningkatkan kesadaran staf tentang keselamatan pasien.
• Kaji status budaya keselamatan pasien saat ini.
• Mengidentifikasi kekuatan dan area untuk peningkatan budaya keselamatan pasien.
• Periksa tren perubahan budaya keselamatan pasien dari waktu ke waktu.
• Mengevaluasi dampak budaya dari inisiatif dan intervensi keselamatan pasien.

Pertanyaan 3: Seberapa sering organisasi harus mengelola Survei (AHRQ) tentang Budaya Keselamatan
Pasien?
Jawaban: Rata-rata, RS yang telah mengajukan Survei Rumah Sakit tentang Basis Data Budaya Keselamatan
Pasien lebih dari satu kali melakukan survei ulang setiap 24 bulan. Meskipun kami tidak memberikan
rekomendasi apa pun mengenai kapan harus mengelola kembali survei, kami berhati-hati agar tidak
mengelola survei kurang dari 6 bulan.
(AHRQ Hospital Survey on Patient Safety Culture Version 2.0: User’s Guide) (AHRQ: Agency for Healthcare Research & Quality)
Pertanyaan 22. Berapa lama SOPS Hospital Survey 2.0 (HSOPS 2.0)?
Jawaban: HSOPS 2.0 memiliki total 40 item survei (dibandingkan dengan 51 item survei di HSOPS 1.0) dan
dibutuhkan sekitar 10-15 menit untuk menyelesaikannya. Sebagian besar item survei menggunakan opsi
jawaban Sangat Tidak Setuju/Sangat Setuju atau Tidak Pernah/Selalu. Survei juga menyertakan opsi respons
“Tidak berlaku atau Tidak tahu”. Bagian untuk komentar terbuka ada di akhir survei.

Pertanyaan 24: Dimensi budaya keselamatan pasien apa yang dinilai pada SOPS Hospital Survey 2.0 (HSOPS
2.0)?
Jawaban: HSOPS 2.0 memiliki 10 tindakan gabungan (sekelompok 2 hingga 4 item survei yang menilai area
budaya keselamatan pasien yang sama):
1. Komunikasi Tentang Kesalahan (3 item)
2. Keterbukaan Komunikasi (4 item)
3. Serah Terima dan Pertukaran Informasi (3 item)
4. Dukungan Manajemen Rumah Sakit untuk Keselamatan Pasien (3 item)
5. Pembelajaran Organisasi—Peningkatan Berkelanjutan (3 item)
6. Melaporkan Kejadian Keselamatan Pasien (2 item)
7. Respon terhadap Error (4 item)
8. Kepegawaian dan Kecepatan Kerja (4 item)
9. Supervisor, Manajer, atau Pemimpin Klinis Dukungan untuk Keselamatan Pasien (3 item)
10. Kerjasama Tim (3 item)
(AHRQ Hospital Survey on Patient Safety Culture Version 2.0: User’s Guide) (AHRQ: Agency for Healthcare Research & Quality)
KUESIONER SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN
RS …………………………..
INSTRUKSI
Survei ini dilakukan untuk mengetahui persepsi staf mengenai patient safety, medical error
dan pelaporan insiden di rumah sakit.
Isi kuesioner ini dalam waktu 15 menit.
Isilah kuesioner ini dengan jujur sesuai keadaan/suasana kerja di unit anda.

”Kejadian” (Event) : semua jenis ”error”, kesalahan, insiden, kecelakaan atau


penyimpangan baik yang menyebabkan cedera ataupun yang tidak menyebabkan
cedera pada pasien

“Keselamatan Pasien” (Patient Safety) : menghindari dan mencegah cedera pasien atau
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) pada pasien yang diakibatkan oleh proses
pemberiaan pelayanan kesehatan.
(Sumber: AHRQ Hospital SOPS V. 2.0: User’s Guide & dr Arjaty Daud, 2019)
Dimensi Budaya Keselamatan Pasien (KP)

(Rita Sekarsari, 2022)


Pengukuran Gabungan/Komposit Budaya Keselamatan Pasien (KP)
Jumlah
Pengukuran komposit budaya KP Konteks Pertanyaan
1. Komunikasi Tentang Kesalahan Kesalahan Staf diberi tahu jika terjadi kesalahan, diskusikan cara untuk mencegah kesalahan, 3
dan diberitahu jika ada perubahan.
2. Keterbukaan Komunikasi Staf angkat bicara jika mereka melihat sesuatu yang tidak aman dan merasa nyaman mengajukan 4
pertanyaan.

3. Serah Terima &Pertukaran Informasi Informasi penting asuhan pasien ditransfer saat serah terima antar unit RS dan selama 3
pergantian shift.

4. Dukungan Manajemen RS untuk KP Manajemen RS menunjukkan bahwa KP adalah prioritas utama dan menyediakan sumber daya 3
yang memadai untuk KP
5. Pembelajaran Organisasi - Proses kerja ditinjau secara berkala, perubahan dilakukan untuk mencegah kesalahan terjadi lagi, 3
dan perubahan dievaluasi.
Peningkatan Berkelanjutan
6. Melaporkan Kejadian KP Jenis kesalahan berikut dilaporkan: (1) kesalahan yang diketahui dan diperbaiki sebelum 2
mengenai / menimpa pasien dan (2) kesalahan yang dapat merugikan pasien tetapi tidak terjadi.

7. Tanggapan terhadap Kesalahan Staf diperlakukan dengan adil ketika mereka membuat kesalahan dan fokus untuk belajar dari 4
kesalahan dan mendukung staf yang terlibat dalam kesalahan.

8. Kepegawaian dan Kecepatan Kerja Ada cukup staf untuk menangani beban kerja, staf bekerja kerja sesuai jam dan tidak merasa 4
terburu-buru, dan ada menggunakan staf sementara (kontrak) secara tepat.
9. Supervisor, Manajer, atau Supervisor, manajer, atau pemimpin klinis mempertimbangkan saran staf utk meningkatkan KP, 3
tidak mendorong mengambil jalan pintas, dan mengambil tindakan untuk mengatasi masalah KP.
Pemimpin Klinis mendukung KP
10. Kerja tim Staf bekerja sama sebagai tim yang efektif, saling membantu selama waktu sibuk, dan saling 3
menghormati.
(AHRQ Hospital Survey on Patient Safety Culture Version 2.0: User’s Guide) Total 32
Pengukuran Budaya Keselamatan
Rumah Sakit XX Tahun 2022

(Rita Sekarsari, 2022)


(Sumber: AHRQ Hospital SOPS V. 2.0: User’s Guide & dr Arjaty Daud, 2019)
(Sumber: AHRQ Hospital SOPS V. 2.0: User’s Guide & dr Arjaty Daud, 2019)
Karena tidak semua orang akan merespons, Anda dapat mengharapkan untuk menerima survei
lengkap dari sekitar 30 % hingga 50 % sampel Anda. Tabel 3 menunjukkan ukuran sampel minimum
yang direkomendasikan berdasarkan jumlah penyedia dan staf di rumah sakit Anda dan respons
yang diharapkan dengan asumsi tingkat respons 50 %
(Sumber: AHRQ Hospital SOPS V. 2.0: User’s Guide & dr Arjaty Daud, 2019)
Tabel HSOPS
Hospital Survey on Patient Safety, v.2, 2019

▪ Instructions ▪ Instruksi
▪ Staff Position ▪ Posisi Staf
▪ Unit/Work Area ▪ Unit Kerja
SECTION A: Unit/Work Area Bagian A: Unit Kerja
SECTION B: Supervisor, Manager, or Clinical Bagian B: Supervisor, Manajer, Pimpinan Klinis
Leader
SECTION C: Communication Bagian C: Komunikasi
SECTION D: Reporting Patient Safety Events Bagian D : Pelaporan IKP
SECTION E: Patient Safety Rating Bagian E: Peringkat/Level KP
SECTION F: Your Hospital Bagian F: Rumah Sakit
▪ Background Questions ▪ Latar Belakang
▪ Your Comments ▪ Komentar

(SOPS® Hospital Survey version 2, 2019)


Tabel HSOPS
Hospital Survey on Patient Safety, v.2, 2019
Topik # Pertanyaan Pertanyaan dgn Kata Negatif
1.Instruksi
2.Posisi Staf
3.Unit Kerja ybs*
4.Bagian A : Unit Kerja ybs 14 A : 3, 5, 6, 9, 11, 13, 14
5.Bagian B : Supervisor, Manajer, Pimpinan B:2
Klinis ybs
3
6.Bagian C : Kominikasi dalam unit kerja ybs 7 C:7
7. Bagian D : Pelaporan IKP unit kerja ybs 3
8. Bagian E : Peringkat KP unit kerja ybs 1
9. Bagian F : Rumah Sakitnya 6 F : 3, 4, 5
10. Bagian G : Latar belakang pertanyaan 3
11. Bagian H : Komentar ybs

* Ybs=responden (Sumber: AHRQ Hospital SOPS V. 2.0: User’s Guide, 2019)


Kata
Negatif
Kata
Negatif
Kata
Negatif
Kata
Negatif
Kata
Negatif
(Sumber: AHRQ Hospital SOPS V. 2.0: User’s Guide & dr Arjaty Daud, 2019)
ANALISA / PENILAIAN
HASIL SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN
Umpan balik hasil survei agar didistribusi secara luas : Manajemen RS, Pemilik, Para Direktur, Komite2 di RS, Staf RS sampai ke unit2
pelaksana. Semakin luas penyebaran hasil survei ini semakin bermanfaat untuk keterlibatan seluruh staf RS dalam meningkatkan budaya
keselamatan.
Yang dianalisa/dinilai adalah Bagian A (Dimensi Unit Kerja Anda), Bagian B (Dimensi Manajer/Supervisor/Ka. Instalasi Anda), Bagian C
(Dimensi Komunikasi), Bagian D (Dimensi Frekuensi Pelaporan Insiden), Bagian E (Dimensi Level Keselamatan Pasien), sedangkan Bagian
F (Dimensi RS Anda), Bagian G, Bagian H (Latar Belakang) digunakan sebagai data dari jenis latar belakang responden sebagai bahan
pertimbangan.
Dua Macam Penilaian Hasil Survei
Bahwa hasil survei budaya keselamatan bisa dilihat/dianalisa/dinilai dari dua cara pandang :
1. Penilaian untuk tiap aspek/item dari satu Bagian/Dimensi.
2. Penilaian untuk seluruh kelompok item/aspek dalam satu Bagian/Dimensi.
❖ PENILAIAN TIAP ASPEK / ITEM :
Dihitung untuk tiap aspek/item berapa persen yang menjawab Sangat Tidak Setuju, Tidak Setuju, Kadang-Kadang, Setuju, Sangat
Setuju.
Dapat diambil 3 kategori saja: Respons Netral Respons
a. Persentase yang sangat tidak setuju/ tidak setuju Neg Pos
b. Netral (kadang-kadang)
c. Sangat setuju/setuju
Contoh :
Untuk satu item/aspek dari 100 responden 50 orang menjawab sangat setuju dan setuju, 25 orang menjawab kadang-kadang, 25 orang sangat tidak setuju/tidak setuju. Artinya :
di unit yang dilakukan survei 50% mempunyai persepsi bahwa karyawan di unitnya saling mendukung (Aspek no 1)
❖ PENILAIAN UNTUK SATU BAGIAN (DIMENSI)
Satu bagian/dimensi terdiri dari kumpulan item/aspek menggambarkan dimensi dari Budaya
Keselamatan.

Dalam satu bagian/dimensi terdapat ada 2 macam item/aspek yaitu : aspek dengan pernyataan
bersifat positif dan pernyataan yang bersifat negatif.

Untuk pernyataan yang negatif jawaban responden dengan tidak setuju/sangat tidak setuju
merupakan respon positif dan sebaliknya.

Cara menghitung :
Langkah-Langkah Perbaikan Hasil Survei Budaya

*Program perbaikan disusun untuk memperbaiki topik2 pada angket yang mendapat hasil yang negatif. Penyususnan dapat menggunakan 7
Langkah sebagai dasar.
Survey items Topik survei
In this unit, we work together as an effective team Di unit ini, kami bekerja sama secara tim efektif (tidak setuju)
This unit regularly reviews work processes to determine if Unit ini secara berkala meninjau proses kerja utk menentukan apakah
changes are needed to improve patient safety
diperlukan perubahan untuk meningkatkan keselamatan pasien (tidak
setuju)
My supervisor, manager, or clinical leader wants us to work Atasan, manajer, atau pemimpin klinis saya ingin agar kita bekerja lebih
faster during busy times, even if it means taking shortcuts
cepat pada waktu sibuk, meskipun itu berarti mengambil jalan pintas
(setuju)
When staff make errors, this unit focuses on learning rather than Ketika staf membuat kesalahan, unit ini berfokus pada pembelajaran
blaming individuals
daripada menyalahkan individu (tidak setuju)
In this unit, there is a lack of support for staff involved in patient Di unit ini, kurangnya dukungan untuk staf yang terlibat dalam kesalahan
safety errors
keselamatan pasien (setuju)
When an event is reported in this unit, it feels like the person is Ketika sebuah peristiwa dilaporkan di unit ini, rasanya seperti orangnya
being written up, not the problem
yang dicatat, bukan masalahnya. (setuju)
When staff in this unit see someone with more authority doing Ketika staf di unit ini melihat seseorang yang lebih berwenang melakukan
something unsafe for patients, they (never) speak up
sesuatu yang tidak aman bagi pasien, mereka (tidak pernah) angkat bicara
Kuesioner Pengukuran Budaya Keselamatan RS XX. 19 September 2022 hingga 7 Oktober 2022

(Rita Sekarsari, 2022)


Kuesioner Pengukuran Budaya Keselamatan RS XX. 19 September 2022 hingga 7 Oktober 2022

1. Dimensi Keterbukaan
Komunikasi (Communication
Openness)

2. Dimensi Umpan Balik dan


Komunikasi Mengenai
Kesalahan (Feedback and
Communication About Errors)

3. Dimensi Frekuensi
Melaporkan Jika Ada Insiden
Keselamatan Pasien
(Frequency of Events
Reported)

(Rita Sekarsari, 2022)


Kuesioner Pengukuran Budaya Keselamatan RS XX. 19 September 2022 hingga 7 Oktober 2022

(Rita Sekarsari, 2022)


Korelasi Negatif: HSOPS dan Insiden Korelasi Positif: HSOPS dan Kepuasan
Keselamatan Pasien Pasien

(dr Arjaty Daud, 2023)


Bila Keselamatan Pasien tidak dijadikan
“Sahabat” Rumah Sakit, cepat atau
lambat dia akan berbalik menjadi
“Musuh” Rumah Sakit.
(Nico Lumenta, 2008)

89
“Keselamatan bukan ditemukan pada
keadaan tanpa bahaya,
tetapi justru pada kehadiran Tuhan YME”
KOL KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT. MANAJEMEN DATA MUTU, IKP DAN AUDIT MEDIS DALAM
PENINGKATAN MUTU & KESELAMATAN PASIEN (PMKP) SESUAI STANDAR AKREDITASI RS KEMENTERIAN
KESEHATAN R.I. SELASA – RABU, TANGGAL 23 – 24 MEI 2023

‘’Implementasi Pengukuran Budaya Keselamatan,


Analisis dan Pelaporannya’’

dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM,


MHKes, FISQua
91

Anda mungkin juga menyukai