Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

TUGAS ESTETIKA

PERAWATAN KAKI DIABETIKUM

DISUSUN OLEH :

CINDY RAHAYU PUTRI

16.321.0050

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2020
Kata pengantar

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang  mana atas berkat dan

pertolongan-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Terimakasih juga penulis

ucapkan kepada dosen pembimbing Ibu Ruliati, SST.,M.Kes. yang turut membimbing sehingga 

penulis bisa  menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang telah di tentukan.

Sholawat serta salam senantiasa saya haturkan kepada suri tauladan kita Nabi 

Muhammad SAW yang selalu kita harapkan syafa’atnya di hari kiamat nanti. Makalah ini saya

buat dalam rangka untuk memperdalam pengetahuan dan pemahaman tentang Perawatan Kaki

Diabetikum dengan harapan agar  para pembaca bisa lebih memperdalam pengetahuan

tentang perawatan kaki diabetikum. Makalah ini juga dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah

estetika. Dengan segala keterbatasan  yang ada, penulis telah berusaha dengan segala daya dan

upaya guna menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwasanya makalah ini jauh dari 

kata sempurna. Oleh karena itu, kritik  dan  saran yang  membangun dari para pembaca sangat

diharapkan untuk menyempurnakan  makalah ini. Atas kritik dan sarannya penulis ucapkan

terimakasih.

Jombang, 25 Maret 2020

Penulis

i
Daftar isi

KATA PENGANTAR............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2

1.3 Tujuan ....................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSATAKA

1. Konsep Diabetes Melitus.........................................................................................3

2. Konsep Kaki Diabetik..............................................................................................8

3. Konsep Perawatan Kaki Diabetikum.......................................................................12

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan..............................................................................................................20

2. Saran.........................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes mellitus salah satu dari berbagai penyakit yang mengancam hidup banyak orang

dan mempunyai banyak komplikasi yang harus dihentikan, salah satunya neuropati sensori dan

ulkus diabetes (diabetic foot). Komplikasi Diabetes Mellitus bisa dicegah dengan melakukan

aktivitas sehari-hari dan untuk mengisi waktu luang seperti jalan kaki, bersepeda santai, joging

dan berenang, Umur dan status kesegaran jasmani dari klien yang mengalami Diabetes Mellitus

saat melakukan latihan jasmani harus diperhatikan. Diabetic foot atau Perawatan Kaki Diabetes

Mellitus sangat penting untuk menjaga vaskularisasi, memperkuat otot kaki, mencegah

terjadinya komplikasi Neuropati Sensori. Neuropati Sensori salah satu masalah kaki pada

penderita Diabetes Mellitus yang tidak diawasi dapat menyebabkan sirkulasi darah dari kaki

ketungkai menurun (gangguan pembuluh darah), berkurangnya perasaan pada kedua kaki

(gangguan syaraf), dan berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi (Barnes, 2012). Foot

Care atau Perawatan Kaki juga sangat penting untuk klien yang menderita diabetes mellitus

karena perawatan bisa mecegah komplikasih dari diabetes mellitus semakin parah.

Penderita DM berdasarkan hasil laporan International Diabetes Federation tahun 2017

berjumlah sekitar 199 juta penderita DM dan diperkirakan akan meningkat menjadi 313 juta jiwa

pada tahun 2040. Di Indonesia angka amputasi masih tinggi sebesar 25% dikarenakan tidak

melakukan senam kaki (Tabatabaei-Malazy O, et al, 2011). Prevalensi penderita DM di

Indonesia sebesar 9,1 juta jiwa dan di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2018 sebesar 2,8 %

1
(PERKENI, 2015; RISKESDAS, 2018). Kejadian penderita DM di Kabupaten Jombang tahun

2016 memiliki pravelensi kasus sebesar 5,30% (16,490) dan tahun 2017 pravelensi penderita

DM sebesar 242 kejadian di DINKES Jombang.

Foot Care merupakan terapi tambahan (adjunct) yang memberikan pengaruh positif pada

diabetesi dan dapat menunjang pengendalian penyebab NPS melalui penurunan progresivitas

Diabetes Mellitus. Mempertahankan dan meningkatkan fungsi optimal seluruh sistem organ

tubuh (Potter & Perry, 2009). Pada kondisi Diabetes Mellitus, latihan fisik memperbaiki

sensitivitas insulin dan peningkatan penggunaan glukosa oleh otot (American Diabetic

Association [ADA], 2012). Salah satu latihan fisik yang dapat dilakukan adalah senam kaki

diabetes. Senam kaki diabetes terdiri dari gerakan-gerakan yang melibatkan sendi-sendi kaki

yang dimulai dari menggerakkan sendi jari-jari kaki kemudian pergelangan kaki dan lutut (RSI

Sultan Agung, 2010; Setiawan, 2013).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Diabetes Melitus?

2. Apa itu kaki diabetik?

3. Bagaimana cara perawatan kaki pada penderita Diabetes Melitus?

1.3 Tujuan

1. Untuk memahami apa itu Diabetes Melitus

2. Untuk memahami apa itu kaki diabetic

3. Untuk memahami bagaimana cara perawatan kaki pada penderita Diabetes Melitus

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep DM

2.1.1 Definisi DM

Diabetes melitus merupakan suatu kumpulan penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemi yang disebabkan karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, maupun keduanya

(PERKENI, 2015).

Diabetes melitus adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan

kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia) akibat adanya resistensi insulin dan atau

defisiensi insulin yang ditandai dengan adanya gangguan sekresi insulin (PERKENI, 2015).

DM termasuk dalam penyakit kronis progresif dimana terjadi akibat gangguan metabolise

protein, karbohidrat dan lemak (Riana, 2017).

2.1.2 Etiologi DM

Berikut yang merupakan etiologi dari DM menurut Padila (2012):

1. DM tipe 1

1) Faktor genetic

2) Faktor-faktor imunologi

3) Faktor lingkungan

2. DM tipe 2

DM tipe 2 atau yang dikenal dengan Non-Insulin Dependent Diabetes (NIDDM),

didalamnya memiliki jumlah insulin yang diproduksi oleh pancreas hanya cukup untuk

3
mencegah ketoasidosis tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhan tubuh total (Damayanti,

2015;07). Jumlah penderita mencapai 90-95% dari seluruh penderita DM, banyak penderita

DM merupakan orang dewasa tua dengan usia >40 tahun serta penderita dengan keadaan

obesitas (CDC, 2005 dalam Damayanti Santi, 2015). Kasus DM tipe 2 umunya memiliki

latar belakang kelainan awal dengan terjadinya resistensi insulin. Kemampuan kompensasi

dari sel beta pancreas masih dapat terjadi bahkan sampai over kompensasi, insulin yang

disekresi berlebihan dapat mengakibatkan terjadinya kondisi hiperinsulinemia dimana

dengan maksud menormalkan kadar gluosa dalam darah. Terjadinya kompensasi yang terus

menerus terjadi dapat menyebabkan kelelahan sel beta pancreas yang disebut dekompensasi,

dimana mengakibatkan produksi insulin menurun secara absolut. Keadaan resistensi insulin

dapat diperberat oleh produksi insulin yang menurun mengakibatkan kadar glukosa dalam

darah semakin meningkat sehingga memenuhi kriteria diagnosis DM(Manaf, 2006;

Waspadji dalam Soegondo, 2007). Efek abnormalitas sel beta pancreas akan menyebabkan

meningkatnya kadar gula darah secara terus menerus, hal ini disebabkan karena gangguan

pemanfaatan glukosa, menurunnya penyimpanan glukosa sebagai glikogen, gangguan

produksi glukosa hepar, meningkatnya glukosa postprandial (Dunning, 2003 dalam

Damayanti Santi 2015). Menurut Dunning 2003, individu yang beresiko terkena DM tipe 2

yaitu:

1) Mempunyai sindroma resistensi insulin

2) Kelebihan berat badan (Obesitas), peningkatan BMI, peningkatan

lingkar pinggang > 1.0 inci pada pria dan > 0.7 inci pada wanita

3) Terjadi pada usia > 40 tahun

4) Keturunan

4
5) Wanita dengan gestasional diabetes atau mempunyai bayi berukuran

besar

2.1.3 Klasifikasi DM

World Health Organization (WHO) dan Ammerican Diabetes Association (ADA) pada

tahun (2010) mengklasifikasi terdapat 4 macam penyakit DM berdasarkan penyebabnya, yaitu:

1. DM tipe 1

2. DM tipe 2 / Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)

3. DM Gestational / Gestational Diabetes Mellitus (GDM)

4. Tipe diabetes lainnya / Others Specific Types

2.1.4 Manifestasi Klinis DM

Berikut beberapa tanda dan gejala yang memerlukan perhatian lebih bagi penderita DM

menurut ADA, (2010):

1. Poliuria atau Banyak kencing

Banyak kencing yang dimaksud yaitu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah urine

dalam kurun waktu 24 jam yang lebih dari normal. Poliuria menjadi manifestasi dari DM

akibat kadar glukosa dalam darah relative tinggi. Poliuria akan sangat mengganggu

penderita DM dan gejala ini akan lebih sering terjadi pada saat malam hari dimana urin yang

keluar akan mengandung glukosa.

2. Polidipsia

Terjadi diakibatkan oleh banyaknya urin yang dikeluarkan sehingga membuat penderita DM

merasakan haus.Keadaan ini ditafsirkan bahwa dimana dianggap rasa haus terjadi akibat

cuaca panas, gerah dan beban pekerjaan merupakan tafsiran yang salah.

5
3. Banyak makan (polifagia)

Penderita DM akan timbul rasa lapar yang diakibatkan oleh keadaan ketidakseimbangan

kalori, yang dapat menyebabkan perasaan cepat lapar dan lemas.

4. Penurunan atau kehilangan BB (berat badan)

Kehilangan berat badan disebabkan oleh tidak dapat masuknya glukosa kedalam sel,

mengakibatkan sel sedikit memiliki bahan bakar untuk menciptakan tenaga dan regenerasi

sel. Kondisi ini membuat sel memenuhi kebutuhan tenaga melalui sel lemak dan otot dimana

menjadi cadangan untuk sel, dapat berakibat kehilangan berat badan pada penderita DM.

5. Gangguan saraf tepi

Gangguan saraf tepi pada penderita DM dirasakan dengan keluhan nyeri saraf perifer.

6. Gangguan penglihatan

Gangguan penglihatan yang sering terjadi pada penderita DM seperti pandangan yang kabur.

7. Gatal pada kulit

Rasa gatal yang sering dialami penderita DM biasa terdapat didaerah alat vital dan lipatan

bagian kulit ketiak dan bawah payudara.

8. Perubahan fungsi seksual

Berupaperubahan fungsi ereksi, impoten dan kejadian keputihan yang disebabkan gangguan

saraf bukan dikarena penurunan hormon testosterone.

2.1.5 Komplikasi DM

1. Metabolik akut

Terdapat 3 jenis komplikasi yang dapat dialami penderita DM, yaitu:

6
1) Hipoglikemia

2) Ketoasidosis diabetik

3) Koma hiperglikemia hyperosmolar nonketotik (sindrom HHNK)

2. Metabolik kronik

Pada metabolik kronik terdapat 2 macam komplikasi seperti berikut (Price & Wilson, 2006):

1) Komplikasi mikrovaskuler

a. Kerusakan retinopati

b. Kerusakan ginjal atau nefropati diabetik

c. Kerusakan saraf atau neuropati diabetik

d. Semua jenis saraf dapat diserang dan menjadi sekelompok penyakit (Subekti,

2009). Setiap penderita dengan DM perlu deteksi dini kelainan kaki dengan resiko

tinggi, sebagai berikut:

 Kulit menjadi kering, bersisik, pecah-pecah dan kaku

 Bulu kaki menipis

 Abnormal bentuk, warna kuku, kuku menebal, mudah rapuh dan ingrowing

nail

 Mata ikan dibagian tapak kaki

 Abnormalitas keadaan jari, tapak kaki dan tulang-tulang pada kakiLuka

bekas riwayat amputasi jari kakTerasa tebal, kesemutan, atau hilang rasa

nyeri

 Suhu kaki terasa dingin

2) Komplikasi makrovaskuler

a) Penyakit jantung koroner

7
b) Penyakit serebrovaskuler

2.1.6 Faktor Resiko

1. Dapat diperbaiki atau diubah

a. Pola aktivitas

b. Tidak sehatnya penerapan diet

c. Obesitas atau berat badan

d. Hipertensi

2. Tidak dapat diperbaiki atau diubah


Umur

b. Riwayat keluarga dengan DM

c. Ras atau etnis

d. DM saat kehamilan terjadi

2.1.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan DM disimpulkan pada 4 pilar utama menurut PERKENI, (2011) yaitu:


1. Edukasi

Maksud dari pendidikan kesehatan bagi penderita DM yaitu untuk meningkatkan

pengetahuan dan merubah sikap penderita DM sehingga dapat meningkatkan kualitas

hidup. Agar tercapai keberhasilan perbaikan perilaku dibutuhkan edukasi secara

menyeluruh dan upaya peningkatan motivasi.

2. Terapi gizi

Pengaturan makan memiliki prinsip yaitu teratur sesuai waktu, porsi dan macam makanan

yang seimbang sesuai kebutuhan setiap individu. Komposisi yang diberikan karbohidrat

8
45-65%, lemak 20- 25%, protein 10-20%, natrium ≤ 3g dan diet cukup serat sekitar

25g/hari (Waspadji, 2015).

3. Aktivitas fisik

Dilakukan teratur 3-5 kali seminggu selama ± 30 menit dengan keseluruhan 150

menit/minggu, ini dilakukan untuk meningkatkan sensitivitas insulin sehingga kendali

glukosa dalam darah akan meningkat dan dianjurkan melakukan pemeriksaan glukosa

darah sebelum latihan jasmani dilaksanakan.

4. Intervensi farmakologis

Jika dengan langkah-langkah terapi gizi dan aktivitas fisik sasaran pengendalian DM tidak

tercapai diberikan obat:

a. OHO (Obat Hiperglikemik Oral)

b. Insulin

2.2 Konsep Kaki Diabetik

2.2.1 Pengertian kaki diabetik

Kaki diabetik adalah kelainan tungkai kaki bawah akibat diabetes melitus tidak terkendali.

Kelainan kaki diabetes mellitus dapat disebabkan adanya gangguan pembuluh darah, gangguan

pensyarafan, dan adanya infeksi. Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi diabetes yang

masih luput dari perhatian. Padahal, konsekuensi dari kaki diabetik yang terlanjur memburuk

dapat menyebabkan gangren dan mengarah pada tindakan amputasi. (Soegondo,2009).

2.2.2 Faktor Resiko Kaki Diabetik

1. Gangguan Pembuluh Darah (Angiopati)

9
Keadaan hiperglikimia yang terus menerus akan mempunyai dampak pada kemampuan

pembuluh darah tidak berkontraksi dan relaksasi berkurang. Hal ini mengakibatkan

sirkulasi darah tubuh menurun, terutama kaki, dengan gejala antara lain :

a.  Sakit pada tungkai bila berdiri, berjalan, dan melakukan kegiatan fisik.

b. Jika diraba kaki terasa dingin, tidak hangat.

c. Rasa nyeri kaki waktu istirahat pada malam hari.

d. Sakit pada telapak kaki satelah berjalan.

e. Jika luka sukar sembuh.

f. Pemeriksaan tekanan nadi kaki menjadi kecil atau hilang.

g. Perubahan warna kulit, kaki tampak pucat atau kebiru- biruan. (Tjahjadi,2002)

2. Gangguan Pensyarafan (Neuropati)

Neuropati akan menghambat signal, rangsangan atau terputusnya komunikasi dalam tubuh.

Syaraf pada kaki sangat penting dalam menyampaikan pesan ke otak, sehingga menyadarkan

kita adanya bahaya pada kaki, misalnya rasa sakit saat tertusuk paku atau rasa panas saat

terkena benda- benda panas. Kaki diabetes dengan gangguan neuropati akan mengalami

gangguan sensorik, motorik, dan otonomik. Neuropati sensorik ditandai dengan perasaan

pada baal atau kebal (parastesia), kurang berasa (hipestesia) terutama pada ujung kaki

terhadap rasa panas, dingin dan sakit, terkadang disertai rasa pegal dan nyeri pada kaki.

Neuropati mootorik ditandai dengan kelemahan system otot, otot mengecil, mudah lelah,

kram otot, deformitas kaki (charcot), ibu jari seperti palu (hammer toe), sulit mengatur

keseimbangan tubuh. Gangguan syaraf otonomik pada kaki ditandai dengan kulit menjadi

kering, pecah- pecah dan tampak mengkilat karena kelenjar keringat di bawah kulit

berkurang. (Foster,2002)

10
3. Iskemia

Ini disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya makroangiopati

(arterosklerosis) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama di daerah betis. Gambaran

klinisnya adalah :

a.    Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.


b.   Pada perabaan terasa dingin.

c.    Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.

d. Didapatkan ulkus sampai gangrene. (Waspadji, 2006)

4. Infeksi

Penurunan sirkulasi darah pada daerah kaki akan menghambat proses penyembuhan luka,

akibatnya kuman masuk ke dalam luka dan terjadi infeksi. Peningkatan kadar gula darah

akan menghambat kerja leukosit dalam mengatasi infeksi, luka menjadi ulkus gangrene dan

terjadi perluasan infeksi sampai ke tulang (osteomielitis). Kaki yang mengalami ulkus

gangren luas sulit untuk diatasi, yang memerlukan tindakan amputasi (Tjahjadi, 2002).

2.2.3 Patofisiologi kaki diabetik

Terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang DM yang

menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pembuluh darah. Neuropati, baik sensorik

maupun motorik dan autonomik akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot,

yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan

selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap infeksi

menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor aliran darah yang

kurang juga akan lebih lanjut menambah rumitnya pengelolaan kaki diabetis (Waspadji,2006).

2.2.4 Masalah umum pada kaki diabetik

1. Gangren

11
Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan mati atau

nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang disebabkan oleh infeksi.

Sedangkan gangren kaki diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan

berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi pada pembuluh darah sedang. Gangren kaki

diabetik ini bisa dibagi menjadi enam tingkat yaitu:

a.   Derajat 0

Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai kelainan bentuk

kaki seperti claw, callus.

b.   Derajat 1

Ulkus superfisial terbatas pada kulit.

c.   Derajat 2

Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.

d.   Derajat 3

Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.

e.    Derajat 4

Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.

f.    Derajat 5

Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai. (RA, 2009)

2. Kapalan (callus)

Kapalan (callus) merupakan penebalan atau pengerasan kulit yang juga terjadi pada kaki

diabetes, akibat dari adanya neuropati dan penurunan siklus darah dan juga gesekan atau

tekanan ang berulang- ulang pada daerah tertentu kaki. Jika kejadian tersebut tidak diketahui

12
dan diobati dengan tepat, maka akan menimbulkan luka pada jaringan dibawahnya, yang

berlanjut dengan infeksi menjadi ulkus (Tjahjadi, 2002).

3. Kulit melepuh

Kejaadian kulit melepuh atau iritasi sering diakibatkan oleh pemakaian sepatu yang sempit,

jika hal ini terjadi jangan mengobati sendiri. Kulit yang mengalami iritasi seringkali disertai

dengan infeksi (ulkus) dan terkadang tidak dirasa akibat adanya neuropati, dan diketahui

setelah keluarnya cairan atau nanah, yang merupakan tanda awal dari masalah. Ulkus harus

segera diobati dan dirujuk ke podiatrist atau tim kesehatan (RA,2009).

4. Cantengan ( kuku masuk ke dalam jaringan)

Cantengan merupakan kejadian luka infeksi pada jaringan sekitar kuku yang sering

disebabkan adanya pertumbuhan kuku yang salah. Keadaan ini disebabkan oeleh perawatan

kuku yang tidak tepat misalnya pemotongan kuku yang salah (seperti terlalu pendek atau

miring), kebiasaan mencungkil kuku yang kotor. Seperti kita ketahui kuki juga merupakan

sumber kuman, jadi bila ada luka mudah terinfeksi. Cantengan ditandai dengan sakit pada

jaringan sekitar kuku, merah dan bengkak dankeluar cairan nanah, yang harus segera

ditanggulangi (Soegondo, 2005).

5. Kulit kaki kering dan pecah

Dapat terjadi karena saraf pada kaki tidak mendapatkan pesan dari otak (karena neuropati

diabetik) untuk berkeringat yang akan menjaga kulit tetap lembut dan lembab. Kulit yang

kering dapat pecah. Adanya pecahan pada kulit dapat membuat kuman masuk dan

13
menyebabkan infeksi. Dengan gula darah anda yang tinggi, kuman akan mendapatkan

makanan untuk berkembang sehingga memperburuk infeksi (RA, 2009).

6. Jari kaki bengkok

Terjadi ketika otot kaki menjadi lemah. Kerusakan saraf karena diabetes dapat menyebabkan

kelemahan ini. Otot yang lemah dapat menyebabkan tendon (jaringan yang menghubungkan

otot dan tulang) di kaki memendek sehingga jari kaki menjadi bengkok. Akan menimbulkan

masalah dalam berjalan dan kesulitan menemukan sepatu yang tepat. Dapat juga disebabkan

pemakaian sepatu yang terlalu pendek (Soegondo, 2009).

7. Plantar warts

Kutil terlihat seperti kalus dengan titik hitam kecil di pusatnya. Dapat berkembang sendiri

atau berkelompok. Timbulnya kutil disebabkan oleh virus yang menginfeksi lapisan luar

telapak kaki. (RA, 2009)

8. Kaki atlet (athlete’s foot)

Disebabkan jamur yang menimbulkan rasa gatal, kemerahan, dan pecahnya kulit. Pecahnya

kulit diantara jari kaki memungkinkan kuman masuk ke dalam kulit dan menimbulkan

infeksi. Infeksi dapat meluas sampai ke kuku kaki sehingga membuatnya tebal, kekuningan,

dan sulit dipotong. (RA, 2009)

9. Radang ibu jari kaki (jari seperti martil)

Pemakaian sepatu yang terlalu sempit dapat menimbulkan luka pada jari- jari kaki,

kemudian terjadi peradangan. Adanya neuropati dan peradangan yang lain pada ibu jari kaki

menyebabkan terjadinya perubahan bentuk ibu jari kaki seperti martil (hammer toe).

Kejadian ini dapat juga disebabkan adanya kelainan anatomik yang dapat menimbulkan titik

14
tekan abnormal pada kaki. Kadang- kadang pembedahan diperlukan untuk mencegah

komplikasi ke tulang. (Soegondo, 2009)

10. Kaki charcot

Suatu kondisi yang menggambarkan efek dari pelunakan tulang yang terjadi dalam kaki. Hal

ini terjadi sebagai akibat dari neuropati atau kerusakan saraf ekstrim. Tulang menjadi terlalu

lemah dan akhirnya menjadi mudah retak. Karena saraf telah menjadi terlalu rusak,

rangsangan tidak lagi sedang dikirim seperti perasaan sakit. Selain, gerakan otot juga

terhambat. Karena tidak ada yang dirasakan dalam wilayah karena kerusakan saraf, struktur

tulang seluruh kaki mengalami stress dan trauma berulang kali.

2.3 Konsep Perawatan Kaki

2.3.1 Pengertian Perawatan Kaki

Perawatan kaki pada klien Diabetes Mellitus adalah salah satu pencegahan terjadinya kaki

diabetik. (waspandji, 2007) sedangkan menurut word diabetes foundation ( WDF), 2013; Huang

dan chin, 2013 perawatan kaki Diabetes Mellitus adalah tindakan untuk mencegah luka pada

kaki klien Diabetes Mellitus yang meliputi tindakan seperti pemeriksaan kaki, mencuci kaki

dengan air dengan benar, mengeringkan kaki, menggunakan pelembab, memakai alas kaki, dan

melakukan pertolongan pertama jika terjadi cedera.

2.3.2 Penatalaksanaan Perawatan Kaki

Menurut waspandji (2009) penatalaksaan ada tiga pada perawatan kaki diabetes mellitus yaitu:

A. Pencegahan primer (Sebelum terjadinya kaki diabetik atau ulkus pada kaki).

Pencegahan primer dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan atau sosialisasi

mengenai terjadinya komplikasi diabetes mellitus yaitu kaki diabetik. Penyuluhan atau

sosialisasi dapat dilakukan saat bertemu dengan klien. Penyuluhan dilakukan oleh pihak

15
yang berkaitan dengan Diabetes Mellitus yaitu perawat, ahli gizi, ahli perawatan kaki dan

dokter. Periksalah kaki klien selanjutnya berikan penyuluhan bagaimana pencegahan dan

perawatan kaki sepatu atau alas kaki, dan latihan kaki untuk vaskularisasi.

1. Memeriksa keadaan kaki setiap hari:

a. Melihat dan perhatikan keadaan kaki setiap hari. Periksa adanya luka, lecet,

kemerahan, bengkak atau masalah pada kuku.

b. Menggunakan kaca untuk mengecek keadaan kaki, bila terdapat tanda-tanda tersebut

segera hubungi dokter.

2. Menjaga kebersihan kaki :

a. Bersihkan dan mencuci kaki setiap hari dengan menggunakan air hangat (bukan air

panas).

b. Bersihkan menggunakan sabun lembut sampai ke sela-sela jari kaki.

c. Keringkan kaki menggunakan kain atau handuk bersih yang lembut sampai ke sela

jari kaki.

d. Berikan pelembab pada kaki, tetapi tidak pada celah jari-jari kaki. Pemberian

bertujuan untuk mencegah kulit kering. Pemberian pelembab pada celah jari tidak

dilakukan karena akan berisiko terjadinya infeksi oleh jamur.

3. Memotong kuku kaki dengan benar:

a. Memotong kuku lebih mudah dilakukan sesudah mandi, sewaktu kuku lembut.

b. Gunakan gunting kuku yang dikhususkan untuk memotong kuku.

c. Memotong kuku kaki secara lurus, tidak melengkung mengikuti bentuk kaki,

kemudian mengikir bagian ujung kuku kaki.

d. Bila terdapat kuku kaki yang menusuk jari kaki dan kapalan segera hubungi dokter.

16
4. Memilih dan memakai alas kaki.

a. Memakai sepatu atau alas kaki yang sesuai dan nyaman dipakai.

b. Gunakan kaos kaki saat memakai alas kaki. Hindari pemakaian kaos kaki yang salah,

kaos kaki ketat akan mengurangi atau mengganggu sirkulasi, jangan pula

menggunakan kaos kaki tebal karena dapat mengiritasi kulit ataupun kaos kaki yang

terlalu besar karena ukurannya tidak pas pada kaki. Sepatu harus terbuat dari bahan

yang baik untuk kaki/tidak keras.

5. Pencegahan cedera:

a. Selalu memakai alas kaki baik di dalam ruangan maupuan di luar ruangan

b. Selalu memeriksa bagian dalam sepatu atau alas kaki sebelum memakainya

c. Bila terdapat corns dan kalus di kaki gunakan batu pomice untuk menghilangkannya

d. Selalu mengecek suhu air ketika akan membersihkan kaki

e. Hindari merokok untuk mencegah kurangnya sirkulasi darah ke kaki

f. Melakukan senam kaki secara rutin

g. Memeriksakan diri secara rutin ke dokter dan memeriksa kaki setiap kontrol

6. Pertolongan pertama pada cedera di kaki:

a. Jika ada luka/lecet, tutup luka/lecet tersebut dengan kasa kering setelah diberikan

antiseptik di area yang cedera

b. Bila luka tidak sembuh, segera mencari tim kesehatan khusus yang ahli dalam

menangani luka diabetes.

7. Senam Kaki Diabetes Mellitus

Berikut ini adalah langkah-langkah melakukan Senam Kaki dengan benar :

Duduk tegak diatas bangku (tidak bersandar) dengan kedua kaki

17
menyentuh laintai dan tidak menggunakan alas kaki

Gambar 2.1 Gambar posisi senam kaki

1. Latihan ke-1

Menggerakkan jari kedua kaki membentuk seperti cakar dan luruskan kembali

setelahnya.

Gambar 2.2 Gerakan latihan ke-1

2. Latihan ke-2

a. Mengangkat ujung kaki dengan tumit diletakkan diatas lantai

b. Letakkan ujung kaki, lalu angkat tumit lalu letakkan kembali

Gambar 2.3 Gerakan latihan ke-2

3. Latihan 3

a. Angkat kedua ujung kaki

18
b. Putar kaki dari pergelangan kaki ke arah samping

c. Turunkan kembali ke lantai dan gerakkan ke tengah

Gambar 2.4 gerakan latihan 3

4. Latihan 4

a. Angkat kedua tumit.

b. Putar kedua tumit ke arah samping.

c. Turunkan kembali dan gerakkan ke tengah.

Gambar 2.5. gerakan latihan 4

5. Latihan 5

a. Angkat salah satu lutut dan luruskan kaki.

b. Gerakkan jari-jari kaki ke depan.

c. Turunkan kembali kaki anda dan bergantian kiri dan kanan.

19
Gambar 2.6. gerakan latihan 5

6. Latihan 6

a. Luruskan kaki anda diatas lantai.

b. Kemudian angkat kaki tersebut.

c. Gerakkan ujung-ujung jari kaki ke arah muka.

d. Turunkan kembali tumit anda ke lantai.

Gambar 2.7. gerakan latihan 6

7. Latihan 7 : seperti latihan sebelumnya (latihan 6) tetapi kali ini dengan kedua kaki

secara bersamaan.

Gambar 2.8. gerakan latihan 7

8. Latihan 8

a. Angkat kedua kaki secara lurus dan pertahankan posisi tersebut

b. Putar kaki pada pergelangan kearah luar

c. Turunkan kembali kedua kaki di lantai.

20
Gambar 2.9. gerakan latihan 8

9. Latihan 9

a. Luruskan salah satu kaki dan angkat secara lurus

b. Putar kaki pada pergelangan kaki

c. Tuliskan di udara dengan kaki anda angka 0-9.

Gambar 2.10 gerakan latihan 9

10. Latihan 10

a. Letakkan koran dilantai dan dibuka.

b. Sobek menjadi dua bagian.

c. Satu bagian disobek sekecil-kecil mungkin dengan menggunakan jari-jari kaki

d. Kumpulkan sobekan kecil koran tadi di sobekan besar, lipat- lipat dan dibuang ke

tempat sampah.

Gambar 2.11. gerakan latihan 10 (Santi Damayanti, 2015).

B. Pencegahan Sekunder (pencegahan dan pengelolahan ulkus saat sudah terjadi).

Pencegahan sekunder termasuk upaya-upaya yang meliputi : mechanical control

21
(pressure control), wound control, microbilogical control (infection control), metabolic

control, and education control. Pencegahan ini dilakukan khusunya pada klien diabetes

mellitus yang sudan mengalami komplikasi pada kaki atau sensitivitasnya, iskemia dan

atau deformitas serta adanya riwayat tukak, deformitas charcot.

1. Debridemen

Tindakan debridemen merupakan salah satu terapi penting pada kasus ulkus

diabetika. Debridemen dapat didefinisikan sebagai upaya pembersihkan benda

asing dan jaringan nekrotik pada  luka. Luka tidak akan sembuh apabila masih

didapatkan jaringan nekrotik, debris, calus, fistula / rongga yang memungkinkan

kuman berkembang. Setelah dilakukan debridemen luka harus diirigasi dengan

larutan garam fisiologis atau pembersih lain dan dilakukan dressing (kompres).

2. Tehnik Dressing pada Luka Diabetikum

Tehnik dressing pada  luka diabetes yang terkini menekankan metode moist wound

healing atau menjaga agar luka dalam keadaan lembab. Luka akan menjadi cepat

sembuh apabila eksudat dapat dikontrol, menjaga agar luka dalam keadaan lembab,

luka tidak lengket dengan bahan kompres, terhindar dari infeksi dan permeabel

terhadap gas. Tindakan dressing merupakan salah satu komponen penting dalam

mempercepat penyembuhan lesi. Prinsip dressing adalah bagaimana menciptakan

suasana dalam keadaan lembab sehingga dapat meminimalisasi trauma dan risiko

operasi. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih dressing

yang akan digunakan, yaitu tipe ulkus, ada atau tidaknya eksudat, ada  tidaknya

infeksi, kondisi kulit sekitar.

22
3. Pengendalian Infeksi

Pemberian antibitoka didasarkan pada hasil kultur kuman. Namun sebelum hasil

kultur dan sensitifitas kuman tersedia antibiotika harus segera diberikan secara

empiris pada kaki diabetik yang terinfeksi. Antibiotika yang disarankan pada kaki

diabetik terinfeksi. Pada ulkus diabetika ringan/sedang antibiotika yang diberikan di

fokuskan pada patogen gram positif. Sedangkan pada ulkus terinfeksi yang berat

(limb or life threatening infection) kuman lebih bersifat polimikrobial (mencakup

bakteri gram positif berbentuk coccus, gram negatif berbentuk batang, dan bakteri

anaerob) antibiotika harus bersifat broadspectrum, diberikan secara injeksi.

4. Mengurangi beban tekanan (off loading)

Pada saat seseorang berjalan maka kaki mendapatkan beban yang besar. Pada

penderita DM yang mengalami neuropati permukaan plantar kaki mudah

mengalami luka atau luka menjadi sulit sembuh akibat tekanan beban tubuh

maupun iritasi kronis sepatu yang digunakan. Salah satu hal yang sangat penting

namun sampai kini tidak mendapatkan perhatian dalam perawatan kaki diabetik

adalah mengurangi atau menghilangkan beban pada kaki (off loading). Upaya off

loading berdasarkan penelitian terbukti dapat mempercepat kesembuhan ulkus.

Metode off loading yang sering digunakan adalah: mengurangi kecepatan saat

berjalan kaki, istirahat (bed rest), kursi roda, alas kaki, removable cast walker, total

contact cast, walker, sepatu boot ambulatory.

C. Pencegahan tersier pencegahan agar tidak terjadi kecacatan lebih lanjut). Pencegahan

tersier dilakukan dalam pencegahan lebih lanjut terjadinya kececatan, penyulit sudah

terjadi seperti amputasi tungkai bawah. Pengelolahan konservatif dengan

23
medikametosa, debridement dan mengatasi infeksi.

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kaki diabetik adalah kelainan tungkai kaki bawah akibat diabetes melitus tidak terkendali.

Kelainan kaki diabetes mellitus dapat disebabkan adanya gangguan pembuluh darah, gangguan

pensyarafan, dan adanya infeksi. Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi diabetes yang

masih luput dari perhatian. Padahal, konsekuensi dari kaki diabetik yang terlanjur memburuk

dapat menyebabkan gangren dan mengarah pada tindakan amputasi. Perawatan kaki merupakan

sebagian dari upaya pencegahan primer pada pengelolaan kaki diabetik yang bertujuan untuk

mencegah terjadinya luka.

3.2 Saran

Perawatan kaki merupakan suatu hal yang penting khususnya bagi para penderita Diabetes

Melitus guna untuk pencegahan terhadap komplikasi terjadinya ulkus diabetikum atau diabetes

foot.

24
DAFTAR PUSTAKA

RA, Nabyl. 2009. Cara Mudah Mencegah dan Mengobati Diabetes Melitus. Yogjakarta: Aulia

Publishing

Soegondo, Sidartawan, dkk. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai

Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Soegondo, Sidartawan, dkk. 2005. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai

Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Tjahjadi, Vicynthia. 2002. Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer Diabetes. Semarang:

Pustaka Widyamara

Waspadji, Sarwono. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . Jilid III. Edisi IV. Jakarta: Pusat

Penerbitan Ilmu Penyakkit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Damayanti Santi, 2015. Diabetes Melitus dan Penatalaksanaan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha

Medika. Padila, 2012. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta :

Nuha Medika

25
PERKENI, 2011. Konsensus Pencegahan dan Pengendalian Diabetes Melitus Tipe 2 di

Indonesia. Jakarta: PERKENI.

PERKENI, 2015. Konsesus Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta:

PERKENI

26
27

Anda mungkin juga menyukai