Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PASCA PERSALINAN DAN

MENYUSUI

“KEBUTUHAN DASAR IBU PASCA PERSALINAN”

Dosen Pembimbing :Rolita Efriani, S. ST. M. Keb

Disusun Oleh : Kelompok 1

1. Famela Rilen Cantika 5. Rini Handayani


2. Vetrica Mecsi Marlin 6. Rintan Azzahra
3. Ana Ardini 7. Selvi Meyda Saputri
4. Audry Andini 8. Shinta Nur Rohmani
9. Clara Claudia

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA
KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami
susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan Dan
Menyusui materi “ Kebutuhan Dasar Ibu Pasca Persalinan” .
Dalam menyusun makalah ini, kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada
dosen pembimbing dan kepada teman-teman yang telah mendukung terselesainya makalah ini.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran-saran yang sifatnnya membangun guna sempurnanya
makalah ini. Kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca
umumnya.

Bengkulu, 27 Juli 2023

Kelompok 1
DAFTAR ISI

COVER..................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4

1.1. Latar belakang........................................................................................................4


1.2. Tujuan....................................................................................................................4
1.3. Manfaat..................................................................................................................4
1.4 Rumusan masalah ………………………………………………………………..4
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................5
2.1. Nutrisi dan Cairan ...................................................................................................5
2.2 Ambulasi Dini..........................................................................................................6
2.3 Kebutuhan Eliminasi................................................................................................7
................................................................................................................................................
2.4 Kebersihan Diri........................................................................................................8
2.5 Kebutuhan Istirahat dan Tidur..................................................................................9
................................................................................................................................................
2.6 Kebutuhan Seksual...................................................................................................9
2.7 Rencana KB..............................................................................................................9
2.8 Kebutuhan Perawatan Payudara…………………………………………………..10
2.9 Latihan Senam Nifas………………………………………………………………10
BAB III PENUTUP..............................................................................................................13
3.1.Kesimpulan.............................................................................................................13
3.2. Saran......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan yaitu waktu kembali pada
sebagaimana keadaan tidak hamil. Dalam masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih seperti pada keadaan sebelum hamil. Untuk membantu mempercepat proses
penyembuhan pada masa nifas, maka ibu nifas membutuhkan diet yang cukup kalori dan protein,
membutuhkan istirahat yang cukup dan sebagainya. Kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan ibu nifas
antara lain Nutrisi dan cairan, Ambulasi, Eliminasi bak/bab. Dan personal hygiene.

1.2. Tujuan

Untuk mengetahui apa saja kebutuhan dasar pada ibu di masa nifas.

1.3. Manfaat

Untuk mengetahui bagaimana Kebutuhan Dasar Pada Masa Pasca Persalinan

1.4 Rumusan Masalah


1. menjelaskan kebutuhan nutrisi dan cairan pada masa nifas
2. menjelaskan kebutuhan ambulasi pada masa nifas
3. menjelaskan kebutuhan eliminasi BAB dan BAK pada masa nifas
4. menjelaskan kebutuhan kebersihan diri atau personal hygine pada masa nifas
5. menjelaskan kebutuhan istirahat dan tidur pada masa nifas
6. menjelaskan kebutuhan seksual pada masa nifas
7. menjelaskan kebutuhan rencana KB pada masa nifas
8. menjelaskan kebutuhan perawatan payudara pada masa nifas
9. menjelaskan kebutuhan latihan senam nifas pada masa nifas
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Nutrisi dan Cairan

Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama kebutuhan protein dan
karbohidrat. Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi ASI, dimana ASI
sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Nutrisi ibu menyusui tidaklah rumit, yang
terpenting adalah makanan yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ibu nifas, serta menjamin
pembentukan air susu yang berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
bayinya. Kualitas dan jumlah makanan yang dikonsumsi ibu nifas sangat mempengaruhi
produksi ASI. Ibu nifas harus mendapatkan zat makanan sebesar 800 kkal yang digunakan untuk
produksi ASI dan untuk proses kesembuhan ibu. Pemberian ASI sangat penting karena ASI
merupakan makanan utama bagi bayi. Dengan ASI, bayi akan tumbuh dengan baik sebagai
manusia yang sehat, bersifat lemah lembut, dan mempunyai IQ yang tinggi. Hal ini disebabkan
karena ASI mengandung asam dekosa heksanoid (DHA). Bayi yang diberi ASI secara bermakna
akan mempunyai IQ yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang hanya diberi susu
formula. Selama menyusui, jika ibu dengan status gizi yang baik rata-rata memproduksi ASI
sekitar 800cc yang mengandung sekitar 600 kkal, sedangkan pada ibu dengan status gizi kurang
biasanya memproduksi ASI kurang. Walaupun demikian, status gizi tidak berpengaruh besar
terhadap mutu ASI, kecuali volumenya.
1) Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah air susu ibu yang
dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui disbanding selama hamil. Rata-rata
kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah 70 kal/100 ml dan
kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan. Rata-rata ibu
menggunakan 640 kal/hari untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan kedua
untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata ibu harus mengonsumsi 2.300-2.700
kal ketika menyusui. Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk melakukan aktivitas,
metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI, serta sebagai ASI itu sendiri
yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Makanan yang
dikonsumsi juga perlu memenuhi syarat, seperti: susunannya harus seimbang, porsinya
cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, serta tidak mengandung
alkohol, nikotin, bahan pengawet, dan pewarna.
2) Ibu memerlukan tambahan 20 gr/hari protein di atas kebutuhan normal ketika menyusui.
Dasar kebutuhan ini adalah tiap 100cc ASI mengandung 1,2 gram protein. Dengan
demikian, 830 cc ASI mengandung 10 gram protein. Efisiensi konversi protein makanan
menjadi protein susu hanya 70% (dengan variasi perorangan). Peningkatan kebutuhan ini
ditujukan bukan hanya untuk transformasi menjadi protein susu, tetapi juga untuk sintesis
hormone yang memproduksi (prolaktin), serta yang mengeluarkan ASI (oksitosin).
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak atau mati.
Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani dan nabati. Protein hewani antara
lain telur, daging, ikan, udang, kerang, susu, dan keju. Sementara itu, protein nabati
banyak terkandung dalam tahu, tempe, kacang-kacangan, dan lain-lain. Ibu nifas juga
dianjurkan untuk mendapatkan asupan dari nutrisi lain, berikut adalah perbandingan
tambahan nutrisi ibu menyusui pada wanita asia dan amerika.
Selain nutrisi tersebut, ibu menyusui juga dianjurkan makan makanan yang mengandung
asam lemak Omega 3 yang banyak terdapat dalam ikan kakap, tongkol, dan lemuru. Asam ini
akan diubah menjadi DHA yang akan dikeluarkan melalui ASI. Kalsium terdapat pada susu,
keju, teri, kacang-kacangan . zat besi banyak terdapat pada makanan laut. Vitamin C banyak
terdapat pada buah buahan yang memiliki rasa asam, seperti jeruk, manga, sirsak, apel, tomat dll.
Vitamin B1 dan B2 terdapat pada kacang-kacangan, hati, telur, ikan, dan sebagainya. Ada
beberapa sayuran yang menurut pengalaman masyarakat dapat memperbanyak pengeluaran ASI,
misalnya sayur daun turi (daun katuk) dan kacang-kacangan. Kesimpulan dari beberapa anjuran
yang berhubungan dengan pemenuhan gizi ibu menyusui antara lain :
1) Mengkonsumsi tambahan kalori setiap hari sebanyak 500 kalori
2) Makan dengan diet seimbang, cukup protein, mineral, dan vitamin.
3) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari, terutama setelah menyusui.
4) Mengkonsumsi tablet zat besi selama masa nifas.
5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit). Kekurangan gizi pada ibu menyusui dapat
menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu dan bayinya. Gangguan pada bayi meliputi
proses tumbuh kembang anak, bayi mudah sakit, dan mudah terkena infeksi. Kekurangan
zat-zat esensial menimbulkan gangguan pada mata maupun tulang.

2.2. Ambulasi Dini (Early Ambulation)


Pada masa lampau, perawatan puerperium sangat konservatif, di mana puerperal harus
tidur terlentang selama 40 hari. Kini perawatan puerperium lebih aktif dengan dianjurkan untuk
melakukan mobilisasi dini. Ambulasi dini adalah latihan aktifitas ringan membimbing ibu untuk
segera pulih dari trauma persalinan, dengan cara membimbing ibu mulai dari miring kanan
miring kiri, latihan duduk, berdiri bangun dari tempat tidur, kemudian dilanjutkan latihan
berjalan. Menurut penelitian ambulasi dini tidak mempunyai pengaruh buruk bagi ibu post
partum, perdarahan abnormal, luka episiotomy, dan tidak menyebabkan terjadinya prolapse uteri
atau terjadinya retrofleksi. Ambulasi dini sangat bermanfaat bagi ibu nifas dengan kondisi
normal namun tidak buat ibu nifas dengan penyakit anemia, jantung, paru-paru, demam, dan
keadaan lain yang masih membutuhkan istirahat. Perawatan mobilisasi dini mempunyai
keuntungan, yaitu:
a. Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi puerperium
b. Mempercepat involusi uterus
c. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin
d. Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan
pengeluaran sisa metabolisme

Ambulasi dini merupakan usaha untuk memulihkan kondisi ibu nifas secepat mungkin
mungkin untuk berjalan. Pada persalinan normal sebaiknya ambulasi dikerjakan setelah 2 jam
(ibu boleh miring ke kiri atau ke kanan untuk mencegah adanya trombosit) Keuntungan lain dari
ambulasi dini adalah sebagai berikut
a. Ibu merasa lebih sehat dan kuat
b. Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik
c. Kesempatan yang baik untuk mengajar ibu merawat/memelihara anaknya
d. Tidak menyebabkan perdarahan abnormal 5
e. . Tidak memengaruhi penyembuhan luka episiotomy atau luka di perut
f. 6. Tidak memperbesar kemungkinan prolapse atau retoflexio
Ambulasi dini dilakukan dengan melakukan gerakan dan jalan-jalan ringan sambil bidan
melakukan observasi perkembangan pasien dari hitungan jam hingga hari. Kegiatan ini
dilakukan secara meningkat berangsur-angsur frekuensi dan intensitas aktivitasnya sampai
pasien dapat melakukannya sendiri tanpa pendampingan, untuk tercapainaya tujuan membuat
pasien dapat beraktifitas secara mandiri.

2.3. Eliminasi : Buang Air Kecil dan Besar (BAB dan BAK)
Dalam 6 jam post partum, pasien sudah harus dapat buang air kecil. Semakin lama urine
tertahan dalam kandung kemih maka dapat mengakibatkan kesulitan pada organ perkemihan,
misalnya infeksi. Biasanya, pasien menahan air kencing karena takut akan merasakan sakit pada
luka jalan lahir. Bidan harus dapat meyakinkan pada pasien bahwa kencing segera setelah
persalinan dapat mengurangi komplikasi post partum. Berikan dukungan mental pada pasien
bahwa ibu pasti mampu menahan sakit pada luka jalan lahir akibat terkena air kencing, karena
ibupun telah berhasil berjuang untuk melahirkan bayinya.
BAK normal dalam tiap 3-4 jam secara spontan. Bila tidak mampu BAK sendiri, maka
dilakukan tindakan bleder training, berikut ini:
a. Dirangsang dengan mengalirkan air keran di dekat klien
b. Mengompres air hangat di atas simfisis
c. Saat site bath (berendam air hangat) klien disuruh BAK
Bila tidak berhasil dengan cara diatas, maka dilakukan kateterisasi. Hal ini dapat
membuat klien merasa tidak nyaman dan risiko infeksi saluran kemih tinggi. Oleh karena itu
kateterisasi tidak dilakukan sebelum lewat enam jam postpartum. Dalam 24 jam pertama, ibu
post partum harus dapat buang air besar, karena semakin lama feses tertahan dalam usus makan
akan mengeras karena ciran yang terkandung dalam feses akan terserap oleh usus. Bidan harus
dapat meyakinkan pasien agar tidak takut buang air besar, karena tidak akan mempengaruhi luka
jalan lahir. Untuk meningkatkan volume feses, anjurkan pasien untuk makan tinggi serat dan
banyak minum air putih.
Buang air besar (BAB). Defekasi (buang air besar) harus ada dalam 3 hari postpartum.
Bila ada obstipasi dan timbul koprostase hingga skibala (feses yang mengeras) tertimbun di
rectum, mungkin akan terjadi febris. Bila terjadi hal demikian dapat dilakukan klisma atau diberi
laksan per os (melalui mulut). Pengeluaran cairan lebih banyak pada waktu persalinan sehingga
dapat mempengaruhi terjadinya konstipasi. Biasanya bila penderita tidak BAB sampai 2 hari
sesudah persalinan, akan ditolong dengan pemberian spuit gliserine/diberikan obat-obatan. Jika
dalam 2-3 hari postpartum masih susah BAB, maka sebaiknya diberikan laksan atau paraffin (1-2
hari postpartum), atau pada hari ke-3 diberi laksa supositoria dan minum air hangat. Berikut
adalah cara agar dapat BAB dengan teratur:
a. Diet teratur
b. Pemberian cairan yang banyak
c. Ambulasi yang baik
d. Bila takut BAB secara episiotomy, maka diberikan laksan suposotria

2.4. Kebersihan Diri


Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan perasaan
nyaman pada ibu. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur
minimal 2 kali sehari. Mengganti pakaian dan alas tempat tidur serta lingkungan dimana ibu
tinggal. Ibu harus tetap bersih, segar dan wangi, merawat perineum dengan baik dengan
menggunakan antiseptic ( PK/ Dethol) dan selalu diingat bahwa membersihkan perineum dari
arah depan ke belakang.
Jaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk mengindari infeksi, baik pada luka jahitan maupun
kulit.
A. Pakaian
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena produksi
keringat menjadi banyak. Produksi keringat yang tinggi bertujuan untuk menghilangkan
ekstra volume saat hamil. Pakaian agak longgar didaerah dada sehingga payudara tidak
tertekan dan kering. Demikian juga dengan pakaian dalam, agar tidak terjadi iritasi
(lecet), pada daerah sekitarnya akibat lochea.
B. Rambut
Setelah bayi lahir, ibu mungkin akan mengalami kerontokan rambut akibat gangguan
perubahan hormone sehingga keadaannya menjadi lebih tipis dibandingkan dengan
keadaan normal. Jumlah dan lamanya kerontokan berbedabeda antara wanita satu dengan
wanita lain. Meskipun demikian, kebanyakan akan pulih setelah beberapa bulan.

C. Kebersihan Kulit
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan dikeluarkan
kembali melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan pembengkakan pada wajah,
kaki, betis, dan tangan ibu. Oleh karena itu, dalam minggu pertama setelah melahirkan,
ibu akan merasakan jumlah keringat yang lebih banyak dari biasanya. Usahakan mandi
lebih sering dan jaga agar kulit tetap kering.

D. Kebersihan ulva dan sekitarnya


 Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara membersihkan
daerah disekitar vula terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Bersihkan vula setiap kali BAB/BAK
 Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2 kali
sehari. Kain dapat digunakan ulangjika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan
dibawah matahari atau disetrika.
 Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya.
 Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi,
Sarankan ibu untuk menghindari menyentuh luka, cebok dengan air dingin atau
cuci menggunakan sabun. Perawatan luka perineum betrujuan untuk mencegah
infeksi, meningkatkan rasa nyaman dan mempercepat proses penyembuhan.
Perawatan luka perineum dapat dilakukan dengan cara mencuci daerah genetalia
dengan air dan sabun setiap kali sehabis BAK/BAB yang dimulai dengan mencuci
bagian depan, baru kemudian daerah anus. Sebelum dan sesudahnya ibu
dianjurkan untuk mencuci tangan.

2.5 Kebutuhan Istirahat dan Tidur


Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan ibu nifas
sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.
a. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
b. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan
c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam berbagai hal yaitu:
o Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
o Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak pendarahan
o Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya.

2.6 Kebutuhan Seksual


Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan
ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam agina tanpa rasa nyeri. Bagitu darah merah
berhenti dan ibu tidak merasa nyeri, aman untuk memulai, melakukan hubungan suami istri
kapan saja ibu siap.
Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa
waktu tertentu, misalnya 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan bergantung pada
pasangan yang bersangkutan.
Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika luka episiotomy telah sembuh
dan lochea telah berhenti. Hendaaknya pula berhubungan seksual dapat ditinda sedapat mungkin
sampai 40 hari setelah persalinan. Karena pada waktu itu, diharapkan organ-organ tubuh telah
pulih kembali. Ibu mengalami ovulasi dan mungkin mengalami kehamilan sebelum haid yang
pertama timbul setelah persalinan. Untuk itu bila senggama tidak mungkin menunggu sampai
hari ke-40, suami/istri perlu melakukan usaha untuk mencegah kehamilan. Pada saat inilah waktu
yang tepat untuk memberikan konseling tentang pelayanan KB.
2.7 Rencana KB
Rencana KB setelah ibu melahirkan itu sangatlah penting, dikarenakan secara tidak
langsung KB dapat membantu ibu untuk dapat merawat anaknya dengan baik serta
mengistirahatkan alat kandungannya (pemulihan organ-organ kandungan). Ibu dan suami dapat
memilih alat kontrasepsi KB apa saja yang ingin digunakan.
Mengapa ibu perlu ikut KB?

o Agar ibu tidak cepat hamil lagi ( minimal 2 tahun)


o Agar ibu punya waktu untuk merawat kesehatan diri sendiri, anak dan keluarga.

2.8 Kebutuhan Perawatan Payudara


 Sebaiknya perawatan mammae telah dimuli sejak wanita hamil supaya putting tidak
lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya.
 Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara : pembalutan mammae sampai
tertekan, pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet Lynoral dan Pardolel.
 Ibu menyusui harus menjaga payudaranya untuk tetap bersih dan kering.
 Menggunakan Bra yang menyokong payudara.
 Apabila putting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting
susu setiap kali selesai menyusui, kemudian apabila lecetnya sangat berat dapaat
diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan
sendok. Selain itu, untuk menghilangkan rasa nyeri dapat minum paracetamol 1 tablet
setiap 4-6 jam.

2.9 Latihan Senam Nifas


Selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami perubahan fisik seperti dinding
perut menjadi kendor, longgarnya liang senggama dan otot dasar panggul. Untuk
mengembalikan kepada keadaan normal dan menjaga kesehatan agar tetap prima, senam nifas
sangat baikdilakukan pada ibu setelah melahirkan. Ibu tidak perlu takut untuk banyak bergerak,
karena dengan ambulasi dini ( bangun dan bergerak setelah beberapa jam melahirkan) dapat
membantu Rahim untuk kembali kebentuk semula.
a). Pengertian Senam Nifas
senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan setiap hari
sampai hari yang kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang dilakuan untuk
mempercepat pemulihan keadaan ibu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaakukan senam nifas adalah :
1. Diskusikan pentingnya pengembalian otot perut dan panggul karena dapat
mengurangi sakit pada punggung
2. Anjurkan ibu untuk melakukan ambulasi sedini mungkin secara bertahap, missal
latihan duduk, jika tidak pusing baru boleh berjalan
3. Melakukan latihan beberapa menit sangat membantu.
b). Tujuan Senam Nifas
tujuan dilakukannya senam nifas pada ibu setelah melahirkan adalah :
1. Membantu mempercepat pemulihan keadaan ibu
2. Mempercepat proses involusi dan pemulihan fungsi alat kandungan
3. Membantu memulihkan kekuatan dan kekencangan otot-otot panggul, perut dan
perineum terutama otot yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan.
4. Memperlancar pengeluaran lochea
5. Membantu mengurangi rasa sakit pada otot-otot setelah melahirkan.
6. Merelaksasikan otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan persalinan
7. Meminimalisir timbulnya kelianan dan komplikasi nifas, misalnya emboli,
trombosia dsb.
c). Manfaat Senam Nifas
senam nifas membantu memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki sikap tubuh dan
punggung setelah melahirkan, memperbaiki otot tonus, pelis dan peregangan otot abdomen,
memperbaiki juga memperkuat otot panggul dan membantu ibu untuk lebih rileks dan segar
pasca melahirkan.
d). Kapan Senam Nifas Harus Dilakukan
senam nifas dilakukan pada saat sang ibu benar-benar pulih dan tidak ada komplikasi
obstetric atau penyulit masa nifas. Ibu yang keadaan umumnya tidak baik merupakan
kontraindikasi dilakukannya senam nifas misalnya hipertensi, pasca kejang, dan demam. Untuk
itu bila senam nifas didampingi oleh bidan/ tenaga kesehatan sebelumnya dilakukan senam nifas
sebaiknya periksa dulu tanda-tanda vitalnya dan memastikan bahwa kondisi ibu baik dan bias
melakukan gerakan-gerakan senam nifas.
Senam nifas sebaiknya dilakukan diantara waktu makan. Melakukan senam nifas setelah
makan membuat ibu merasa tidak nyaman karena perut masih penuh. Sebaliknya jika dilakukan
disaat lapar, ibu tidak mempunyai tenaga dan lemas. Senam nifas bias dilakukan pagi atau sore
hari.
e). Persiapan Senam Nifas
sebelum melakukan senam nifas ada beberapa hal-hal yang perlu dipersiapkan yaitu
sebagai berikut :
o Sebaiknya mengenakan baju yang nyaman untuk berolahraga
o Persiapkana minum, sebaiknya air putih
o Bias dilakukan dimatras atau tempat tidur
o Boleh diiringi dengan music yang menyenangkan jika menginginkan
f). Latihan senam nifas
o Hari pertama
Posisi tubuh terlentang dan rileks, kemudian lakukan pernafasan perut diawali dengan
mengambil nafas melalui hidung, kembungkan perut dan tahan hingga hitungan ke-5
kemudian keluarkan nafas perlahan melalui mulut.

o Hari kedua
Posisi tubuh terlentang kedua kaki lurus kedepan. Angkat kedua tangan lurus keatas
samapai kedua telapan tangan bertemu kemudian turunkan secara perlahan. Lakukan
gerakan dengan mantap hingga terasa otot sekitar tangan dan bahu terasa kencang. Ulangi
sebanyak 8 kali.
o Hari ketiga
Berbaring rileks dengan posisi tangan disamping badan dan lutut ditekuk. Angkat pantat
perlahan kemudia turunkan kembali. Ulangi sebanyak 8 kali

o Hari keempat
Posisi tubuh berbaring dengan tangan kiri disamping badan, tangan kanan diatas perut
dan lutut ditekuk. Angkat kepala sampai dagu menyentuh dada, ulangi sebanyak 8 kali

o Hari kelima
Tubuh tidur terlentang,, kaki lurus, mengangkat kepala sampai dagu menyentuh dada,
tangan kanan menjangkau lutut kiri yang ditekuk, di ulang sebaliknya, ulangi sebanyak 8
kali

o Hari keenam
Posisi tidur terlentang, dan kedua tangan disamping badan, kemudiaan lutut ditekuk
kearah perut secara bergantian antara kaki kiri dan kanan. Lakukan gerakan sebanyak 8
kali.

o Hari ketujuh
Tidur terlentang, kaki lurus dan kedua tangan disamping badan, angkat kedua kaki secara
bersama dalam keadaan lurus, lakukan sesuai kemampuan.

o Hari kedelapan
Posisi nungging, nafas melalui pernafasan perut. Kerutkan anus dan tahan selama 5 detik.
Lakukan sebanyak 8 kali.

o Hari kesembilan
Posisi berbaring, kaki lurus dan kedua tangan disamping badan. Angkat kedua kaki dalam
keadaan lurus, lalu turunkan perlahan, gerakan diulang sebanyak 8 kali.

o Hari kesepuluh
Tidur terlentang, kaki lurus, kedua telapak tangan diletakan dibelakang kepala kemudian
bangun sampai posisi duduk kemudian perlahan- lahan posisi tidur kembali. Lakukan
gerakan sebanyak 8 kali.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Perempuan masa nifas perlu dipenuhi kebutuhannya untuk bias memulihkan kondisi da
organ-organ tubuh setelah melahirkan dan untuk persiapan laktasi supaya bayinya tumbuh
kembangnya berjalan dengan normal. Kebutuhan esensial dari perempuan nifas meliputi :

o Nutrisi dan cairan


o Ambulasi dini
o Eliminasi
o Istirahat yang cukup
o Kebersihan diri
o Kebutuhan seksual
o Latihan senam nifas .

3.2. Saran

Dengan adanya makalah ini bisa digunakan sebagai bahan ajar dalam Asuhan Kebidanan
Pasca Persalinan kebidanan mengenaiKebutuhan Dasar Pada Pasca Persalinan, sehingga para
mahasiswa kebidanan dapat bertambah ilmu mengenai hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Ari Sulistyawati. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Damayanti. 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Refika Aditama. Bandung.
Siti Saleha. 2009, Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Maritalia (2012) dan Walyani (2017), (Pratiwi, 2017:226). (Sari & Khotimah, 2018: 59).
Ambarwati, 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia, Prawirohadjo, S,
2001.
Sarwono Prawirohadjo, Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta:
Salemba Medika.
Buku Ajar Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.

Anda mungkin juga menyukai