Makalah Askeb Pasca Kel 1
Makalah Askeb Pasca Kel 1
MENYUSUI
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami
susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan Dan
Menyusui materi “ Kebutuhan Dasar Ibu Pasca Persalinan” .
Dalam menyusun makalah ini, kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada
dosen pembimbing dan kepada teman-teman yang telah mendukung terselesainya makalah ini.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran-saran yang sifatnnya membangun guna sempurnanya
makalah ini. Kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca
umumnya.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
COVER..................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan yaitu waktu kembali pada
sebagaimana keadaan tidak hamil. Dalam masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih seperti pada keadaan sebelum hamil. Untuk membantu mempercepat proses
penyembuhan pada masa nifas, maka ibu nifas membutuhkan diet yang cukup kalori dan protein,
membutuhkan istirahat yang cukup dan sebagainya. Kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan ibu nifas
antara lain Nutrisi dan cairan, Ambulasi, Eliminasi bak/bab. Dan personal hygiene.
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui apa saja kebutuhan dasar pada ibu di masa nifas.
1.3. Manfaat
PEMBAHASAN
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama kebutuhan protein dan
karbohidrat. Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi ASI, dimana ASI
sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Nutrisi ibu menyusui tidaklah rumit, yang
terpenting adalah makanan yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ibu nifas, serta menjamin
pembentukan air susu yang berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
bayinya. Kualitas dan jumlah makanan yang dikonsumsi ibu nifas sangat mempengaruhi
produksi ASI. Ibu nifas harus mendapatkan zat makanan sebesar 800 kkal yang digunakan untuk
produksi ASI dan untuk proses kesembuhan ibu. Pemberian ASI sangat penting karena ASI
merupakan makanan utama bagi bayi. Dengan ASI, bayi akan tumbuh dengan baik sebagai
manusia yang sehat, bersifat lemah lembut, dan mempunyai IQ yang tinggi. Hal ini disebabkan
karena ASI mengandung asam dekosa heksanoid (DHA). Bayi yang diberi ASI secara bermakna
akan mempunyai IQ yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang hanya diberi susu
formula. Selama menyusui, jika ibu dengan status gizi yang baik rata-rata memproduksi ASI
sekitar 800cc yang mengandung sekitar 600 kkal, sedangkan pada ibu dengan status gizi kurang
biasanya memproduksi ASI kurang. Walaupun demikian, status gizi tidak berpengaruh besar
terhadap mutu ASI, kecuali volumenya.
1) Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah air susu ibu yang
dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui disbanding selama hamil. Rata-rata
kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah 70 kal/100 ml dan
kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan. Rata-rata ibu
menggunakan 640 kal/hari untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan kedua
untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata ibu harus mengonsumsi 2.300-2.700
kal ketika menyusui. Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk melakukan aktivitas,
metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI, serta sebagai ASI itu sendiri
yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Makanan yang
dikonsumsi juga perlu memenuhi syarat, seperti: susunannya harus seimbang, porsinya
cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, serta tidak mengandung
alkohol, nikotin, bahan pengawet, dan pewarna.
2) Ibu memerlukan tambahan 20 gr/hari protein di atas kebutuhan normal ketika menyusui.
Dasar kebutuhan ini adalah tiap 100cc ASI mengandung 1,2 gram protein. Dengan
demikian, 830 cc ASI mengandung 10 gram protein. Efisiensi konversi protein makanan
menjadi protein susu hanya 70% (dengan variasi perorangan). Peningkatan kebutuhan ini
ditujukan bukan hanya untuk transformasi menjadi protein susu, tetapi juga untuk sintesis
hormone yang memproduksi (prolaktin), serta yang mengeluarkan ASI (oksitosin).
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak atau mati.
Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani dan nabati. Protein hewani antara
lain telur, daging, ikan, udang, kerang, susu, dan keju. Sementara itu, protein nabati
banyak terkandung dalam tahu, tempe, kacang-kacangan, dan lain-lain. Ibu nifas juga
dianjurkan untuk mendapatkan asupan dari nutrisi lain, berikut adalah perbandingan
tambahan nutrisi ibu menyusui pada wanita asia dan amerika.
Selain nutrisi tersebut, ibu menyusui juga dianjurkan makan makanan yang mengandung
asam lemak Omega 3 yang banyak terdapat dalam ikan kakap, tongkol, dan lemuru. Asam ini
akan diubah menjadi DHA yang akan dikeluarkan melalui ASI. Kalsium terdapat pada susu,
keju, teri, kacang-kacangan . zat besi banyak terdapat pada makanan laut. Vitamin C banyak
terdapat pada buah buahan yang memiliki rasa asam, seperti jeruk, manga, sirsak, apel, tomat dll.
Vitamin B1 dan B2 terdapat pada kacang-kacangan, hati, telur, ikan, dan sebagainya. Ada
beberapa sayuran yang menurut pengalaman masyarakat dapat memperbanyak pengeluaran ASI,
misalnya sayur daun turi (daun katuk) dan kacang-kacangan. Kesimpulan dari beberapa anjuran
yang berhubungan dengan pemenuhan gizi ibu menyusui antara lain :
1) Mengkonsumsi tambahan kalori setiap hari sebanyak 500 kalori
2) Makan dengan diet seimbang, cukup protein, mineral, dan vitamin.
3) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari, terutama setelah menyusui.
4) Mengkonsumsi tablet zat besi selama masa nifas.
5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit). Kekurangan gizi pada ibu menyusui dapat
menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu dan bayinya. Gangguan pada bayi meliputi
proses tumbuh kembang anak, bayi mudah sakit, dan mudah terkena infeksi. Kekurangan
zat-zat esensial menimbulkan gangguan pada mata maupun tulang.
Ambulasi dini merupakan usaha untuk memulihkan kondisi ibu nifas secepat mungkin
mungkin untuk berjalan. Pada persalinan normal sebaiknya ambulasi dikerjakan setelah 2 jam
(ibu boleh miring ke kiri atau ke kanan untuk mencegah adanya trombosit) Keuntungan lain dari
ambulasi dini adalah sebagai berikut
a. Ibu merasa lebih sehat dan kuat
b. Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik
c. Kesempatan yang baik untuk mengajar ibu merawat/memelihara anaknya
d. Tidak menyebabkan perdarahan abnormal 5
e. . Tidak memengaruhi penyembuhan luka episiotomy atau luka di perut
f. 6. Tidak memperbesar kemungkinan prolapse atau retoflexio
Ambulasi dini dilakukan dengan melakukan gerakan dan jalan-jalan ringan sambil bidan
melakukan observasi perkembangan pasien dari hitungan jam hingga hari. Kegiatan ini
dilakukan secara meningkat berangsur-angsur frekuensi dan intensitas aktivitasnya sampai
pasien dapat melakukannya sendiri tanpa pendampingan, untuk tercapainaya tujuan membuat
pasien dapat beraktifitas secara mandiri.
2.3. Eliminasi : Buang Air Kecil dan Besar (BAB dan BAK)
Dalam 6 jam post partum, pasien sudah harus dapat buang air kecil. Semakin lama urine
tertahan dalam kandung kemih maka dapat mengakibatkan kesulitan pada organ perkemihan,
misalnya infeksi. Biasanya, pasien menahan air kencing karena takut akan merasakan sakit pada
luka jalan lahir. Bidan harus dapat meyakinkan pada pasien bahwa kencing segera setelah
persalinan dapat mengurangi komplikasi post partum. Berikan dukungan mental pada pasien
bahwa ibu pasti mampu menahan sakit pada luka jalan lahir akibat terkena air kencing, karena
ibupun telah berhasil berjuang untuk melahirkan bayinya.
BAK normal dalam tiap 3-4 jam secara spontan. Bila tidak mampu BAK sendiri, maka
dilakukan tindakan bleder training, berikut ini:
a. Dirangsang dengan mengalirkan air keran di dekat klien
b. Mengompres air hangat di atas simfisis
c. Saat site bath (berendam air hangat) klien disuruh BAK
Bila tidak berhasil dengan cara diatas, maka dilakukan kateterisasi. Hal ini dapat
membuat klien merasa tidak nyaman dan risiko infeksi saluran kemih tinggi. Oleh karena itu
kateterisasi tidak dilakukan sebelum lewat enam jam postpartum. Dalam 24 jam pertama, ibu
post partum harus dapat buang air besar, karena semakin lama feses tertahan dalam usus makan
akan mengeras karena ciran yang terkandung dalam feses akan terserap oleh usus. Bidan harus
dapat meyakinkan pasien agar tidak takut buang air besar, karena tidak akan mempengaruhi luka
jalan lahir. Untuk meningkatkan volume feses, anjurkan pasien untuk makan tinggi serat dan
banyak minum air putih.
Buang air besar (BAB). Defekasi (buang air besar) harus ada dalam 3 hari postpartum.
Bila ada obstipasi dan timbul koprostase hingga skibala (feses yang mengeras) tertimbun di
rectum, mungkin akan terjadi febris. Bila terjadi hal demikian dapat dilakukan klisma atau diberi
laksan per os (melalui mulut). Pengeluaran cairan lebih banyak pada waktu persalinan sehingga
dapat mempengaruhi terjadinya konstipasi. Biasanya bila penderita tidak BAB sampai 2 hari
sesudah persalinan, akan ditolong dengan pemberian spuit gliserine/diberikan obat-obatan. Jika
dalam 2-3 hari postpartum masih susah BAB, maka sebaiknya diberikan laksan atau paraffin (1-2
hari postpartum), atau pada hari ke-3 diberi laksa supositoria dan minum air hangat. Berikut
adalah cara agar dapat BAB dengan teratur:
a. Diet teratur
b. Pemberian cairan yang banyak
c. Ambulasi yang baik
d. Bila takut BAB secara episiotomy, maka diberikan laksan suposotria
C. Kebersihan Kulit
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan dikeluarkan
kembali melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan pembengkakan pada wajah,
kaki, betis, dan tangan ibu. Oleh karena itu, dalam minggu pertama setelah melahirkan,
ibu akan merasakan jumlah keringat yang lebih banyak dari biasanya. Usahakan mandi
lebih sering dan jaga agar kulit tetap kering.
o Hari kedua
Posisi tubuh terlentang kedua kaki lurus kedepan. Angkat kedua tangan lurus keatas
samapai kedua telapan tangan bertemu kemudian turunkan secara perlahan. Lakukan
gerakan dengan mantap hingga terasa otot sekitar tangan dan bahu terasa kencang. Ulangi
sebanyak 8 kali.
o Hari ketiga
Berbaring rileks dengan posisi tangan disamping badan dan lutut ditekuk. Angkat pantat
perlahan kemudia turunkan kembali. Ulangi sebanyak 8 kali
o Hari keempat
Posisi tubuh berbaring dengan tangan kiri disamping badan, tangan kanan diatas perut
dan lutut ditekuk. Angkat kepala sampai dagu menyentuh dada, ulangi sebanyak 8 kali
o Hari kelima
Tubuh tidur terlentang,, kaki lurus, mengangkat kepala sampai dagu menyentuh dada,
tangan kanan menjangkau lutut kiri yang ditekuk, di ulang sebaliknya, ulangi sebanyak 8
kali
o Hari keenam
Posisi tidur terlentang, dan kedua tangan disamping badan, kemudiaan lutut ditekuk
kearah perut secara bergantian antara kaki kiri dan kanan. Lakukan gerakan sebanyak 8
kali.
o Hari ketujuh
Tidur terlentang, kaki lurus dan kedua tangan disamping badan, angkat kedua kaki secara
bersama dalam keadaan lurus, lakukan sesuai kemampuan.
o Hari kedelapan
Posisi nungging, nafas melalui pernafasan perut. Kerutkan anus dan tahan selama 5 detik.
Lakukan sebanyak 8 kali.
o Hari kesembilan
Posisi berbaring, kaki lurus dan kedua tangan disamping badan. Angkat kedua kaki dalam
keadaan lurus, lalu turunkan perlahan, gerakan diulang sebanyak 8 kali.
o Hari kesepuluh
Tidur terlentang, kaki lurus, kedua telapak tangan diletakan dibelakang kepala kemudian
bangun sampai posisi duduk kemudian perlahan- lahan posisi tidur kembali. Lakukan
gerakan sebanyak 8 kali.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perempuan masa nifas perlu dipenuhi kebutuhannya untuk bias memulihkan kondisi da
organ-organ tubuh setelah melahirkan dan untuk persiapan laktasi supaya bayinya tumbuh
kembangnya berjalan dengan normal. Kebutuhan esensial dari perempuan nifas meliputi :
3.2. Saran
Dengan adanya makalah ini bisa digunakan sebagai bahan ajar dalam Asuhan Kebidanan
Pasca Persalinan kebidanan mengenaiKebutuhan Dasar Pada Pasca Persalinan, sehingga para
mahasiswa kebidanan dapat bertambah ilmu mengenai hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ari Sulistyawati. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Damayanti. 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Refika Aditama. Bandung.
Siti Saleha. 2009, Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Maritalia (2012) dan Walyani (2017), (Pratiwi, 2017:226). (Sari & Khotimah, 2018: 59).
Ambarwati, 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia, Prawirohadjo, S,
2001.
Sarwono Prawirohadjo, Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta:
Salemba Medika.
Buku Ajar Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.