Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MEMAHAMI FUNGSI AKHLAK TERHADAP


SESAMA MANUSIA DAN DIRI SENDIRI

i
DOSEN PENGAMPUH
Dr. HM. Nasron, HK, M.Pd.I

NAMA KELOMPOK 5

1. ANGGRAINI (NIM P01740122004)


2. NURYANDA (NIM P01740122031)
3. REVI INDASARI (NIM P01740122035)
4. WULANI SEPTIKA (NIM P01740122054)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEBIDANAN


FAKULTAS KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BENGKULU
2023

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................................i
DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

ii
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................1
1.3 Tujuan.......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
2.1 Akhlak Terhadap Diri Sendiri...................................................................................2
2.2 Akhlak Terhadap Sesama.........................................................................................5
BAB III PENUTUP...........................................................................................................7
3.1` Kesimpulan .............................................................................................................7
3.2 Saran ........................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................8

iii
BAB I

PENDAHULUAN
 
1.1 Latar Belakang

            Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai  dengan
menjalankan syariat agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik.
Kepercayaan yang hanya berbentuk ilmu pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah yang
dilakukan hanya sebagai formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan peraturan yang
tertuang dalam kitab suci saja, semua ini bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya
kebahagiaan tersebut.

            Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan
yang menentukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, atau susila adalah pola tindakan
yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila
adalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak. Sebaliknya, hidup yang tidak bersusila
dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu.

            Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia
melihat atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan buruk. Disitulah
membedakan halah dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia
bias melakukan. Itulah hal yang khusus manusiawi. Dalam dunia hewan tidak ada hal yang
baik dan buruk atau patut tidak patut, karena hanya manusialah yang mengerti dirinya sendiri,
hanya manusialah yang sebagai subjek menginsafi bahwa dia berhadapan pada perbuatannya
itu, sebelum, selama, dan sesudah pekerjaan itu dilakukan. Sehingga sebagai subjek yang
mengalami perbuatannya dia bias dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian dari akhlak terhadap diri sendiri?
2. Bagaimana cara bersikap terhadap diri sendiri?
3. Apa sajakah yang termasuk dalam (macam-macam) akhlak terpuji terhadap diri sendiri?
4. Bagaimanakah akhlak terhadap sesama?
5. Apa sajakah yang termasuk dalam (macam-macam) akhlak terpuji terhadap sesama?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari akhlak terhadap diri sendiri.
2. Untuk mengetahui cara bersikap terhadap diri sendiri.
3. Untuk mengetahui macam-macam akhlak terhadap diri sendiri,
4. Untuk mengetahui bagaimana akhlak terhadap sesama.
5. Untuk mengetahui macam-macam akhlak terpuji terhadap sesama.

1
BAB II

PEMBAHASAN

 2.1 Akhlak Terhadap Diri Sendiri

2.1.1 Pengertian Akhlak Terhadap Diri Sendiri

            Akhlak  terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu
jasmani sifatnya atau ruhani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita, dan jangan
pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan
membahayakan jiwa. Sesuatu yang membahayakan jiwa bisa bersifat fisik atau psikis.

            Sebagai makhluk ciptaan Allah harus dipahami bahwa diri sendiri  merupakan
pemberian yang diberikan Allah. Allah memberikan berbagai fasilitas dengan berbagai
anggota tubuh yang cukup lengkap agar seseorang bisa hidup secara layak. Ia memberinya
mata dengan tutupnya agar terhindar dari berbagai bahaya. Hidungnya diberikan Allah
dengan lubangnya menghadap kebawah agar terhindar dari masuknya berbagai kotoran dan
air. Telinga, tangan, dan kaki. Bahkan yang tidak dapat ternilai diberikan akal untuk dapat
memikirkan jalan hidupnya. Semua itu akan diminta pertanggung jawaban kelak didepan
Allah. Untuk itu haruslah bersikap secara baik terhadap diri sendiri, yaitu:

1. Menjaga kesuciannya sebagai sediakala ia diciptakan Allah, agar kelak kembali kepada
Allah dalam keadaan suci pula.
2. Menjaga kesehatan jiwa dan akal, dengan menjauhi bahan-bahan yang memabukkan
atau menghilangkan fungsi akal.
3. Menjaga jiwa agar tidak memperturutkan kemauan-kemauan yang tidak ada manfaatnya
dan kegunaannya bagi diri.
4. Menjaga kebugaran tubuh agar bisa melakukan aktifitas sebagai ibadah kepada Allah.
Benar dalam bertindak, menempatkan sesuatu pada tempatnya. Memelihara kesucian
dan kehormatan diri dari tindakan tercela, malu terhadap Allah dan diri sendiri akan
perbuatan melanggar perintah Allah. Tidak bermalas-malasan. Kasih saying terhadap
diri sendiri dan bersikap hemat terhadap harta, tenaga dan waktu.
 
2.1.2 Macam-Macam Akhlak Terhadap Diri Sendiri

1. Gigih
            Kata gigih berasal dari bahasa minangkabau yang artinya berkeras hati, tabah, dan
rajin. Sifat gigih hendaknya diterapkan antara lain pada persoalan-persoalan berikut:

1. Menuntut ilmu pengetahuan


            Ilmu pengetahuan itu dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu ilmu pengetahuan
tentang agama islam (Ilmu Had)  dan ilmu pengetahuan umum (Ilmu Ghairu Had). Ilmu
pengetahuan tentang agama islam memberikan pedoman hidup kepada umat manusia. Ilum
pengetahuan umum bertujuan agar umat manusia dapat memanfaatkan, menggali, dan 
mengolah kekayaan alam, baik yang ada didarat dan dilaut maupun yang ada diudara.
            Kedua macam ilmu pengetahuan tersebut harus dipelajari secara sungguh-sungguh
dan rajin dengan dilandasi niat ikhlas karena Allah SWT, serta untuk memperolrh Ridha-Nya
dan rahmat-Nya. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
Yang artinya:

2
            “ Barang siapa melewati jalan dimana ia menuntut ilmu pada jalan itu, niscaya Allah
memudahkan kepadanya jalan menuju syurga.” (H.R. Muslim).

2. Bekerja mencari Riski yang halal


            Allah berfirman dalam Q.S.Al-jumuah,(62): 10[3]
 Artinya : “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”
            Dari ayat Al-Qur’an tersebut dapat dipahami bahwa seorang muslim selain
berkewajiban menunaikan ibadah kepada Allah SWT, juga berkewajiban bekerja mencari
rezeki untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seseorang yang mampu memenuhi kebutuhan
hidupnya hasil usaha sendiri, kedudukannya di sisi Allah lebih baik dari orang minta-minta,
yang keberadaannya dalam hidupnya menjadi beban orang lain.[4]
            Dalam bekerja haruslah dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah, insya Allah,
dengan cara seperti itu, akan memperoleh hasil kerja yang optimal. Islam melarang umatnya
dari bersifat malam delam melakukan suatu usaha, karena sifat malas ini akan mendatangkan
kerugian dan kekecewaan.

3. Berinisiatif
            Kata Inisiatif berasal dari bahasa belanda yang berarti prakarsa dan langkah pertama.
Seseorang yang memiliki inisiatif disebut inisiator. Orang-orang beriman muslimin atau
muslimah, yang berilmu pengetahuan tinggi dalam segala bidang hendaknya memiliki
banyak inisiatif, untuk kepentingan dan kemajuan umat manusia, agar keadaan umat manusia
terus meningkat kearah yang lebih baik dan lebih maju. Misalnya dalam bidang ksehatan dan
kesejahteraan masyarakat orang-orang beriman dan berilmu pengetahuan tinggi dalam bidang
tersebut dapat menemukan berbagai jenis obat baru untu mengobati berbagai jenis penyakit.
            Berbahagialah orang-orang beriman yang ahli dalam bidang masing-masing dan
memilikibanyak inisiatif, untuk kebaikan dan kemajuan umat manusia karena mereka semua
tentu akan  memperoleh derajat yang tinggi disisi Allah SWT dan dikalangan umat manusia.

Allah SWT berfirman dalam Q.S. .Al-Mujadillah (58): 11


Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: ‘berlapang-
lapanglah dalam majelis’, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberikan kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan; ‘Berdirilah kamu’, maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang di beri ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah maha mngetahui apa yang kamu kerjakan.”

4. Rela Berkorban dan Ikhlas


            Perjuangan dan pengorbanan yang dilandasi dengan  niat ikhlas karena Allah SWT,
untuk memperoleh ridho dan rahmat-Nya tentu akan dapat mengubah nasib kearah lebih baik
dan maju.
Allah SWT berfirman dalam Q.S. Ar-Ra’d, (13): 11
Artinya: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat, yang selalu mengikutinya bergiliran, di
muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah
tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan, yang ada pada
diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka
tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”

3
5. Sabar
Allah berfirman dalam Q.S.Al-Baqarah (2):153
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

6. Syukur
Allah berfirman dalam Q.S. An-Nahl ayat 14 [7]
Artinya: “Dan Dialah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat
memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu
perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu
mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.”

7. Tawadhu’ (rendah hati, tidak sombong)


Allah berfirman dalam Q.S. Al-Luqman ayat 18
Artinya : “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

8. Benar
Allah berfirman dalam Q.S.At-Taubah, ayat 119
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu
bersama orang-orang yang benar.

9. Iffah (menahan diri dari melakukan yang terlarang)


Contoh dari diri menahan diri adalah saat ingin melakukan sesuatu hal yang dibenci
oleh allah swt, yaitu meniggalkan sholat.

10. Hilmun (menahan diri dari marah)


Saat marah khendaklah menahan marah agar tidak dikuasi oleh setan, karena saat itu
lisan kita sangat tidak baik untuk berbincang yang mana bisa saja menyakiti hati lawan
berbicara kita.

11. Amanah (jujur)
Contohnya saat kita diberi sebuah amanah khendaklah disampaikan dengan benar
tanpa ada di tambahi atau pub di kurangi

12. Syaja’ah (berani karena benar)


Jangan pernah takut untuk berkata jujur, karena dari jujurkita akan mendapatkan
pahala yang melipah, yang akan allah berikan kepoada kita.

13. Qanaah (merasa cukup dengan apa yang ada)


Selalu bersyukur dengan apa yang telah allah beri, karena allah mencintai oramng-
orang yang bersyukur.

4
2.2 Akhlak Terhadap Sesama

   Mengenai hubungan dengan sesama muslim, maka tidak terlepas dengan tetangga, famili
atau kerabat, teman, rekan kerja maupun masyarakat muslim. Kewajiban seorang muslim
terhadap muslim lainnya ada 6, sebagaimana yang diterangkan dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Abu Hurairah, yang artinya :
 “ Rasulullah bersabda: kewajiban seorang terhadap muslim ada 6. Sahabat bertanya “
apakah itu, wahai Rasulullah? Rasulullah bersabda : “ Apabila engkau berjumpa dengannya
; apabila ia mengundang engkau, hendaklah engkau menepatinya; apabila ia meminta
nasihat kepada engkau engkau menasehatinya; apabila ia bersin kemudian ia mengucapkan
hamdallah hendaklah engkau ucapkan tasymith ( yarhamukallah / yarhamukillah ); apabila
ia sakit hendaklah engkau menjenguknya; dan apabila ia meninggal dunia hendaklah
melayatnya dan mengantarkan kepemakamannya.

Dari arti hadits diatas, dapat disimpulkan dengan jelas bahwa 6 kewajiban muslim kepada
muslim lainnya yaitu:

 Mengucapkan salam ketika berjumpa.


Mengucapkan salam. Hukumnya adalah sunah muakad. Sebab salam merupakan
sebab-sebab pemersatu orang Islam dan sebab timbulnya rasa cinta kasih sesamanya.
Allah SWT berfirman dalam Q.S. Yasin ayat 58
Artinya: “(Kepada mereka dikatakan): “Salam”, sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang
Maha Penyayang.”

 Memenuhi undangannya
Apabila kamu diundang, maka hadirilah undangan itu. Artinya apabila kita diundang
ke rumah orang yang mengundang kita maka datangilah. Karena mendatangi undangan
tersebut hukumnya sunnah muakkad. Sebab hal tersebut dapat menjadikan pihak yang
mengundang akan merasa senang dan mendatangkan rasa cinta kasih dan rasa persatuan
diantara mereka.

 Menasehati jika diminta.


Allah SWT memerintahkan kepada hamba-hambanya yang beriman saling menasihati
supaya mentaati kebenaran dan menasihati dalam bersabar satu sama lainnya, sebagaimana
yang ditegaskanda Allah dalam Q.S Al-Ashr ayat 2-3[10]
Artinya: “(2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. (2) Kecuali orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” 

 Mengucapkan tasymith jika ia bersin, lalu ia mengucapkan hamdallah.


            Bagi orang muslim yang mendengar saudara muslimnya bersin dan
mengucapkan Alhamdulillah, maka disyariatkan baginya untuk mengucapkan tasymit
kepadanya.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam bersabda: “Apabila salah seorang kamu bersin, hendaknya ia mengucapkan: Al-
Hamdulillah. Dan hendaknya saudaranya atau sahabatnya mengucapkan
kepadanya: Yarhamukallah.
Maka apabila ia mengucapkan yarhamukallah kepadanya, hendaknya ia
mengucapkan: Yahdikumullah wa Yuslihu Baalakum.”
(HR. al-Bukhari no. 5756).

5
 Menjenguknya bila ia sakit.
Hukum menjenguk orang sakit adalah fardhu kifayah. Artinya, bila ada sebagian
orang yang melakukannya maka gugur kewajiban dari yang lain. Bila tidak ada seorang pun
yang melakukannya, maka wajib bagi orang yang mengetahui keberadaan si sakit untuk
menjenguknya.
Keutamaan yang besar dijanjikan bagi seorang muslim yang menjenguk saudaranya
yang sakit seperti ditunjukkan dalam hadits-hadits berikut ini:
Tsauban z mengabarkan dari Nabi n, sabda beliau:
 “Sesungguhnya seorang muslim bila menjenguk saudaranya sesama muslim maka ia terus
menerus berada di khurfatil jannah hingga ia pulang (kembali).”
(HR. Muslim no. 6498)

6)      Melayat dan mengantarkan jenazahnya sampai kepemakaman jika ia meninggal


dunia.
            Melayat ahli mayat (keluarga mayat) itu sunat dalam tiga hari sesudah ia meninggal
dunia, yang lebih ialah sebelum dikuburkan. Yang dimaksud dalam melayat itu ialah untuk
menganjurkan ahli mayat (keluarga mayat) supaya sabar, jangan berkeluh-kesah, mendo’akan
mayat supaya mendapat ampunan, dan juga supaya malapetaka itu berganti dengan kebaikan.
Sabda Rasulullah Saw:
            Dari Usamah, Ia berkata, “Seorang anak perempuan Rasulullah Saw. telah
memanggil beliau serta memberitahukan bahwa anaknya dalam keadaan hamper mati,
Rasulullah Saw. berkata kepada utusan itu, ‘kembalilah engkau kepadanya, dan katakana
bahwa segala yang diambil dan yang diberikan – bahkan apa pun – kepunyaan Allah. Dialah
yang menentukan ajalnya, maka surulah ia sabar serta tunduk kepada perintah’.” (HR.
Bukhari dan Mushlim).

Akhlak terpuji seorang muslim terhadap saudaranya sesama muslim lainnya yaitu:
1. Mencintai saudaranya sesama muslim
2. Mencintai karena Allah
3. Tolong menolong
4. Membantu Saudara Yang Kesulitan
5. Menutupi a’ib saudaranya sesama muslim
6. Saling menyayangi satu sama lainnya.
7. Mendoakan kebaikan
8. Saling Berjabatan Tangan Ketika Bertemu
9. Ramah tamah dan rendah hati
10. Mendahulukan Kepentingan Saudaranya daripada Kepentingan Sendiri
11
. Berprasangka baik

Pertanyaan Dan Jawaban:

1. Imelda Putri Perdana : Bagaimana cara anda dan kita semua dlm menyikapi orang
yang masih saja melakukan perintah terlarang dari aturan agama padahal ia tau
larangan tersebut dan konsekuensi nya hanya karena gengsi dan sombong, selain sadar
diri?

6
Jawab : Yang bisa kita lakukan adalah dengan cara menasehati nya, tanpa
membuatnya malu ataupun tersinggung dengan nasehat yg telah kita beri, karna
sombong dan gengsi tidak bisa membawa seseorang ke pintu surganya allah.

2. Firdausi Salsabila : Sebagian orang sering merasakan insecure terhadap diri nya
sendiri, merasa tidak bisa apa apa dan tidak memiliki kemampuan yg dapat merasa
bodoh dan cenderung membanding bandingkan diri dengan orang lain, nah apakah hal
ini termasuk ke dalam tidak berakhlak pada diri sendiri? Bagaimana tanggapan kalian,
jelaskan!

Jawab : Dalam Islam, perasaan insecure termasuk salah satu hal yang sebaiknya tidak
dirasakan. Karena dalam Surat At-Tiin ayat 4 telah tertulis bahwa sesungguhnya Allah
telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya bentuk. Dengan kesempurnaan
yang dimiliki manusia dibanding makhluk-makhluk lain, alangkah baiknya kita
menjauhi sikap insecure. Ayat tersebut memperkuat alasan kita agar tidak perlu
merasa insecure.

3. Hargia Mahdalena : Coba kalian jelaskan perbedaan akhlak dengan adab dan
mengapa orang berakhlak belum tentu beradab?

Jawab : Akhlak muncul dari diri sendiri sedangkan adab, merupakan perintah Allah
SWT. Dikarenakan tidak semua peradaban manusia yang besar memiliki akhlak
mulia.

4. Diana Sintia : apa hukum makan di pesta orang tak dikenal dengan tidak sengaja?

Jawab : Hukum seseorang yg makan di tempat undangan dengan sengaja adalah


tathafful adalah haram, namun karena orang tersebut makan dengan tanpa sengaja
menurut saya tidak apa2, khendanya menemui mempelai atau pun orang tua mempelai
dan meminta maaf, namun semua itu tergantung niatnya jika benar-benar tidak tahu
mana orang tersebut tidak berdosa.

5. Tiya Meilansari : Hukum mengucapkan Alhamdulillah dan Astaghfirullah saat bersin!

Jawab : mengucapkan alhamdulillah itu ketika bersin hukumnya fardhu ain, dan
dikatakan ketika mendapat syukur atau anugrah dari Allah, sedangkan astagfirullah itu
artinya yaitu memohon ampun kepada allah, istigfar pun dapat diucapkan kapan saja
tanpa harus menunggu saat khilaf atau marah, jika mengucapakkan istigfar ketika
mendengar orang bersin kalau tidak sengaja tidak apa apa tetapi jika disengaja itu
tidak bole sebaiknya mengucapkan Alhamdulillah.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

            Dari makalah yang telah kami kerjakan, dapat disimpulkan bahwa Akhlak  terhadap
diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau
ruhani. Kita harus bersikap baik terhadap diri sendiri, dengan cara:

1. Menjaga kesuciannya sebagai sediakala ia diciptakan Allah.


2. Menjaga kesehatan jiwa dan akal.
3. Menjaga kebugaran tubuh agar bisa melakukan aktifitas sebagai ibadah kepada Allah.

            Macam-macam akhlak terhadap diri sendiri yaitu: Gigih, berinisiatif, rela berkorban
dan ikhlas, sabar, syukur, tawadhu’, benar, iffah, hilmun, amanah, syaja’ah, qana’ah
.
                Mengenai hubungan dengan sesama muslim, maka tidak terlepas dengan tetangga,
famili atau kerabat, teman, rekan kerja maupun masyarakat muslim. Kewajiban seorang
muslim terhadap muslim lainnya ada 6 yaitu : mengucapkan salam ketika berjumpa,
memenuhi undangannya, menasehati jika diminta, mengucapkan tasymith jika ia bersin, lalu
ia mengucapkan hamdallah, menjenguknya biala ia sakit dan melayat dan mengantarkan
jenazahnya sampai kepemakaman jika ia meninggal dunia.

Akhlak terpuji seorang muslim terhadap saudaranya sesama muslim lainnya


meliputi :mencintai saudaranya sesama muslim, mencintai karena Allah, tolong menolong,
membantu Saudara yang kesulitan, menutupi a’ib saudaranya sesama muslim, saling
menyayangi satu sama lainnya, mendoakan kebaikan, saling berjabatan tangan ketika
bertemu, ramah tamah dan rendah hati, mendahulukan kepentingan saudaranya daripada
kepentingan sendiri, berprasangka baik.

3.2 saran
Dengan akhlak dapat menggambar karakter seseorang dari akhlak kita dapat melihat
bagaimana orang tersebut memperlakukan sesama makhluk hidup dari sebuah akhlak dapat
melihat prilaku terpuji seseorang baik kepada sesama manusia, diri sendiri dan juga
memperlakukan diri agar selalu beriman kepada allah swt.

Semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu khalayak umum dalam
membaca dan memahami mengenai fungsi akhlak terhadap sesama manusia dan diri sendiri.
Semoga nantinya makalah ini akan menjadi lebih baik lagi dari ini, dengan itu kami
memerlukan saran dari pembaca semua.

8
DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi, Noor Salami. 2004. MKDU Dasar-


Dasar Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: PT.Bumi aksara.
Afif Amrullah. 2003. Akhlak terhadap Sesama Muslim. Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia.
Damanhuri Basyir.
2013. Strategi Pembentukan Manusia Berkarakter Refleksi       Konsep Insan Kamil dalam Ta
sawuf. Banda Aceh: NASA.
http://quran.com/
Syamsuri. 2004. Pendidikan Agama Islam SMA untuk Kelas X. Jakarta: Erlangga

9
10

Anda mungkin juga menyukai