Anda di halaman 1dari 188

KONTRIBUSI PENDIDIKAN PESANTREN DALAM PEMBENTUKAN

KARAKTER SANTRIWAN UNTUK MENGHADAPI TANTANGAN


KEHIDUPAN MODERN (STUDI KASUS SANTRIWAN
PONDOK PESANTREN SYAMSUDDIN
KABUPATEN INDRAGIRI HULU)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Serjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:
SUWANDI
NIMKO: 1211.19.6863

Program Serjana Strata Satu (SI)


Jurusan Pendidikan Agama Islam

PONDOK PESANTREN TINGGI AGAMA ISLAM


MADINATUN NAJAH
RENGAT
2023 M/1444 H
NOTA DINAS PEMBIMBING

Kepada Yth.,
Ketua STAI Madinatun Najah Rengat
Di –
RENGAT

Setelah melakukan bimbingan arahan dan koreksi terhadapan penulisan skripsi


berjudul

KONTRIBUSI PENDIDIKAN PESANTREN DALAM PEMBENTUKAN


KARAKTER SANTRIWAN UNTUK MENGHADAPI TANTANGAN
KEHIDUPAN MODERN (STUDI KASUS SANTRIWAN
PONDOK PESANTREN SYAMSUDDIN
KABUPATEN INDRAGIRI HULU)

Yang dditulis oleh :

Nama : Suwandi
NIMKO : 1211.19.6863
Jenjang : Sarjana (S1)
Prodi : Pendidikan Agama Islam

Saya berpendapat bahwa skripsi saudara tersebut diatas dapat diajukan kepada
ketua program studi untuk diujikan dalam rangka memperoleh gelar sarjana
pendidikan (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Wassalamu’laikum wr. wb

Pembimbing

Dr. Al Afif Hazmar, M.Si


NIDN. 2105108901

PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Suwandi
NIMKO : 1211.19.6863
Tempat Tanggal Lahir : Desa Manis, 12 Oktober 1998
Jenjang : Sarjana (S1)
Prodi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa naska skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil


penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk
sumbernya.

Rengat, 2 Juli 2023


Saya yang menyatakan

SUWANDI
NIMKO. 1211.19.6863

MOTTO
ِ
‫ت غَ ًدا‬ َ ‫ َوا ْع َم ْل آِل ِخ َرت‬،‫يش أبَ ًدا‬
َ َّ‫ك َكَأن‬
ُ ‫ك تَ ُم ْو‬ ِ َ َ‫ا ْع َم ْل لِ ُد ْني‬
ُ ‫اك َكأنَّك تَع‬
“Work for your world as if you will live forever. And work for your hereafter as if
you will die tomorrow morning”
“and begin to be now what you will be tomorrow”
“Suwandi”
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

KEPUTUSAN BERSAMA

MENTERI AGAMA DAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA

Nomor: 158 Tahun 1987


Nomor: 0543b//U/1987

Transliterasi dimaksudkan sebagai pengalih-hurufan dari abjad yang satu

ke abjad yang lain. Transliterasi Arab-Latin di sini ialah penyalinan huruf-huruf

Arab dengan huruf-huruf Latin beserta perangkatnya.

A. Konsonan

Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan huruf. Dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan huruf dan

sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian lagi dilambangkan dengan

huruf dan tanda sekaligus.

Berikut ini daftar huruf Arab yang dimaksud dan transliterasinya dengan huruf

latin:

Tabel 0.1: Tabel Transliterasi Konsonan


Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan


‫أ‬
Ba B Be
‫ب‬
Ta T Te
‫ت‬
Ṡa ṡ es (dengan titik di atas)
‫ث‬
Jim J Je
‫ج‬
Ḥa ḥ ha (dengan titik di bawah)
‫ح‬
Kha Kh ka dan ha
‫خ‬
Dal d De
‫د‬
Żal ż Zet (dengan titik di atas)
‫ذ‬
Ra r er
‫ر‬
Zai z zet
‫ز‬
Sin s es
‫س‬
Syin sy es dan ye
‫ش‬
Ṣad ṣ es (dengan titik di bawah)
‫ص‬
Ḍad ḍ de (dengan titik di bawah)
‫ض‬
Ṭa ṭ te (dengan titik di bawah)
‫ط‬
Ẓa ẓ zet (dengan titik di bawah)
‫ظ‬
`ain ` koma terbalik (di atas)
‫ع‬
Gain g ge
‫غ‬
Fa f ef
‫ف‬
Qaf q ki
‫ق‬
Kaf k ka
‫ك‬
Lam l el
‫ل‬
Mim m em
‫م‬
Nun n en
‫ن‬
Wau w we
‫و‬

‫ﮬ‬ Ha h ha

Hamzah ‘ apostrof
‫ء‬
Ya y ye
‫ي‬

B. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.


1. Vokal Tunggal

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau

harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Tabel 0.2: Tabel Transliterasi Vokal Tunggal


Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

‫ﹷ‬ Fathah a a

‫ﹻ‬ Kasrah i i

‫ﹹ‬ Dammah u u

2. Vokal Rangkap

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara

harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf sebagai berikut:

Tabel 0.3: Tabel Transliterasi Vokal Rangkap


Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

‫ي‬.َ Fathah dan ya ai a dan u


ْ ..
‫و‬.َ Fathah dan wau au a dan u
ْ ..

Contoh:

- ‫ب‬ َ َ‫َكت‬ kataba


- ‫َف َع َل‬ fa`ala
- ‫ُسِئ َل‬ suila
- ‫ف‬ َ ‫َكْي‬ kaifa
- ‫َح ْو َل‬ haula

C. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,

transliterasinya berupa huruf dan tanda sebagai berikut

Tabel 0.4: Tabel Transliterasi Maddah


Huruf Arab Nama Huruf Nama
Latin

‫ى‬..َ.‫ا‬.َ.. Fathah dan alif atau ā a dan garis di atas


ya

‫ى‬.ِ.. Kasrah dan ya ī i dan garis di atas

‫و‬.ُ.. Dammah dan wau ū u dan garis di atas

Contoh:

- ‫قَ َال‬ qāla


- ‫َر َمى‬ ramā
- ‫قِْي َل‬ qīla
- ‫َي ُق ْو ُل‬ yaqūlu

D. Ta’ Marbutah

Transliterasi untuk ta’ marbutah ada dua, yaitu:

1. Ta’ marbutah hidup

Ta’ marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah, dan

dammah, transliterasinya adalah “t”.


2. Ta’ marbutah mati

Ta’ marbutah mati atau yang mendapat harakat sukun, transliterasinya

adalah “h”.

3. Kalau pada kata terakhir dengan ta’ marbutah diikuti oleh kata yang

menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah,

maka ta’ marbutah itu ditransliterasikan dengan “h”.

Contoh:

- ‫ضةُ اَألطْ َف ِال‬


َ ‫َرْؤ‬ raudah al-atfāl/raudahtul atfāl

- ُ‫الْ َم ِد ْينَةُ الْ ُمَن َّو َرة‬ al-madīnah al-munawwarah/al-madīnatul munawwarah

- ‫طَْل َح ْة‬ talhah

E. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydid yang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

sebuah tanda, tanda syaddah atau tanda tasydid, ditransliterasikan dengan huruf,

yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu.

Contoh:

- ‫َنَّز َل‬ nazzala


- ُّ ‫الرِب‬ al-birr

F. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu

‫ال‬, namun dalam transliterasi ini kata sandang itu dibedakan atas:
1. Kata sandang yang diikuti huruf syamsiyah

Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah ditransliterasikan

sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf “l” diganti dengan huruf yang

langsung mengikuti kata sandang itu.

2. Kata sandang yang diikuti huruf qamariyah

Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah ditransliterasikan

dengan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai

dengan bunyinya.

Baik diikuti oleh huruf syamsiyah maupun qamariyah, kata sandang ditulis

terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanpa sempang.

Contoh:

- ‫الر ُج ُل‬ َّ ar-rajulu


- ‫ الْ َقلَ ُم‬al-qalamu
- ‫س‬ُ ‫َّم‬ْ ‫ الش‬asy-syamsu
- ‫ اجْلَالَ ُل‬al-jalālu

G. Hamzah

Hamzah ditransliterasikan sebagai apostrof. Namun hal itu hanya berlaku

bagi hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata. Sementara hamzah yang

terletak di awal kata dilambangkan, karena dalam tulisan Arab berupa alif.
Contoh:

- ‫تَْأ ُخ ُذ‬ ta’khużu


- ‫َشيٌئ‬ syai’un
-
ُ‫الن َّْوء‬ an-nau’u
- ‫ِإ َّن‬ inna

H. Penulisan Kata

Pada dasarnya setiap kata, baik fail, isim maupun huruf ditulis terpisah.

Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim

dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harkat yang dihilangkan,

maka penulisan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata lain yang

mengikutinya.

Contoh:

ِ َّ ‫و ِإ َّن اهلل َفهو خير‬


- َ ‫الرا ِزقنْي‬ َُْ َ ُ َ َ Wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīn/
Wa innallāha lahuwa khairurrāziqīn
ِ
- َ ‫بِ ْس ِم اهلل جَمَْر َاها َو ُم ْر َس‬
‫اها‬ Bismillāhi majrehā wa mursāhā

I. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam

transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital seperti

apa yang berlaku dalam EYD, di antaranya: huruf kapital digunakan untuk

menuliskan huruf awal nama diri dan permulaan kalimat. Bilamana nama diri itu

didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf

awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya.


Contoh:

ِ ِّ ‫هلل ر‬ ِ
- َ ‫ب الْ َعالَمنْي‬ َ ‫احْلَ ْم ُد‬ Alhamdu lillāhi rabbi al-`ālamīn/
Alhamdu lillāhi rabbil `ālamīn

- ‫الر ِحْي ِم‬


َّ ‫الرَّمْح ِن‬ Ar-rahmānir rahīm/Ar-rahmān ar-rahīm

Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan

Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan dengan

kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, huruf kapital tidak

dipergunakan.

Contoh:

- ‫اهللُ َغ ُف ْوٌر َر ِحْي ٌم‬ Allaāhu gafūrun rahīm


‫اُألم ْو ُر مَجِ ْي ًعا‬ ِِ
- ُ ‫للّه‬ Lillāhi al-amru jamī`an/Lillāhil-amru jamī`an

J. Tajwid

Bagi mereka yang menginginkan kefasihan dalam bacaan, pedoman transliterasi


ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan Ilmu Tajwid. Karena itu
peresmian pedoman transliterasi ini perlu disertai dengan pedoman tajwid.
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT. atas segala limpahan

Rahmat, Hidayah dan Kemudahan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Solawat beriring salam penulis kirimkan kepada nabi

junjungan alam yakni nabi Muhammad SAW. Terima kasih untuk semu pihak

yang terlibat dalam penulisan skripsi dengan judul “Kontribusi Pendidikan

Pesantren dalam Pembentukan Karakter Santri untuk Menghadapi

Tantangan Kehidupan Modern (Studi kasus Santriwan Pondok Pesantren

Modern Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu)”. Adapun tujuan penulisan

skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan

program studi Strata Satu (S1) pada Sekolah Tinggi Agama Islam Madinatun

Najah Rengat.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dan

dorongan semangat dari berbagai pihak baik secara material maupun spiritual,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada :

1. Allah SWT atas bimbingan, hidayah dan ridho-Nya maka penulis dapat

menyelesaikan dan melaksanakan ujian skripsi.

2. Teristimewa kepada kedua orang tua, istri dan anakku tersayang yang selalu

menjadi motivator utama penulis dalam hidup dan memberikan kasih

sayang dan do’a tanpa henti.


3. Bapak Dr. Al Afif Hazmar, M.Si, sebagai ketua Sekolah Tinggi Agama

Islam Madinatun Najah Rengat, yang telah memberikan rekomendasi untuk

melakukan penelitian, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang telah

banyak memberikan arahan masukan dan bimbingan dalam penulisan

skripsi ini.

4. Bapak M. Abdul Fatah Al Ghazali Yaspan, M.Pd, sebagai Ketua Program

Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Madinatun

Najah Rengat yang memberikan kemudahaan kepada peneliti hingga

selesainya skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Maddinatun Najah Rengat,

disini penulis mengucapkan ribuan terima kasih atas ilmu yang telah

diberikan kepada penulis. Semoga Allah SWT. membalas semua kebaikan

berlipat ganda sesuai dengan amal baktinya.

6. Pimpinan, Pengasuhan Santri, Pembina Asrama dan seluruh santriwan

Pondok Pesantren Modern Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu selaku

responden yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian ini.

7. Sahabat seperjuangan yang telah memberikan masukan dan komitmen

organisasinya sehingga selesainya skripsi ini.

Demikian kata-kata yang dapat penulis sampaikan, semoga semua bantuan

yang diberikan pada penulis baik berupa moril, materil, spiritual dan bantuan

tenaga/pikiran semoga mendapat balsan dan ridho dari Allah SWT. sekian dan

terima kasih.

Rengat,2 Juli 2023


Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL

NOTA DINAS PEMBIMBING

PERNYATAAN KEASLIAN

MOTTO

PERSEMBAHAN

PEDOMAN TRANSLITERASI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

ABSTRAK.......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Fokus Masalah...............................................................................5
C. Rumusan Masalah..........................................................................5
D. Tujuan Penelitian...........................................................................6
E. Manfaat Penelitian.........................................................................6
F. Penegasan Istilah............................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori...................................................................................9
1. Pengertian Pondok Pesantren.................................................9
2. Pembentukan Karakter............................................................12
B. Penelitian Relevan.........................................................................19
C. Kerangka Berfikir..........................................................................23

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian..........................................................................25
B. Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................26
C. Sumber Data..............................................................................26
D. Informan Penelitian...................................................................27
E. Teknik Pengumpulan Data........................................................27
F. Teknik Analisis Data.................................................................30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian.......................................................34


B. Penyajian Data..........................................................................38
1. Kontribusi Pendidikan Pesantren dalam
Pembentukan Karakter Santriwan untuk
Menghadapi Tantangan Kehidupan Modern...................38
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan
Pesantren dalam Pembentukan Karakter Santriwan
untuk Menghadapi Tantangan Kehidupan Modern.........143
C. Analisis Data.............................................................................150
a. Kontribudi Pendidikan Pesantren dalam
Pembentukan Karakter Santriwan untuk
Menghadapi Tantangan Kehidupan Modern...................150
b. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan
Pesantren dalam Pembentukan Karakter Santriwan
untuk Menghadapi Tantangan Kehidupan Modern.........159

BAB V PENUTUP

A. Kesuimpulan.............................................................................163
B. Saran..........................................................................................164

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK
SUWANDI, 2023 Kontribusi Pendidikan Pesantren dalam
(1211.19.6863) Pembentukan Karakter Santri untuk Menghadapi
Tantangan Kehidupan Modern (Studi Kasus
Santriwan Pondok Pesantren Modern Syamsuddin
Kabupaten Indragiri Hulu).
Skripsi Program Studi Pendidikan Agama Islam
Madinatun Najah Rengat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi pendidikan pesantren


dalam pembentukan karakter santri untuk menghadapi tantangan kehidupan
modern (Studi Kasus Santriwan Pondok Pesantren Modern Syamsuddin
Kabupaten Indragiri Hulu). Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat
pendidikan pesantren dalam pembentukan karakter santri untuk menghadapi
tantangan kehidupan modern (Studi Kasus Santriwan Pondok Pesantren Modern
Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu).
Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Modern Syamsuddin
Kabupaten Indragiri Hulu. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pata
tanggal 17 Januari 2023 diketahui bahwa masih ada santri yang melakukan
bullying, perkelahian dan pacaran di lingkungan pondok pesantren. Perilaku ini
cenderung dilakukan oleh santri usia remaja.
Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu : (1) Bagaimana kontribusi
pendidikan pesantren dalam pembentukan karakter santri untuk menghadapi
tantangan kehidupan modern (Studi Kasus Santriwan Pondok Pesantren Modern
Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu)? (2) Apa faktor pendukung dan
penghambat pendidikan pesantren dalam pembentukan karakter santri untuk
menghadapi tantangan kehidupan modern (Studi Kasus Santriwan Pondok
Pesantren Modern Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu)?
Metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara dan dokumentasi. Teknik
analisis data yant dilakukan yaitu dengan dengan cara mengumpulkan data ,
mereduksi data dan penarikan kesimpulan dengan informan penelitian sebanyak 7
orang.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut : Kontribusi Pendidikan Pondok Pesantren
Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu dalam membentuk karakter santri terbagi
menjadi tiga yaitu, Cinta Damai, Tanggung Jawab dan Kejujuran. Adapun factor
pendukung : Adanya semangat dan motivasi santri dalam menuntut ilmu dan
mencari informasi. Kemudian didukung oleh lingkungan pondok yang membawa
pengaruh positif bagi santri, adanya semangat para Pengasuh dan pembina untuk
mau belajar memanfaatkan media dalam pembelajaran sebagai solusi
pembelajaran. Faktor penghambat, para santri sulit untuk mengatur waktu karena
padatnya kegiatan pondok sehingga hanya sedikit waktu untuk mereka
merefreshingkan fikiran dan badan para santri sehingga para santri menjadi jenuh,
malas dan mengantuk saat melakukan kegiatan pembelajaran.
Kata Kunci : Kontribusi, Pendidikan Pesantren, Pembentukan Karakter
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan menjadi suatu kewajiban bagi setiap individu.Pendidikan

memiliki banyak sekali manfaat bagi setiap individu salah satunya adalah

untuk mengajarkan manusia untuk memiliki pengetahuan dan memiliki watak

yang baik.Keberhasilan pendidikan pada suatu negara dapat dibuktikan

dengan lahirnya generasi-generasi muda penerus bangsa yang cerdas dan

berkarakter.

Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam

segala lingkungan dan sepanjang hidup yang mempengaruhi pertumbuhan

individu. Sedangkan menurut Umar Tirta Pendidikan adalah suatu kegiatan

yang bertahap, berjenjang dan berlangsung sesuai dengan kondisi lingkungan

dan pengalaman yang saling berhubungan kepada terbentuknya kepribadian

peserta didik.

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan

manusia. Manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, sebab pendidikan

merupakan kunci dari masa depan manusia yang dibekali akal dan pikiran.

Pendidikan yang bermutu, akan menghasilkan sumber daya manusia yang

berkualitas dan berdaya saing tinggi.

Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia.

Kehadirannya memberikan sumbang asih terbesar bagi masyarakat Indonesia.


Sejarah mencatat bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan hasil dari daya

juang para santriwan, Kyai, Ulama saat itu. Bahkan perumusan ideologi

Negara pun tidak lepas dari peran para kyai dan ulama. Jika tidak karena sikap

dan semangat perjuangan para Ulama, sudah lama patriotisme di kalangan kita

mengalami kemusnahan.

Peran pesantren sebagai lembaga pendidikan di Indonesia tidak bisa

dianggap sebelah mata. Pesantren merupakan lembaga pendidikan paling awal

dan masih bertahan sampai sekarang. Berbeda dengan lembaga pendidikan

lainnya, pesantren telah melahirkan kader-kader ulama dan manusia yang

mengerti serta paham akan agama dan bangsa. Pada hematnya, pesantren

senantiasa bergerak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Tingginya peranan

pesantren dalam kehidupan masyarakat dapat ditandai dengan diterimanya

nilai-nilai moral dan karakter yang selama ini dibutuhkan oleh masyarakat.

Seiring dengan perkembangan zaman, pesantren saat ini sangat dibutuhkan

adanya. Pasalnya, berbagai kemerosotan moral dan ahlak saat ini sedang

melanda masyarakat Indonesia. Diperlukan usaha nyata dalam menanggulangi

masalah tersebut, terutama dalam hal pendidikan ahlak dan karakter.

Pembentukan karakter sendiri dapat dikatakan suatu usaha bersama yang

terwujud melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat mendidik dengan tujuan

terciptanya kebiasaan yang positif dan melekat dalam diri sehingga

terbentuklah suatu karakter. Dengan kata lain, karakter terbentuk karena

adanya lingkungan yang positif baik itu lingkungan di dalam kegiatan

keseharian maupun didalam pembelajaran.


Pesantren adalah transmisi ilmu pengetahun Islam yang berlandaskan

Islam yang menerapkan sistem dimana peserta didik tinggal dan hidup dalam

satu lingkungan yang sama dengan Ustadz atau pengasuhnya. Pendidikan

pondok pesatren terkenal dengan pendidikannya yang mampu membina dan

membentuk karakter pada santriwan. Seperti yang telah diketahui bersama

pelajaran utama yang diajarkan di pesantren adalah segala hal yang berbau

ajaran Islam.

Dalam wawancara awal pada tanggal 14 September 2022, peneliti

dengan ustadz yang merupakan salah satu pengajar di pondok pesantren,

mengemukakakan bahwa para santriwan di Pondok Pesantren Syamsuddin

Kabupaten Indragiri Hulu belum sepenuhnya memiliki sikap dan perilaku

yang menggambarkan karakter yang baik. Dalam berinteraksi dengan ustadz

atau Ustadz para santriwan selalu menunduk dan mengucapkan salam sebelum

memulai pembicaraan, kemudian ketika bertemu dengan ustadz atau Ustadz,

kakak kelas, dan orang yang lebih tua selalu berbicara menggunakan bahasa

yang sopan. Selain itu, dalam rangka membina pendidikan akhlak pada

santriwan. Hal ini dapat dilihat dari gejala-gejala bahwa berdasarkan observasi

yang dilakukan peneliti pada tanggal 17 Januari 2023 diketahui bahwa masih

ada santriwan yang berkelahi di asrama. Perilaku ini cenderung dilakukan oleh

santriwan usia remaja. Remaja identik dengan energi yang berlebih. Energi ini

harus disalurkan pada jalur yang benar. Bila aktivitas-aktivitas di Pondok

Pesantren maupun lingkungan sosial tidak memadai untuk memenuhi tuntutan

gejolak energinya, maka sering kali remaja meluapkan kelebihan energinya ke


arah yang negatif seperti perilaku agresi. Dalam psikologi, perilaku yang

dimaksudkan untuk menyerang, menyakiti orang lain disebut dengan agresi.

Kemudian masih ada santriwan yang melakukan bullying di dalam

asrama. Hal ini disebabkan karena rendahnya motivasi diri pada santriwan

dipengaruhi juga oleh usianya yang belum matang. Para santriwan yang

mondok di pesantren adalah mereka yang berada di usia masa pertumbuhan

atau pencarian jati diri. Oleh karena itu, para santriwan yang berada pada fase

perkembangan remaja ini diantisipasi untuk tidak menimbulkan perilaku-

perilaku maladaptif. Perilaku tidak disiplin pada remaja dapat dikontrol

dengan mengendalikan diri.

Selanjutnya masih ada santriwan yang pacaran di lingkungan pondok.

mereka santriwan dan santriwanwati bisa melakukan pacaran secara diam-

diam dikarenakan beberapa faktor yaitu letak gedung pondok putra dan

pondok putri hanya terpisah oleh bangunan masjid dan aula pondok pesantren,

adanya kesempatan untuk bertemu pada saat kegiatan bersama dan di hari

kunjungan dari wali santriwan.

Sedangkan dalam observasi awal peneliti menemukan bahwasanya

telah tampak adanya peran konkret yang dilakukan oleh Pondok Pesantren

Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu dalam membentuk karakter santriwan.

Contohnya adalah pada saat peneliti melakukan observasi awal, para

santriwan terlihat sedang sibuk dengan kegiatan ekstrakurikuler seperti

kegiatan pramuka, latihan pidato bahasa Arab, les bahasa asing dan lain-lain.

Selain itu, terlihat para santriwan yang sedang sibuk melakukan beberapa
kegiatan seperti latihan tari tradisional, paduan suara, kasidahan dan juga

sibuk menghias panggung. Hal ini dilakukan oleh para santriwan untuk

menyambut kegitan tahunan yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat.

Berdasarkan gejala-gejala di atas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul: Kontribusi Pendidikan Pesantren dalam

Pembentukan Karakter Santriwan Untuk Menghadapi Tantangan

Kehidupan Modern (Studi Kasus Santriwan Pondok Pesantren

Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu).

B. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dibuat fokus

masalahnya sebagai berikut: kontribusi pendidikan pesantren dalam

pembentukan karakter santriwan untuk menghadapi tantangan kehidupan

modern (Studi Kasus Santriwan Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten

Indragiri Hulu).

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus masalah yang dikemukakan, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikkut:

1. Bagaimana kontribusi pendidikan pesantren dalam pembentukan karakter

santriwan untuk menghadapi tantangan kehidupan modern (Studi Kasus

Santriwanwan Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu)?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat pendidikan pesantren dalam

pembentukan karakter santriwan untuk menghadapi tantangan kehidupan


modern (Studi Kasus Santriwan Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten

Indragiri Hulu)?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, tujuan yang hendak dicapai

dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kontribusi pendidikan pesantren dalam pembentukan

karakter santriwan untuk menghadapi tantangan kehidupan modern (Studi

Kasus Santriwan Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri

Hulu).

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pendidikan

pesantren dalam pembentukan karakter santriwan untuk menghadapi

tantangan kehidupan modern (Studi Kasus Santriwan Pondok Pesantren

Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu).

E. Manfaat Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi:

1. Peneliti secara individual, penelitian ini berguna untuk menambah

pengalaman bidang pendidikan.

2. Secara teoritis penelitian ini dapat memperkaya khazanah keilmuan

khususnya bidang pendidikan agama bagi masyarakat.

3. Secara praktis, bagi orang tua, bagi ustadz, pendidik dan Ustadz-Ustadz,

penelitian ini bermanfaat dalam usaha menciptakan perilaku yang baik

bagi anak terhadap semua masyarakat, khususnya orang tua.


4. Bagi masyarakat dan komunitas muslim, sebagai masukan dalam membina

dan mengajak anak dalam beramar ma’ruf nahi mungkar.

5. Bagi peneliti, sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan

(S.Pd.) di Pondok Pesantren Tinggi Agama Islam Madinatun Najah

Rengat. Selain itu penelitian ini sangat barmanfaat bagi peneliti sebagai

buah karya ilmiah.

F. Penegasan Istilah

Adapun penegasan istilah dalam penelitian ini tentang kontribusi

pendidikan pesantren dalam pembentukan karakter santriwan untuk

menghadapi tantangan kehidupan modern (Studi Kasus Santriwanwan

Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu) adalah sebagai

berikut:

1. Kontribusi adalah sumbangan atau pemberian. Jadi kontribusi adalah

pemberian adil setiap kegiatan, peranan, masukan ide, dan lain

sebagainya. (Indonesia D. A., 2012, p. 2).

2. Pendidikan adalah usaha mengubah tingkah laku individu dalam

kehidupan pribadinya atau kehidupan masyarakatnya dan kehidupan

dalam alam sekitarnya. (Muhmidayeli, 2011, p. 66).

3. Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam pertama yang telah

berdiri di Indonesia dan telah berkembang khususnya di pulau jawa

sekitar akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Pengertian Pesantren

termuat dalam UU RI No. 18 tahun 2019 pasal 1 ayat 1 tentang

pesantren. (Syafe'i, 2017, p. 65)


4. Pendidikan Karakter adalah adalah segala usaha yang dilakukan oleh

berbagai pihak baik dari orang tua, Pondok Pesantren maupun

masyarakat dalam menjadikan seorang anak menjadi anak yang

bertanggung jawab dan mandiri. (Zubaedi, 2011, p. 5)


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pondok Pesantren

a. Pengertian Pondok Pesantren

Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam pertama

yang telah berdiri di Indonesia dan telah berkembang khususnya di

pulau jawa sekitar akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. (Syafe'i,

2017, p. 65) Pengertian Pesantren termuat dalam UU RI No. 18

tahun 2019 pasal 1 ayat 1 tentang pesantren.

Pondok Pesantren, Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten

Indragiri Hulu, Surau, Meunasah, atau sebutan lain yang selanjutnya

disebut Pesantren adalah lembaga yang berbasis masyarakat dan

didirikan oleh perseorangan, yayasan, organisasi masyarakat Islam,

dan/atau masyarakat yang menanamkan keimanan dan ketakwaan

kepada Allah Swt. menyemaikan akhlak mulia serta memegang

teguh ajaran Islamrahmatan lil'alamin yang tercermin dari sikap

rendah hati, toleran, keseimbangan, moderat, dan nilai luhur bangsa

Indonesia lainnya melalui pendidikan, dakwah Islam, keteladanan,

dan pemberdayaan masyarakat dalam kerangka Negara Kesatuan

Republik Indonesia. (2019, Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 18 pasal 1 tahun 2019) Sedangkan menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI) pondok dan pesantren memiliki arti yang


sama yaitu tempat santriwan untuk belajar mengaji. Sedangkan

menurut Zamakhsyari Dhofier dikutip dari tulisan M. Ali Mas’udi.

Kata pondok berasal dari funduq (bahasa Arab) yang artinya ruang

tidur, asrama atau wisma sederhana, karena pondok adalah tempat

penampungan sederhana dari para pelajar/santriwan yang jauh dari

tempat asalnya. (Poerwodarminto, 2015, p. 446)

Dari berbagai pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa pondok pesantren adalah lembaga pendidikan yang berasal

dari masyarakat dimana para santriwan hidup dalam satu lingkungan

pondok yang sama dengan kyai dan ustadz untuk mempelajari

pembelajaran tentang agama Islam. Dari pengertian di atas peneliti

juga mendapatkan pemahaman bahwa segala apa yang dilakukan,

dikerjakan, dilihat, didengar dan dirasakan oleh santriwan dalam

lingkungan pondok benilai sebagai suatu pembelajaran karena

seperti pendapat Cak Nur bahwa dimana ada Ustadz di sana ada

santriwan atau santriwannya. Dari kutipan tersebut dapat dipahami

bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh Ustadz adalah suatu

pembelajaran yang wajib diteladani atau diikuti oleh santriwan atau

santriwannya.

b. Tujuan Pondok Pesantren

Tujuan umum pesantren adalah membina warga Negara agar

berkepribadian Muslim sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam dan

menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua segi


kehidupannya serta menjadikannya sebagai orang yang berguna bagi

agama masyarakat dan negara. Adapun tujuan khusus pesantren

adalah sebagai berikut:

1) Mendidik santriwan anggota masyarakat untuk menjadi seorang

Muslim yang bertakwa kepada Allah, berakhlak mulia, memiliki

kecerdasan, keterampilan dan sehat lahir batin sebagai warga

Negara yang ber-Pancasila.

2) Mendidik santriwan untuk menjadi manusia Muslim selaku

kaderkader ulama dan muballigh yang berjiwa ikhlas, tabah,

tangguh, wiraswasta dalam mengamalkan sejarah Islam secara

utuh dan dinamis.

3) Mendidik santriwan untuk memperoleh kepribadian dan

mempertebal semangat kebangsaan agar menumbuhkan

manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya

dan bertanggung jawab kepada pembangunan bangsa dan

Negara.

4) Mendidik tenaga-tenaga penyuluh pembagunan mikro

(keluarga) dan regional (perdesaan/masyarakat/lingkungan).

5) Mendidik santriwan agar menjadi tenaga-tenaga yang cakap

dalam berbagai sektor pembangunan, khususnya pembagunan

mentalspiritual.
6) Mendidik santriwan untuk membantu meningkatkan

kesejahteraan sosial masyarakat lingkungan dalam rangka usaha

pembangunan masyarakat bangsa. (Alkrienchiie, 2013, p. 24)

Tujuan pondok pesantren terbagi menjadi dua yaitu tujuan

umum dan tujuan khusus. Di dalam tujuan termuat tujuan utama dari

pondok pesantren yaitu menciptakan manusia menjadi umat yang

beragama dan menjadikan ajaran agama sebagai pedoman dalam

hidup. Sedangkan tujuan khusus dari pondok pesantren memaparkan

secara khusus tujuan pondok pesantren yaitu mendidik santriwan

anggota masyarakat untuk menjadi seorang muslim yang bertakwa

kepada Allah, menjadi calon ulama yang dapat mengamalkan sejarah

Islam, bertanggung jawab dalam membangun negara dan

menyiapkan santriwan sebagai tenaga-tenaga yang cakap dalam

berbagai sektor pembangunan.

2. Pembentukan Karakter

a. Pengertian Pendidikan Karakter

Menurut David Elkind dan Freddy Sweet Ph.D dikutip dari

buku Desain Pendidikan Karakter. Pendidikan karakter adalah suatu

usaha yang dilakukan untuk membuat manusia menjadi manusia

yang memahami, peduli, dan melakukan segala sesuatunya

berdasarkan etika. (Zubaedi, 2011, p. 15) Sedangkan menurut

Williams dan Schnaps dikutip dari buku yang sama. Pendidikan

karakter adalah segala usaha yang dilakukan oleh berbagai pihak


baik dari orang tua, Pondok Pesantren maupun masyarakat dalam

menjadikan seorang anak menjadi anak yang bertanggung jawab dan

mandiri. (Zubaedi, 2011, p. 15) Menurut Raharjo dikutip dari jurnal

Pendidikan yang berjudul “Pendidikan Karakter sebagai Upaya

Menciptakan Akhlak Mulia”. Pendidikan karakter adalah proses

pendidikan yang mendidik moral dan sosial anak agar menjadi

generasi yang berkualitas. (Raharjo, 2010, p. 233)

Adapun yang menjadi dasar pendidikan karakter adalah Al-

Qur’an, dan Hadits yaitu sebagai berikut:

1) Al-Qur’an

Di antara ayat Al-Qur’an yang menjadi dasar pendidikan akhlak

adalah, seperti ayat di bawah ini:

‫َواصْ ِبرْ ْل ُم ْن َك ِر َع ِن َوا ْن َه ِب ْال َمعْ ر ُْوفِ َوْأمُرْ الص َّٰلو َة اَق ِِم‬
َّ‫ٰي ُب َني‬
َّ‫ض َم َرحً ۗا اِن‬
ِ ْ‫ش فِى ااْل َر‬
ِ ‫اس َواَل َت ْم‬ ِ ‫ك لِل َّن‬ َ ‫َواَل ُت‬
َ ‫صعِّرْ َخ َّد‬
ٰ
ٍ ‫اللّ َه اَل ُيحِبُّ ُك َّل م ُْخ َت‬
‫ال َف ُخ ْو ۚ ٍر‬
Artinya: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari
perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa
yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian
itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari
manusia (karena sombong) dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri (QS. Luqman ayat 17-18)
Tidak diragukan lagi bahwa Al-Qur’an adalah sumber

pertama dan utama yang menjadi rujukan bagi umat Islam.

Segala permasalahan yang dialami oleh umat Islam maka

solusinya adalah Al-Qur’an. Bahkan lebih dari pada itu Al-

Qur’an juga menjadi pedoman dan petunjuk bagi umat selain

Islam. Dalam hal ini, Yatimin Abdullah pernah menegaskan

bahwa sumber ajaran karakter atau akhlak dalam perspektif

Islam ialah Al-Qur’an dan Hadits.

2) Hadits

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh ahli terserbut,

peneliti dapat menyimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah

suatu proses pendidikan moral yang dilaksanakan dengan tujuan

membentuk karakter dalam diri anak menjadi pribadi yang

memiliki etika, berakhlak, bertanggung jawab, mandiri dan

sebagainya guna mempersiapkan generasi yang berkualitas.

ُ ‫ار َم ُأِلتَ ِّم َم بُ ِع ْث‬


‫ت انَّ َما‬ ِ ‫اَأْل ْخاَل‬
ِ ‫ق َم َك‬
Artinya: Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan
akhlak yang baik (HR. Imam Malik)

b. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pondok Pesantren

Pondok pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan yang

konsistem dalam menanamkan nilai-nilai karakter dalam kegiatan

pembelajaran dimana santriwan dituntut untuk mampu memahami

teori dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Adapun


nilai-nilai karakter yang tertanam dalam pondok pesantren antara

lain sebagai berikut: (Baharun, 2019, pp. 79-85)

1) Cinta damai. Damai dimaknai dengan tidak adanya pertikaian,

perseteruan dan kekerasan di dalam lingkungan pondok. Hal ini

sebagaimana pondok pesantren mengajarkan para santriwannya

untuk mampu mengontrol emosi dan pikirannya agar tidak

melakukan tindakan yang merugikan baik untuk dirinya maupun

orang lain. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Fakhruddin Al-

Razi dalam buku Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren,

bahwasanya ungkapan salam merupakan ungkapan keselamatan

dan kedamaian. Salam dalam kehidupan pondok merupakan

suatu kata yang lumrah diucapkan setiap harinya. Dan memiliki

arti yang mendalam untuk membawa kebiasaan positif kepada

santriwan untuk senantiasa menjadi hubungan yang baik antar

sesama.

2) Toleransi. Toleransi adalah sikap atau sifat menghargai serta

memperbolehkan suatu pendirian, pendapat, pandangan,

kepercayaan yang berbeda dengan pendiriannya sendiri. Para

santriwan datang dari berbagai latar belakang dan daerah asal

yang berbeda namun di pondok mereka dididik untuk saling

menghargai dan toleransi antar sesama.

3) Musyawarah. Dalam lingkungan pondok pesantren musyawarah

memiliki kontribusi dalam membangun fundamental pendidikan


di pondok. Dimana tradisi kekeluargaan dan kebersamaan

merupakan ciri khas pondok sehingga kegiatan musyawarah

merupakan kegiatan yang sering dilakukan misalnya dalam

pemilihan penUstadzs pesantren, musyawarah dalam memilih

ketua kamar dan lain-lain. Tradisi musyawarah di pondok dapat

menjadikan santriwan menjadi berfikir secara kritis,

menganalisis, berpendapat dan berdebat tentang argumentasi

secara baik.

4) Kerjasama. Dalam lingkungan pondok pesantren kerjasama

merupakan didikan yang sering diterapkan di pondok. Misalnya

saja dalam melaksanakan suatu kegiatan gotong ronyong maka

perlu kerja sama agar pekerjaan menjadi mudah dan cepat

terselesaikan. Oleh karenanya dengan membiasakan santriwan

untuk bekerja sama maka akan menyadarkan santriwan untuk

dapat menyelesaikan suatu masalah dapat dilaksanakan

bersama-sama agar lebih mudah dan cepat terselesaikan.

5) Kepedulian. Bentuk kepedulian yang dibentuk dalam

lingkungan pondok pesantren adalah peduli terhadap sesama

yang ditunjukkan dengan saling membantu jika ada yang

membutuhkan pertolongan, peduli terhadap lingkungan yang

ditunjukkan dengan kesadaran dalam menjaga kebersihan, dan

peduli terhadap kesehatan yang ditunjukkan dengan


memperhatikan pola makan yang baik dan yang menyangkut

kesehatan santriwan itu sendiri.

6) Tanggung jawab. Para santriwan diajarkan untuk bertanggu

jawab dengan tugasnya masing-masing, salah satunya adalah

tanggung jawab untuk melaksanakan sholat fardhu berjamaah.

Hal ini akan menumbuhkan sikap disiplin dan tanggung jawab

pada diri santriwan sebagai seorang hamba Allah.

7) Kemandirian. Kehidupan pondok mengharuskan para santriwan

untuk jauh dari orang tua. Para santriwan menjadi belajar untuk

mandiri dan menyelesaikan masalahnya persoalan secara

mandiri. Pada masa membentuk kemandirian pada santriwan

inilah para santriwan menjadi memiliki sikap yang bertanggung

jawab. Misalnya memberikan santriwan tugas untuk mempimpin

suatu kelompok atau acara dan lainlain.

8) Kejujuran. Salah satu faktor penting dalam pembentukan

karakter pada anak adalah kejujuran. Dalam pondok pesantren

para santriwan dituntut untuk berakhlakul karimah, para

santriwan tidak hanya diberikan pemahaman teori tetapi juga

mampu menerapkan apa yang telah dipelajarinya salah satunya

adalah untuk bersikap jujur.

9) Rendah hati. Kehidupan yang sederhana merupakan salah satu

ciri khas dari pondok pesantren. Terlepas dari bagaimana latar

belakang orang tua baik kaya maupun miskin, di pondok


pesantren semuanya diperlakukan sama. Hal ini menunjukkan

bahwa pondok pesantren berusaha untuk mengajarkan sikap

rendah hati dan tidak sombong pada para santriwan. Dalam

bersikap senantiasa merasa rendah hati yaitu belajar untuk tidak

merasa paling pintar, selalu mengutamakan orang yang lebih tua

dan lain-lain.

10) Kesabaran. Kehidupan pondok pesantren yang dihuni oleh

banyak santriwan mampu mengajarkan santriwan untuk

menumbuhkan sikap sabar dalam dirinya. Hal ini ditunjukkan

dengan bentuk-bentuk kegiatan keseharian santriwan yang

memang mengharuskan santriwan untuk belajar bersabar.

Misalnya dalam mengantri mandi, mengantri wudhu, makan dan

lain-lain.

Dalam mewujudkan pendidikan karakter, tidak dapat

dilakukan tanpa penanaman nilai-nilai. Terdapat sembilan pilar

karakter yang berasal dari nilai- nilai luhur universal, yaitu: (Ilahi,

2014, p. 52)

1) Karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya.

2) Kemandirian dan tanggungjawab.

3) Kejujuran/amanah, diplomatis.

4) Hormat dan santun.

5) Dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong atau

kerjasama.
6) Percaya diri dan pekerja keras.

7) Kepemimpinan dan keadilan.

8) Baik dan ren dahhati.

9) Karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan.

Keberhasilan program nilai-nilai karakter dapat diketahui

melalui beberapa indikataor berikut: (Dalyono, 2013, p. 42)

1) Mengamalkan ajaran yang dianutnya sesuai dengan tahap

perkembangan remaja.

2) Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri.

3) Menunjukkan sikap percaya diri.

4) Mematuhi atruran-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan

yang lebih luas.

5) Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras dan,

golongan sosial ekonomi dalam lingkungan nasional.

6) Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan

sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif.

7) Menunjukan kemampuan berpikir yang logis, kritis, dan

inovatif.

B. Penelitian Terdahulu

Setelah peneliti melakukan studi terhadap judul-judul terdahulu, maka

penulis banyak menemukan penelitian yang relevan dengan masalah yang

dikaji oleh penulis dalam penelitian ini. Penelitian tersebut adalah:


1. Skripsi dengan judul: Peran Pondok Pesantren Dalam Pembentukan

Karakter Santriwan. Skripsi ini ditulis oleh Ria Gumilang, Asep

Nurcholis Ikip Siliwangi. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena

yang terjadi di masyarakat yaitu (1) generasi muda yang memiliki

karakter yang kurang baik dalam hal budi pekerti, (2) kurang optimalnya

lembaga pendidikan dalam menanamkan nilai-nilai, cita-cita dan

motivasi yang akan mendorong generasi muda memiliki kepribadian

yang baik, (3) Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai cara

membentuk karakter anak agar memiliki kepribadian yang baik dalam hal

budi pekerti. Pondok Pesantren Al Firdaus memiliki kurikulum yang

lebih mengutamakan pendidikan karakter dalam proses pembelajarannya.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan

pendekatan kualitatif untuk lebih menggali inti dari permasalahan

penelitian dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara

pada pengelola, pengajara dan santriwan sebagai objek pendidikan. Teori

yang menjadi rujukan dalam penelitian ini diantaranya teori pendidikan

karakter, Teori pengelolaan lembaga pendidikan pondok pesantren, dan

konsep pendidikan luar Pondok Pesantren. Hasil penelitian adalah (1)

Dari 50 santriwan, 51% santriwan memiliki kejujuran yang sangat baik,

52% memiliki tingkat kedisiplinan yang sangat tinggi, 48% santriwan

yang memperhatikan kebersihan dengan sangat baik, 18% kepedulian

santriwan, kemandirian 32%, santriwan yang memiliki kemandirian dan

kerja keras hanya 38%, kesopanan 40%, tanggung jawab 28%, dan
kreativitas 62%. (2) Upaya pondok pesantren yaitu mengelola

pembelajaran dengan materi karakter 60% melalui pembiasaan aktivitas

sehari-hari dan 40% penguasaan materi keagamaan dan umum. (3)

Faktor penghambat dalam proses pendidikan karakter diantaranya adalah

pola asuh orang tua dirumah dan pola pendidikan di pondok pesantren

masih belum sinkron sehingga perlu penyamaan persepsi antara orang tua

dan pengajar di pondok pesantren. Adapun persamaan penelitian yaitu

sama-sama membahas tentang pondok pesantren dalam pembentukan

karakter. Kemudian perbedaannya yaitu penelitian ini hanya

menunjukkan peran, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan

menunjukkan kontribusi pondok pesantren.

2. Skripsi dengan judul: Peran Pendidikan Pesantren Sebagai Pembentukan

Karakter Dalam Menghadapi Tantangan Kehidupan Modern (Studi

Kasus Di Pondok Pesantren Al Barokah Desa Tunggak Crème

Kecamatan Wonomerto Kabupaten Probolinggo). Yang ditulis oleh

Muhammad Husin, Devy Habibi Muhammad, Ari Susandi Tahun 2021.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana peran

pendidikan pesantren sebagai pembentukan karakter dalam menghadapi

kehidupan modern,khususnya pondok pesantren Al Barokah. Penelitian

ini di susun dengan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan

data berupa wawancara,dokumentasi dan observasi. Adapun teknik

analisis dengan reflektif thingking yaitu dengan mengkombinasikan cara

berfikir deduktif dan induktif kemudian ditarik kesimpulan. Berdasarkan


analisis data dalam penelitian ini, dapat di simpulkan bahwa cara yang

dilakukan pondok pesantren Al Barokah Desa Tunggak Cerme

Kecamatan Wonomerto Kabupaten Probolinggo untuk meningkatkan

karakter santriwanwan dan santriwanwatinya, dengan Pembenahan

kurikulum serta melakukan pembaharuan manajemen. Hal ini dapat di

lihat dengan banyaknya alumni yang mumpuni dan kompeten dalam

segala bidang baik bidang agama maupun umum. Adapun persamaan

penelitian yaitu sama-sama membahas tentang pondok pesantren dalam

pembentukan karakter. Kemudian perbedaannya yaitu penelitian ini

hanya menunjukkan peran, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan

menunjukkan kontribusi pondok pesantren.

3. Skripsi dengan judul: Peran Pesantren dalam Membentuk Karakter

Santriwan. Skripsi ini ditulis oleh Syadidul Kahar, Muhammad Irsan

Barus dan Candra Wijaya Tahun 2019. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahu peran pesantren Darusaa’dah Pangkalan Susu

Kabupaten Langkat dalam Membentuk Karakter Santriwan. Pendekatan

yang digunakan bersifat studi kasus. Objek dari penelitian ini adalah

lembaga pendidikan Islam yang bersifat keagamaan. Sumber data adalah

orang-orang yang terlibat langsung dan tidak langsung dengan pesantren.

Untuk mengumpulkan data-data tersebut, penulis menggunakan beberapa

teknik dalam pengumpulan data, yaitu dokumentasi, observasi dan

wawancara. Analisa data dalam penelitian menggunakan pola interpretasi

yang bertujuan untuk tercapainya pemahaman yang benar terhadap fakta,


data dan gejala. Dalam penelitian ini peneliti fokus terhadap dua

kurikulum, yaitu kurikulum pesantren dan kurikulum pendidikan umum.

yang digunakan dalam Pesantren Darusa’dah yang berkaitan dengan

pembentukan karakter. Kurikulum Pesantren Darusaa’dah menampung

santriwan yang fokus untuk belajar dua kurikulum, yaitu kurikulum

pesantren dan kurikulum pendidikan umum. Materi kurikulum pesantren

yang diajarkan bersumber dari kitab kuning yang meliputi; hukum-

hukum agama, ilmu tauhid, akhlak dan bahasa Arab. Kurikulum

pendidikan Pesantren Darusaa’dah difokuskan kepada pengajaran

Alquran, hadis dan kitab-kitab karangan para ulama-ulama terdahulu.

Materi pendidikan disajikan berdasarkan kelas. Kurikulum pesantren dan

kurikulum pendidikan umum yang diajarkan di Pesantren Darusaa’dah,

sedemikain membentuk karakter santriwan. Adapun persamaan

penelitian yaitu sama-sama membahas tentang pondok pesantren dalam

pembentukan karakter. Kemudian perbedaannya yaitu penelitian ini

hanya menunjukkan peran, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan

menunjukkan kontribusi pondok pesantren.

C. Kerangka Berpikir

Pendidikan adalah proses sepanjang hayat, karena proses sepanjang

hayat, pendidikan dapat terjadi di dalam segala lingkungan. Lingkungan itu

meliputi Pondok Pesantren, keluarga dan organisasi pemuda atau masyarakat.

Pendidikan pertama yang di peroleh oleh seorang individu adalah di keluarga.

(Dalyono, 2013, p. 42)


Untuk mempermudah penggambaran kerangka teori pada penelitian ini

maka peneliti membuat bagan kerangka teori yang bertujuan untuk

memudahkan peneliti dalam mengetahui alur hubungan antara teori yang

telah dipaparkan. Adapun bagan kerangka teori antara lain sebagai berikut:

Kontribusi Pembentukan
Pendidikan Pondok Karakter Santri
Pesantren

1. Cinta damai
2. Tanggung jawab
3. Kejujuran

Kehidupan Modern
Faktor Pendukung
dan Faktor
Penghambat

Gambar 1. Kerangka Berpikir


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam pembuatan proposal skripsi ini peneliti melakukan penelitian

atau riset dengan mengumpulkan data-data dan keterangan yang dibutuhkan

baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun pendekatan penelitian

yang digunakan dalam penelitian proposal skripsi ini adalah kategori

penelitian lapangan (field research) yaitu kegiatan penelitian di lingkungan

tertentu untuk mengadakan pengamatan dan memperoleh data yang bersifat

kualitatif.

Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif yaitu penelitian

yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh

subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk

kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode ilmiah. (Moleong, 2012, p. 6)

Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian proposal

skripsi ini adalah jenis penelitian deskriptif, dengan menggunakan pendekatan


kualitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan

untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena

alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa

bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan

perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya.

(Sukmadinata, 2010, p. 78)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Adapun lokasi penelitian yaitu di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren

Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu beralamat di Kecamatan Seberida

Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau. Dengan waktu penelitian ini

dilaksanakan lebih kurang 3 (tiga) bulan, dimulai dari peneliti akan

melakukan studi pendahuluan sampai dengan selesai.

C. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek

dari mana data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

dua sumber data yaitu: (Arikunto, 2012, p. 129)

1. Sumber Data Primer

Yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau petugasnya)

dari sumber pertamanya. Adapun yang menjadi sumber data primer

dalam penelitian ini adalah seluruh santriwan Madrasah Aliyah,

pimpinan pondok, pengasuh pondok, dan pembina pondok atau

responden di Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu.

2. Sumber Data Sekunder


Yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti sebagai penunjang

dari sumber pertama. Dalam penelitian ini, dokumentasi-dokumentasi

merupakan sumber data sekunder.

D. Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif posisi sumber data yang berupa manusia

(narasumber) sangat penting peranannya sebagai individu yang memiliki

informasinya. Peneliti dan narasumber di sini memiliki posisi yang sama,

oleh karena itu narasumber bukan sekedar memberikan tanggapan pada yang

diminta peneliti, tetapi ia dapat lebih memilih arah dan selera dalam

menyajikan informasi yang ia miliki. Karena posisi inilah sumber data yang

berupa manusia di dalam penelitian kualitatif disebut sebagai informan.

(Arikunto, 2012, p. 129) Informan dalam penelitian adalah orang atau pelaku

yang benar-benar tahu dan menguasai masalah, serta terlibat langsung dengan

masalah penelitian. Informan dalam penelitian ini adalah: Pimpinan,

Pengasuh, Pembina, dan seluruh santriwanwan Madrasah Aliyah pada

Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu.

Tabel 1
Informan Penelitian
No Nama Jabatan
1. H. Aris Ulinnuha, Lc Pimpinan Pondok
2. Ust. Murni Darmawan Pengasuhan Santriwan
3. Ust. M. Muammarul Fadlil Pembina Asrama
4. Hafidz Khoirul Ihsan Santriwan
5. M. Eko Wahyudin Santriwan
6. Darma Mahendra Santriwan
7. Surya Hadi Romadon Santriwan
Sumber: Data Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu, Tahun 2023
E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan oleh peneliti

untuk mengumpulkan data. (Soeranto, 2015, p. 19) Teknik pengumpulan

data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena

tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui

teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Untuk memperoleh data-data

dalam penelitian, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai

berikut:

1. Metode Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si

penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan

menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan

wawancara). (Nazir, 2013, pp. 193-194) Wawancara dapat dilakukan

secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui

tatap muka (face to face) maupun menggunakan telepon. (Sugiyono,

2015, p. 130)

Menurut Suharsimi Arikunto, bahwa wawancara dapat dibedakan

atas wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. (Arikunto,

2012, p. 155) Dalam penelitian ini yang akan diwawancarai adalah

seluruh santriwan madrasah aliyah, pimpinan pondok, pengasuh pondok,

dan pembina pondok. Tujuan wawancara di dalam penelitian ini hanya


untuk mengetahui tentang pembentukan karakter. Wawancara yang

digunakan adalah wawancara terstruktur. Adapun pedoman

wawancaranya yaitu dapat dilihat pada tabel berikut ini: (Baharun, 2019,

pp. 79-85)

Tabel 2
Pedoman Wawancara
No Indikator Pertanyaan
a. Bagaimana cara pondok pesantren
mengajarkan tentang cinta damai kepada
santriwan?
b. Bagaimana cara pondok pesantren
menerapkan perilaku cinta damai kepada
santriwan?
c. Bagaimana metode yang digunakan
pondok pesantren dalam menerapkan
1. Cinta Damai perilaku cinta damai kepada santriwan?
d. Bagaimana dampak dari pelaksanaan
penerapan cinta damai kepada santriwan?
e. Bagaimana solusi yang diberikan apabila
santriwan tidak bisa menerapkan cinta
damai?
f. Bagaimana faktor yang mempengaruhi
pembentukan karakter santriwan dalam
menerapkan cinta damai?
2. Tanggung a. Bagaimana cara pondok pesantren
jawab mengajarkan tentang tanggung jawab
kepada santriwan?
b. Bagaimana cara pondok pesantren
menerapkan perilaku tanggung jawab
kepada santriwan?
c. Bagaimana metode yang digunakan
pondok pesantren dalam menerapkan
perilaku tanggung jawab kepada
santriwan?
d. Bagaimana dampak dari pelaksanaan
penerapan tanggung jawab kepada
santriwan?
e. Bagaimana solusi yang diberikan apabila
santriwan tidak bisa menerapkan tanggung
jawab?
f. Bagaimana faktor yang mempengaruhi
pembentukan karakter santriwan dalam
No Indikator Pertanyaan
menerapkan tanggung jawab?
a. Bagaimana cara pondok pesantren
mengajarkan tentang kejujuran kepada
santriwan?
b. Bagaimana cara pondok pesantren
menerapkan perilaku kejujuran kepada
santriwan?
c. Bagaimana metode yang digunakan
pondok pesantren dalam menerapkan
3. Kejujuran perilaku kejujuran kepada santriwan?
d. Bagaimana dampak dari pelaksanaan
penerapan kejujuran kepada santriwan?
e. Bagaimana solusi yang diberikan apabila
santriwan tidak bisa menerapkan
kejujuran?
f. Bagaimana faktor yang mempengaruhi
pembentukan karakter santriwan dalam
menerapkan kejujuran?

2. Metode Dokumentasi

Dokumentasi merupakan mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa transkip, buku, majalah, prasasti, notulen rapat,

lengger, agenda, dan sebagainya. Dokumentasi merupakan suatu cara

yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk

buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan

serta keterangan yang dapat mendukung penelitian. (Sugiyono, 2015, p.

329) Metode ini digunakan untuk menghimpun data yang berkaitan

dengan catatan-catatan tempat penelitian terkait.

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, data yang telah terkumpul akan diolah dan

pengolahan data dilakukan dengan triangulasi, reduksi, penyajian data,

penarikan kesimpulan.
1. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data sebagai pembanding

terhadap data tersebut. Terdapat tiga macam triangulasi yaitu triangulasi

dengan sumber, triangulasi dengan teknik, dan triangulasi waktu. Pada

penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi dengan menggunakan

sumber yaitu dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui

beberapa sumber. Pada penelitian ini, untuk menguji kredibilitas data

pemanfaatan koleksi e-book, maka data yang diperoleh diujikan kepada

pemustaka yang merupakan subyek dari penelitian serta disesuaikan

dengan teori-teori yang ada.

2. Reduksi

Reduksi yaitu merangkum, memilih hal-hal pokok, dan

memfokuskan pada hal-hal penting. Dengan begitu, data yang direduksi

akan memberikan gambaran yang lebih jelas. Dalam penelitian ini,

peneliti memfokuskan pada pemanfaatan koleksi e-book yang dilakukan

oleh pemustaka.

3. Penyajian Data

Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan

data. Data disajikan dalam bentuk teks yang bersifat naratif. Data

disajikan dengan mengelompokkan sesuai dengan sub bab masing-

masing.

4. Penarikan Kesimpulan
Setelah data di sajikan, langkah selanjutnya yaitu penarikan

kesimpulan. Setelah menjabarkan berbagai data yang telah diperoleh,

peneliti membuat kesimpulan yang merupakan hasil dari suatu penelitian.

Di dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk menganalisa

data adalah dengan menggunakan metode kualitatif. Proses analisis data

dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber,

yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan

lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar dan sebagainya.

(Moleong, 2012, p. 247) Penggunaan metode ini memfokuskan penelitian

pada adanya usaha untuk menganalisa seluruh data (sesuai dengan

pedoman rumusan masalah) sebagai satu kesatuan dan tidak dianalisa

secara terpisah. Setelah data terdeskripsikan langkah selanjutnya adalah

menganalisisnya dengan menggunakan metode analisis induktif yaitu

berangkat dari fakta-fakta atau peristiwa yang khusus, ditarik generalisasi

yang bersifat umum.

Analisis data dimulai dengan melakukan wawancara mendalam

dengan informan. Setelah melakukan wawancara, peneliti membuat

transkip hasil wawancara dengan cara memutar kembali rekaman

wawancara kemudian menuliskan kata-kata yang sesuai dengan apa yang

ada direkaman tersebut. Setelah peneliti menulis hasil wawancara ke

dalam transkip, selanjutnya peneliti membuat reduksi data dengan cara

abstraksi, yaitu mengambil data yang sesuai dengan konteks penelitian dan

mengabaikan data yang tidak diperlukan.


Penelitian kualitatif harus memiliki kredibilitas sehingga dapat

dipertanggung jawabkan. Kredibilitas adalah keberhasilan mencapai

maksud mengeplorasikan masalah yang majemuk atau keterpercayaan

terhadap hasil.

Upaya untuk menjaga kredibilitas dalam penelitian adalah melalui

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Perpanjangan pengamatan. Peneliti kembali ke lapangan untuk

melakukan pengamatan untuk mengetahui kebenaran data yang

diperoleh maupun menemukan data baru.

2. Meningkatkan ketekunan. Melakukan pengamatan secara lebih

cermat.

3. Triangulasi. Pengecekan data sebagai sebagai sumber dengan berbagai

cara dan berbagai waktu.

4. Analisis kasus negatif. Peneliti mencari data yang berbeda dengan

data yang ditemukan. Apabila tidak ada data yang berbeda maka data

yang ditemukan sudah dapat dipercaya.

5. Menggunakan bahan referensi. Bahan referensi yang dimaksud adalah

sebagai pendukung data yang ditemukan, sebagai contoh data hasil

wawancara perlu didukung adanya rekaman wawancara.

6. Menggunakan member check. Mengadakan kesepakatan dengan

informan bahwa data yang telah diterima sudah sesuai dengan hasil

wawancara. Apabila data sudah benar maka data sudah dianggap


valid, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data

agar penafsiran akan data yang diperoleh dapat disepakati.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Profil Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu

Di dalam menghadapi era globalisasi dan derasnya arus informasi,

maka pendidikan sangat menempati posisi penting untuk menghadapi

tantangan tersebut dengan menyadari akan pentingnya Pendidikan Islam

yang terarah dan terpadu antara Intelektual dan Akhlakul Karimah maka

pada tanggal 01 April 2014 maka di dirikanlah Pondok Pesantren

Modern Syamsuddin di singkat PPM Syamsuddin. Di bawah naungan

Yayasan Ibnu Syamsuddin berbadan hukum SK.MENKUM & HAM

NO: AHU – 2951 AH.01.04. TAHUN 2013.

Kemodernan dalam istilah pondok modern bukan berarti kebarat-

baratan,sehingga pondok modern tidak melakukan pembaratan

(westernisasi) kepada Ustadz, santriwan, maupun masyarakat, bukan pula

modern dalam ajaran-ajaran agama: akidah, syariah atau metode

beribadahnya, sehingga tidak melakukan perubahan ajaran agma-agama.

Namun kemodernan dalam artian kemodernan atau pembaharuan

dalam berbagai aspeknya; baik iu dalam aspek kelembagaan, organisasi,

menejemen, kurikulum dan metode pendidikan nya.


Sehingga pondok modern merupakan lembaga pendidikan Islam

dalam bentuk pondok pesantren, hanya saja sistem kepondokan yang

meliputi kelembagaan, organisasi, manajemen, kurikulum, dan metode

pendidikannya di moderenkan atau di perbaharui.

Aspek-aspek yang merupakan sistem pondok tersebut

(kelembagaan, organisasi, manajemen, kurikulum, dan metode

pendidikan) dikelola secara modern, yaitu di kelola secara dinamis,

progresif, komprehensif, evaluatif, homogenetif/homogenizing, dan

irreversibel.

Pondok Pesantren Modern Syamsuddin berdiri di bawah naungan

Yayasan Ibnu Syamsuddin pada tahun 2013 yang di pimpin oleh H. Aris

Ulinnuha,Lc dari periode pertama 2013-2018. Seterusnya H.Aris

Ulinnuha,Lc di gantikan oleh H.Mualal Humam, ST pada periode kedua

tahun 2019-2025.

Pada masa kepemimpinan tahun pertama oleh H.Aris Ulinnuha, Lc

pondok pesantren modern syamsuddin merekrut santriwan pada tanggal

01 April 2014 sebanyak 25 santriwan yang kemudian bertambah seirimg

berjalan waktu hingga pada tahun 2019 sudah mencapai 430 santriwan

dari Madrasah Tsanawiyah maupun Madrasah Aliyah beserta majelis

Ustadz. Dalam proses pembangunan di mulai pada tahun 2013 yang di

letakan oleh KH.Syamsuddin disaksikan oleh semua penUstadzs

yayasan ibnu syamsuddin serta di resmikan pada tanggal 01 April 2014

dengan badan hukum Sk.Menkum & Ham No.Ahu-2951 Ah.01.04 Tahun


2013. Akreditasi petama pondok modern syamsuddin mendapatkan

akreditasi A di MTS dan akreditasi A di MA.

Kemudian pembangunan terus dan semakin berkembang hingga

berhasil membangun ruang kelas, saung, Masjid, dan lain-lainnya

sebanyak ruangan dan Gedung. Pondok yang didirikan oleh KH.

Syamsuddin ini berkembang pesat. Santriwan-santriwannya berdatangan

dari berbagai daerah di Kabupaten Indragiri Hulu, banyak juga santriwan

yang bahkan datang dari luar daerah.

Makin kuatnya animo masyarakat untuk belajar pada setiap masa

itu menuntut pondok untuk terus meningkatkan mutu dan kualitas

pendidikan dan pengajarannya.

Adapun kegiatan selama mengabdi di Pondok Modern Syamsuddin

meliputi kegiatan belajar mengajar, supervisi proses pengajaran,

pengecekan persiapan mengajar (i’dat tadris), pengawasan disiplin masuk

kelas, pengontrolan asrama dan kelas selama prosses belajar mengajar

berlangsung penyelenggaraan belajar malam bersama wali kelas dan di

amanahkan untuk menjaga koperasi serta bagian kesehatan.

Adapun materi pembelajaran di Pondok Modern Syamsuddin

terdiri dari berbagai bidang studi, yaitu Dirosah Islamiyah (Islamic

Studies); Al-Qur’an, Tajwid, Tafsir, Tarjamah, Hadist, Fiqih, Ushul fiqh,

Faroid, Tauhid, dan Tarikh Islam. Dirosah ‘Arobiyah (Arabic Studies);

Imla’, Tamrin lughoh, Insya, Mutholaah, Nahwu, Shorof, Balaghoh,

Mahfuzhot, dan Khot.


2. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

Adapun visi Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri

Hulu yaitu membentuk insan mandiri, cerdas dan berakhlak mulia.

Sedangkan misi Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri

Hulu yaitu sebagai berikut:

a. Menjadi lembaga pendidikan yang berkualitas, sehingga meluluskan

santriwan yang berkompetensi bagi masyarakat.

b. Memberikan kesempatan pendidikan yang lebih luas kepada

masyarakat sebagai wujud pembangunan pendidikan nasional.

c. Mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan Undang-Undang

dan mewujudkan manusia berbudi pekerti yang mulia, beriman,

bertaqwa serta bermanfaat bagi nusa bangsa, negara dan masyarakat

serta agama.

d. Turut serta membantu Pemerintah dalam usaha mensukseskan

program Penddikan.

Sasaran Pondok Modern Syamsuddin adalah untuk memberikan

kesempatan luas kepada masyarakat sebagai upaya melayani kebutuhan

masyarakat dan membantu pemerintah dalam usaha pemerataan

pendidikan, ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai

yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 dan Batang Tubuh UUD

1945 Pasal 31 ayat 2.


B. Penyajian Data

Pada bab ini dibahas hasil dari paparan dan temuan data hasil

penelitian yang peneliti teliti di tempat penelitian yaitu di Pondok

Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu. Kemudian data yang

telah diperoleh diolah dan dikaitkan dengan teori-teori terkait. Adapun

pembahasan dalam bab ini meliputi: kontribusi yang dilakukan oleh

pondok pesantren dalam membentuk karakter santriwan melalui metode

yang digunakan oleh pondok pesantren dalam membentuk karakter

santriwan serta faktor pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi

oleh pondok dalam membentuk karakter santriwan. Adapun lebih

jelasnya peneliti menguraikannya sebagai berikut:

1. Kontribusi Pendidikan Pesantren dalam Pembentukan Karakter

Santriwan Untuk Menghadapi Tantangan Kehidupan Modern

a) Cinta Damai

1) Bagaimana cara pondok mengajarkan tentang cinta damai

kepada santriwan?

Berdasarkan hasil temuan di lapangan yang telah peneliti

lakukan melalui wawancara dan dokumentasi maka berikut

ini akan dipaparkan mengenai cara pondok pesantren dalam

mengajarkan karakter cinta damai kepada santriwan antara

lain sebagai berikut: Berdasarkan hasil wawancara di ketahui


bahwa pimpinan, pengasuh dan pembina pondok pesantren

sudah mengajarkan cinta damai kepada santriwan.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh pimpinan Pondok Ustadz

H.Aris Ulinnuha Lc. bahwa:

“Hal ini dikatakan oleh penanaman nilai cinta damai di


Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu
ditunjukkan dari bagaimana para santriwan dapat hidup
rukun antar sesama di lingkungan pondok. Tidak adanya
perselisihan dan pertengkaran. Para santriwan mampu
mengontrol emosi dan hawa nafsunya untuk tidak
melakukan suatu perbuatan yang merugikan dirinya dan
orang lain”. (Ulinnuha, 2023)

Sebagaimana hasil wawancara peneliti bahwa para

santriwan di Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten

Indragiri Hulu senantiasa memiliki hubungan dan silaturahmi

yang baik dengan sesama penghuni pondok. Para santriwan

bergaul dengan teman-temannya. Mereka hidup rukun satu

sama lain layaknya bersaudara.

Selain itu hal ini juga diperkuat dengan pernyataan

Ustadz Murni Darmawan selaku pengasuhan santriwan

pondok, bahwa:

“Iya, para santriwan memang selalu hidup rukun dengan


teman-temannya. Memang kadang ada pertikaian, tapi
itu hanya perselisihan kecil saja, mereka kembali
berbaikan lagi besoknya. Tidak sampai tiga hari sudah
baikan lagi”. (Darmawan, 2023)

Ustadz Murni Darmawan juga menjelaskan memang

sering terjadi pertikaian sesama teman hanya karna masalah

sepele namun pertikaian tersebut tidak sampai merugikan diri


mereka sendiri dan tidak sampai berlarut-larut sehingga

keesokan harinya mereka sudah rukun kembali seperti biasa.

Lebih lanjut didukung dengan hasil wawancara dengan

Ustadz M.Muammarul Fadlil selaku pembina Asrama Putra

bahwa:

“kehidupan pondok pesantren yang ditempati oleh


berbagai macam santriwan yang datang dengan
kepribadian yang berbeda-beda. Mereka diajarkan untuk
hidup rukun dan saling menyayangi. Para santriwan
diajarkan untuk mampu menahan diri dari sifat tercela
seperti iri, dengki, marah dan emosi. Banyak
pembelajaran yang dapat para santriwan dapatkan dari
teman sesama santriwan”. (Fadlil, 2023)

Dari pernyataan Ustadz M.Muammarul Fadlil tersebut

memperkuat bahwa hidup di pondok memang ada kalanya

ada pertikaian, tetapi tidak sampai pada kekerasan dan

merugikan diri sendiri. Kemudian juga kehidupan di pondok

pesantren juga diajarkan untuk hidup rukun, saling

menghargai sesama dan saling menyayangi, dan para santri

harus bisa mneahan diri dari sifat tercela seperti dengki, iri

dan emosi.

Kemudian, lebih tegas lagi Hafidz Khoirul Ihsan selaku

santriwan mengatakan bahwa:

“pondok pesantren mengajar cara cinta damai dengan


cara memberikan keteladanan kepada seluruh santriwan
dan memberikan contoh cinta damai sesame tanpa harus
membeda-bedakan satu dengan yang lain”. (Ikhsan,
2023)
Dari penjelasan tersebut memperkuat penjelasan-

penjelasan bahwa pondok pensatren mengajarkan cinta damai

dengan cara memberikan keteladanan kepada seluruh santri-

santrinya, memberikan contoh yang baik kepada seluruh

santri dan tidak membeda-bedakan sesame santriwan pondok.

Lebih lanjut hasil wawancara dengan salah seorang

santriwan M. Eko Wahyudin mengatakan bahwa:

“Ustadz memberikan keteladanan yang baik pada


santriwan. Keteladanan diberikan agar santriwan menjadi
bijaksana dalam melakukan atau memutuskan sesuatu.
Setelah itu santriwan mampu berfikir jernih dalam
mengambil tindakan yang akan ia lakukan. Ketaladanan
yang diberikan berupa contoh sikap sopan, santun, sabar,
peduli dengan sesama, dan mengatakan hal-hal yang baik
pada teman”. (Wahyudin, 2023)

Dari penjelasan M. Eko Wahyudin membenarkan bahwa

para ustadz memberikan contoh teladan yang baik kepada

santrinya sehingga para santri menjadi bijaksana dalam

melakukan atau memutuskan sesuatu sebelum mereka

berbuat sehingga tidak menghasilkan dampak yang negatif

bagi santri itu sendiri. salah satu contoh keteladanan yang di

berikan oleh para Ustadz adalah sopan, santun, sabar, peduli

sesame dan mengatakan hal-hal yang baik kepada teman.

Pendapat lain juga disampaikan oleh Darma Mahendra

bahwa:

“Selain itu, ada Ustadz yang memberikan keteladanan


melalui bercerita. Dengan bercerita, santriwan akan
antusias dalam menyimak cerita. Namun kelemahan dari
bercerita ini adalah santriwan belum sepenuhnya mampu
memahami amanat yang disampaikan melalui cerita,
santriwan hanya berfokus dengan bagian cerita yang ia
sukai. Dalam hal ini Ustadz dapat mengambil peran
untuk menjelaskan amanat yang terkandung, sehingga
santriwan dapat lebih memahaminya dengan lebih baik”.
(Mahendra, 2023)

Dari penjelasan Darma mahendra bahwa ada sebagian

ustadz yang memberikan keteladanan melalui cerita-cerita

islami yang di ambil dari kisah-kisah terdahulu. Karna

dengan bercerita para santri lebih antusias untuk

mendengarkan dan lebih mudah memahami apa pesan yang

ingin di sampaikan dari cerita tersebut.

Kemudian, juga dijelaskan oleh Surya Hadi Romadon

bahwa:

“Para Ustadz telah melakukan banyak upaya dalam


menanamkan karakter cinta damai pada santriwan,
diantaranya dengan memberikan keteladanan sehingga
santriwan mampu untuk menerapkan keteladanan yang
diberikan oleh Ustadz. Kemudian Ustadz lebih banyak
memberikan nasehat dengan penuh kasih sayang pada
santriwan sehingga terjadinya perubahan pada sikap
santriwan dari yang tidak baik menjadi baik. Ustadz juga
membangun suasana yang akrab dengan santriwan dan
membuat setiap santriwan kompak satu sama lain,
sehingga terjadi kesetaraan diantara santriwan dan
santriwan tidak membeda-bedakan temannya. Setelah
itu, Ustadz membiasakan santriwan untuk bersikap anti
kekerasan dan peduli terhadap sesama, sehingga
menciptakan lingkungan Pondok Pesantren yang cinta
damai”. (Romadon, 2023)

Dari penjelasan yang dipaparkan oleh Surya Hadi

Romadon bahwa para Ustadz sudah melakukan berbagai

macam cara upaya dalam menanamkan sifat cinta damai


kepada santrinya diantaranya dengan memberikan

keteladanan yang baik kepada santri sehingga santri mampu

menerapkan keteldan yang diberikan oleh ustadz tersebut.

Dan para Ustadz di pondok memberikan nasehat dengan

lemah lembut dan penuh kasih sayang sehingga memberikan

perubahan kepada sikap santri yang tidak baik menjadi baik.

Disana para ustadz juga membangun suasana yang akrab

dengan santriwan dan membuat setiap santriwan kompak satu

sama lain, sehingga terjadi kesetaraan diantara santriwan dan

santriwan tidak membeda-bedakan temannya. Setelah itu,

Ustadz membiasakan santriwan untuk bersikap anti

kekerasan dan peduli terhadap sesama, sehingga menciptakan

lingkungan Pondok Pesantren yang cinta damai dalam

kehidupan sehari-hari.

Dari hasil temuan dan teori tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa nilai karakter cinta damai pada santriwan

diajarkan agar santriwan mampu belajar menghargai sesama

tanpa membeda-bedakan satu sama lain dan menciptakan

hubungan yang baik dengan sesama santriwan. Para

santriwan menjadi dewasa dalam berpikir bahwa cinta damai

dan menghargai perbedaan adalah suatu perbuatan baik untuk

dirinya sendiri dan dirinya dengan orang lain (berhubungan

baik).
2) Bagaimana cara pondok pesantren menerapkan perilaku cinta

damai kepada santriwan?

Menurut pemaparan Pimpinan Pondok Ustadz H.Aris

Ulinnuha Lc. yaitu:

“Dengan mengetahui dan memahami hal-hal positif


tinggal penerapannya, karena dari awal seorang Ustadz
sudah menekankan jika seorang santriwan harus
senantiasa melakukan hal yang positif maka dengan
anjuran dan rasa patuh seorang santriwan akan memiliki
naluri untuk melakukan hal tersebut, serta selalu
memberikan kesempatan pada seseorang untuk berbuat
baik sesuai yang telah diketahuinya, serta sang Ustadz
memberikan contoh atau tindakan sesuai dengan yang
telah diajarkan suapaya sang santriwan dengan mudah
melakukan atau menerapkan tindakan tersebut”.
(Ulinnuha, 2023)

Disini di jelaskan bahwa dengan mengetahui dan

memahami hal-hal positif tinggal penerapannya, karena dari

awal seorang Ustadz sudah menekankan jika seorang

santriwan harus senantiasa melakukan hal-hal yang positif

maka dengan anjuran dan rasa patuh seorang santriwan akan

memiliki naluri untuk melakukan hal tersebut, serta selalu

memberikan kesempatan pada seseorang untuk berbuat baik

sesuai yang telah diketahuinya, serta sang Ustadz

memberikan contoh atau tindakan sesuai dengan yang telah

diajarkan supaya santriwan dengan mudah melakukan atau

menerapkan tindakan tersebut dalam kehidupan berasrama

dilingkungan pondok.
Selanjutnya Pengasuhan santri Pondok Pesantren lebih

menegaskan lagi bahwa:

“Penerapan cinta damai dapat dilakukan dengan


menerapkan hal yang positif yang telah diajarkan
padanya, kemudian tinggal seseoarng tersebut
mengulanginya atau membiasakannya setiap waktu,
karena dengan cara mengulangi adalah cara paling cepat
dan mudah dalam proses pembentukan karakter, karena
tanpa diulang-ulang seseorang akan mudah melupakan
hal spele yang tanpa dia sadari memiliki nilai tinggi
seperti halnya mengucapkan terima kasih juga maaf dua
kata yang sangat memiliki arti atau nilai tinggi. Jika
seorang sudah terbiasa dengan melakukan hal tersebut
maka kebiasaan tersebut akan menjadi candu yang akan
membentuk karakter orang tersebut sesuai dengan hal
yang sering dia lakukan”. (Darmawan, 2023)

Dari penjelasan pengasuhan santri diatas jelas bahwa

Penerapan cinta damai dapat dilakukan dengan menerapkan

hal yang positif yang telah diajarkan padanya, kemudian

tinggal seseoarng tersebut mengulanginya atau

membiasakannya setiap waktu, karena dengan cara

mengulangi adalah cara paling cepat dan mudah dalam proses

pembentukan karakter, karena tanpa diulang-ulang seseorang

akan mudah melupakan hal sepele yang tanpa dia sadari

memiliki nilai tinggi seperti halnya mengucapkan terima

kasih juga maaf dua kata yang sangat memiliki arti atau nilai

tinggi. Jika seorang sudah terbiasa dengan melakukan hal

tersebut maka kebiasaan tersebut akan menjadi candu yang

akan membentuk karakter orang tersebut sesuai dengan hal


yang sering dia lakukan itu juga di terapkan kepada santriwan

pondok modern syamsuddin.

Kemudian Pembina Asrama Ustadz M.Muammar Fadlil

juga menjelaskan bahwa:

“Pembudayaan disini hasus dilakukan dengan terus


menerus dengan adanya peran masyarakat (teman
sekitar) untuk ikut mendukung dalam proses
pembentukan nilai cinta damai, oleh karena itu seorang
yang telah mempelajari hal-hal positif tersebut harus
senantiasa selalu melakukannya agar semua yang ada
disekitar dapat termotivasi dan ikut melakukan dalam
proses pembentukan karakter cinta damai yang telah
diterapkan dalam lingkungan setempat, jika terjadi dalam
pesantren bisa jadi diberi peraturan yaitu jika tidak
melakukannya maka ada hukuman agar seseoarng
termotivasi untuk selalu melakukan hal positif walaupun
awalnya karena terpaksa, akan tetapi seterusnya akan
merasa terbiasa”. (Fadlil, 2023)

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa pembudayaan

disini hasus dilakukan dengan terus menerus dengan adanya

peran masyarakat (teman sekitar) untuk ikut mendukung

dalam proses pembentukan nilai cinta damai, oleh karena itu

seorang yang telah mempelajari hal-hal positif tersebut harus

senantiasa selalu melakukannya agar semua yang ada

disekitar dapat termotivasi dan ikut melakukan dalam proses

pembentukan karakter cinta damai yang telah diterapkan

dalam lingkungan setempat, jika terjadi dalam pesantren bisa

jadi diberi peraturan yaitu jika tidak melakukannya maka ada

hukuman agar seseoarng termotivasi untuk selalu melakukan


hal positif walaupun awalnya karena terpaksa, akan tetapi

seterusnya akan merasa terbiasa dilakukan oleh santriwan.

Kemudian, santriwan yang bernama Hafidz Khoirul

Ihsan mengatakan bahwa

“Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri


Hulu sudah menerapkan karakter cinta damai kepada
kami melalui pembiasaan terus menerus agar kami
terbiasa dalam menerapkan cinta damai kepada sesame
santriwan di lingkungan pondok”. (Ikhsan, 2023)

Dari pemaparan diatas jelas bahwa pondok modern

syamsuddin telah melakukan penerapan karakter cinta damai

kepada seluruh santri dengan membiasakan mereka untuk

hidup rukun dan saling menghargai sesama santri.

M. Eko Wahyudin juga memberikan penjelasan

mengenai cara menerapkan karakter cinta damai, bahwa:

“Penerapan karakter dilakukan dengan cara adanya


pembiasaan terhadap hal-hal positif didalan kehidupan
sehari-hari yang ada di Pondok Pesantren Syamsuddin
Kabupaten Indragiri Hulu.” (Wahyudin, 2023)

Dari penjelasan yang dijelaskan diatas bahwa penerapan

karakter dilakukan dengan cara membiasakan melakukan hal-

hal yang positif didalam kehidupan sehari-hari di lingkungan

pondok.

Selanjutnya, penjelasan juga dari Darma mahendra

menjelaskan bahwa:

“Lebih menekankan untuk senantiasa seorang santriwan


melakukan hal yang positif sesuai aturan dan anjuran
agama, karena seorang santriwan tidak lain akan
mengikuti anjuran dan ajaraan seorang Ustadz”.
(Mahendra, 2023)

Dari penjelasan diatas bahwa cara penerapannya lebih

menekankan untuk senantiasa melakukan hal-hal yang positif

sesuai aturan dan anjuran agama karna seorang santri tidak

lain akan mengikuti anjuran dan ajaran agam yang di ajarkan

oleh ustadz di pondok.

Surya Hadi Romadon juga menjelaskan tentang

penerapan karakter cinta damai yaitu:

“Contoh kegiatan penerapan karakter cinta damai yaitu


seseorang selalu dikenalkan dengan sifat cinta damai,
berani bertanggung jawab, gotong royong, meminta maaf
atas kesalahanya dan lain sebagainya”. (Romadon, 2023)

Dari berbagai penjelasan di atas dapat di ambil

kesimpulan bahwa Penerapan pembentukan karakter cinta

damai dalam suatu sistem pendidikan adalah keterkaitan

antara komponen-komponen karakter yang mengandung

nilai-nilai tingkah laku yang dilakukan dengan cara bertahap

dan saling berhubungan antara nilai tingkah laku dan sikap

emosi yang kuat untuk melakukannya baik terhadap

siapapun. dan dengan membiasakan seluruh santri melakukan

hal-hal yang positif sesuai aturan yang ada di pondok dan

sesuai anjuran agama karena semua dalam dunia ini tidak ada

yang instan butuh proses yang panjang dalam menerapkan

karakter cinta damai tersebut.


3) Bagaimana metode yang digunakan pondok pesantren dalam

menerapkan cinta damai kepada santriwan ?

Sebagaimana dijelaskan oleh pimpinan pondok Ustadz

H.Aris Ulinnuha Lc.

“Keteladanan adalah suatu cara dimana seorang Ustadz


mampu memberikan contoh yang baik kepada
santriwannya, baik itu dalam bentuk perilaku, tatanan
dalam berbicara, perbuatan dan lain-lain. Dalam
penerapan metode keteladanan menurut para santriwan
para pengasuh pondok telah menjalankan peranan
tersebut. Dimana para pengasuh selalu memberikan
contoh yang baik kepada para santriwan”. (Ulinnuha,
2023)

Disini Pimpinan pondok menekankan bahwa metode

yang dilakukan untuk menerapkan karakter cinta damai

adalah metode keteladanan yang langsung di contohkan para

ustadz kepada seluruh santri pondok modern syamsuddin.

Ustadz Murni Darmawan selaku pengasuhan santri juga

menjelaskan bahwa:

“Metode yang di gunakan untuk menerapkan karakter


cinta damai adalah dengan cara memberikan contoh yang
baik kepada santri contohnya dalam berinteraksi dengan
sesama ustadz mereka menggunakan bahasa arap sebagai
bahsa pengantar dalam kehidupan sehari-hari di pondok
dan ini menjadi salah satu teladan yang baik karna telah
menjalankan aturan yang ada yaitu mengunakan bahasa
wajib ketika berbicara sesame teman”. (Darmawan,
2023)

Dari penjelasan di atas dapat di ambil kesimpulan karena

area pondok adalah area wajib untuk menggunakan bahasa

Arab, Inggris dalam bahsa sehari-hari. Peneliti juga melihat


dan mendengar bahwa bahasa yang digunakan oleh para

pengasuh dengan para santriwan adalah dengan

menggunakan bahasa Arab. Terbukti pada saat Ustadz Murni

Darmawan memanggil salah satu santriwan, beliau

menggunakan bahasa Arab dan menyuruh santriwan tersebut

untuk memanggil beberapa temannya yang lain untuk peneliti

wawancarai, dan ini merupakan metode keteladanan sebagai

mana yang di jelaskan oleh Ustadz Murni Darmawan tadi.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ustadz M.

Muammarul Fadlil bahwa:

“Iya jelas misalnya contoh kecilnya saja. Ketika masuk


kelas mengucapkan salam itukan penanaman, kemudian
mengajak santri diawal pembelajaran membaca al-
Fatihah, ummul kitab itukan penanaman. Diharapkan
nanti bisa tertanam dalam diri santriwan. Selain itu,
ketika bertemu berjabat tangan, ketepatan waktu.
Contoh-contoh sederhana itu. Kemudian Sering, dengan
membiasakan santri atau mengajak santriwan di setiap
memulai pertemuan selalu dibuka dengan salam dan
basmallah dan mengakhrinya dengan hamdallah.
Kemudian disiplin dan tepat waktu misalnya dalam
sholat, menghadiri kegiatan pembelajaran itu.” (Fadlil,
2023)

Dari penjelasan diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa

Penerapan metode keteladan yang diberikan oleh para

pengasuh pondok banyak ditunjukan dengan perilaku dan

tindakan dalam keseharian pondok sehingga sudah menjadi

suatu hal yang lumrah dan umum dalam kehidupan pondok.


Dari hasil wawancara peneliti selama melaksanakan

penelitian, para pengasuh dan pembina yang berada di dalam

lingkungan pondok selalu menggunakan pakaian yang sopan

baik.

Ada juga metode yang lain yang di terapkan oleh

pimpinan pengasuhan santri dan pembina asrama di Pondok

Modern Syamsuddin yaitu metode nasehat dan hukuman

sebagai mana di paparkan oleh pimpinan pondok Ustadz H.

Aris Ulinnuha Lc.:

“Metode nasihat dan hukuman dalam kehidupan pondok


merupakan suatu hal yang biasa. Penerapan sikap
disiplin menjadikan kegiatan nasihat dan hukuman selalu
berdampingan. Segala tingkah laku di pondok memang
memerlukan nasihat dan hukuman agar para santriwan
menjadi takut untuk tidak melaksanakan tugasnya.
Dalam hal ini di Pondok Pesantren Syamsuddin
Kabupaten Indragiri Hulu juga menerapkan metode
nasihat dan hukuman tersebut. Tingkatan hukuman juga
digolongkan dari yang ringan hingga hukuman berat.
Namun di Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten
Indragiri Hulu sendiri tidak menerapkan hukuman fisik.
Hukuman terberat yang diberikan adalah dikeluarkan
dari pondok pesantren. Dan yang bertanggungjawab
terhadap penyelenggaraan hukuman adalah bagian
keamanan dan kedisiplinan”. (Ulinnuha, 2023)

Dari penjelasan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa

Metode nasihat dan hukuman dalam kehidupan pondok

merupakan suatu hal yang biasa. Penerapan sikap disiplin

menjadikan kegiatan nasihat dan hukuman selalu

berdampingan. Segala tingkah laku di pondok memang

memerlukan nasihat dan hukuman agar para santriwan


menjadi takut untuk tidak melaksanakan tugasnya. Dalam hal

ini di Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri

Hulu juga menerapkan metode nasihat dan hukuman tersebut.

Tingkatan hukuman juga digolongkan dari yang ringan

hingga hukuman berat. Namun di Pondok Pesantren

Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu sendiri tidak

menerapkan hukuman fisik. Hukuman terberat yang

diberikan adalah dikeluarkan dari pondok pesantren. Dan

yang bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan hukuman

adalah bagian keamanan dan kedisiplinan yang ada dalam

organisasi pondok yaitu OPPM (Organisasi Pelajar Pondok

Modern) namun segala hukuman tetap yang memberikan

kebijakan adalah pengasuhan santri Pondok Modern

Syamsuddin

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ustadz Murni

Darmawan bahwa:

“Kalau itu memang setiap bagian sudah ada terutama


bagian keamanan misalnya kita kan disini mengatur anak-
anak itu hanya boleh keluar dari pondok berapa kali dalam
sebulan misalnya hanya izin ke pasar jika ada keperluan
kalau melanggar itu ada sanksi nya dan itu sangsinya
memiliki tingkatan kalau misalnya dia melanggar sekali
itu kan masih masih teguran. Kemudian yang kedua
kalinya itu sudah tahu sendiri mereka. Nanti sebelum apa
namanya sebelum beraktivitas di pondok sudah dibacakan
program-program kerja di pondok disana mereka akan
tahu Oh disini sangsinya yang ini. Pokoknya sudah ada
semua peraturan sudah jelas sangat jelas jadi kalau
misalnya wali yang komplain itu takkan bisa karena anak-
anak juga sudah tahu peraturannya tapi kalau dia masih
melanggar ya sanksi terberat nya yah memang keluar
mereka dikeluarkan dari Pondok”. (Darmawan, 2023)

Dari pemaparan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa

metode nasehat dan hukuman sangat memberikan perubahan

bagi santri itu sendiri sehingga dia mau merubah diri mereka

menjadi yang lebih baik. dan jika ada wali santri yang tidak

terima dengan hukuman yang telah di tetapkan maka dengan

senang hati pengasuhan santri menunjukkan buku pedoman

peraturan yang ada agar tidak terjadi salah faham antara

pengasuhan santri dan wali santri dalam menyikapi hukuman

yang di berikan kepda santri yang melanggar aturan.

Hal serupa juga di jelaskan oleh pembina santriwan

Pondok Modern Syamsuddin Ustadz M. Muammarul Fadlil

bahwa

“Metode nasehat dan hukuman menurut saya selaku


pembina asrama sangat memberikan suatu perubahan
pada diri santri khususnya santri yang melanggar
peraturan yang ada maka dengan metode ini dia akan
mengintropeksi diri untuk menjadi lebih baik lagi”.
(Fadlil, 2023)

Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

metode nasehat dan hukuman sangat efektif di terapkan

dalam menanamkan cinta damai kepada santri.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh saudara Hafidz

Khairul Ikhsan, yang mengungkapkan bahwa:


“Bentuk hukuman yang diberikan itu beragam sesuai
dengan bentuk kesalahannya. Kalau yang dilanggarnya
masih ringan itu hanya dikasih nasihat seperti biasa, terus
kadang kalau yang telat datang sholat itu disuruh jalan
jongkok, terus menghafal baik itu surah, muthala’ah,
mahfudzot dan lain-lain. Terus kalau sanksi fisiknya
palingan berdiri di tengah lapangan, membersihkan suatu
tempat. Dan kalau hukuman terberatnya itu dipanggil
orang tuanya dan di skorsing bahkan di keluarkan dari
pondok”. (Ikhsan, 2023)

Dari penjelasan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa

bentuk hukuman yang ada di pondok bervariasi mulai dari

hukuman ringan seperti nasehat membersikan suatu tempat

dan dain sebagainya. Hukuman sedang yaitu mencukur

rambut hingga botak dan surat perjanjian dan yang terakhir

hukuman berat yaitu di panggil wali santri dan di keluarkan

dari pondok.

Sebagaimana hasil pengamatan peneliti, ditemukan

bahwa ada beberapa santriwan yang telat mengikuti sholat

berjamaah dan kemudian dihukum untuk jalan jongkok.

Penerapan metode dan nasihat ditujuankan untuk hal-hal

yang baik yaitu memberikan efek jera pada santriwan agar

tidak mengulanginya lagi. Selain itu, pemberian nasihat dan

hukuman juga dimaksudkan agar para santriwan mampu

menyadari apa kesalahannya dan sadar untuk tidak lagi

melakukannya.

Hal tersebut juga dibenarkan oleh saudara Darma

Mahendra, sebagaimana yang diungkapkan bahwa:


“Iya, karena pengasuh pondok itu seperti ibu kita sendiri
dan pasti memberikan contoh yang baik. Misalnya kalau
berbicara harus menggunakan bahasa yang sopan apalagi
kalau sama orang yang lebih tua, harus disalim dulu. Terus
pengasuh juga sering mengajak kita untuk menunaikan
sholat berjamaah bersama”. (Mahendra, 2023)

Dari penjelasan di atas bahwa para santri telah

menganggap pengasuhan santri sebagai ibu kandung mereka

yang selalu memberikan contoh teldan yang baik bagi santri-

santrinya.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh saudara M. Eko

Wahyudin yang mengungkapkan bahwa:

“Iya, seorang Ustadz selalu mengajarkan yang baik serta


memberikan teladan yang baik pada kami. Contohnya
kalau mau berbicara bawa salam dan salim dulu,
kemudian menundukkan pandangan ketika berbicara
dengan yang lebih tua, tidak mengangkat suara berlebihan
ketika berbicara dengan para ustadz”. (Wahyudin, 2023)

Dari penjelasan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa

seorang ustadz memberikan contoh yang baik serta

mngajarkan kebaikan dalam hal kecil contohnya adab ketika

berbicara.

kemudian di jelaskan juga oleh saudara Darma Mahendra

bahwa :

“Para santri pondok pesantren dituntut dengan


menggunakan Bahasa Arab dan boleh menggunakan
Bahasa Indonesia dikarenakan dengan berbagai suku dan
daerah yang memiliki Bahasa yang berbeda-beda maka
dikhawatirkan perbedaan Bahasa tersebut menjadikan
kesalah pahaman antara satu dengan yang lainya. Karena
perbedaan Bahasa dapat menjadikan perselisihan dan
konflik sehingga tidak tercipa suasana damai di dalam
Pondok”. (Mahendra, 2023)

Begitu juga Surya Hadi Romadon juga menegaskan

bahwa

“Ustadz di Pondok memberikan teladan yang baik untuk


kami para santri agar menjadi pribadi yang baik juga
bagi sesama santri dalam lingkungan pondok pesantren”.
(Romadon, 2023)

Dari penjelasan Surya Hadi Romadon dapat di ambil

kesimpulan bahwa ustadz di pondok pesantren Syamsuddin

telah memberikan tauladan yang baik untuk para santri-

santrinya

Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan

bahwa metode yang digunakan dalam menerapkan karakter

cinta damai yaitu metode keteladanan yang mana metode ini

sangat efektif dilakukan karna sesuai dengan kata pepatah

pondok yaitu apa yang di lihat, didengar dan apa yang

dilakukan adalah sebuah pendidikan jadi jika tauladan yang

di sampaikan atau yang dicontohkan oleh para ustadz yang

ada di pondok itu baik maka baik juga yang akan di terima

oleh santri begitu juga sebaliknya jika yang diberikan itu

tidak baik maka tidak baik juga yang akan diterima oleh

santri

Metode nasehat dan hukuman yang mana metode ini

sangat efektif untuk diterapkan di lingkungan Pondok


Pesantren Syamsuddin. karena ketika seorang santri

melakukan sebuah pelanggaran maka langkah pertama adalah

menasehatinya menanyakan kenapa dia melakukan

pelanggaran tersebut kemudia di berikan hukuman sebagai

efek jera bagi santri yang melakukan pelanggaran agar tidak

mengulangi pelanggaran itu lagi bahkan pelanggaran yang

lainnya.

Dari kegiatan sehari-hari pun para pengasuh selalu

menunjukkan dan memberikan keteladanan, nasihat dan

hukuman yang baik bagi para santriwan. Hal ini

menunjukkan bahwa ada bukti konkret bahwa para pengasuh

senantiasa menunjukkan contoh yang baik pada santriwan.

4) Bagaimana dampak dari pelaksanaan penerapan karakter

cinta damai kepada santriwan?

Hal ini dijelaskan oleh pimpinan pondok Ustadz H. Aris

Ulinnuha Lc. bahwa :

“Dengan adanya Pondok Pesantren Syamsuddin


Kabupaten Indragiri Hulu menurut Pimpinan Pondok
adalah menjadi suatu wadah yang sangat berperan
penting bagi penyebaran syariat tunutunan agama Islam,
dengan itu maka kacamata pandang dari masyarakat
menyatakan bahwasanya santri pasti memiliki daya
sorotan yang utama, bahwa seorang santri harus
memiliki karakter atau akhlaq yang baik sesuai dengan
tuntutan serta memiliki perilaku yang menimbulkan
keamanan serta kenyamanan sekitar, dalam
pengamatannya memang seorang karakter cinta damai
sangat dibutuhkan dan harus diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari karena kenyamanan dan ketentraman akan
menimbulkan seorang dapat bahagia dalam
hidupnya,karena menuntut ilmu juga butuh kondisi
situasi lingkungan yang nyaman agar seorang dapat
bertahan sampai akhir dalam proses menuntut ilmu di
Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri
Hulu”. (Ulinnuha, 2023)

Dari penjelasan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa

bahwa seorang santri harus memiliki karakter atau akhlaq

yang baik sesuai dengan tuntutan serta memiliki perilaku

yang menimbulkan keamanan serta kenyamanan sekitar,

dalam pengamatannya memang seorang karakter cinta damai

sangat dibutuhkan dan harus diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari karena kenyamanan dan ketentraman akan

menimbulkan seorang dapat bahagia dalam hidupnya,karena

menuntut ilmu juga butuh kondisi situasi lingkungan yang

nyaman agar seorang dapat bertahan sampai akhir dalam

proses menuntut ilmu di Pondok Pesantren Syamsuddin.

Dampak dari pelaksanaan cinta damai menurut Ustadz

Darmawan adalah sebagai berikut:

“Selalu berkomunikasi atau berkata dengan nada yang


rendah namun jika memang seorang tersebut sudah
memiliki genetik berbicara nada tinggi maka hendaklah
dengan dibarengi senyuman supaya reponsen nyaman dan
tidak salah paham dengan komunikasi yang sedang
berlangsung. Dalam beberapa kasus yang sering terjadi
yaitu kesalahpahaman dalam berkomunikasi karena
pemilihan Bahasa yang digunakan bersifat negative dan
kurang sopan yang akan menimbulkan ketidak nyamanan
seorang yang mendengarkan sehingga kedamaian sulit
diciptakan. Maka dari itu dipikih Bahasa yang positif agar
dapat digunakan tanpa menimbulkan kesalahpahaman,
namun jika terkadang ustadz keceplosan dengan bahsa
yang kasar maka terkadang seorang ustadz langsung
meminta maaf didepan seorang santri tersebut, hal itu
termasuk memberi contoh bahwa jika melakukan
kesalahan juga wajib meminta maaf baik itu kesalahan
dilakukan oleh seorang Ustadzs, ustadz maupun pengasuh,
karena sejatinya manusia tidak pernah luput dari kesalahan
maka dari itu untuk meminimalis kesalahan yang
berkelanjutan maka dilakukan dengan meminta maaf.
Untuk meminimalis kesalahpahaman juga dilakukan
dalam memilih Bahasa yaitu dengan menggunakan Bahasa
Indonesia agar tidak terjadi perbedaan antara daerah yang
satu dengan daerah yang lainya”. (Darmawan, 2023)

Dari pemaparan diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa

dampak dari karakter cinta damai adalah Selalu

berkomunikasi atau berkata dengan nada yang rendah namun

jika memang seorang tersebut sudah memiliki genetik

berbicara nada tinggi maka hendaklah dengan dibarengi

senyuman supaya reponsen nyaman dan tidak salah paham

dengan komunikasi yang sedang berlangsung. Dalam

beberapa kasus yang sering terjadi yaitu kesalahpahaman

dalam berkomunikasi karena pemilihan Bahasa yang

digunakan bersifat negative dan kurang sopan yang akan

menimbulkan ketidak nyamanan seorang yang mendengarkan

sehingga kedamaian sulit diciptakan. Maka dari itu dipikih

Bahasa yang positif agar dapat digunakan tanpa

menimbulkan kesalahpahaman, namun jika terkadang ustadz

keceplosan dengan bahsa yang kasar maka terkadang seorang

ustadz langsung meminta maaf didepan seorang santri

tersebut, hal itu termasuk memberi contoh bahwa jika


melakukan kesalahan juga wajib meminta maaf baik itu

kesalahan dilakukan oleh seorang Ustadzs, ustadz maupun

pengasuh, karena sejatinya manusia tidak pernah luput dari

kesalahan maka dari itu untuk meminimalis kesalahan yang

berkelanjutan maka dilakukan dengan meminta maaf. Untuk

meminimalis kesalahpahaman juga dilakukan dalam memilih

Bahasa yaitu dengan menggunakan Bahasa Indonesia agar

tidak terjadi perbedaan antara daerah yang satu dengan

daerah yang lainya.

Ustadz M. Muammar Fadlil juga menjelaskan dampak

dari karakter cinta damai adalah :

“Dampak dari adanya pembentukan karakter cinta damai


adalah terlaksananya manajemen controlling di Pondok
Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu ada 2
macam yaitu pengendalian secara struktural dan
nonstruktural. Maksud dari pengendalian secara struktural
adalah memaksimalkan peran dan fungsi organisasi yang
telah terbentuk yaitu dengan mengadakan rapat koordinasi
dan evaluasi yang telah ditentukan di awal, kemudian tiap-
tiap struktural baik tingkat atas yaitu di yayasan dan
tingkat bawah yaitu di madrasah dan asrama juga memiliki
struktur organisasi, selain sebagai master planning dan
actuating semua tatanan organisasi itu juga memiliki
peran sebagai pengawas atau controlling dari apa yang
telah direncanakan dan dilaksanakan sesuai target yang
mengacu pada visi dan misi. Hal ini dibuktikan dengan
adanya rapat bulanan untuk evaluasi kerja di tiap tingkatan
lembaga dan madrasah serta penUstadzs asrama,
kemudian hasil dan rapat tersebut akan dibawa dan
disampaikan pada rapat yayasan bersama dengan
pimpinan Pesantren tiap tiga bulan sekali yang mana
memiliki tujuan untuk perbaikan secara terus menerus
pada tiap- tiap lembaga dan asrama”. (Fadlil, 2023)
Kemudian, Hafidz Khairul Ikhsan menegaskan juga

bahwa:

“Dampaknya bagi kami santriwan lebih menghargai akan


pentingnya berdamai, dan tidak berkelahi dengan sesama
teman menghargai antar sesama tanpa membeda-bedakan
satu sama lain dalam lingkungan pondok”. (Ikhsan,
2023)

Hal ini juga dibenarkan oleh M. Eko Wahyudin

santriwan Pondok Pesantren Syamsuddin bahwa:

“Dengan adanya pembentukan karakter cinta damai


maka kami takut melakukan perbuatan yang dilarang
oleh Pondok, seperti berkelahi, membeda-bedakan
sesama teman seasrama bahkan ke adik kelas”.
(Wahyudin, 2023)

Begitu juga dengan Darma Mahendra yang

membenarkan Pernyataan dari temannya yaitu M. Eko

Wahyudin:

“Saya sependapat dengan apa yang di katakana teman


saya tadi bahwa Dengan adanya pembentukan karakter
cinta damai maka kami takut melakukan perbuatan yang
dilarang oleh Pondok, seperti berkelahi, membeda-
bedakan sesama teman seasrama bahkan ke adik kelas”.
(Mahendra, 2023)

Surya Hadi Romadon juga sependapat dengan apa yang

di katakana oleh temannya yaitu M. Eko Wahyudin bahwa :

“Dengan adanya pembentukan karakter cinta damai maka


kami takut melakukan perbuatan yang dilarang oleh
Pondok, seperti berkelahi, membeda-bedakan sesama
teman seasrama bahkan ke adik kelas dan kami bisa lebih
rukun dalam berkehidupan di asrama”. (Romadon, 2023)

Dari berbagai pernyataan diatas maka dapat diambil

kesimpulan bahwa dampak yang diperoleh santriwan Pondok


Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu dalam

menerapkan karakter cinta damai mampu menghindari

perkelahian yang terjadi sesama teman, menjadikan

kehidupan berasrama lebih rukun aman dan tetram sesuai

yang diharapkan oleh seluruh santri maupun para Ustadz

yang ada di Pondok Modern Syamsuddin.

5) Bagaimana solusi yang diberikan apabila santriwan tidak bisa

menerapkan karakter cinta damai?

Pimpinan Pondok Pondok Pesantren Syamsuddin

Kabupaten Indragiri Hulu mengatakan apabila cinta damai

tidak bisa diterapkan, maka:

“Saya akan langsung turun tangan kelapangan untuk


mencari problem yang ada dan memberikan nasihat
terutama kepada para ustadz agar lebih baik lagi dalam
mendidik karakter santri agar menjadi santtri yang
memiliki karakter yang baik salah satu contohnya adalah
karakter cinta damai”. (Ulinnuha, 2023)

Dari penjelasan yang di jelaskan oleh Pimpinan Pondok

dapat di ambil kesimpulan bahwa jika cinta damai tidak bisa

di terapkan atau tidak berjalan dengan baik maka beliau

sendiri yang akan turun langsung kelapangan untuk

mengevaluasi problem yang ada dan memberikan nasehat

kepada para ustadz agar lebih semnagat dalam mendidik

santri menanamkan karakter cinta damai.

Sedangkan menurut pemaparan dari pengasuhan santri

Ustadz Murni Darmawan mengatakan solusi utama adalah:


“Sedangkan hukuman itu tidak sekedar dijatuhkan begitu
saja kepada sipelanggar tetapi harus disesuaikan dengan
kadar kesalahan yang diperbuatnya, sehingga hukuman
dapat dibedakan dengan beberapa jenis yaitu mulai dari
yang ringan, sedang dan paling berat. Begitu juga di
pondok pesantren Syamsuddin yang menjadikan
hukuman sebagai salah satu solusi utama dalam
mendisiplinkan santri”. (Ulinnuha, 2023)

Disini di jelaskan bahwa hukuman bukan sekedar

dijatuhkan kepada santri yang melanggar tetapi harus

disesuaikan dengan kadar kesalahannya sehingga mendidika

karakter santri untuk cinta damai dapat di terapkan dengan

baik.

Pembina Asrama Ustadz M.Muammar Fadlil juga

menjelaskan solusinya bahwa :

“Salah satu jenis hukumannya adalah iqab adalah


menghukum seseorang dari kesalahan yang
diperbuatnya. Sedangkan di pondok pesantren hukuman
iqab merupakan suatu bentuk sanksi yang diberikan
kepada santri karena melanggar aturan/tata tertib yang
sifatnya sedang. Terkadang hukuman iqab ini tidak bisa
membuat santri jera dan ada keinginan untuk mengulangi
kesalahannya lagi. Jenis hukuman iqab yang paling
mudah dan sering dilakukan oleh santri seperti
membersihkan kamar mandi, digundulkan,
membersihkan kolam dan mencabuti rumput serta
membuang sampah”. (Fadlil, 2023)

Diatas di jelaskan bahwa Hukuman atau Iqab adalah

menajdi salah satu solusi yang efektif untuk menerapkan

karakter cinta damai ini keapda santri karna dengan diadakan

hukuman atau sangsi kepada santri yang melanggar maka


memberikan sebuah efek jera agar tidak melakukan

pelanggaran kembali.

Kemudian, santriwan-santriwan yang di wawancarai oleh

peneliti juga membenarkan adanya hukuman yang

diberlakukan sebagaimana dijelaskan oleh Hafidz Khairul

Ikhsan bahwa:

“Benar salah satu cara yang dilakukan oleh pengasuh dan


pembina jika ada santri yang tidak menerapkan karakter
cinta damai berupa membersihkan kamar mandi,
digundulkan, membersihkan kolam dan mencabuti
rumput serta membuang sampah”. (Ikhsan, 2023)

Kemudian M. Eko Wahyudin juga membenarkan adanya

hukuman yang diberlakukan sebagaimana dijelaskan oleh

Hafidz Khairul Ikhsan diatas bahwa:

“Benar salah satu cara yang dilakukan oleh pengasuh dan


pembina jika ada santri yang tidak menerapkan karakter
cinta damai berupa membersihkan kamar mandi,
digundulkan, membersihkan kolam dan mencabuti
rumput serta membuang sampah”. (Wahyudin, 2023)

Selanjutnya Darma Mahendra juga sependapat bahwa

benar adanya hukuman yang diberlakukan sebagaimana

dijelaskan oleh M. Eko Wahyudin tadi bahwa:

“Benar salah satu cara yang dilakukan oleh pengasuh dan


pembina jika ada santri yang tidak menerapkan karakter
cinta damai berupa membersihkan kamar mandi,
digundulkan, membersihkan kolam dan mencabuti
rumput serta membuang sampah”. (Mahendra, 2023)
Kemudian Surya Hadi Romadon juga memiliki pendapat

yang sama dengan teman-temannya dan membenarkan

adanya hukuman yang diberlakukan:

“Benar salah satu cara yang dilakukan oleh pengasuh dan


pembina jika ada santri yang tidak menerapkan karakter
cinta damai berupa membersihkan kamar mandi,
digundulkan, membersihkan kolam dan mencabuti
rumput serta membuang sampah”. (Romadon, 2023)

Dapat dipahami bahwa tujuan dari penerapan hukuman

tersebut bukan hanya untuk mendisiplinkan santri di dalam

pondok saja tetapi diharapkan nantinya mampu menjadi

orang yang disiplin dan istiqamah serta dapat diandalkan oleh

masyarakat karena santri yang berada di pondok merupakan

suatu bentuk latihan agar menjadi orang yang tekun, disiplin

dan istiqamah terutama dalam hal melaksanakan kebaikan

dan ibadah.

6) Bagaimana faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter

santriwan dalam menerapkan cinta damai?

Sebagai mana yang di jelaskan oleh Pimpinan pondok

Ustadz H.Aris Ulinnuha LC. bahwa:

“Faktor yang menjadi penghambat pencerminan karakter


cinta damai adalah faktor dari diri santriwan, setiap
santriwan mempunyai karakter yang berbeda-beda ada
yang berkarakter baik dan ada juga yang yang
berkarakter buruk, yang menjadi penghambat
pencerminan karakter cinta damai yaitu; sikap acuh tak
acuh santriwan terhadap Ustadz, saat Ustadz menasihati
mengenai perilakunya dan saat Ustadz menerangkan
materi mata pelajaran”. (Ulinnuha, 2023)
Sikap malas santriwan merupakan suatu penghambat

mutlak yang menjadikan proses penguatan karakter cinta

damai kurang maksimal diterima. Kebiasaan membolos

santriwan, kebiasaan membolos pada santriwan menjadikan

santriwan menjadi tertinggal jauh dengan teman nya dalam

hal akademis. Dan berani membantah nasihat Ustadz ketika

di nasihati.

Hal tersebut diperkuat dengan penuturan oleh Ustadz

Darmawan.

“Faktor penghambat pencerminan karakter cinta damai


dan sikap santun mudah dirasakan ketika berhadapan
dengan santriwan yang acuh tak acuh dengan nasihat
Ustadz, malas, dan suka membolos ketika Pondok
Pesantren, dan suka membantah ketika dinasihati dan
konsekuensinya Ustadz harus memberikan perhatian
ekstra. Di sisi lain Ustadz dituntut adil atau setara dalam
memberikan perhatian kepada semua santriwan”.
(Darmawan, 2023)

Keluarga adalah tempat pulang seorang santriwan ketika

pembelajaran diPondok Pesantren telah usai, dan kelauraga

dalah Pondok Pesantren pertama bagi santriwan, maka jika

seorang santriwan dalam keluarga diajarkan untuk selalu

berperilaku baik maka santriwan akan selalu berperilaku baik

juga, namun sebaliknya jika seorang santriwan diajarkan

keluarga berperilaku buruk, maka seorang anak akan

berperilaku buruk dimanapun dia berada karena setiap

santriwan memiliki latar belakang yang berbeda.


Hal tersebut sejalan dengan penuturan dari Ustadz Fadlil

selaku pembina asrama :

“Selain dari faktor dari santriwan penghambat


pencerminan karakter cinta damai dan sikap santun juga
berasal dari faktor keluarga, setiap santriwan memiliki
latar belakang keluarga yang berbeda-beda ada yang
berasal dari keluarga yang harmonis seperti; penuh kasih
sayang, damai, dan tentram, ada juga dari keluarga yang
disharmonis dan menjadi faktor penghambat dalam
penguatan karakter cinta damai di Pondok Pesantren
yaitu; kurangnya komunikasi antara santriwan dengan
orang tua atau wali, kurangnya waktu luang keluarga
untuk sekedar bercengkrama berbagi keluh kesah
sehingga santriwan mencari perhatian di luar misalkan di
lingkungan Pondok Pesantren santriwan mencari
perhatian ke teman maupun Ustadz, bergesernya peran
ayah atau ibu misalkan, broken home akibat dari
perceraian dari kedua orang tuanya biasanya santriwan
tinggal dengan anggota keluarga lainya misalkan nenek
atau kakeknya sehingga kurangnya kasih sayang dan
perhatian”. (Fadlil, 2023)

Dari penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa

ada factor selain dari santriwan itu sendiri yaitu factor dari

keluarga setiap santriwan memiliki latar belakang keluarga

yang berbeda-beda ada yang berasal dari keluarga yang

harmonis seperti, penuh kasih sayang, damai dan tentram, ada

juga dari keluarga yang disharmonis dan menjadi faktor

penghambat dalam penguatan karakter cinta damai di Pondok

Pesantren yaitu; kurangnya komunikasi antara santriwan

dengan orang tua atau wali, kurangnya waktu luang keluarga

untuk sekedar bercengkrama berbagi keluh kesah sehingga

santriwan mencari perhatian di luar misalkan di lingkungan


Pondok Pesantren santriwan mencari perhatian ke teman

maupun Ustadz, bergesernya peran ayah atau ibu misalkan,

broken home akibat dari perceraian dari kedua orang tuanya

biasanya santriwan tinggal dengan anggota keluarga lainya

misalkan nenek atau kakeknya sehingga kurangnya kasih

sayang dan perhatian.

Penuturan Ustadz diperkuat dengan pernyataan yang

dituturkan oleh santriwan ke peneliti apa yang menjadi faktor

yang mempengaruhi pencerminan karakter cinta damai:

“Untuk penghambat dalam pencerminan karakter cinta


damai, santriwan yang berbicara dengan temannya ketika
Ustadz menjelaskan materi, ada santriwan laki-laki
bermain game ketika Ustadz menjelaskan materi,
mengantuk, dan ada santriwan yang malu untuk
bertanya”. (Ikhsan, 2023)

Dari penjelasan diatas bahwa factor penghambat ada

pada diri santri masing-masing, masih banyak santriwan yang

berbicara dengan temannya ketika Ustadz menjelaskan

materi, ada santriwan laki-laki bermain game ketika Ustadz

menjelaskan materi, mengantuk, dan ada santriwan yang

malu untuk bertanya.

Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan dikatakan oleh

salah satu santriwan ketika peneliti mengajukan pertanyaan

apa yang membuat teman-teman bersikap menyimpang dari

karakter cinta damai dan sikap santun sebagai berikut:


“Faktor penghambatnya yaitu; kebanyakan teman-teman
suka membolos, tidak memperhatikan Ustadz ketika
dijelaskan materi, dan acuh tak acuh ketika dinasihati
Ustadz karena ikut-ikutan teman yang juga berperilaku
sama”. (Wahyudin, 2023)

Dari penjelasan diatas factor yang pempengaruhi dalam

menanamkan cinta damai masih dari diri santri itu sendiri

karna kebanyak masih banyak santri suka membolos, tidak

memperhatikan Ustadz ketika dijelaskan materi, dan acuh tak

acuh ketika dinasihati Ustadz karena ikut-ikutan teman yang

juga berperilaku sama

Kemudian, Darma Mahendra menjelaskan bahwa factor

yang mempengaruhi penerapan cinta damai bahwa:

“kalau di lingkungan rumah saya ada suasana baru, yang


dulunya kompleks mayoritas muslim sekarang ada yang
non muslim dan kebetulan tempat tinggalnya
bertetanggan dengan saya, demi menjaga kerukunan
setiap berpapasan saling menyapa dengan ramah, dan tak
lupa yang dulunya setiap minggu suka menyetel musik
keras-keras sekarang hanya menggunakan earphone agar
tidak menganggu kegiatan ibadahnya”. (Mahendra,
2023)

Dari penjelasan di atas bahwa factor yang mempengaruhi

adalah lingkungan tempat tinggal masing-masing yang

memiliki banyak perbedaan dan kepercayaan masing-masing.

Begitu juga menurut Surya Hadi Romadon menjelaskan

factor yang mempengaruhi penerapan karakter cinta damai

bahwa,

“Ada faktor yang sangat mempengaruhi yang


menyebabkan susahnya menerapkan cinta damai yaitu
karena diajak teman-teman atau dipengaruhi oleh teman
yang lain”. (Romadon, 2023)

Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

factor yang mempengaruhi penerapan Karakter cinta damai

yang pertama adalah santri itu sendiri yang dipengaruhi oleh

lingkungan sekitar dan pengaruhi oleh teman-temannya yang

membuat santri susah untuk menerapkan karakter cinta

damai.

Dari semua penjelasan yang di jelaskan oleh Pimpinan,

Pengasuhan santri, Pembina asrama dan santriwan dapat di

ambil kesimpulan bahwa nilai karakter cinta damai pada

santriwan diajarkan agar santriwan mampu belajar

menghargai sesama tanpa membeda-bedakan satu sama lain

dan menciptakan hubungan yang baik dengan sesama

santriwan. Para santriwan menjadi dewasa dalam berpikir

bahwa cinta damai dan menghargai perbedaan adalah suatu

perbuatan baik untuk dirinya sendiri dan dirinya dengan

orang lain (berhubungan baik).

Penerapan pembentukan karakter cinta damai dalam

suatu sistem pendidikan adalah keterkaitan antara komponen-

komponen karakter yang mengandung nilai-nilai tingkah laku

yang dilakukan dengan cara bertahap dan saling berhubungan

antara nilai tingkah laku dan sikap emosi yang kuat untuk

melakukannya baik terhadap siapapun. dan dengan


membiasakan seluruh santri melakukan hal-hal yang positif

sesuai aturan yang ada di pondok dan sesuai anjuran agama

karena semua dalam dunia ini tidak ada yang instan butuh

proses yang panjang dalam menerapkan karakter cinta damai

tersebut.

Metode yang digunakan dalam menerapkan karakter

cinta damai yaitu metode keteladanan dan metode ceramah

yang mana metode ini sangat efektif dilakukan karna sesuai

dengan kata pepatah pondok yaitu apa yang di lihat, didengar

dan apa yang dilakukan adalah sebuah pendidikan jadi jika

tauladan yang di sampaikan atau yang dicontohkan oleh para

ustadz yang ada di pondok itu baik maka baik juga yang akan

di terima oleh santri begitu juga sebaliknya jika yang

diberikan itu tidak baik maka tidak baik juga yang akan

diterima oleh santri

Metode nasehat dan hukuman yang mana metode ini

sangat efektif untuk diterapkan di lingkungan Pondok

Pesantren Syamsuddin. karena ketika seorang santri

melakukan sebuah pelanggaran maka langkah pertama adalah

menasehatinya menanyakan kenapa dia melakukan

pelanggaran tersebut kemudia di berikan hukuman sebagai

efek jera bagi santri yang melakukan pelanggaran agar tidak


mengulangi pelanggaran itu lagi bahkan pelanggaran yang

lainnya.

Dari kegiatan sehari-hari pun para pengasuh selalu

menunjukkan dan memberikan keteladanan, nasihat dan

hukuman yang baik bagi para santriwan. Hal ini

menunjukkan bahwa ada bukti konkret bahwa para pengasuh

senantiasa menunjukkan contoh yang baik pada santriwan.

Dampak yang diperoleh santriwan Pondok Pesantren

Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu dalam menerapkan

karakter cinta damai mampu menghindari perkelahian yang

terjadi sesama teman, menjadikan kehidupan berasrama lebih

rukun aman dan tetram sesuai yang diharapkan oleh seluruh

santri maupun para Ustadz yang ada di Pondok Modern

Syamsuddin.

Dapat dipahami bahwa tujuan dari penerapan hukuman

tersebut bukan hanya untuk mendisiplinkan santri di dalam

pondok saja tetapi diharapkan nantinya mampu menjadi

orang yang disiplin dan istiqamah serta dapat diandalkan oleh

masyarakat karena santri yang berada di pondok merupakan

suatu bentuk latihan agar menjadi orang yang tekun, disiplin

dan istiqamah terutama dalam hal melaksanakan kebaikan

dan ibadah.
factor yang mempengaruhi penerapan Karakter cinta

damai yang pertama adalah santri itu sendiri, dipengaruhi

oleh lingkungan sekitar dan pengaruhi oleh teman-temannya

yang membuat santri susah untuk menerapkan karakter cinta

damai.

b) Tanggung Jawab

1) Bagaimana cara pondok mengajarkan tentang Tanggung

jawab kepada santriwan?

Karakter Tanggung jawab adalah sebuah karakter yang

harus dimiliki oleh setiap orang begitu juga di pondok

pesantren yang diajarkan kepada seluruh santri agar memiliki

karakter tanggung jawab di dalam diri masing-maing.

Berdasarkan hasil temuan di lapangan yang telah peneliti

lakukan melalui wawancara dan dokumentasi maka berikut

ini akan dipaparkan mengenai peran pondok pesantren dalam

membentuk karakter Tannggung jawab Sebagai mana yang

telah di jelaskan oleh Pimpinan Pondok Ustadz H.Aris

Ulinnuha Lc.

“Diketahui bahwa pimpinan, pengasuh dan pembina


pondok pesantren sudah mengajarkan santriwan untuk
bertanggung jawab dengan tugasnya masing-masing.
Karakter tanggung jawab dapat terlihat pada para
santriwan yang merupakan seluruh santriwan yang
memiliki tugas untuk mengatur adik-adik santriwan
kelas di bawahnya. Mereka mampu mengemban tugas
yang diberikan dengan baik dan bertanggung jawab serta
mengatur waktu antara urusan organisasi dengan
urusannya sendiri. para santriwan belajar untuk
bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan dan
mampu memberikan contoh yang baik kepada adik-adik
santriwan untuk dapat menjadi teladan yang baik bagi
mereka”. (Ulinnuha, 2023)

Dari penjelasan diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa

pimpinan, pengasuh dan pembina pondok pesantren sudah

mengajarkan santriwan untuk bertanggung jawab dengan

tugasnya masing-masing. Karakter tanggung jawab dapat

terlihat pada para santriwan yang merupakan seluruh

santriwan yang memiliki tugas untuk mengatur adik-adik

santriwan kelas di bawahnya. Mereka mampu mengemban

tugas yang diberikan dengan baik dan bertanggung jawab

serta mengatur waktu antara urusan organisasi dengan

urusannya sendiri. para santriwan belajar untuk bertanggung

jawab dengan tugas yang diberikan dan mampu memberikan

contoh yang baik kepada adik-adik santriwan untuk dapat

menjadi teladan yang baik bagi mereka.

Kemudian hasil wawancara dalam menanambakan nilai

karakter tanggung jawab para santriwan Pondok Pesantren

Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu memang dibina untuk

mampu bertanggung jawab akan apa yang telah ditugaskan.

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Ustadz Darmawan

bahwa:

“Kami ajarkan anak-anak itu untuk bertanggung jawab


dengan tugas yang diberikan. Kami bimbing dia untuk
mampu mengerjakan apa yang ditugaskan tersebut
selesai dilaksanakan. Misalnya ada beberapa anak yang
takut dan minder itu kami dorong dia, kami motivasi dia
untuk berani dengan cara memberikan dia tugas untuk
tampil berpidato di depan umum melawan ketakutannya.
Kami ajarkan dia untuk bisa melawan rasa takutnya dan
akhirnya anak tersebut bisa.” (Darmawan, 2023)

Dari penjelasan diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa

para santri di ajarkan untuk bertanggung jawab atas tugasnya

masing masing yang telah di berikan dan dibimbing dalam

mengemban tugas dan tanggung jawab tersebut.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh pembina asrama yaitu

Ustadz Muammarul Fadlil bahwa:

“Pembentukan karakter tanggung jawab santri dalam


proses pembelajaran aqidah akhlak itu biasanya yang
saya lakukan melalui pemahaman dulu , bisa dari
pemahaman pelajaran nanti saya kaitkan juga dengan
kehidupan nyata, dari pemahaman itu nanti akan
menempel di pikirannya dan akan di amalkan”. (Fadlil,
2023)

Dari hasil temuan diatas dapat di ambil kesimpulan

bahwa pembentukan karakter tanggung jwaab santri

dilakukan di dalam kelas diberikan pemahaman kepada santri

dan kemudian santrti dapat menerapkannya didalam

kehidupan sehari-hari.

Selain dari pada itu, dari pernyataan santriwan yang

Hafidz Khoirul Ihsan bahwa:

“Kami harus bisa mengatur waktu dengan baik antara


waktu kami sendiri dengan waktu untuk menjalankan
tugas sebagai santriwan. Kami harus menunjukkan
kepada adik-adik santriwan bahwa kami adalah contoh
teladan. Kami tidak boleh menunjukkan sisi negatif
kami. Nanti malah diikuti oleh mereka. Kami harus
pintar-pintar mengatur waktu antara untuk menghafal,
untuk belajar, dan untuk menjalankan tugas sebagai
santriwan”. (Ikhsan, 2023)

Dari hasil wawancara diatas bahwa jika karakter sudah

terbentuk sejak usia dini maka tidak akan mudah untuk

mengubah karakter seseorang, dengan harapan besar

penerapan pendidikan karakter di Pondok Pesantrennya dapat

menumbuhkan thabiat, kepribadian yang baik serta ikut andil

dalam membangun kepribadian bangsa. Dengan adanya

kegiatan yang terencana semacam ini ternyata mendapatkan

respon positif dari para peserta didik, sebagaimana

diungkapkan oleh M. Eko Wahyudin sebagai berikut:

“Menurut saya bagus, karena setiap hari kita diingatkan


untuk jangan lupa mengaji, dibiasakan untuk shalat tepat
waktu, biasanya juga pagi sebelum belajar diminta untuk
berdo’a dan surah-surah pendek, jadi menurut saya
sangat baik”. (Wahyudin, 2023)

Dan ditambahkan juga oleh Darma Mahendra

sebagaimana menjelaskan bahwa:

“Dengan adanya kegiatan terencana dari Ustadz, kami


merasa senang, karena dikegiatan itu kita dilatih untuk
disiplin dan tanggung jawab, seperti ketika sebelum
pelajaran dimulai kita disuruh berdo’a terlebih dahulu,
setiap hari jum’at pasti diadakan jum’at ibadah, terus hari
sabtu membersihkan bersama-sama karena itu juga
merupakan tujuan untuk menerapkan karakter pada kami
sebagai santriwan”. (Mahendra, 2023)

Dari pemaparan diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa

kegiatan-kegiatan yang diberikan kepada santri tidak serta


merta hanya sekedar kegiatan saja tetapi kegiatan yang

membawa karakter santri untuk bertanggung jawab atas

kegiatan yang di berikan kepada mereka.

Surya Hadi Romadon juga memberikan tanggapan

mengenai tanggung jawab bahwa:

“Tanggapan saya tentang kegiatan-kegiatan positif yang


diadakan di Pondok itu pastinya senang, soalnya itu bisa
jadi nilai positif, karena dengan adanya kegiatan seperti itu
kitakita ini menjadi disiplin, tanggung jawab dan baik”.
(Romadon, 2023)

Dari pernyataan santriwan tersebut menunjukkan bahwa

para santriwan khususnya sudah menunjukkan sikap

bertanggung jawab. Dimana mereka mampu bertanggung

jawab dengan tugas yang diberikan walaupun harus sibuk dan

kehilangan waktu untuk urusannya sendiri. Tetapi mereka

mampu bertanggung jawab dengan amanat yang diberikan.

Dari berbagai penjelasan diatas dapat di ambil

kesimpulan bahwa pimpinan, pengasuh dan pembina pondok

pesantren sudah mengajarkan santriwan untuk bertanggung

jawab dengan tugasnya masing-masing. Karakter tanggung

jawab dapat terlihat pada para santriwan yang merupakan

seluruh santriwan yang memiliki tugas untuk mengatur adik-

adik santriwan kelas di bawahnya. Mereka mampu

mengemban tugas yang diberikan dengan baik dan

bertanggung jawab serta mengatur waktu antara urusan


organisasi dengan urusannya sendiri. para santriwan belajar

untuk bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan dan

mampu memberikan contoh yang baik kepada adik-adik

santriwan untuk dapat menjadi teladan yang baik bagi mereka

2) Bagaimana cara Pondok menerapkan perilaku tanggung

jawab kepada santriwan?

Sebagaimana di jelaskan oleh pimpinan pondok Ustadz

H.Aris Ulinnuha Lc. bahwa:

“Penerapan karakter pada intinya bertujuan untuk


membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak
mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong dan
berjiwa patriotik. Selain itu juga bertujuan untuk
memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai
tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik
ketika proses Pondok Pesantren maupun setelah lulus
Pondok Pesantren, mengkoreksi perilaku peserta didik
yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang
dikembangkan Pondok Pesantren, membangun koreksi
yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam
memerankan tanggungjawab pendidikan karakter secara
bersama”. (Ulinnuha, 2023)

Dari penjelasan diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa

Penerapan karakter tanggung jawab pada intinya bertujuan

untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif,

berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong dan

berjiwa patriotik. Selain itu juga bertujuan untuk

memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai

tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika

proses Pondok Pesantren maupun setelah lulus Pondok


Pesantren, mengkoreksi perilaku peserta didik yang tidak

bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan Pondok

Pesantren, membangun koreksi yang harmoni dengan

keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab

pendidikan karakter secara bersama. Sehingga santri yang

memiliki karakter tanggung jawab akan menjadi pribadi yang

disegani dan dipandang oleh masyarakat luas dan mampu

mengemban amanah yang diberikan kepada mereka.

Ustadz Murni Darmawan juga menjelaskan mengenai


penerapan karakter tanggung jawab bahwa:
“Penerapan karakter tidak bisa dilakukan dalam sekejap
dengan memberikan nasihat, perintah, atau instruksi,
namun lebih dari hal tersebut. Pembentukan karakter
memerlukan teladan/role model, kesabaran, pembiasaan,
dan pengulangan. Dengan demikian, proses pendidikan
karakter merupakan proses pendidikan yang dialami oleh
santriwan sebagai bentuk pengalaman pembentukan
kepribadian melalui mengalami sendiri nilai-nilai
kehidupan, agama, dan moral”. (Darmawan, 2023)

Pentingnya tanggung jawab dalam diri seseorang adalah

agar orang tersebut tidak mengalami kegagalan atau kerugian

untuk dirinya maupun orang lain. Karena dengan adanya

tanggung jawab seseorang akan mendapatkan haknya

seutuhnya. Untuk mengetahui penerapan tanggungjawab

pada santriwan di Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten

Indragiri Hulu, maka peneliti berusaha semaksimal mungkin

mendapatkan data secara langsung dari sumber data yang ada

di Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu.


Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan,

penerapan tanggung jawab oleh Ustadz pada santriwannya

sangat penting dan sangat dibutuhkan. Sebagaimana yang telah

di jelaskan oleh pembina asrama bahwa:

“Dalam hal Pendidikan Karakter Berbasis Tanggung


Jawab Pada Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten
Indragiri Hulu, konsep tanggung jawab di amanahkan
kepada Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang
berkerja sama dengan orang tua peserta didik dan
lembaga pendidikan masyarkat untuk mencapai
keberhasilan pendidikan karakter yang telah
direncanakan dan disusun oleh pihak kurikulum Pondok
Pesantren”. (Fadlil, 2023)

Setiap perbuatan yang kita lakukan tentunya akan

dimintai pertanggung jawabannya, baik itu kepada Allah

maupun kepada sesama manusia bahkan makhluk Allah yang

lain. Sebagai teladan dan pemimpin merupakan pemegang

amanah yang lebih jika dibandingkan dengan yang dipimpin.

Namun begitu, sebenarnya setiap manusia adalah

pemimpin, sebagaimana telah dijelaskan Allah dalam

Firmannya. Dalam melaksanakan tuganya, pendidik maupun

tenaga pendidik bertanggung jawab dalam setiap perbuatan

yang dilakukannya.

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

Ustadz sangat berperan penting dalam penerapan tanggung

jawab pada peserta didik, Ustadz tidak hanya menyampaikan

materi pembelajaran dikelas namun juga memberikan


pengarahan, motivasi, dan membina peserta didiknya, seperti

contohnya Ustadz bidang keagamaan beliau harus mampu

berperan aktif dalam membina dan mengarahkan kegiatan

keagamaan seperti jum’at ibadah dengan menjadi contoh dan

teladan bagi para peserta didiknya. Contoh dan teladan dari

Ustadz memang sangat berpengaruh dalam keberhasilan

untuk menerapkan karakter tanggung jawab santriwan karena

tanggung jawab pada santriwan tidak cukup dengan ucapan

saja, namun haruslah disertai dengan contoh perbuatan yang

nyata sehingga santriwan mampu melihat, mengikuti dan

kemudian menerapkannya. Seorang peserta didik dijenjang

Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu

seperti ini memang sangat perlu penerapan karakter tanggung

jawab terlebih diusia para peserta didik yang masih bisa

dikatakan anak-anak yang memang rawan sekali dalam

pengaruh negatif baik yang datang dari kerabat, teman,

maupun lingkungan, untuk itu penting sekali adanya

pembinaan dan pengawasan dari Ustadz selaku orang tua di

Pondok Pesantren.

Untuk menerapkan karakter tanggung jawab peserta

didik biasanya memang lebih efektif jika dilakukan dengan

cara memberi contoh secara langsung dan tidak hanya dengan

perkataan saja, seperti yang telah dilakukan oleh para Ustadz


di Pondok Pesantren ini yang memberikan contoh suri

tauladan bagi para peserta didiknya.

Data yang akurat untuk menguatkan hasil wawancara

diatas, peneliti melakukan wawancara kepada salah seorang

santri, mengatakan bahwa:

“Iya, saya melakukan hal yang disiplin dan bertanggung


jawab terhadap apa yang sudah menjadi yang seharusnya
saya lakukan. Seperti, sebelum pulang Pondok Pesantren
saya dan teman-teman ikut shalat dhuhur berjamaah
dengan Ustadz kelas kami.” (Ikhsan, 2023)

Dari hasil wawancara tersebut diatas dapat diketahui

bahwa tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya,

peserta didik telah menjalankan tugasnya sebagai teladan

yang baik sekaligus peesrta didik tersebut dapat menerapkan

tanggung jawabnya di kehidupan sehari-harinya.

Hal sama juga diungkapkan oleh Darma Mahendra,

Menyatakan bahwa:

“Iya, saya telah melakukannya karena itu merupakan


tanggung jawab saya dan teman-teman untuk
menerapkan program-program yang telah dibuat oleh
Ustadz kita. Seperti contoh saya sendiri setelah pulang
Pondok Pesantren saya pergi mengaji di mesjid dan saya
senang shalat berjamaah di mesjid, menghafal surah-
surah pendek, karena saya sudah terbiasa di Pondok
Pesantren melakukan hal seperti itu”. (Mahendra, 2023)

Hal sama juga diungkapkan oleh Eko Wahyudin,

Menyatakan bahwa:

“Iya, saya telah melakukannya karena itu merupakan


tanggung jawab saya dan teman-teman untuk
menerapkan program-program yang telah dibuat oleh
Ustadz kita. Seperti contoh saya sendiri setelah pulang
Pondok Pesantren saya pergi mengaji di mesjid dan saya
senang shalat berjamaah di mesjid, menghafal surah-
surah pendek, karena saya sudah terbiasa di Pondok
Pesantren melakukan hal seperti itu”. (Wahyudin, 2023)

Penerapan karakter tanggung jawab melalui kegiatan-

kegiatan positif dapat terlihat dari peserta didik dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai teladan.

Tanggung jawab yang ditampakkan oleh peserta didik

diantaranya adalah tanggung jawab dalam melaksanakan

tugas, tanggung jawab terhadap setiap perbuatan dan

tanggung jawab dalam melaksanakan piket sesuai dengan

jadwal yang telah ditentukan dan disepakati bersama.

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan

Surya Hadi Romadon yang memiliki jawaban bahwa:

“Dengan diberikannya tugas-tugas dan tanggung jawab


dari Ustadz saya berusaha untuk memperhatikan dan
melaksanakannya agar menjadi santriwan yang
membanggakan untuk Pondok Pesantren dan keluarga.”
(Romadon, 2023)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwasanya

seorang pendidik memberikan arahan, bimbingan,

motivasiasi, penugasan dan tanggung jawab dapat

menumbuhkan perhatian khusus dari tiap-tiap peserta didik

untuk menerapkan karakter yang baik dalam diri pribadinya,

keluarga, lingkungan Pondok Pesantren serta masyarakat

pada umumnya.
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

Ustadz sangat berperan penting dalam penerapan tanggung

jawab pada peserta didik, Ustadz tidak hanya menyampaikan

materi pembelajaran dikelas namun juga memberikan

pengarahan, motivasi, dan membina peserta didiknya, seperti

contohnya Ustadz bidang keagamaan beliau harus mampu

berperan aktif dalam membina dan mengarahkan kegiatan

keagamaan seperti jum’at ibadah dengan menjadi contoh dan

teladan bagi para peserta didiknya. Contoh dan teladan dari

Ustadz memang sangat berpengaruh dalam keberhasilan

untuk menerapkan karakter tanggung jawab santriwan karena

tanggung jawab pada santriwan tidak cukup dengan ucapan

saja, namun haruslah disertai dengan contoh perbuatan yang

nyata sehingga santriwan mampu melihat, mengikuti dan

kemudian menerapkannya. Seorang peserta didik dijenjang

Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu

seperti ini memang sangat perlu penerapan karakter tanggung

jawab terlebih diusia para peserta didik yang masih bisa

dikatakan anak-anak yang memang rawan sekali dalam

pengaruh negatif baik yang datang dari kerabat, teman,

maupun lingkungan, untuk itu penting sekali adanya

pembinaan dan pengawasan dari Ustadz selaku orang tua di

Pondok Pesantren.
Untuk menerapkan karakter tanggung jawab peserta

didik biasanya memang lebih efektif jika dilakukan dengan

cara memberi contoh secara langsung dan tidak hanya dengan

perkataan saja, seperti yang telah dilakukan oleh para Ustadz

di Pondok Pesantren ini yang memberikan contoh suri

tauladan bagi para peserta didiknya.

3) Bagaimana metode yang digunakan pondok pesantren dalam

menerapkan Tanggung Jawab kepada santriwan ?

Sebagaimana dijelaskan oleh pimpinan pondok Ustadz

H.Aris Ulinnuha Lc.

“Keteladanan adalah suatu cara dimana seorang Ustadz


mampu memberikan contoh yang baik kepada
santriwannya, baik itu dalam bentuk perilaku, tatanan
dalam berbicara, perbuatan dan lain-lain. Dalam
penerapan metode keteladanan menurut para santriwan
para pengasuh pondok telah menjalankan peranan
tersebut. Dimana para pengasuh selalu memberikan
contoh yang baik kepada para santriwan”. (Ulinnuha,
2023)

Disini Pimpinan pondok menekankan bahwa metode

yang dilakukan untuk menerapkan karakter Tanggung Jawab

adalah metode keteladanan yang langsung di contohkan para

ustadz kepada seluruh santri pondok modern syamsuddin.

Ustadz Murni Darmawan selaku pengasuhan santri juga

menjelaskan bahwa:

“Metode yang di gunakan untuk menerapkan karakter


Tanggung Jawab adalah dengan cara memberikan
contoh yang baik kepada santri contohnya dalam
berinteraksi dengan sesama ustadz mereka menggunakan
bahasa arap sebagai bahasa pengantar dalam kehidupan
sehari-hari di pondok dan ini menjadi salah satu teladan
yang baik karna telah menjalankan aturan yang ada yaitu
mengunakan bahasa wajib ketika berbicara sesama
teman”. (Darmawan, 2023)

Dari penjelasan di atas dapat di ambil kesimpulan karena

area pondok adalah area wajib untuk menggunakan bahasa

Arab, Inggris dalam bahasa sehari-hari. Dan ini adalah salah

satu bentuk penanaman tanggung jawab dikarenakan santri

harus bisa bertanggung jawab dengan bahasa yang digunakan

dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti juga melihat dan

mendengar bahwa bahasa yang digunakan oleh para

pengasuh dengan para santriwan adalah dengan

menggunakan bahasa Arab. Terbukti pada saat Ustadz Murni

Darmawan memanggil salah satu santriwan, beliau

menggunakan bahasa Arab dan menyuruh santriwan tersebut

untuk memanggil beberapa temannya yang lain untuk peneliti

wawancarai, dan ini merupakan metode keteladanan sebagai

mana yang di jelaskan oleh Ustadz Murni Darmawan tadi.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ustadz M.

Muammarul Fadlil bahwa:

“Iya jelas misalnya contoh kecilnya saja. Ketika masuk


kelas mengucapkan salam itukan penanaman, kemudian
mengajak santri diawal pembelajaran membaca al-
Fatihah, ummul kitab itukan penanaman. Diharapkan
nanti bisa tertanam dalam diri santriwan. Selain itu,
ketika bertemu berjabat tangan, ketepatan waktu.
Contoh-contoh sederhana itu. Kemudian Sering, dengan
membiasakan santri atau mengajak santriwan di setiap
memulai pertemuan selalu dibuka dengan salam dan
basmallah dan mengakhrinya dengan hamdallah.
Kemudian disiplin dan tepat waktu misalnya dalam
sholat, menghadiri kegiatan pembelajaran itu”. (Fadlil,
2023)

Dari penjelasan diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa

Penerapan metode keteladan yang diberikan oleh para

pengasuh pondok banyak ditunjukan dengan perilaku dan

tindakan dalam keseharian pondok sehingga sudah menjadi

suatu hal yang lumrah dan umum dalam kehidupan pondok.

Dari hasil wawancara peneliti selama melaksanakan

penelitian, para pengasuh dan pembina yang berada di dalam

lingkungan pondok selalu menggunakan pakaian yang sopan

baik.

Ada juga metode yang lain yang di terapkan oleh

pimpinan pengasuhan santri dan pembina asrama di Pondok

Modern Syamsuddin yaitu metode nasehat dan hukuman

sebagai mana di paparkan oleh pimpinan pondok Ustadz H.

Aris Ulinnuha Lc.:

“Metode nasihat dan hukuman dalam kehidupan pondok


merupakan suatu hal yang biasa. Penerapan sikap
disiplin menjadikan kegiatan nasihat dan hukuman selalu
berdampingan. Segala tingkah laku di pondok memang
memerlukan nasihat dan hukuman agar para santriwan
menjadi takut untuk tidak melaksanakan tugasnya.
Dalam hal ini di Pondok Pesantren Syamsuddin
Kabupaten Indragiri Hulu juga menerapkan metode
nasihat dan hukuman tersebut. Tingkatan hukuman juga
digolongkan dari yang ringan hingga hukuman berat.
Namun di Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten
Indragiri Hulu sendiri tidak menerapkan hukuman fisik.
Hukuman terberat yang diberikan adalah dikeluarkan
dari pondok pesantren. Dan yang bertanggung jawab
terhadap penyelenggaraan hukuman adalah bagian
keamanan dan kedisiplinan”. (Ulinnuha, 2023)

Dari penjelasan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa

Metode nasihat dan hukuman dalam kehidupan pondok

merupakan suatu hal yang biasa. Penerapan sikap disiplin

menjadikan kegiatan nasihat dan hukuman selalu

berdampingan. Segala tingkah laku di pondok memang

memerlukan nasihat dan hukuman agar para santriwan

menjadi takut untuk tidak melaksanakan tugasnya. Dalam hal

ini di Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri

Hulu juga menerapkan metode nasihat dan hukuman tersebut.

Tingkatan hukuman juga digolongkan dari yang ringan

hingga hukuman berat. Namun di Pondok Pesantren

Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu sendiri tidak

menerapkan hukuman fisik. Hukuman terberat yang

diberikan adalah dikeluarkan dari pondok pesantren. Dan

yang berTanggung Jawab terhadap penyelenggaraan

hukuman adalah bagian keamanan dan kedisiplinan yang ada

dalam organisasi pondok yaitu OPPM (Organisasi Pelajar

Pondok Modern) namun segala hukuman tetap yang

memberikan kebijakan adalah pengasuhan santri Pondok

Modern Syamsuddin
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ustadz Murni

Darmawan bahwa:

“Kalau itu memang setiap bagian sudah ada terutama


bagian keamanan misalnya kita kan disini mengatur anak-
anak itu hanya boleh keluar dari pondok berapa kali dalam
sebulan misalnya hanya izin ke pasar jika ada keperluan
kalau melanggar itu ada sanksi nya dan itu sangsinya
memiliki tingkatan kalau misalnya dia melanggar sekali
itu kan masih masih teguran. Kemudian yang kedua
kalinya itu sudah tahu sendiri mereka. Nanti sebelum apa
namanya sebelum beraktivitas di pondok sudah dibacakan
program-program kerja di pondok disana mereka akan
tahu Oh disini sangsinya yang ini. Pokoknya sudah ada
semua peraturan sudah jelas sangat jelas jadi kalau
misalnya wali yang komplain itu takkan bisa karena anak-
anak juga sudah tahu peraturannya tapi kalau dia masih
melanggar ya sanksi terberat nya yah memang keluar
mereka dikeluarkan dari Pondok”. (Darmawan, 2023)

Dari pemaparan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa

metode nasehat dan hukuman sangat memberikan perubahan

bagi santri itu sendiri sehingga dia mau merubah diri mereka

menjadi yang lebih baik. dan jika ada wali santri yang tidak

terima dengan hukuman yang telah di tetapkan maka dengan

senang hati pengasuhan santri menunjukkan buku pedoman

peraturan yang ada agar tidak terjadi salah faham antara

pengasuhan santri dan wali santri dalam menyikapi hukuman

yang di berikan kepda santri yang melanggar aturan.

Hal serupa juga di jelaskan oleh pembina santriwan

Pondok Modern Syamsuddin Ustadz M. Muammarul Fadlil

bahwa
“Metode nasehat dan hukuman menurut saya selaku
pembina asrama sangat memberikan suatu perubahan
pada diri santri khususnya santri yang melanggar
peraturan yang ada maka dengan metode ini dia akan
mengintropeksi diri untuk menjadi lebih baik lagi”.
(Fadlil, 2023)

Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

metode nasehat dan hukuman sangat efektif di terapkan

dalam menanamkan Tanggung jawab kepada santri.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh saudara Hafidz

Khairul Ikhsan, yang mengungkapkan bahwa:

“Bentuk hukuman yang diberikan itu beragam sesuai


dengan bentuk kesalahannya. Kalau yang dilanggarnya
masih ringan itu hanya dikasih nasihat seperti biasa, terus
kadang kalau yang telat datang sholat itu disuruh jalan
jongkok, terus menghafal baik itu surah, muthala’ah,
mahfudzot dan lain-lain. Terus kalau sanksi fisiknya
palingan berdiri di tengah lapangan, membersihkan suatu
tempat. Dan kalau hukuman terberatnya itu dipanggil
orang tuanya dan di skorsing bahkan di keluarkan dari
pondok”. (Ikhsan, 2023)

Dari penjelasan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa

bentuk hukuman yang ada di pondok bervariasi mulai dari

hukuman ringan seperti nasehat membersikan suatu tempat

dan dain sebagainya. Hukuman sedang yaitu mencukur

rambut hingga botak dan surat perjanjian dan yang terakhir

hukuman berat yaitu di panggil wali santri dan di keluarkan

dari pondok.

Sebagaimana hasil pengamatan peneliti, ditemukan

bahwa ada beberapa santriwan yang telat mengikuti sholat


berjamaah dan kemudian dihukum untuk jalan jongkok.

Penerapan metode dan nasihat ditujuankan untuk hal-hal

yang baik yaitu memberikan efek jera pada santriwan agar

tidak mengulanginya lagi. Selain itu, pemberian nasihat dan

hukuman juga dimaksudkan agar para santriwan mampu

menyadari apa kesalahannya dan sadar untuk tidak lagi

melakukannya.

Hal tersebut juga dibenarkan oleh saudara Darma

Mahendra, sebagaimana yang diungkapkan bahwa:

“Iya, karena pengasuh pondok itu seperti ibu kita sendiri


dan pasti memberikan contoh yang baik. Misalnya kalau
berbicara harus menggunakan bahasa yang sopan apalagi
kalau sama orang yang lebih tua, harus disalim dulu. Terus
pengasuh juga sering mengajak kita untuk menunaikan
sholat berjamaah bersama”. (Mahendra, 2023)

Dari penjelasan di atas bahwa para santri telah

menganggap pengasuhan santri sebagai ibu kandung mereka

yang selalu memberikan contoh teldan yang baik bagi santri-

santrinya.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh saudara M. Eko

Wahyudin yang mengungkapkan bahwa:

“Iya, seorang Ustadz selalu mengajarkan yang baik serta


memberikan teladan yang baik pada kami. Contohnya
kalau mau berbicara bawa salam dan salim dulu,
kemudian menundukkan pandangan ketika berbicara
dengan yang lebih tua, tidak mengangkat suara berlebihan
ketika berbicara dengan para ustadz”. (Wahyudin, 2023)
Dari penjelasan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa

seorang ustadz memberikan contoh yang baik serta

mngajarkan kebaikan dalam hal kecil contohnya adab ketika

berbicara.

kemudian di jelaskan juga oleh saudara Darma Mahendra

bahwa :

“Para santri pondok pesantren dituntut dengan


menggunakan Bahasa Arab dan boleh menggunakan
Bahasa Indonesia dikarenakan dengan berbagai suku dan
daerah yang memiliki Bahasa yang berbeda-beda maka
dikhawatirkan perbedaan Bahasa tersebut menjadikan
kesalah pahaman antara satu dengan yang lainya. Karena
perbedaan Bahasa dapat menjadikan perselisihan dan
konflik sehingga tidak tercipa suasana damai di dalam
Pondok”. (Mahendra, 2023)

Begitu juga Surya Hadi Romadon juga menegaskan

bahwa

“Ustadz di Pondok memberikan teladan yang baik untuk


kami para santri agar menjadi pribadi yang baik juga
bagi sesama santri dalam lingkungan pondok pesantren”
(Romadon, 2023)

Dari penjelasan Surya Hadi Romadon dapat di ambil

kesimpulan bahwa ustadz di pondok pesantren Syamsuddin

telah memberikan tauladan yang baik untuk para santri-

santrinya

Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan

bahwa metode yang digunakan dalam menerapkan karakter

Tanggung Jawab yaitu metode keteladanan yang mana

metode ini sangat efektif dilakukan karna sesuai dengan kata


pepatah pondok yaitu apa yang di lihat, didengar dan apa

yang dilakukan adalah sebuah pendidikan jadi jika tauladan

yang di sampaikan atau yang dicontohkan oleh para ustadz

yang ada di pondok itu baik maka baik juga yang akan di

terima oleh santri begitu juga sebaliknya jika yang diberikan

itu tidak baik maka tidak baik juga yang akan diterima oleh

santri

Metode nasehat dan hukuman yang mana metode ini

sangat efektif untuk diterapkan di lingkungan Pondok

Pesantren Syamsuddin. karena ketika seorang santri

melakukan sebuah pelanggaran maka langkah pertama adalah

menasehatinya menanyakan kenapa dia melakukan

pelanggaran tersebut kemudia di berikan hukuman sebagai

efek jera bagi santri yang melakukan pelanggaran agar tidak

mengulangi pelanggaran itu lagi bahkan pelanggaran yang

lainnya.

Dari kegiatan sehari-hari pun para pengasuh selalu

menunjukkan dan memberikan keteladanan, nasihat dan

hukuman yang baik bagi para santriwan. Hal ini

menunjukkan bahwa ada bukti konkret bahwa para pengasuh

senantiasa menunjukkan contoh yang baik pada santriwan.

4) Bagaimana dampak dari pelaksanaan penerapan karakter

Tanggung Jawab kepada santriwan?


Hal ini dijelaskan oleh pimpinan pondok Ustadz H. Aris

Ulinnuha Lc. bahwa :

“Dengan adanya Pondok Pesantren Syamsuddin


Kabupaten Indragiri Hulu menurut Pimpinan Pondok
adalah menjadi suatu wadah yang sangat berperan
penting bagi penyebaran syariat tunutunan agama Islam,
dengan itu maka kacamata pandang dari masyarakat
menyatakan bahwasanya santri pasti memiliki daya
sorotan yang utama, bahwa seorang santri harus
memiliki karakter atau akhlaq yang baik sesuai dengan
tuntutan serta memiliki perilaku yang menimbulkan
keamanan serta kenyamanan sekitar, dalam
pengamatannya memang seorang karakter Tanggung
jawabsangat dibutuhkan dan harus diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari karena kenyamanan dan
ketentraman akan menimbulkan seorang dapat bahagia
dalam hidupnya,karena menuntut ilmu juga butuh
kondisi situasi lingkungan yang nyaman agar seorang
dapat bertahan sampai akhir dalam proses menuntut ilmu
di Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri
Hulu”. (Ulinnuha, 2023)

Dari penjelasan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa

bahwa seorang santri harus memiliki karakter atau akhlaq

yang baik sesuai dengan tuntutan serta memiliki perilaku

yang menimbulkan keamanan serta kenyamanan sekitar,

dalam pengamatannya memang seorang karakter Tanggung

jawabsangat dibutuhkan dan harus diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari karena kenyamanan dan ketentraman

akan menimbulkan seorang dapat bahagia dalam

hidupnya,karena menuntut ilmu juga butuh kondisi situasi

lingkungan yang nyaman agar seorang dapat bertahan sampai


akhir dalam proses menuntut ilmu di Pondok Pesantren

Syamsuddin.

Dampak dari pelaksanaan Tanggung Jawab menurut

Ustadz Darmawan adalah sebagai berikut:

“Selalu berkomunikasi atau berkata dengan nada yang


rendah namun jika memang seorang tersebut sudah
memiliki genetik berbicara nada tinggi maka hendaklah
dengan dibarengi senyuman supaya reponsen nyaman dan
tidak salah paham dengan komunikasi yang sedang
berlangsung. Dalam beberapa kasus yang sering terjadi
yaitu kesalahpahaman dalam berkomunikasi karena
pemilihan Bahasa yang digunakan bersifat negative dan
kurang sopan yang akan menimbulkan ketidak nyamanan
seorang yang mendengarkan sehingga kedamaian sulit
diciptakan. Maka dari itu dipikih Bahasa yang positif agar
dapat digunakan tanpa menimbulkan kesalahpahaman,
namun jika terkadang ustadz keceplosan dengan bahsa
yang kasar maka terkadang seorang ustadz langsung
meminta maaf didepan seorang santri tersebut, hal itu
termasuk memberi contoh bahwa jika melakukan
kesalahan juga wajib meminta maaf baik itu kesalahan
dilakukan oleh seorang Ustadzs, ustadz maupun pengasuh,
karena sejatinya manusia tidak pernah luput dari kesalahan
maka dari itu untuk meminimalis kesalahan yang
berkelanjutan maka dilakukan dengan meminta maaf.
Untuk meminimalis kesalahpahaman juga dilakukan
dalam memilih Bahasa yaitu dengan menggunakan Bahasa
Indonesia agar tidak terjadi perbedaan antara daerah yang
satu dengan daerah yang lainya”. (Darmawan, 2023)

Dari pemaparan diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa

dampak dari karakter Tanggung Jawab adalah Selalu

berkomunikasi atau berkata dengan nada yang rendah namun

jika memang seorang tersebut sudah memiliki genetik

berbicara nada tinggi maka hendaklah dengan dibarengi

senyuman supaya reponsen nyaman dan tidak salah paham


dengan komunikasi yang sedang berlangsung. Dalam

beberapa kasus yang sering terjadi yaitu kesalahpahaman

dalam berkomunikasi karena pemilihan Bahasa yang

digunakan bersifat negative dan kurang sopan yang akan

menimbulkan ketidak nyamanan seorang yang mendengarkan

sehingga kedamaian sulit diciptakan. Maka dari itu dipilih

Bahasa yang positif agar dapat digunakan tanpa

menimbulkan kesalah pahaman, namun jika terkadang ustadz

keceplosan dengan bahsa yang kasar maka terkadang seorang

ustadz langsung meminta maaf didepan seorang santri

tersebut, hal itu termasuk memberi contoh bahwa jika

melakukan kesalahan juga wajib meminta maaf baik itu

kesalahan dilakukan oleh seorang Ustadzs, ustadz maupun

pengasuh, karena sejatinya manusia tidak pernah luput dari

kesalahan maka dari itu untuk meminimalis kesalahan yang

berkelanjutan maka dilakukan dengan meminta maaf. Untuk

meminimalis kesalahpahaman juga dilakukan dalam memilih

Bahasa yaitu dengan menggunakan Bahasa Indonesia agar

tidak terjadi perbedaan antara daerah yang satu dengan

daerah yang lainya.

Ustadz M. Muammar Fadlil juga menjelaskan dampak

dari karakter Tanggung Jawab adalah :

“Dampak dari adanya pembentukan karakter Tanggung


Jawab adalah terlaksananya manajemen controlling di
Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu
ada 2 macam yaitu pengendalian secara struktural dan
nonstruktural. Maksud dari pengendalian secara struktural
adalah memaksimalkan peran dan fungsi organisasi yang
telah terbentuk yaitu dengan mengadakan rapat koordinasi
dan evaluasi yang telah ditentukan di awal, kemudian tiap-
tiap struktural baik tingkat atas yaitu di yayasan dan
tingkat bawah yaitu di madrasah dan asrama juga memiliki
struktur organisasi, selain sebagai master planning dan
actuating semua tatanan organisasi itu juga memiliki
peran sebagai pengawas atau controlling dari apa yang
telah direncanakan dan dilaksanakan sesuai target yang
mengacu pada visi dan misi. Hal ini dibuktikan dengan
adanya rapat bulanan untuk evaluasi kerja di tiap tingkatan
lembaga dan madrasah serta penUstadzs asrama,
kemudian hasil dan rapat tersebut akan dibawa dan
disampaikan pada rapat yayasan bersama dengan
pimpinan Pesantren tiap tiga bulan sekali yang mana
memiliki tujuan untuk perbaikan secara terus menerus
pada tiap- tiap lembaga dan asrama”. (Fadlil, 2023)

Kemudian, Hafidz Khairul Ikhsan menegaskan juga

bahwa:

“Dampaknya bagi kami santriwan lebih menghargai akan


pentingnya berdamai, dan tidak berkelahi dengan sesama
teman menghargai antar sesama tanpa membeda-bedakan
satu sama lain dalam lingkungan pondok”. (Ikhsan, 2023)

Hal ini juga dibenarkan oleh M. Eko Wahyudin

santriwan Pondok Pesantren Syamsuddin bahwa:

“Dengan adanya pembentukan karakter Tanggung Jawab


maka kami takut melakukan perbuatan yang dilarang oleh
Pondok, seperti berkelahi, membeda-bedakan sesama
teman seasrama bahkan ke adik kelas”. (Wahyudin, 2023)

Begitu juga dengan Darma Mahendra yang

membenarkan Pernyataan dari temannya yaitu M. Eko

Wahyudin:
“Saya sependapat dengan apa yang di katakana teman
saya tadi bahwa Dengan adanya pembentukan karakter
Tanggung Jawab maka kami takut melakukan perbuatan
yang dilarang oleh Pondok, seperti berkelahi, membeda-
bedakan sesama teman seasrama bahkan ke adik kelas”.
(Mahendra, 2023)

Surya Hadi Romadon juga sependapat dengan apa yang

di katakana oleh temannya yaitu M. Eko Wahyudin bahwa :

“Dengan adanya pembentukan karakter Tanggung Jawab


maka kami takut melakukan perbuatan yang dilarang oleh
Pondok, seperti berkelahi, membeda-bedakan sesama
teman seasrama bahkan ke adik kelas dan kami bisa lebih
rukun dalam berkehidupan di asrama”. (Romadon, 2023)

Dari berbagai pernyataan diatas maka dapat diambil

kesimpulan bahwa dampak yang diperoleh santriwan Pondok

Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu dalam

menerapkan karakter Tanggung Jawab mampu menghindari

perkelahian yang terjadi sesama teman, menjadikan

kehidupan berasrama lebih rukun aman dan tetram sesuai

yang diharapkan oleh seluruh santri maupun para Ustadz

yang ada di Pondok Modern Syamsuddin.

5) Bagaimana solusi yang diberikan apabila santriwan tidak bisa

menerapkan karakter cinta damai?

Pimpinan Pondok Pondok Pesantren Syamsuddin

Kabupaten Indragiri Hulu mengatakan apabila Tanggung

jawab tidak bisa diterapkan, maka:

“Saya akan langsung turun tangan kelapangan untuk


mencari problem yang ada dan memberikan nasihat
terutama kepada para ustadz agar lebih baik lagi dalam
mendidik karakter santri agar menjadi santri yang
memiliki karakter yang baik salah satu contohnya adalah
karakter Tanggung jawab”. (Ulinnuha, 2023)

Dari penjelasan yang di jelaskan oleh Pimpinan Pondok

dapat di ambil kesimpulan bahwa jika Tanggung jawabtidak

bisa di terapkan atau tidak berjalan dengan baik maka beliau

sendiri yang akan turun langsung kelapangan untuk

mengevaluasi problem yang ada dan memberikan nasehat

kepada para ustadz agar lebih semnagat dalam mendidik

santri menanamkan karakter Tanggung jawab

Sedangkan menurut pemaparan dari pengasuhan santri

Ustadz Murni Darmawan mengatakan solusi utama adalah:

“Sedangkan hukuman itu tidak sekedar dijatuhkan begitu


saja kepada sipelanggar tetapi harus disesuaikan dengan
kadar kesalahan yang diperbuatnya, sehingga hukuman
dapat dibedakan dengan beberapa jenis yaitu mulai dari
yang ringan, sedang dan paling berat. Begitu juga di
pondok pesantren Syamsuddin yang menjadikan
hukuman sebagai salah satu solusi utama dalam
mendisiplinkan santri”. (Darmawan, 2023)

Disini di jelaskan bahwa hukuman bukan sekedar

dijatuhkan kepada santri yang melanggar tetapi harus

disesuaikan dengan kadar kesalahannya sehingga mendidika

karakter santri untuk Tanggung jawab dapat di terapkan

dengan baik.

Pembina Asrama Ustadz M.Muammar Fadlil juga

menjelaskan solusinya bahwa :


“Salah satu jenis hukumannya adalah iqab adalah
menghukum seseorang dari kesalahan yang
diperbuatnya. Sedangkan di pondok pesantren hukuman
iqab merupakan suatu bentuk sanksi yang diberikan
kepada santri karena melanggar aturan/tata tertib yang
sifatnya sedang. Terkadang hukuman iqab ini tidak bisa
membuat santri jera dan ada keinginan untuk mengulangi
kesalahannya lagi. Jenis hukuman iqab yang paling
mudah dan sering dilakukan oleh santri seperti
membersihkan kamar mandi, digundulkan,
membersihkan kolam dan mencabuti rumput serta
membuang sampah”. (Fadlil, 2023)

Diatas di jelaskan bahwa Hukuman atau Iqab adalah

menajdi salah satu solusi yang efektif untuk menerapkan

karakter Tanggung jawabini keapda santri karna dengan

diadakan hukuman atau sangsi kepada santri yang melanggar

maka memberikan sebuah efek jera agar tidak melakukan

pelanggaran kembali.

Kemudian, santriwan-santriwan yang di wawancarai oleh

peneliti juga membenarkan adanya hukuman yang

diberlakukan sebagaimana dijelaskan oleh Hafidz Khairul

Ikhsan bahwa:

“Benar salah satu cara yang dilakukan oleh pengasuh dan


pembina jika ada santri yang tidak menerapkan karakter
Tanggung Jawab berupa membersihkan kamar mandi,
digundulkan, membersihkan kolam dan mencabuti
rumput serta membuang sampah”. (Ikhsan, 2023)

Kemudian M. Eko Wahyudin juga membenarkan adanya

hukuman yang diberlakukan sebagaimana dijelaskan oleh

Hafidz Khairul Ikhsan diatas bahwa:


“Benar salah satu cara yang dilakukan oleh pengasuh dan
pembina jika ada santri yang tidak menerapkan karakter
Tanggung Jawab berupa membersihkan kamar mandi,
digundulkan, membersihkan kolam dan mencabuti
rumput serta membuang sampah”. (Wahyudin, 2023)

Selanjutnya Darma Mahendra juga sependapat bahwa

benar adanya hukuman yang diberlakukan sebagaimana

dijelaskan oleh M. Eko Wahyudin tadi bahwa:

“Benar salah satu cara yang dilakukan oleh pengasuh dan


pembina jika ada santri yang tidak menerapkan karakter
Tanggung Jawab berupa membersihkan kamar mandi,
digundulkan, membersihkan kolam dan mencabuti
rumput serta membuang sampah”. (Mahendra, 2023)

Kemudian Surya Hadi Romadon juga memiliki pendapat

yang sama dengan teman-temannya dan membenarkan

adanya hukuman yang diberlakukan:

“Benar salah satu cara yang dilakukan oleh pengasuh dan


pembina jika ada santri yang tidak menerapkan karakter
Tanggung jawabberupa membersihkan kamar mandi,
digundulkan, membersihkan kolam dan mencabuti
rumput serta membuang sampah”. (Romadon, 2023)

Dapat dipahami bahwa tujuan dari penerapan hukuman

tersebut bukan hanya untuk mendisiplinkan santri di dalam

pondok saja tetapi diharapkan nantinya mampu menjadi

orang yang disiplin dan istiqamah serta dapat diandalkan oleh

masyarakat karena santri yang berada di pondok merupakan

suatu bentuk latihan agar menjadi orang yang tekun, disiplin

dan istiqamah terutama dalam hal melaksanakan kebaikan

dan ibadah.
6) Bagaimana faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter

santriwan dalam menerapkan Tanggung jawab?

Sebagai mana yang di jelaskan oleh Pimpinan pondok

Ustadz H.Aris Ulinnuha Lc. bahwa:

“Faktor yang mempengaruhi pencerminan karakter


Tanggung Jawab adalah faktor dari diri santriwan, setiap
santriwan mempunyai karakter yang berbeda-beda ada
yang berkarakter baik dan ada juga yang yang
berkarakter buruk, yang menjadi penghambat
pencerminan karakter Tanggung Jawab yaitu; sikap acuh
tak acuh santriwan terhadap Ustadz, saat Ustadz
menasihati mengenai perilakunya dan saat Ustadz
menerangkan materi mata pelajaran.” (Ulinnuha, 2023)

Sikap malas santriwan merupakan suatu penghambat

mutlak yang menjadikan proses penguatan karakter

Tanggung Jawab kurang maksimal diterima. Kebiasaan

membolos santriwan, kebiasaan membolos pada santriwan

menjadikan santriwan menjadi tertinggal jauh dengan teman

nya dalam hal akademis. Dan berani membantah nasihat

Ustadz ketika di nasihati.

Hal tersebut diperkuat dengan penuturan oleh Ustadz

Darmawan.

“Faktor penghambat pencerminan karakter Tanggung


Jawab dan sikap santun mudah dirasakan ketika
berhadapan dengan santriwan yang acuh tak acuh dengan
nasihat Ustadz, malas, dan suka membolos ketika
Pondok Pesantren, dan suka membantah ketika dinasihati
dan konsekuensinya Ustadz harus memberikan perhatian
ekstra. Di sisi lain Ustadz dituntut adil atau setara dalam
memberikan perhatian kepada semua santriwan”.
(Darmawan, 2023)
Keluarga adalah tempat pulang seorang santriwan ketika

pembelajaran diPondok Pesantren telah usai, dan keluarga

dalah Pondok Pesantren pertama bagi santriwan, maka jika

seorang santriwan dalam keluarga diajarkan untuk selalu

berperilaku baik maka santriwan akan selalu berperilaku baik

juga, namun sebaliknya jika seorang santriwan diajarkan

keluarga berperilaku buruk, maka seorang anak akan

berperilaku buruk dimanapun dia berada karena setiap

santriwan memiliki latar belakang yang berbeda.

Hal tersebut sejalan dengan penuturan dari Ustadz Fadlil

selaku pembina asrama :

“Selain dari faktor dari santriwan mempengaruhi


pencerminan karakter Tanggung Jawab dan sikap santun
juga berasal dari faktor keluarga, setiap santriwan
memiliki latar belakang keluarga yang berbeda-beda ada
yang berasal dari keluarga yang harmonis seperti; penuh
kasih sayang, damai, dan tentram, ada juga dari keluarga
yang disharmonis dan menjadi faktor yang
mempengaruhi dalam penguatan karakter Tanggung
Jawab di Pondok Pesantren yaitu; kurangnya
komunikasi antara santriwan dengan orang tua atau wali,
kurangnya waktu luang keluarga untuk sekedar
bercengkrama berbagi keluh kesah sehingga santriwan
mencari perhatian di luar misalkan di lingkungan Pondok
Pesantren santriwan mencari perhatian ke teman maupun
Ustadz, bergesernya peran ayah atau ibu misalkan,
broken home akibat dari perceraian dari kedua orang
tuanya biasanya santriwan tinggal dengan anggota
keluarga lainya misalkan nenek atau kakeknya sehingga
kurangnya kasih sayang dan perhatian”. (Fadlil, 2023)

Dari penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa

ada faktor selain dari santriwan itu sendiri yaitu faktor dari
keluarga setiap santriwan memiliki latar belakang keluarga

yang berbeda-beda ada yang berasal dari keluarga yang

harmonis seperti, penuh kasih sayang, damai dan tentram, ada

juga dari keluarga yang disharmonis dan menjadi faktor

penghambat dalam penguatan karakter Tanggung Jawab di

Pondok Pesantren yaitu; kurangnya komunikasi antara

santriwan dengan orang tua atau wali, kurangnya waktu luang

keluarga untuk sekedar bercengkrama berbagi keluh kesah

sehingga santriwan mencari perhatian di luar misalkan di

lingkungan Pondok Pesantren santriwan mencari perhatian ke

teman maupun Ustadz, bergesernya peran ayah atau ibu

misalkan, broken home akibat dari perceraian dari kedua

orang tuanya biasanya santriwan tinggal dengan anggota

keluarga lainya misalkan nenek atau kakeknya sehingga

kurangnya kasih sayang dan perhatian.

Penuturan Ustadz diperkuat dengan pernyataan yang

dituturkan oleh santriwan ke peneliti apa yang menjadi faktor

penghambat pencerminan karakter cinta damai:

“Untuk faktor yang mempengaruhi dalam pencerminan


karakter Tanggung jawab , santriwan sering menganggap
sepele atau meremehkan amanah yang telah diberikan
sehingga menajdi faktor yang sangat mempengaruhi
pembentukan karakter tanggung jawab kepada santri”.
(Ikhsan, 2023)

Dari penjelasan diatas bahwa faktor yang mempengaruhi

ada pada diri santri masing-masing,


Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan dikatakan oleh

salah satu santriwan ketika peneliti mengajukan pertanyaan

apa yang membuat teman-teman bersikap menyimpang dari

karakter Tanggung Jawab dan sikap santun sebagai berikut:

“Faktor yang mempengaruhi yaitu : kebanyakan teman-


teman suka membolos, tidak memperhatikan Ustadz
ketika dijelaskan materi, dan acuh tak acuh ketika
dinasihati Ustadz karena ikut-ikutan teman yang juga
berperilaku sama”. (Wahyudin, 2023)

Dari penjelasan diatas faktor yang pempengaruhi dalam

menanamkan Tanggung Jawab masih dari diri santri itu

sendiri karna kebanyak masih banyak santri suka membolos,

tidak memperhatikan Ustadz ketika dijelaskan materi, dan

acuh tak acuh ketika dinasihati Ustadz karena ikut-ikutan

teman yang juga berperilaku sama

Kemudian, Darma Mahendra menjelaskan bahwa faktor

yang mempengaruhi penerapan Tanggung Jawab bahwa:

“Kalau di lingkungan rumah saya ada suasana baru, yang


dulunya kompleks mayoritas muslim sekarang ada yang
non muslim dan kebetulan tempat tinggalnya
bertetanggan dengan saya, demi menjaga kerukunan
setiap berpapasan saling menyapa dengan ramah, dan tak
lupa yang dulunya setiap minggu suka menyetel musik
keras-keras sekarang hanya menggunakan earphone agar
tidak menganggu kegiatan ibadahnya”. (Mahendra,
2023)

Dari penjelasan di atas bahwa faktor yang

mempengaruhi adalah lingkungan tempat tinggal masing-


masing yang memiliki banyak perbedaan dan kepercayaan

masing-masing.

Begitu juga menurut Surya Hadi Romadon menjelaskan

faktor yang mempengaruhi penerapan karakter Tanggung

jawab bahwa,

“Ada faktor yang sangat mempengaruhi yang


menyebabkan susahnya menerapkan Tanggung Jawab
yaitu karena diajak teman-teman atau dipengaruhi oleh
teman yang lain”. (Romadon, 2023)

Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

faktor yang mempengaruhi penerapan Karakter Tanggung

jawabyang pertama adalah santri itu sendiri yang dipengaruhi

oleh lingkungan sekitar dan pengaruhi oleh teman-temannya

yang membuat santri susah untuk menerapkan karakter cinta

damai.

Dari semua penjelasan yang di jelaskan oleh Pimpinan,

Pengasuhan santri, Pembina asrama dan santriwan dapat di

ambil kesimpulan bahwa nilai karakter Tanggung Jawab

pada santriwan diajarkan agar santriwan mampu belajar

menghargai sesama tanpa membeda-bedakan satu sama lain

dan menciptakan hubungan yang baik dengan sesama

santriwan. Para santriwan menjadi dewasa dalam berpikir

bahwa Tanggung Jawab dan menghargai perbedaan adalah

suatu perbuatan baik untuk dirinya sendiri dan dirinya dengan

orang lain (berhubungan baik).


Penerapan pembentukan karakter Tanggung Jawab

dalam suatu sistem pendidikan adalah keterkaitan antara

komponen-komponen karakter yang mengandung nilai-nilai

tingkah laku yang dilakukan dengan cara bertahap dan saling

berhubungan antara nilai tingkah laku dan sikap emosi yang

kuat untuk melakukannya baik terhadap siapapun. dan

dengan membiasakan seluruh santri melakukan hal-hal yang

positif sesuai aturan yang ada di pondok dan sesuai anjuran

agama karena semua dalam dunia ini tidak ada yang instan

butuh proses yang panjang dalam menerapkan karakter

Tanggung Jawab tersebut.

Metode yang digunakan dalam menerapkan karakter

Tanggung Jawab yaitu metode keteladanan dan metode

ceramah yang mana metode ini sangat efektif dilakukan

karna sesuai dengan kata pepatah pondok yaitu apa yang di

lihat, didengar dan apa yang dilakukan adalah sebuah

pendidikan jadi jika tauladan yang di sampaikan atau yang

dicontohkan oleh para ustadz yang ada di pondok itu baik

maka baik juga yang akan di terima oleh santri begitu juga

sebaliknya jika yang diberikan itu tidak baik maka tidak baik

juga yang akan diterima oleh santri.

Metode nasehat dan hukuman yang mana metode ini

sangat efektif untuk diterapkan di lingkungan Pondok


Pesantren Syamsuddin. karena ketika seorang santri

melakukan sebuah pelanggaran maka langkah pertama adalah

menasehatinya menanyakan kenapa dia melakukan

pelanggaran tersebut kemudia di berikan hukuman sebagai

efek jera bagi santri yang melakukan pelanggaran agar tidak

mengulangi pelanggaran itu lagi bahkan pelanggaran yang

lainnya.

Dari kegiatan sehari-hari pun para pengasuh selalu

menunjukkan dan memberikan keteladanan, nasihat dan

hukuman yang baik bagi para santriwan. Hal ini

menunjukkan bahwa ada bukti konkret bahwa para pengasuh

senantiasa menunjukkan contoh yang baik pada santriwan.

Dampak yang diperoleh santriwan Pondok Pesantren

Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu dalam menerapkan

karakter Tanggung Jawab mampu menghindari perkelahian

yang terjadi sesama teman, menjadikan kehidupan berasrama

lebih rukun aman dan tetram sesuai yang diharapkan oleh

seluruh santri maupun para Ustadz yang ada di Pondok

Modern Syamsuddin.

Dapat dipahami bahwa tujuan dari penerapan hukuman

tersebut bukan hanya untuk mendisiplinkan santri di dalam

pondok saja tetapi diharapkan nantinya mampu menjadi

orang yang disiplin dan istiqamah serta dapat diandalkan oleh


masyarakat karena santri yang berada di pondok merupakan

suatu bentuk latihan agar menjadi orang yang tekun, disiplin

dan istiqamah terutama dalam hal melaksanakan kebaikan

dan ibadah.

faktor yang mempengaruhi penerapan Karakter

Tanggung Jawab yang pertama adalah santri itu sendiri,

dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dan pengaruhi oleh

teman-temannya yang membuat santri susah untuk

menerapkan karakter cinta damai.

c) Kejujuran

1) Bagaimana cara pondok mengajarkan tentang Kejujuran

kepada santriwan?

Berdasarkan hasil temuan di lapangan yang telah peneliti

lakukan melalui wawancara dan dokumentasi maka berikut

ini akan dipaparkan mengenai cara pondok pesantren dalam

mengajarkan karakter Kejujuran kepada santriwan antara lain

sebagai berikut: Berdasarkan hasil wawancara di ketahui

bahwa pimpinan, pengasuh dan pembina pondok pesantren

sudah mengajarkan Kejujuran kepada santriwan.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh pimpinan Pondok Ustadz

H.Aris Ulinnuha Lc. bahwa:

“Hal ini dikatakan oleh penanaman nilai Kejujuran di


Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu
ditunjukkan dari bagaimana para santriwan dapat hidup
rukun antar sesama di lingkungan pondok. Tidak adanya
perselisihan dan pertengkaran. Para santriwan mampu
mengontrol emosi dan hawa nafsunya untuk tidak
melakukan suatu perbuatan yang merugikan dirinya dan
orang lain”. (Ulinnuha, 2023)

Sebagaimana hasil wawancara peneliti bahwa para

santriwan di Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten

Indragiri Hulu senantiasa memiliki hubungan dan silaturahmi

yang baik dengan sesama penghuni pondok. Para santriwan

bergaul dengan teman-temannya. Mereka hidup rukun satu

sama lain layaknya bersaudara.

Selain itu hal ini juga diperkuat dengan pernyataan

Ustadz Murni Darmawan selaku pengasuhan santriwan

pondok, bahwa:

“Iya, para santriwan memang selalu hidup rukun dengan


teman-temannya. Memang kadang ada pertikaian, tapi
itu hanya perselisihan kecil saja, mereka kembali
berbaikan lagi besoknya. Tidak sampai tiga hari sudah
baikan lagi”. (Darmawan, 2023)

Ustadz Murni Darmawan juga menjelaskan memang

sering terjadi pertikaian sesama teman hanya karna masalah

sepele namun pertikaian tersebut tidak sampai merugikan diri

mereka sendiri dan tidak sampai berlarut-larut sehingga

keesokan harinya mereka sudah rukun kembali seperti biasa.

Lebih lanjut didukung dengan hasil wawancara dengan

Ustadz M.Muammarul Fadlil selaku pembina Asrama Putra

bahwa:
“Kehidupan pondok pesantren yang ditempati oleh
berbagai macam santriwan yang datang dengan
kepribadian yang berbeda-beda. Mereka diajarkan untuk
hidup rukun dan saling menyayangi. Para santriwan
diajarkan untuk mampu menahan diri dari sifat tercela
seperti iri, dengki, marah dan emosi. Banyak
pembelajaran yang dapat para santriwan dapatkan dari
teman sesama santriwan”. (Fadlil, 2023)

Dari pernyataan Ustadz M.Muammarul Fadlil tersebut

memperkuat bahwa hidup di pondok memang ada kalanya

ada pertikaian, tetapi tidak sampai pada kekerasan dan

merugikan diri sendiri. Kemudian juga kehidupan di pondok

pesantren juga diajarkan untuk hidup rukun, saling

menghargai sesama dan saling menyayangi, dan para santri

harus bisa mneahan diri dari sifat tercela seperti dengki, iri

dan emosi.

Kemudian, lebih tegas lagi Hafidz Khoirul Ihsan selaku

santriwan mengatakan bahwa:

“Pondok pesantren mengajar cara Kejujuran dengan cara


memberikan keteladanan kepada seluruh santriwan dan
memberikan contoh Kejujuran sesam tanpa harus
membeda-bedakan satu dengan yang lain”. (Ikhsan,
2023)

Dari penjelasan tersebut memperkuat penjelasan-

penjelasan bahwa pondok pensatren mengajarkan Kejujuran

dengan cara memberikan keteladanan kepada seluruh santri-

santrinya, memberikan contoh yang baik kepada seluruh

santri dan tidak membeda-bedakan sesama santriwan

pondok.
Lebih lanjut hasil wawancara dengan salah seorang

santriwan M. Eko Wahyudin mengatakan bahwa:

“Ustadz memberikan keteladanan yang baik pada


santriwan. Keteladanan diberikan agar santriwan menjadi
bijaksana dalam melakukan atau memutuskan sesuatu.
Setelah itu santriwan mampu berfikir jernih dalam
mengambil tindakan yang akan ia lakukan. Ketaladanan
yang diberikan berupa contoh sikap sopan, santun, sabar,
peduli dengan sesama, dan mengatakan hal-hal yang baik
pada teman”. (Wahyudin, 2023)

Dari penjelasan M. Eko Wahyudin membenarkan bahwa

para ustadz memberikan contoh teladan yang baik kepada

santrinya sehingga para santri menjadi bijaksana dalam

melakukan atau memutuskan sesuatu sebelum mereka

berbuat sehingga tidak menghasilkan dampak yang negatif

bagi santri itu sendiri. salah satu contoh keteladanan yang di

berikan oleh para Ustadz adalah sopan, santun, sabar, peduli

sesama dan mengatakan hal-hal yang baik kepada teman.

Pendapat lain juga disampaikan oleh Darma Mahendra

bahwa:

“Selain itu, ada Ustadz yang memberikan keteladanan


melalui bercerita. Dengan bercerita, santriwan akan
antusias dalam menyimak cerita. Namun kelemahan dari
bercerita ini adalah santriwan belum sepenuhnya mampu
memahami amanat yang disampaikan melalui cerita,
santriwan hanya berfokus dengan bagian cerita yang ia
sukai. Dalam hal ini Ustadz dapat mengambil peran
untuk menjelaskan amanat yang terkandung, sehingga
santriwan dapat lebih memahaminya dengan lebih baik”.
(Mahendra, 2023)
Dari penjelasan Darma mahendra bahwa ada sebagian

ustadz yang memberikan keteladanan melalui cerita-cerita

islami yang di ambil dari kisah-kisah terdahulu. Karna

dengan bercerita para santri lebih antusias untuk

mendengarkan dan lebih mudah memahami apa pesan yang

ingin di sampaikan dari cerita tersebut.

Kemudian, juga dijelaskan oleh Surya Hadi Romadon

bahwa:

“Para Ustadz telah melakukan banyak upaya dalam


menanamkan karakter Kejujuran pada santriwan,
diantaranya dengan memberikan keteladanan sehingga
santriwan mampu untuk menerapkan keteladanan yang
diberikan oleh Ustadz. Kemudian Ustadz lebih banyak
memberikan nasehat dengan penuh kasih sayang pada
santriwan sehingga terjadinya perubahan pada sikap
santriwan dari yang tidak baik menjadi baik. Ustadz juga
membangun suasana yang akrab dengan santriwan dan
membuat setiap santriwan kompak satu sama lain,
sehingga terjadi kesetaraan diantara santriwan dan
santriwan tidak membeda-bedakan temannya. Setelah
itu, Ustadz membiasakan santriwan untuk bersikap anti
kekerasan dan peduli terhadap sesama, sehingga
menciptakan lingkungan Pondok Pesantren yang cinta
damai”. (Romadon, 2023)

Dari penjelasan yang dipaparkan oleh Surya Hadi

Romadon bahwa para Ustadz sudah melakukan berbagai

macam cara upaya dalam menanamkan sifat Kejujuran

kepada santrinya diantaranya dengan memberikan

keteladanan yang baik kepada santri sehingga santri mampu

menerapkan keteldan yang diberikan oleh ustadz tersebut.

Dan para Ustadz di pondok memberikan nasehat dengan


lemah lembut dan penuh kasih sayang sehingga memberikan

perubahan kepada sikap santri yang tidak baik menjadi baik.

Disana para ustadz juga membangun suasana yang akrab

dengan santriwan dan membuat setiap santriwan kompak satu

sama lain, sehingga terjadi kesetaraan diantara santriwan dan

santriwan tidak membeda-bedakan temannya. Setelah itu,

Ustadz membiasakan santriwan untuk bersikap anti

kekerasan dan peduli terhadap sesama, sehingga menciptakan

lingkungan Pondok Pesantren yang Kejujuran dalam

kehidupan sehari-hari.

Dari hasil temuan dan teori tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa nilai karakter Kejujuran pada santriwan

diajarkan agar santriwan mampu belajar menghargai sesama

tanpa membeda-bedakan satu sama lain dan menciptakan

hubungan yang baik dengan sesama santriwan. Para

santriwan menjadi dewasa dalam berpikir bahwa Kejujuran

dan menghargai perbedaan adalah suatu perbuatan baik untuk

dirinya sendiri dan dirinya dengan orang lain (berhubungan

baik).

2) Bagaimana cara pondok pesantren menerapkan perilaku

Kejujuran kepada santriwan?

Menurut pemaparan Pimpinan Pondok Ustadz H.Aris

Ulinnuha Lc. yaitu:


“Dengan mengetahui dan memahami hal-hal positif
tinggal penerapannya, karena dari awal seorang Ustadz
sudah menekankan jika seorang santriwan harus
senantiasa melakukan hal yang positif maka dengan
anjuran dan rasa patuh seorang santriwan akan memiliki
naluri untuk melakukan hal tersebut, serta selalu
memberikan kesempatan pada seseorang untuk berbuat
baik sesuai yang telah diketahuinya, serta sang Ustadz
memberikan contoh atau tindakan sesuai dengan yang
telah diajarkan suapaya sang santriwan dengan mudah
melakukan atau menerapkan tindakan tersebut”.
(Ulinnuha, 2023)

Disini di jelaskan bahwa dengan mengetahui dan

memahami hal-hal positif tinggal penerapannya, karena dari

awal seorang Ustadz sudah menekankan jika seorang

santriwan harus senantiasa melakukan hal-hal yang positif

maka dengan anjuran dan rasa patuh seorang santriwan akan

memiliki naluri untuk melakukan hal tersebut, serta selalu

memberikan kesempatan pada seseorang untuk berbuat baik

sesuai yang telah diketahuinya, serta sang Ustadz

memberikan contoh atau tindakan sesuai dengan yang telah

diajarkan supaya santriwan dengan mudah melakukan atau

menerapkan tindakan tersebut dalam kehidupan berasrama

dilingkungan pondok.

Selanjutnya Pengasuhan santri Pondok Pesantren lebih

menegaskan lagi bahwa:

“Penerapan Kejujuran dapat dilakukan dengan


menerapkan hal yang positif yang telah diajarkan
padanya, kemudian tinggal seseoarng tersebut
mengulanginya atau membiasakannya setiap waktu,
karena dengan cara mengulangi adalah cara paling cepat
dan mudah dalam proses pembentukan karakter, karena
tanpa diulang-ulang seseorang akan mudah melupakan
hal spele yang tanpa dia sadari memiliki nilai tinggi
seperti halnya mengucapkan terima kasih juga maaf dua
kata yang sangat memiliki arti atau nilai tinggi. Jika
seorang sudah terbiasa dengan melakukan hal tersebut
maka kebiasaan tersebut akan menjadi candu yang akan
membentuk karakter orang tersebut sesuai dengan hal
yang sering dia lakukan”. (Darmawan, 2023)

Dari penjelasan pengasuhan santri diatas jelas bahwa

Penerapan Kejujuran dapat dilakukan dengan menerapkan hal

yang positif yang telah diajarkan padanya, kemudian tinggal

seseoarng tersebut mengulanginya atau membiasakannya

setiap waktu, karena dengan cara mengulangi adalah cara

paling cepat dan mudah dalam proses pembentukan karakter,

karena tanpa diulang-ulang seseorang akan mudah

melupakan hal sepele yang tanpa dia sadari memiliki nilai

tinggi seperti halnya mengucapkan terima kasih juga maaf

dua kata yang sangat memiliki arti atau nilai tinggi. Jika

seorang sudah terbiasa dengan melakukan hal tersebut maka

kebiasaan tersebut akan menjadi candu yang akan

membentuk karakter orang tersebut sesuai dengan hal yang

sering dia lakukan itu juga di terapkan kepada santriwan

pondok modern syamsuddin.

Kemudian Pembina Asrama Ustadz M.Muammar Fadlil

juga menjelaskan bahwa:

“Pembudayaan disini hasus dilakukan dengan terus


menerus dengan adanya peran masyarakat (teman
sekitar) untuk ikut mendukung dalam proses
pembentukan nilai cinta damai, oleh karena itu seorang
yang telah mempelajari hal-hal positif tersebut harus
senantiasa selalu melakukannya agar semua yang ada
disekitar dapat termotivasi dan ikut melakukan dalam
proses pembentukan karakter Kejujuran yang telah
diterapkan dalam lingkungan setempat, jika terjadi dalam
pesantren bisa jadi diberi peraturan yaitu jika tidak
melakukannya maka ada hukuman agar seseoarng
termotivasi untuk selalu melakukan hal positif walaupun
awalnya karena terpaksa, akan tetapi seterusnya akan
merasa terbiasa”. (Fadlil, 2023)

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa pembudayaan

disini hasus dilakukan dengan terus menerus dengan adanya

peran masyarakat (teman sekitar) untuk ikut mendukung

dalam proses pembentukan nilai kejujuran , oleh karena itu

seorang yang telah mempelajari hal-hal positif tersebut harus

senantiasa selalu melakukannya agar semua yang ada

disekitar dapat termotivasi dan ikut melakukan dalam proses

pembentukan karakter Kejujuran yang telah diterapkan dalam

lingkungan setempat, jika terjadi dalam pesantren bisa jadi

diberi peraturan yaitu jika tidak melakukannya maka ada

hukuman agar seseoarng termotivasi untuk selalu melakukan

hal positif walaupun awalnya karena terpaksa, akan tetapi

seterusnya akan merasa terbiasa dilakukan oleh santriwan.

Kemudian, santriwan yang bernama Hafidz Khoirul

Ihsan mengatakan bahwa

“Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri


Hulu sudah menerapkan karakter Kejujuran kepada kami
melalui pembiasaan terus menerus agar kami terbiasa
dalam menerapkan Kejujuran kepada sesama santriwan
di lingkungan pondok”. (Ikhsan, 2023)

Dari pemaparan diatas jelas bahwa pondok modern

syamsuddin telah melakukan penerapan karakter Kejujuran

kepada seluruh santri dengan membiasakan mereka untuk

hidup rukun dan saling menghargai sesama santri.

M. Eko Wahyudin juga memberikan penjelasan

mengenai cara menerapkan karakter kejujuran , bahwa:

“Penerapan karakter ini dilakukan dengan cara adanya


pembiasaan terhadap hal-hal positif didalan kehidupan
sehari-hari yang ada di Pondok Pesantren Syamsuddin
Kabupaten Indragiri Hulu.” (Wahyudin, 2023)

Dari penjelasan yang dijelaskan diatas bahwa penerapan

karakter dilakukan dengan cara membiasakan melakukan hal-

hal yang positif didalam kehidupan sehari-hari di lingkungan

pondok.

Selanjutnya, penjelasan juga dari Darma mahendra

menjelaskan bahwa:

“Lebih menekankan untuk senantiasa seorang santriwan


melakukan hal yang positif sesuai aturan dan anjuran
agama, karena seorang santriwan tidak lain akan
mengikuti anjuran dan ajaran seorang Ustadz”.
(Mahendra, 2023)

Dari penjelasan diatas bahwa cara penerapannya lebih

menekankan untuk senantiasa melakukan hal-hal yang positif

sesuai aturan dan anjuran agama karna seorang santri tidak


lain akan mengikuti anjuran dan ajaran agam yang di ajarkan

oleh ustadz di pondok.

Surya Hadi Romadon juga menjelaskan tentang

penerapan karakter Kejujuran yaitu:

“Contoh kegiatan penerapan karakter Kejujuran yaitu


seseorang selalu dikenalkan dengan sifat cinta damai,
berani berkejujuran , gotong royong, meminta maaf atas
kesalahanya dan lain sebagainya”. (Romadon, 2023)

Dari berbagai penjelasan di atas dapat di ambil

kesimpulan bahwa Penerapan pembentukan karakter

Kejujuran dalam suatu sistem pendidikan adalah keterkaitan

antara komponen-komponen karakter yang mengandung

nilai-nilai tingkah laku yang dilakukan dengan cara bertahap

dan saling berhubungan antara nilai tingkah laku dan sikap

emosi yang kuat untuk melakukannya baik terhadap

siapapun. dan dengan membiasakan seluruh santri melakukan

hal-hal yang positif sesuai aturan yang ada di pondok dan

sesuai anjuran agama karena semua dalam dunia ini tidak ada

yang instan butuh proses yang panjang dalam menerapkan

karakter Kejujuran tersebut.

3) Bagaimana metode yang digunakan pondok pesantren dalam

menerapkan Kejujuran kepada santriwan ?

Sebagaimana dijelaskan oleh pimpinan pondok Ustadz

H.Aris Ulinnuha Lc.


“Keteladanan adalah suatu cara dimana seorang Ustadz
mampu memberikan contoh yang baik kepada
santriwannya, baik itu dalam bentuk perilaku, tatanan
dalam berbicara, perbuatan dan lain-lain. Dalam
penerapan metode keteladanan menurut para santriwan
para pengasuh pondok telah menjalankan peranan
tersebut. Dimana para pengasuh selalu memberikan
contoh yang baik kepada para santriwan”. (Ulinnuha,
2023)

Disini Pimpinan pondok menekankan bahwa metode

yang dilakukan untuk menerapkan karakter Kejujuran adalah

metode keteladanan yang langsung di contohkan para ustadz

kepada seluruh santri pondok modern syamsuddin.

Ustadz Murni Darmawan selaku pengasuhan santri juga

menjelaskan bahwa:

“Metode yang di gunakan untuk menerapkan karakter


Kejujuran adalah dengan cara memberikan contoh yang
baik kepada santri contohnya dalam berinteraksi dengan
sesama ustadz mereka menggunakan bahasa arap sebagai
bahasa pengantar dalam kehidupan sehari-hari di pondok
dan ini menjadi salah satu teladan yang baik karna telah
menjalankan aturan yang ada yaitu mengunakan bahasa
wajib ketika berbicara sesama teman”. (Darmawan,
2023)

Dari penjelasan di atas dapat di ambil kesimpulan karena

area pondok adalah area wajib untuk menggunakan bahasa

Arab, Inggris dalam bahsa sehari-hari. Peneliti juga melihat

dan mendengar bahwa bahasa yang digunakan oleh para

pengasuh dengan para santriwan adalah dengan

menggunakan bahasa Arab. Terbukti pada saat Ustadz Murni

Darmawan memanggil salah satu santriwan, beliau


menggunakan bahasa Arab dan menyuruh santriwan tersebut

untuk memanggil beberapa temannya yang lain untuk peneliti

wawancarai, dan ini merupakan metode keteladanan sebagai

mana yang di jelaskan oleh Ustadz Murni Darmawan tadi.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ustadz M.

Muammarul Fadlil bahwa:

“Iya jelas misalnya contoh kecilnya saja. Ketika masuk


kelas mengucapkan salam itukan penanaman, kemudian
mengajak santri diawal pembelajaran membaca al-
Fatihah, ummul kitab itukan penanaman. Diharapkan
nanti bisa tertanam dalam diri santriwan. Selain itu,
ketika bertemu berjabat tangan, ketepatan waktu.
Contoh-contoh sederhana itu. Kemudian Sering, dengan
membiasakan santri atau mengajak santriwan di setiap
memulai pertemuan selalu dibuka dengan salam dan
basmallah dan mengakhrinya dengan hamdallah.
Kemudian disiplin dan tepat waktu misalnya dalam
sholat, menghadiri kegiatan pembelajaran itu.” (Fadlil,
2023)

Dari penjelasan diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa

Penerapan metode keteladan yang diberikan oleh para

pengasuh pondok banyak ditunjukan dengan perilaku dan

tindakan dalam keseharian pondok sehingga sudah menjadi

suatu hal yang lumrah dan umum dalam kehidupan pondok.

Dari hasil wawancara peneliti selama melaksanakan

penelitian, para pengasuh dan pembina yang berada di dalam

lingkungan pondok selalu menggunakan pakaian yang sopan

baik.
Ada juga metode yang lain yang di terapkan oleh

pimpinan pengasuhan santri dan pembina asrama di Pondok

Modern Syamsuddin yaitu metode nasehat dan hukuman

sebagai mana di paparkan oleh pimpinan pondok Ustadz H.

Aris Ulinnuha Lc.:

“Metode nasihat dan hukuman dalam kehidupan pondok


merupakan suatu hal yang biasa. Penerapan sikap
disiplin menjadikan kegiatan nasihat dan hukuman selalu
berdampingan. Segala tingkah laku di pondok memang
memerlukan nasihat dan hukuman agar para santriwan
menjadi takut untuk tidak melaksanakan tugasnya.
Dalam hal ini di Pondok Pesantren Syamsuddin
Kabupaten Indragiri Hulu juga menerapkan metode
nasihat dan hukuman tersebut. Tingkatan hukuman juga
digolongkan dari yang ringan hingga hukuman berat.
Namun di Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten
Indragiri Hulu sendiri tidak menerapkan hukuman fisik.
Hukuman terberat yang diberikan adalah dikeluarkan
dari pondok pesantren. Dan yang bertanggungjawab
terhadap penyelenggaraan hukuman adalah bagian
keamanan dan kedisiplinan”. (Ulinnuha, 2023)

Dari penjelasan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa

Metode nasihat dan hukuman dalam kehidupan pondok

merupakan suatu hal yang biasa. Penerapan sikap disiplin

menjadikan kegiatan nasihat dan hukuman selalu

berdampingan. Segala tingkah laku di pondok memang

memerlukan nasihat dan hukuman agar para santriwan

menjadi takut untuk tidak melaksanakan tugasnya. Dalam hal

ini di Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri

Hulu juga menerapkan metode nasihat dan hukuman tersebut.

Tingkatan hukuman juga digolongkan dari yang ringan


hingga hukuman berat. Namun di Pondok Pesantren

Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu sendiri tidak

menerapkan hukuman fisik. Hukuman terberat yang

diberikan adalah dikeluarkan dari pondok pesantren. Dan

yang berKejujuran terhadap penyelenggaraan hukuman

adalah bagian keamanan dan kedisiplinan yang ada dalam

organisasi pondok yaitu OPPM (Organisasi Pelajar Pondok

Modern) namun segala hukuman tetap yang memberikan

kebijakan adalah pengasuhan santri Pondok Modern

Syamsuddin

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ustadz Murni

Darmawan bahwa:

“Kalau itu memang setiap bagian sudah ada terutama


bagian keamanan misalnya kita kan disini mengatur anak-
anak itu hanya boleh keluar dari pondok berapa kali dalam
sebulan misalnya hanya izin ke pasar jika ada keperluan
kalau melanggar itu ada sanksi nya dan itu sangsinya
memiliki tingkatan kalau misalnya dia melanggar sekali
itu kan masih masih teguran. Kemudian yang kedua
kalinya itu sudah tahu sendiri mereka. Nanti sebelum apa
namanya sebelum beraktivitas di pondok sudah dibacakan
program-program kerja di pondok disana mereka akan
tahu Oh disini sangsinya yang ini. Pokoknya sudah ada
semua peraturan sudah jelas sangat jelas jadi kalau
misalnya wali yang komplain itu takkan bisa karena anak-
anak juga sudah tahu peraturannya tapi kalau dia masih
melanggar ya sanksi terberat nya yah memang keluar
mereka dikeluarkan dari Pondok”. (Darmawan, 2023)

Dari pemaparan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa

metode nasehat dan hukuman sangat memberikan perubahan


bagi santri itu sendiri sehingga dia mau merubah diri mereka

menjadi yang lebih baik. dan jika ada wali santri yang tidak

terima dengan hukuman yang telah di tetapkan maka dengan

senang hati pengasuhan santri menunjukkan buku pedoman

peraturan yang ada agar tidak terjadi salah faham antara

pengasuhan santri dan wali santri dalam menyikapi hukuman

yang di berikan kepda santri yang melanggar aturan.

Hal serupa juga di jelaskan oleh pembina santriwan

Pondok Modern Syamsuddin Ustadz M. Muammarul Fadlil

bahwa

“Metode nasehat dan hukuman menurut saya selaku


pembina asrama sangat memberikan suatu perubahan
pada diri santri khususnya santri yang melanggar
peraturan yang ada maka dengan metode ini dia akan
mengintropeksi diri untuk menjadi lebih baik lagi”.
(Fadlil, 2023)

Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

metode nasehat dan hukuman sangat efektif di terapkan

dalam menanamkan Kejujuran kepada santri.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh saudara Hafidz

Khairul Ikhsan, yang mengungkapkan bahwa:

“Bentuk hukuman yang diberikan itu beragam sesuai


dengan bentuk kesalahannya. Kalau yang dilanggarnya
masih ringan itu hanya dikasih nasihat seperti biasa, terus
kadang kalau yang telat datang sholat itu disuruh jalan
jongkok, terus menghafal baik itu surah, muthala’ah,
mahfudzot dan lain-lain. Terus kalau sanksi fisiknya
palingan berdiri di tengah lapangan, membersihkan suatu
tempat. Dan kalau hukuman terberatnya itu dipanggil
orang tuanya dan di skorsing bahkan di keluarkan dari
pondok”. (Ikhsan, 2023)

Dari penjelasan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa

bentuk hukuman yang ada di pondok bervariasi mulai dari

hukuman ringan seperti nasehat membersikan suatu tempat

dan dain sebagainya. Hukuman sedang yaitu mencukur

rambut hingga botak dan surat perjanjian dan yang terakhir

hukuman berat yaitu di panggil wali santri dan di keluarkan

dari pondok.

Sebagaimana hasil pengamatan peneliti, ditemukan

bahwa ada beberapa santriwan yang telat mengikuti sholat

berjamaah dan kemudian dihukum untuk jalan jongkok.

Penerapan metode dan nasihat ditujuankan untuk hal-hal

yang baik yaitu memberikan efek jera pada santriwan agar

tidak mengulanginya lagi. Selain itu, pemberian nasihat dan

hukuman juga dimaksudkan agar para santriwan mampu

menyadari apa kesalahannya dan sadar untuk tidak lagi

melakukannya.

Hal tersebut juga dibenarkan oleh saudara Darma

Mahendra, sebagaimana yang diungkapkan bahwa:

“Iya, karena pengasuh pondok itu seperti ibu kita sendiri


dan pasti memberikan contoh yang baik. Misalnya kalau
berbicara harus menggunakan bahasa yang sopan apalagi
kalau sama orang yang lebih tua, harus disalim dulu. Terus
pengasuh juga sering mengajak kita untuk menunaikan
sholat berjamaah bersama”. (Mahendra, 2023)
Dari penjelasan di atas bahwa para santri telah

menganggap pengasuhan santri sebagai ibu kandung mereka

yang selalu memberikan contoh teldan yang baik bagi santri-

santrinya.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh saudara M. Eko

Wahyudin yang mengungkapkan bahwa:

“Iya, seorang Ustadz selalu mengajarkan yang baik serta


memberikan teladan yang baik pada kami. Contohnya
kalau mau berbicara bawa salam dan salim dulu,
kemudian menundukkan pandangan ketika berbicara
dengan yang lebih tua, tidak mengangkat suara berlebihan
ketika berbicara dengan para ustadz.” (Wahyudin, 2023)

Dari penjelasan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa

seorang ustadz memberikan contoh yang baik serta

mngajarkan kebaikan dalam hal kecil contohnya adab ketika

berbicara.

kemudian di jelaskan juga oleh saudara Darma Mahendra

bahwa :

“Para santri pondok pesantren dituntut dengan


menggunakan Bahasa Arab dan boleh menggunakan
Bahasa Indonesia dikarenakan dengan berbagai suku dan
daerah yang memiliki Bahasa yang berbeda-beda maka
dikhawatirkan perbedaan Bahasa tersebut menjadikan
kesalah pahaman antara satu dengan yang lainya. Karena
perbedaan Bahasa dapat menjadikan perselisihan dan
konflik sehingga tidak tercipa suasana damai di dalam
Pondok”. (Mahendra, 2023)

Begitu juga Surya Hadi Romadon juga menegaskan

bahwa
“Ustadz di Pondok memberikan teladan yang baik untuk
kami para santri agar menjadi pribadi yang baik juga
bagi sesama santri dalam lingkungan pondok pesantren”.
(Romadon, 2023)

Dari penjelasan Surya Hadi Romadon dapat di ambil

kesimpulan bahwa ustadz di pondok pesantren Syamsuddin

telah memberikan tauladan yang baik untuk para santri-

santrinya

Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan

bahwa metode yang digunakan dalam menerapkan karakter

Kejujuran yaitu metode keteladanan yang mana metode ini

sangat efektif dilakukan karna sesuai dengan kata pepatah

pondok yaitu apa yang di lihat, didengar dan apa yang

dilakukan adalah sebuah pendidikan jadi jika tauladan yang

di sampaikan atau yang dicontohkan oleh para ustadz yang

ada di pondok itu baik maka baik juga yang akan di terima

oleh santri begitu juga sebaliknya jika yang diberikan itu

tidak baik maka tidak baik juga yang akan diterima oleh

santri

Metode nasehat dan hukuman yang mana metode ini

sangat efektif untuk diterapkan di lingkungan Pondok

Pesantren Syamsuddin. karena ketika seorang santri

melakukan sebuah pelanggaran maka langkah pertama adalah

menasehatinya menanyakan kenapa dia melakukan

pelanggaran tersebut kemudia di berikan hukuman sebagai


efek jera bagi santri yang melakukan pelanggaran agar tidak

mengulangi pelanggaran itu lagi bahkan pelanggaran yang

lainnya.

Dari kegiatan sehari-hari pun para pengasuh selalu

menunjukkan dan memberikan keteladanan, nasihat dan

hukuman yang baik bagi para santriwan. Hal ini

menunjukkan bahwa ada bukti konkret bahwa para pengasuh

senantiasa menunjukkan contoh yang baik pada santriwan.

4) Bagaimana dampak dari pelaksanaan penerapan karakter

Kejujuran kepada santriwan?

Hal ini dijelaskan oleh pimpinan pondok Ustadz H. Aris

Ulinnuha Lc. bahwa :

“Dengan adanya Pondok Pesantren Syamsuddin


Kabupaten Indragiri Hulu menurut Pimpinan Pondok
adalah menjadi suatu wadah yang sangat berperan
penting bagi penyebaran syariat tunutunan agama Islam,
dengan itu maka kacamata pandang dari masyarakat
menyatakan bahwasanya santri pasti memiliki daya
sorotan yang utama, bahwa seorang santri harus
memiliki karakter atau akhlaq yang baik sesuai dengan
tuntutan serta memiliki perilaku yang menimbulkan
keamanan serta kenyamanan sekitar, dalam
pengamatannya memang seorang karakter Kejujuran
sangat dibutuhkan dan harus diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari karena kenyamanan dan ketentraman akan
menimbulkan seorang dapat bahagia dalam
hidupnya,karena menuntut ilmu juga butuh kondisi
situasi lingkungan yang nyaman agar seorang dapat
bertahan sampai akhir dalam proses menuntut ilmu di
Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri
Hulu”. (Ulinnuha, 2023)
Dari penjelasan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa

bahwa seorang santri harus memiliki karakter atau akhlaq

yang baik sesuai dengan tuntutan serta memiliki perilaku

yang menimbulkan keamanan serta kenyamanan sekitar,

dalam pengamatannya memang seorang karakter Kejujuran

sangat dibutuhkan dan harus diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari karena kenyamanan dan ketentraman akan

menimbulkan seorang dapat bahagia dalam hidupnya,karena

menuntut ilmu juga butuh kondisi situasi lingkungan yang

nyaman agar seorang dapat bertahan sampai akhir dalam

proses menuntut ilmu di Pondok Pesantren Syamsuddin.

Dampak dari pelaksanaan Kejujuran menurut Ustadz

Darmawan adalah sebagai berikut:

“Selalu berkomunikasi atau berkata dengan nada yang


rendah namun jika memang seorang tersebut sudah
memiliki genetik berbicara nada tinggi maka hendaklah
dengan dibarengi senyuman supaya reponsen nyaman dan
tidak salah paham dengan komunikasi yang sedang
berlangsung. Dalam beberapa kasus yang sering terjadi
yaitu kesalahpahaman dalam berkomunikasi karena
pemilihan Bahasa yang digunakan bersifat negative dan
kurang sopan yang akan menimbulkan ketidak nyamanan
seorang yang mendengarkan sehingga kedamaian sulit
diciptakan. Maka dari itu dipikih Bahasa yang positif agar
dapat digunakan tanpa menimbulkan kesalahpahaman,
namun jika terkadang ustadz keceplosan dengan bahsa
yang kasar maka terkadang seorang ustadz langsung
meminta maaf didepan seorang santri tersebut, hal itu
termasuk memberi contoh bahwa jika melakukan
kesalahan juga wajib meminta maaf baik itu kesalahan
dilakukan oleh seorang Ustadzs, ustadz maupun pengasuh,
karena sejatinya manusia tidak pernah luput dari kesalahan
maka dari itu untuk meminimalis kesalahan yang
berkelanjutan maka dilakukan dengan meminta maaf.
Untuk meminimalis kesalahpahaman juga dilakukan
dalam memilih Bahasa yaitu dengan menggunakan Bahasa
Indonesia agar tidak terjadi perbedaan antara daerah yang
satu dengan daerah yang lainya”. (Darmawan, 2023)

Dari pemaparan diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa

dampak dari karakter Kejujuran adalah Selalu berkomunikasi

atau berkata dengan nada yang rendah namun jika memang

seorang tersebut sudah memiliki genetik berbicara nada

tinggi maka hendaklah dengan dibarengi senyuman supaya

reponsen nyaman dan tidak salah paham dengan komunikasi

yang sedang berlangsung. Dalam beberapa kasus yang sering

terjadi yaitu kesalahpahaman dalam berkomunikasi karena

pemilihan Bahasa yang digunakan bersifat negative dan

kurang sopan yang akan menimbulkan ketidak nyamanan

seorang yang mendengarkan sehingga kedamaian sulit

diciptakan. Maka dari itu dipilih Bahasa yang positif agar

dapat digunakan tanpa menimbulkan kesalah pahaman,

namun jika terkadang ustadz keceplosan dengan bahsa yang

kasar maka terkadang seorang ustadz langsung meminta maaf

didepan seorang santri tersebut, hal itu termasuk memberi

contoh bahwa jika melakukan kesalahan juga wajib meminta

maaf baik itu kesalahan dilakukan oleh seorang Ustadzs,

ustadz maupun pengasuh, karena sejatinya manusia tidak

pernah luput dari kesalahan maka dari itu untuk meminimalis


kesalahan yang berkelanjutan maka dilakukan dengan

meminta maaf. Untuk meminimalis kesalahpahaman juga

dilakukan dalam memilih Bahasa yaitu dengan menggunakan

Bahasa Indonesia agar tidak terjadi perbedaan antara daerah

yang satu dengan daerah yang lainya.

Ustadz M. Muammar Fadlil juga menjelaskan dampak

dari karakter Kejujuran adalah :

“Dampak dari adanya pembentukan karakter Kejujuran


adalah terlaksananya manajemen controlling di Pondok
Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu ada 2
macam yaitu pengendalian secara struktural dan
nonstruktural. Maksud dari pengendalian secara struktural
adalah memaksimalkan peran dan fungsi organisasi yang
telah terbentuk yaitu dengan mengadakan rapat koordinasi
dan evaluasi yang telah ditentukan di awal, kemudian tiap-
tiap struktural baik tingkat atas yaitu di yayasan dan
tingkat bawah yaitu di madrasah dan asrama juga memiliki
struktur organisasi, selain sebagai master planning dan
actuating semua tatanan organisasi itu juga memiliki
peran sebagai pengawas atau controlling dari apa yang
telah direncanakan dan dilaksanakan sesuai target yang
mengacu pada visi dan misi. Hal ini dibuktikan dengan
adanya rapat bulanan untuk evaluasi kerja di tiap tingkatan
lembaga dan madrasah serta penUstadzs asrama,
kemudian hasil dan rapat tersebut akan dibawa dan
disampaikan pada rapat yayasan bersama dengan
pimpinan Pesantren tiap tiga bulan sekali yang mana
memiliki tujuan untuk perbaikan secara terus menerus
pada tiap- tiap lembaga dan asrama”. (Fadlil, 2023)

Kemudian, Hafidz Khairul Ikhsan menegaskan juga

bahwa:

“Dampaknya bagi kami santriwan lebih menghargai akan


pentingnya berdamai, dan tidak berkelahi dengan sesama
teman menghargai antar sesama tanpa membeda-bedakan
satu sama lain dalam lingkungan pondok”. (Ikhsan, 2023)
Hal ini juga dibenarkan oleh M. Eko Wahyudin

santriwan Pondok Pesantren Syamsuddin bahwa:

“Dengan adanya pembentukan karakter Kejujuran maka


kami takut melakukan perbuatan yang dilarang oleh
Pondok, seperti berkelahi, membeda-bedakan sesama
teman seasrama bahkan ke adik kelas”. (Wahyudin, 2023)

Begitu juga dengan Darma Mahendra yang

membenarkan Pernyataan dari temannya yaitu M. Eko

Wahyudin:

“Saya sependapat dengan apa yang di katakana teman saya


tadi bahwa Dengan adanya pembentukan karakter
Kejujuran maka kami takut melakukan perbuatan yang
dilarang oleh Pondok, seperti berkelahi, membeda-
bedakan sesama teman seasrama bahkan ke adik kelas”.
(Mahendra, 2023)

Surya Hadi Romadon juga sependapat dengan apa yang

di katakana oleh temannya yaitu M. Eko Wahyudin bahwa :

“Dengan adanya pembentukan karakter Kejujuran maka


kami takut melakukan perbuatan yang dilarang oleh
Pondok, seperti berkelahi, membeda-bedakan sesama
teman seasrama bahkan ke adik kelas dan kami bisa lebih
rukun dalam berkehidupan di asrama” (Romadon, 2023)

Dari berbagai pernyataan diatas maka dapat diambil

kesimpulan bahwa dampak yang diperoleh santriwan Pondok

Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu dalam

menerapkan karakter Kejujuran mampu menghindari

perkelahian yang terjadi sesama teman, menjadikan

kehidupan berasrama lebih rukun aman dan tetram sesuai


yang diharapkan oleh seluruh santri maupun para Ustadz

yang ada di Pondok Modern Syamsuddin.

5) Bagaimana solusi yang diberikan apabila santriwan tidak bisa

menerapkan karakter cinta damai?

Pimpinan Pondok Pondok Pesantren Syamsuddin

Kabupaten Indragiri Hulu mengatakan apabila Kejujuran

tidak bisa diterapkan, maka:

“Saya akan langsung turun tangan kelapangan untuk


mencari problem yang ada dan memberikan nasihat
terutama kepada para ustadz agar lebih baik lagi dalam
mendidik karakter santri agar menjadi santri yang
memiliki karakter yang baik salah satu contohnya adalah
karakter Kejujuran ”. (Ulinnuha, 2023)

Dari penjelasan yang di jelaskan oleh Pimpinan Pondok

dapat di ambil kesimpulan bahwa jika Kejujuran tidak bisa di

terapkan atau tidak berjalan dengan baik maka beliau sendiri

yang akan turun langsung kelapangan untuk mengevaluasi

problem yang ada dan memberikan nasehat kepada para

ustadz agar lebih semnagat dalam mendidik santri

menanamkan karakter cinta damai.

Sedangkan menurut pemaparan dari pengasuhan santri

Ustadz Murni Darmawan mengatakan solusi utama adalah:

“Sedangkan hukuman itu tidak sekedar dijatuhkan begitu


saja kepada sipelanggar tetapi harus disesuaikan dengan
kadar kesalahan yang diperbuatnya, sehingga hukuman
dapat dibedakan dengan beberapa jenis yaitu mulai dari
yang ringan, sedang dan paling berat. Begitu juga di
pondok pesantren Syamsuddin yang menjadikan
hukuman sebagai salah satu solusi utama dalam
mendisiplinkan santri”. (Darmawan, 2023)

Disini di jelaskan bahwa hukuman bukan sekedar

dijatuhkan kepada santri yang melanggar tetapi harus

disesuaikan dengan kadar kesalahannya sehingga mendidika

karakter santri untuk Kejujuran dapat di terapkan dengan

baik.

Pembina Asrama Ustadz M.Muammar Fadlil juga

menjelaskan solusinya bahwa :

“Salah satu jenis hukumannya adalah iqab adalah


menghukum seseorang dari kesalahan yang
diperbuatnya. Sedangkan di pondok pesantren hukuman
iqab merupakan suatu bentuk sanksi yang diberikan
kepada santri karena melanggar aturan/tata tertib yang
sifatnya sedang. Terkadang hukuman iqab ini tidak bisa
membuat santri jera dan ada keinginan untuk mengulangi
kesalahannya lagi. Jenis hukuman iqab yang paling
mudah dan sering dilakukan oleh santri seperti
membersihkan kamar mandi, digundulkan,
membersihkan kolam dan mencabuti rumput serta
membuang sampah”. (Fadlil, 2023)

Diatas di jelaskan bahwa Hukuman atau Iqab adalah

menajdi salah satu solusi yang efektif untuk menerapkan

karakter Kejujuran ini keapda santri karna dengan diadakan

hukuman atau sangsi kepada santri yang melanggar maka

memberikan sebuah efek jera agar tidak melakukan

pelanggaran kembali.

Kemudian, santriwan-santriwan yang di wawancarai oleh

peneliti juga membenarkan adanya hukuman yang


diberlakukan sebagaimana dijelaskan oleh Hafidz Khairul

Ikhsan bahwa:

“Benar salah satu cara yang dilakukan oleh pengasuh dan


pembina jika ada santri yang tidak menerapkan karakter
Kejujuran berupa membersihkan kamar mandi,
digundulkan, membersihkan kolam dan mencabuti
rumput serta membuang sampah”. (Ikhsan, 2023)

Kemudian M. Eko Wahyudin juga membenarkan adanya

hukuman yang diberlakukan sebagaimana dijelaskan oleh

Hafidz Khairul Ikhsan diatas bahwa:

“Benar salah satu cara yang dilakukan oleh pengasuh dan


pembina jika ada santri yang tidak menerapkan karakter
Kejujuran berupa membersihkan kamar mandi,
digundulkan, membersihkan kolam dan mencabuti
rumput serta membuang sampah”. (Wahyudin, 2023)

Selanjutnya Darma Mahendra juga sependapat bahwa

benar adanya hukuman yang diberlakukan sebagaimana

dijelaskan oleh M. Eko Wahyudin tadi bahwa:

“Benar salah satu cara yang dilakukan oleh pengasuh dan


pembina jika ada santri yang tidak menerapkan karakter
Kejujuran berupa membersihkan kamar mandi,
digundulkan, membersihkan kolam dan mencabuti
rumput serta membuang sampah”. (Mahendra, 2023)

Kemudian Surya Hadi Romadon juga memiliki pendapat

yang sama dengan teman-temannya dan membenarkan

adanya hukuman yang diberlakukan:

“Benar salah satu cara yang dilakukan oleh pengasuh dan


pembina jika ada santri yang tidak menerapkan karakter
Kejujuran berupa membersihkan kamar mandi,
digundulkan, membersihkan kolam dan mencabuti
rumput serta membuang sampah”. (Romadon, 2023)
Dapat dipahami bahwa tujuan dari penerapan hukuman

tersebut bukan hanya untuk mendisiplinkan santri di dalam

pondok saja tetapi diharapkan nantinya mampu menjadi

orang yang disiplin dan istiqamah serta dapat diandalkan oleh

masyarakat karena santri yang berada di pondok merupakan

suatu bentuk latihan agar menjadi orang yang tekun, disiplin

dan istiqamah terutama dalam hal melaksanakan kebaikan

dan ibadah.

6) Bagaimana faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter

santriwan dalam menerapkan Kejujuran ?

Sebagai mana yang di jelaskan oleh Pimpinan pondok

Ustadz H.Aris Ulinnuha LC. bahwa:

“Faktor yang menjadi penghambat pencerminan karakter


Kejujuran adalah faktor dari diri santriwan, setiap
santriwan mempunyai karakter yang berbeda-beda ada
yang berkarakter baik dan ada juga yang yang
berkarakter buruk, yang menjadi penghambat
pencerminan karakter Kejujuran yaitu; sikap acuh tak
acuh santriwan terhadap Ustadz, saat Ustadz menasihati
mengenai perilakunya dan saat Ustadz menerangkan
materi mata pelajaran.” (Ulinnuha, 2023)

Sikap malas santriwan merupakan suatu penghambat

mutlak yang menjadikan proses penguatan karakter

Kejujuran kurang maksimal diterima. Kebiasaan membolos

santriwan, kebiasaan membolos pada santriwan menjadikan

santriwan menjadi tertinggal jauh dengan teman nya dalam


hal akademis. Dan berani membantah nasihat Ustadz ketika

di nasihati.

Hal tersebut diperkuat dengan penuturan oleh Ustadz

Darmawan.

“Faktor yang mempengaruhi pencerminan karakter


Kejujuran dan sikap santun mudah dirasakan ketika
berhadapan dengan santriwan yang acuh tak acuh dengan
nasihat Ustadz, malas, dan suka membolos ketika
Pondok Pesantren, dan suka membantah ketika dinasihati
dan konsekuensinya Ustadz harus memberikan perhatian
ekstra. Di sisi lain Ustadz dituntut adil atau setara dalam
memberikan perhatian kepada semua santriwan.”
(Darmawan, 2023)

Keluarga adalah tempat pulang seorang santriwan ketika

pembelajaran diPondok Pesantren telah usai, dan keluarga

dalah Pondok Pesantren pertama bagi santriwan, maka jika

seorang santriwan dalam keluarga diajarkan untuk selalu

berperilaku baik maka santriwan akan selalu berperilaku baik

juga, namun sebaliknya jika seorang santriwan diajarkan

keluarga berperilaku buruk, maka seorang anak akan

berperilaku buruk dimanapun dia berada karena setiap

santriwan memiliki latar belakang yang berbeda.

Hal tersebut sejalan dengan penuturan dari Ustadz Fadlil

selaku pembina asrama :

“Selain dari faktor dari santriwan mempengaruhi


pencerminan karakter Kejujuran dan sikap santun juga
berasal dari faktor keluarga, setiap santriwan memiliki
latar belakang keluarga yang berbeda-beda ada yang
berasal dari keluarga yang harmonis seperti; penuh kasih
sayang, damai, dan tentram, ada juga dari keluarga yang
disharmonis dan menjadi faktor yang mempengaruhi
dalam penguatan karakter Kejujuran di Pondok
Pesantren yaitu; kurangnya komunikasi antara santriwan
dengan orang tua atau wali, kurangnya waktu luang
keluarga untuk sekedar bercengkrama berbagi keluh
kesah sehingga santriwan mencari perhatian di luar
misalkan di lingkungan Pondok Pesantren santriwan
mencari perhatian ke teman maupun Ustadz, bergesernya
peran ayah atau ibu misalkan, broken home akibat dari
perceraian dari kedua orang tuanya biasanya santriwan
tinggal dengan anggota keluarga lainya misalkan nenek
atau kakeknya sehingga kurangnya kasih sayang dan
perhatian”. (Fadlil, 2023)

Dari penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa

ada faktor selain dari santriwan itu sendiri yaitu faktor dari

keluarga setiap santriwan memiliki latar belakang keluarga

yang berbeda-beda ada yang berasal dari keluarga yang

harmonis seperti, penuh kasih sayang, damai dan tentram, ada

juga dari keluarga yang disharmonis dan menjadi faktor

penghambat dalam penguatan karakter Kejujuran di Pondok

Pesantren yaitu; kurangnya komunikasi antara santriwan

dengan orang tua atau wali, kurangnya waktu luang keluarga

untuk sekedar bercengkrama berbagi keluh kesah sehingga

santriwan mencari perhatian di luar misalkan di lingkungan

Pondok Pesantren santriwan mencari perhatian ke teman

maupun Ustadz, bergesernya peran ayah atau ibu misalkan,

broken home akibat dari perceraian dari kedua orang tuanya

biasanya santriwan tinggal dengan anggota keluarga lainya


misalkan nenek atau kakeknya sehingga kurangnya kasih

sayang dan perhatian.

Penuturan Ustadz diperkuat dengan pernyataan yang

dituturkan oleh santriwan ke peneliti apa yang menjadi faktor

penghambat pencerminan karakter kejujuran :

“Untuk penghambat dalam pencerminan karakter cinta


damai, santriwan yang berbicara dengan temannya ketika
Ustadz menjelaskan materi, ada santriwan laki-laki
bermain game ketika Ustadz menjelaskan materi,
mengantuk, dan ada santriwan yang malu untuk
bertanya”. (Ikhsan, 2023)

Dari penjelasan diatas bahwa faktor penghambat ada

pada diri santri masing-masing, masih banyak santriwan yang

berbicara dengan temannya ketika Ustadz menjelaskan

materi, ada santriwan laki-laki bermain game ketika Ustadz

menjelaskan materi, mengantuk, dan ada santriwan yang

malu untuk bertanya.

Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan dikatakan oleh

salah satu santriwan ketika peneliti mengajukan pertanyaan

apa yang membuat teman-teman bersikap menyimpang dari

karakter Kejujuran dan sikap santun sebagai berikut:

“Faktor penghambatnya yaitu; kebanyakan teman-teman


suka membolos, tidak memperhatikan Ustadz ketika
dijelaskan materi, dan acuh tak acuh ketika dinasihati
Ustadz karena ikut-ikutan teman yang juga berperilaku
sama”. (Wahyudin, 2023)

Dari penjelasan diatas faktor yang pempengaruhi dalam

menanamkan Kejujuran masih dari diri santri itu sendiri


karna kebanyak masih banyak santri suka membolos, tidak

memperhatikan Ustadz ketika dijelaskan materi, dan acuh tak

acuh ketika dinasihati Ustadz karena ikut-ikutan teman yang

juga berperilaku sama

Kemudian, Darma Mahendra menjelaskan bahwa faktor

yang mempengaruhi penerapan Kejujuran bahwa:

“Kalau di lingkungan rumah saya ada suasana baru, yang


dulunya kompleks mayoritas muslim sekarang ada yang
non muslim dan kebetulan tempat tinggalnya
bertetanggan dengan saya, demi menjaga kerukunan
setiap berpapasan saling menyapa dengan ramah, dan tak
lupa yang dulunya setiap minggu suka menyetel musik
keras-keras sekarang hanya menggunakan earphone agar
tidak menganggu kegiatan ibadahnya”. (Mahendra,
2023)

Dari penjelasan di atas bahwa faktor yang

mempengaruhi adalah lingkungan tempat tinggal masing-

masing yang memiliki banyak perbedaan dan kepercayaan

masing-masing.

Begitu juga menurut Surya Hadi Romadon menjelaskan

faktor yang mempengaruhi penerapan karakter Kejujuran

bahwa,

“Ada faktor yang sangat mempengaruhi yang


menyebabkan susahnya menerapkan Kejujuran yaitu
karena diajak teman-teman atau dipengaruhi oleh teman
yang lain”. (Romadon, 2023)

Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

faktor yang mempengaruhi penerapan Karakter Kejujuran

yang pertama adalah santri itu sendiri yang dipengaruhi oleh


lingkungan sekitar dan pengaruhi oleh teman-temannya yang

membuat santri susah untuk menerapkan karakter cinta

damai.

Dari semua penjelasan yang di jelaskan oleh Pimpinan,

Pengasuhan santri, Pembina asrama dan santriwan dapat di

ambil kesimpulan bahwa nilai karakter Kejujuran pada

santriwan diajarkan agar santriwan mampu belajar

menghargai sesama tanpa membeda-bedakan satu sama lain

dan menciptakan hubungan yang baik dengan sesama

santriwan. Para santriwan menjadi dewasa dalam berpikir

bahwa Kejujuran dan menghargai perbedaan adalah suatu

perbuatan baik untuk dirinya sendiri dan dirinya dengan

orang lain (berhubungan baik).

Penerapan pembentukan karakter Kejujuran dalam suatu

sistem pendidikan adalah keterkaitan antara komponen-

komponen karakter yang mengandung nilai-nilai tingkah laku

yang dilakukan dengan cara bertahap dan saling berhubungan

antara nilai tingkah laku dan sikap emosi yang kuat untuk

melakukannya baik terhadap siapapun. dan dengan

membiasakan seluruh santri melakukan hal-hal yang positif

sesuai aturan yang ada di pondok dan sesuai anjuran agama

karena semua dalam dunia ini tidak ada yang instan butuh
proses yang panjang dalam menerapkan karakter Kejujuran

tersebut.

Metode yang digunakan dalam menerapkan karakter

Kejujuran yaitu metode keteladanan dan metode ceramah

yang mana metode ini sangat efektif dilakukan karna sesuai

dengan kata pepatah pondok yaitu apa yang di lihat, didengar

dan apa yang dilakukan adalah sebuah pendidikan jadi jika

tauladan yang di sampaikan atau yang dicontohkan oleh para

ustadz yang ada di pondok itu baik maka baik juga yang akan

di terima oleh santri begitu juga sebaliknya jika yang

diberikan itu tidak baik maka tidak baik juga yang akan

diterima oleh santri.

Metode nasehat dan hukuman yang mana metode ini

sangat efektif untuk diterapkan di lingkungan Pondok

Pesantren Syamsuddin. karena ketika seorang santri

melakukan sebuah pelanggaran maka langkah pertama adalah

menasehatinya menanyakan kenapa dia melakukan

pelanggaran tersebut kemudia di berikan hukuman sebagai

efek jera bagi santri yang melakukan pelanggaran agar tidak

mengulangi pelanggaran itu lagi bahkan pelanggaran yang

lainnya.

Dari kegiatan sehari-hari pun para pengasuh selalu

menunjukkan dan memberikan keteladanan, nasihat dan


hukuman yang baik bagi para santriwan. Hal ini

menunjukkan bahwa ada bukti konkret bahwa para pengasuh

senantiasa menunjukkan contoh yang baik pada santriwan.

Dampak yang diperoleh santriwan Pondok Pesantren

Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu dalam menerapkan

karakter Kejujuran mampu menghindari perkelahian yang

terjadi sesama teman, menjadikan kehidupan berasrama lebih

rukun aman dan tetram sesuai yang diharapkan oleh seluruh

santri maupun para Ustadz yang ada di Pondok Modern

Syamsuddin.

Dapat dipahami bahwa tujuan dari penerapan hukuman

tersebut bukan hanya untuk mendisiplinkan santri di dalam

pondok saja tetapi diharapkan nantinya mampu menjadi

orang yang disiplin dan istiqamah serta dapat diandalkan oleh

masyarakat karena santri yang berada di pondok merupakan

suatu bentuk latihan agar menjadi orang yang tekun, disiplin

dan istiqamah terutama dalam hal melaksanakan kebaikan

dan ibadah.

faktor yang mempengaruhi penerapan Karakter

Kejujuran yang pertama adalah santri itu sendiri, dipengaruhi

oleh lingkungan sekitar dan pengaruhi oleh teman-temannya

yang membuat santri susah untuk menerapkan karakter cinta

damai.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Pesantren

dalam Pembentukan Karakter Santriwan untuk Menghadapi

Tantangan Kehidupan Modern

a) Faktor Pendukung

Dalam proses pembentukan karakter yang dijalankan oleh

pondok pesantren tentu memiliki faktor pendukung dan

penghambat yang menyertai dalam proses tersebut. Maka

berikut ini peneliti memaparkan lebih rinci faktor pendukung

dan penghambat yang dialami oleh Pondok Pesantren

Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu dalam membentuk

karakter santriwan sebagai berikut:

Faktor pendukung adalah sebab yang dapat membantu

terlaksananya dengan baik proses yang sedang dijalankan. Dan

dalam hal ini faktor pendukung yang melatar belakangi

terlaksana dengan baiknya proses pendidikan karakter di Pondok

Pesantren Syamsuddin.

Sebagaimana yang di jelaskan oleh pimpinan pondok

Ustadz H.Aris Ulinnuha Lc. bahwa:

“Yang menjadi factor pendukung adalah tekat santri yang


kuat dalam menjalankan pembentukan dalam pendidikan
karakter dipondok, kemudian para Ustadz yang selalu aktif
mengawasi santri dalam mempraktekkan pendidikan
karakter santri dan orang tua yang selalu memberikan
motivasi kepada anak-anak mereka”. (Ulinnuha,
wawancara, 2023)
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ustadz Murni

Darmawan dalam wawancara bahwa:

“Ya baik, ada. Pendukungnya kan Ustadz-Ustadznya aktif,


meneliti masing-masing anak yang dibagi menjadi
beberapa kelompok dan diawasi oleh beberapa ustadz
yang menangani. Kemudian penunjangnya ya diadakan
les, dimana kelemahan anak-anak yang lemah itu
diberikan les atau langsung diajar oleh ustadz
pembimbing. Dan bisa juga mereka mencari ustadz kapan
pun kalau ada yang masih belum dipahami”. (Darmawan,
2023)

Sebagaimana juga membenarkan perkataan Ustadz

pengasuhan santri Ustadz Muammarul Fadlil bahwa:

“Ya baik, ada. Pendukungnya kan Ustadz-Ustadznya aktif,


meneliti masing-masing anak yang dibagi menjadi
beberapa kelompok dan diawasi oleh beberapa ustadz
yang menangani. Kemudian penunjangnya ya diadakan
les, dimana kelemahan anak-anak yang lemah itu
diberikan les atau langsung diajar oleh ustadz
pembimbing. Dan bisa juga mereka mencari ustadz kapan
pun kalau ada yang masih belum dipahami”. (Fadlil, 2023)

Salah satu sisi positif dari santriwan yang berada di

pesantren adalah karena para santriwan tinggal dan menetap di

lingkungan yang sama dengan para pengasuh. Sehingga apabila

para santriwan mengalami kesulitan dalam pelajaran yang telah

diajarkan, para santriwan dapat langsung mendatangi

pengasuhnya langsung pada saat itu. Dari hasil pengamatan

peneliti, kegiatan les atau pengayaan tersebut memang diadakan

pada sore hari, dan santriwan yang adalah yang memang

berkeinginan saja. Hal ini kemudian juga dibenarkan oleh


saudara santriwan yang peneliti wawancarai yang

mengungkapkan bahwa:

“Faktor pendukungnya itu karena adanya tekat yang kuat,


kebersamaan, terus selalu adanya pengasuh yang selalu
menyemangati dan mengingatkan serta memberi nasehat.
Kalau kita ada kesulitan beliau-beliau selalu ada untuk
kami, selalu menberikan nasihat dan lain-lain. Di samping
pengasuh juga ada organisasi khusus yang memang
dibentuk sebagai lembaga pengkoordinir para santriwan”.
(Ikhsan, 2023)

Hal serupa juga di ungkapkan oleh M. Eko Wahyudin

bahwa :

“Faktor pendukungnya itu karena adanya tekat yang kuat,


kebersamaan, terus selalu adanya pengasuh yang selalu
menyemangati dan mengingatkan serta memberi nasehat.
Kalau kita ada kesulitan beliau-beliau selalu ada untuk
kami, selalu menberikan nasihat dan lain-lain. Di samping
pengasuh juga ada organisasi khusus yang memang
dibentuk sebagai lembaga pengkoordinir para santriwan”.
(Wahyudin, 2023)

Hal serupa juga di ungkapkan oleh Darma Mahendra

bahwa :

“Faktor pendukungnya itu karena adanya tekat yang kuat,


kebersamaan, terus selalu adanya pengasuh yang selalu
menyemangati dan mengingatkan serta memberi nasehat.
Kalau kita ada kesulitan beliau-beliau selalu ada untuk
kami, selalu menberikan nasihat dan lain-lain. Di samping
pengasuh juga ada organisasi khusus yang memang
dibentuk sebagai lembaga pengkoordinir para santriwan”.
(Mahendra, 2023)

Hal serupa juga di ungkapkan oleh Surya Hadi Romadon

bahwa :

“Faktor pendukungnya itu karena adanya tekat yang kuat,


kebersamaan, terus selalu adanya pengasuh yang selalu
menyemangati dan mengingatkan serta memberi nasehat.
Kalau kita ada kesulitan beliau-beliau selalu ada untuk
kami, selalu menberikan nasihat dan lain-lain. Di samping
pengasuh juga ada organisasi khusus yang memang
dibentuk sebagai lembaga pengkoordinir para santriwan”.
(Romadon, 2023)

Dari pemaparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

factor pendukung dalam pembentukan karakter santri adalah

santriwan yang berada di pesantren adalah karena para

santriwan tinggal dan menetap di lingkungan yang sama dengan

para pengasuh. Sehingga apabila para santriwan mengalami

kesulitan dalam pelajaran yang telah diajarkan, para santriwan

dapat langsung mendatangi pengasuhnya langsung pada saat itu.

Dari hasil pengamatan peneliti, kegiatan les atau pengayaan

tersebut memang diadakan pada sore hari, dan santriwan yang

adalah yang memang berkeinginan saja. kemudian para Ustadz

yang aktif dan semangat dalam mengajarkan pendidikan

karakter kepada santri khususnya cinta damai, tanggung jawab

dan kejujuran.

b) Faktor Penghambat

Faktor penghambat adalah kebalikan dari faktor

pendukung, dimana sebab atau faktor tersebut menjadi sebuah

hambatan dan penghalang dalam proses yang sedang dijalankan.

Sebagaimana dijelaskan oleh pimpinan pondok bahwa :

“Faktor penghambat yang melatar belakangi sulitnya


pelaksanaan proses pendidikan karakter di Pondok
Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu di
antaranya adalah sebagai berikut Seperti halnya pada
faktor pendukung. Ada kalanya juga dari dalam diri
santriwan juga memiliki kejenuhan dalam belajar. Apa
lagi dengan padatnya jadwal dan kegiatan pondok
memang menyebabkan santriwan kadang malas,
mengantuk saat di kelas dan lain-lain”. (Ulinnuha, 2023)

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ustadz Murni

Darmawan bahwa:

“Ada saja yah, anak-anaknya kadang ngantuk, iya dari


santriwan. Ngantuk, bosen, ada yang malas juga kadang-
kadang, sakit dia bilang tapi ketat yah. Kalau sakit ada kan
suratnya tersendiri dibuatkan. Terus nanti Ustadznya tahu
bahwa anak ini sakit karena ada suratnya”. (Darmawan,
2023)

Hal serupa juga dijelaskan oleh Ustadz Muammarul Fadlil

bahwa:

“Terkadang anak-anaknya kadang ngantuk, iya dari


santriwan. Ngantuk, bosen, ada yang malas juga kadang-
kadang, sakit dia bilang tapi ketat yah. Kalau sakit ada kan
suratnya tersendiri dibuatkan”. (Fadlil, 2023)

Dari pernyataan Ustadz Murni Darmawan dan Ustadz

Muammarul Fadlil tersebut menjelaskan bahwa ada saja

santriwan-santriwan yang memang dalam proses pembelajaran

itu kadang menjadi ngantuk, malas dan bosan. Permasalahan

tentang apa yang dialami oleh para santriwan tersebut kemudian

diterangkan oleh para santriwan yang peneliti wawancara.

Alasan utama yang menjadi penghambat bagi mereka adalah

karena padatnya kegiatan pondok.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh saudara Hafidz

Khairul Iksan bahwa:


“Karena banyaknya kegiatan santriwan semakin jarang
untuk istirahat dan menghafal. Belum di Pondok Pesantren
dan di pondok lagi. Jadi yang membuat kita semakin
terhalang untuk melaksanakan kegiatan pribadi seperti
belajar dan menghafal tadi itu”. (Ikhsan, 2023)

Hal serupa juga diungkapkan oleh saudara Eko Wahyudin

, sebagaimana yang diungkapkannya bahwa:

“Karena banyaknya kegiatan santriwan semakin jarang


untuk istirahat dan menghafal. Belum di Pondok Pesantren
dan di pondok lagi. Jadi yang membuat kita semakin
terhalang untuk melaksanakan kegiatan pribadi seperti
belajar dan menghafal tadi itu dan masih banyak lagi”.
(Wahyudin, 2023)

Sebagaimana di jelaskan oleh saudara Darma Mahendra

bahwa:

“Faktor penghambatnya itu waktu yang limit buat


istirahat, kebanyakan dipake buat ngafal, belajar dan lain-
lain, berorganisasi dengan bagian lain dan juga dengan
santriwan harus memberikan contoh terbaik buat adek-
adek dan menegakkan kedisiplinan, belom pikirin diri kita
sendiri, teman-teman di kelas, belajar, adek-adek
santriwanwan. Tapi saya terus mengerjakannya dengan
yakin, ikhlas dan istiqomah”. (Mahendra, 2023)

Hal serupa juga diungkapkan oleh saudara Surya Hadi

Romadon bahwa:

“Sama seperti dijelaskan tadi faktor penghambatnya itu


waktu yang limit buat istirahat, kebanyakan dipake buat
ngafal, belajar dan lain-lain, berorganisasi dengan bagian
lain dan juga dengan santriwan harus memberikan contoh
terbaik buat adek-adek dan menegakkan kedisiplinan,
belom pikirin diri kita sendiri, teman-teman di kelas,
belajar, adek-adek santriwanwan. Tapi saya terus
mengerjakannya dengan yakin, ikhlas dan istiqomah”.
(Romadon, 2023)
Dari pernyataan santriwan-santriwan tersebut bahwa

dibalik keadaan yang menyebabkan para santriwan menjadi

salah satu factor terbesar seoranag santri dalam menjalankan

pendidikan karakter tersebut seperti mengantuk, capek dan

bosan adalah karena disebabkan banyaknya kegiatan yang harus

dilakukakan oleh para santriwan lebih khususnya para

santriwan.

C. Analisa Data

a. Kontribusi Pendidikan Pesantren dalam Pembentukan Karakter

Santriwan Untuk Menghadapi Tantangan Kehidupan Modern

1) Cinta Damai

Penanaman nilai cinta damai di Pondok Pesantren

Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu ditunjukkan dari

bagaimana para santriwan dapat hidup rukun antar sesama

pondok. Tidak adanya perselisihan dan pertengkaran. Para

santriwan mampu mengotrol emosi dan hawa nafsunya untuk

tidak melakukan suatu perbuatan yang merugikan dirinya dan

orang lain. Cinta damai merupakan suatu sikap, perkataan serta


tindakan yang dapat membuat orang lain merasa senang dan

aman atas kehadiran dirinya.

Damai dimaknai dengan tidak adanya konflik dan tindak

kekerasan. Seseorang mampu mengontrol emosinya yang

merugikan dirinya sendiri dan orang lain serta tidak terjadinya

konflik dan kekerasan. Seseorang mampu menjadikan

keberadaannya baik dihadapan orang lain dan membuat mereka

merasa nyaman. Penanaman nilai cinta damai juga diterapkan

oleh Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu

dimana dalam tradisi Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten

Indragiri Hulu para santriwan dibina dan diarahkan agar dapat

hidup aman dan damai dengan teman sebangsa, teman seagama,

bahkan lebih dari itu, teman satu Ustadz. Apabila dalam keadaan

seperti itu para santriwan tidak dapat hidup damai dan aman,

maka nyatalah terdapat kesalahan besar dan keterlaluan dalam

pembinaan.

2) Tanggungjawab

Karakter tanggung jawab dapat terlihat pada para

santriwan yang merupakan seluruh santriwan yang memiliki

tugas untuk mengatur adik-adik santriwan di kelas di bawahnya.

Mereka mampu mengemban tugas yang diberikan dengan baik

dan bertanggung jawab serta mengatur waktu antara urusan

organisasi dengan urusannya sendiri. para santriwan belajar


untuk bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan dan

mampu memberikan contoh yang baik kepada adik-adik

santriwan untuk dapat menjadi teladan yang baik bagi mereka.

Menurut Jamar tanggung jawab adalah suatu sikap dan perilaku

seseorang dimana dalam melaksanakan tugas serta

kewajibannya harus dilakukan dengan baik.

Dari hasil temuan dan teori sejalan, yang menunjukkan

bahwa sikap tanggung jawab menjadikan para santriwan

memiliki kebiasaan untuk disiplin dan mengerjakan sesuatunya

dengan baik dan lancar.

3) Kejujuran

Nilai karakter kesabaran ditunjukkan dari bagaimana

santriwan mampu menahan diri dari hawa nafsu. Contoh

penerapan sikap jujur pada para santriwan ditunjukkan dengan

kebiasaan santriwan untuk selalu mengantri, dari mengantri

mengambil makan, mengantri berbelanja di kantin, mengantri

mandi dan wudhu. Kebiasaan-kebiasaan kecil tersebut mampu

mengajarkan para santriwan untuk bersabar dan teratur.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hasan Baharun bahwa

dalam kegiatan pondok pesantren yang mampu membentuk

karakter jujur pada santriwan adalah ditemukan dari kegiatan

mengantri makan, kegiatan mengantri di setiap kegiatan di


pondok, contohnya saat mengambil makan, mengantri mandi,

saat mengambilan konsumsi.

Dari hasil temuan serta didukung oleh teori tersebut

menunjukkan bahwa penanaman nilai kejujuran pada santriwan

terbentuk dari kebiasaan sehari-hari santriwan di pondok seperti

kegiatan mengantri tersebut. para santriwan diajarkan untuk

sabar dan tertib.

Dari hasil temuan pada proses penelitian ditemukan bahwa

dalam membentuk karakter santriwan Pondok Pesantren

Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu menggunakan beberapa

metode yaitu metode ceramah, metode keteladanan, metode

pembiasaan dan metode nasihat serta hukuman. Adapun peneliti

menjelaskannya lebih rinci sebagai berikut:

1) Metode ceramah

Dalam penerapan metode ceramah Pondok Pesantren

Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu mengedepankan pada

penanaman nilai-nilai pendidikan yang dilaksanakan melalui

pemberian wawasan keilmuan kepada para santriwan tentang

pengertian, tujuan, fungsi dan manfaat dari apa yang

dilakukannya. Metode ceramah adalah metode yang paling

sering digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Metode

ceramah adalah suatu cara pengajian atau penyampaian

informasi melalui penuturan secara lisan oleh pendidik kepada


peserta didik. Penerapan metode ceramah digunakan sebagai

proses pentransferan ilmu pengetahuan kepada para santriwan

guna memberikan pemahaman dan wawasan secara teoritik

kepada para santriwan. Pemberian wawasan dan keilmuan bagi

santriwan memberikan santriwan pemahaman akan apa yang

hendak ingin diketahuinya. Sehingga sebelum santriwan hendak

melakukannya santriwan menjadi tahu bahwa perbuatan atau

perilaku yang hendak dilakukan tersebut ‘apakah baik atau

buruk’, ‘apakah boleh dikerjakan atau tidak boleh dikerjakan’.

2) Metode keteladanan

Dari hasil temuan peneliti para pengasuh di Pondok

Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu telah menjadi

contoh teladan yang baik untuk para santriwan.Hal ini

sebagaimana ditunjukkan dengan para pengasuh pondok

senantiasa mengenakan pakaian yang sopan dan sesuai syari’at

ajaran agama Islam. Hal ini menunjukkan bahwa pengasuh

Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu telah

menunjukkan contoh yang baik kepada para santriwan. Dan

telah menjalankan perannya sebagai seorang warasalu al-anbiya

yaitu memberikan ilmu dan teladan yang baik pada santriwan.

Di pondok pengasuh berperan sebagai orang tua santriwan maka

memang sudah seharusnya figur yang diteladani oleh santriwan

adalah figur pengasuhnya.


Sebagaimana fungsi pengasuh atau pendidik dalam

konteks Ilmu Pendidikan Islam bahwa fungsi pendidik adalah

sebagai warasalu al anbiya yang pada hakikatnya mengemban

misi rahmatan li al-‘alamin, yakni suatu misi yang berisi

mengajak manusia untuk tunduk dan taat pada perintah Allah

SWT.

Dari misi tersebut kemudian dikembangkan kepada

pembentukan kepribadian seorang pendidik yang memiliki sifat

yang terpuji (mahmudah). Pada hakikatnya manusia

memerlukan figur seseorang yang dapat mendidik dan

membimbingnya menjadi manusia atau pribadi yang lebih

baik.Dalam Islam sosok yang menjadi figur teladan adalah Nabi

Muhammad SAW. Sedangkan dalam ranah kepondokan

pimpinan dan pengasuh pondok adalah figur teladan bagi

santriwan. Pemberian keteladana dapat membentuk karakter

pada santriwan. Sebagaimana pendapat Abdullah dkk dalam

bukunya bahwa, keteladanan dalam pendidikan merupakan

metode yang sangat berpengaruh dalam mempersiapkan dan

membentuk karakter moral, spiritual, dan etos sosial pada anak.

Hal ini dikarenakan pendidik adalah figur terbaik dalam

pandangan anak, baik disadari atau tidaknya akan ditiru oleh

anak didiknya. Dari hasil temuan tersebut menunjukkan bahwa

para pengasuh pondok dalam berperan membentuk karakter


santriwan menggunakan metode keteladanan atau pemberian

contoh ditunjukkan dengan perilaku dan kebiasaan sehari-hari.

Sebagaimana dijelaskan dalam paparan data bahwa perilaku

teladan yang banyak ditunjukkan adalah dengan membiasakan

membawa salam, berbicara yang sopan, menggunakan pakaian

yang sopan. Perilaku atau perbuatan tersebut juga diterapkan

oleh santriwan sebagaimana hasil pengamatan peneliti.

3) Metode Pembiasaan

Penerapan metode pembiasaan di Pondok Pesantren

Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu banyak dibantu yang

memang memilih tugas untuk membimbing dan mengawasi para

santriwan dalam melaksanakan kegiatan keseharian di pondok.

Bentuk-bentuk pembiasaan yang diterapkan adalah

membiasakan diri bangun pagi, sholat tahajud, sholat fardhu,

dhuha dan lain-lain diharapkan para santriwan tersebut menjadi

terbiasa dengan kegiatan pondok yang begitu banyak tersebut.

Selain itu, mengajarkan para santriwan membiasakan diri

melakukan kegiatan yang baik lama kelamaan akan tertanam

sendiri dalam diri santriwan, yang pada awalnya dilakukan

dengan terpaksa kemudian menjadi sudah terbiasa. Salah satu

usaha yang berpartisipasi aktif dalam membentuk karakter

santriwan di pondok pesantren adalah pembiasaan. Metode

pembiasaan adalah memberikan kepada para santriwan untuk


selalu melakukan perbuatan baik (akhlakul karimah).

Pembiasaan adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya

otomatis tanpa direncanakan tanpa perlu dipikirkan. Peran

Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu dalam

membentuk karakter santriwan memalui pembiasaan merupakan

usaha lanjutan dari metode-metode sebelumnya. Dimana setelah

mendapatkan pemahaman melalui pengasuh serta melihat

langsung bagaimana penerapan yang dicontohkan pengasuh.

Maka tiba saatnya untuk santriwan mencoba melakukannya.

Dengan membiasakan santriwan melakukan suatu hal

positif maka akan membentuk karakter tanggung jawab yang

ditunjukkan dengan tetap konsistennya santriwan untuk tetap

melakukan apa yang diperintahkan kemudian disiplin yang

ditunjukkan dengan rajin santriwan melaksanakan misalnya

sholat tepat pada waktunya. Maka akan tumbuh karakter dan

akhlak yang baik pada diri santriwan melalui

pembiasaanpembiasaan yang dilatihkan tersebut. Suatu

kebiasaan apabila dilakukan secara berulang-ulang akan

tertanam dalam dirinya menjadi sebuah hal yang biasa. Hal yang

sama juga berlaku di pondok pesantren para santriwan diberikan

pembiasaan untuk melaksanakan sesuatu dan kemudian diawasi

agar para santriwan tidak mencoba untuk meninggalkannya.


Penerapan metode pembiasaan di pondok pesantren lebih

mudah dilakukan karena santriwan hidup dan menetap di

lingkungan yang sama dengan pengasuh. Sehingga pengasuh

mudah mengontrol bagaimana penerapan suatu kebiasaan pada

santriwan.

4) Metode Nasihat dan Hukuman

Pemberian hukuman oleh Pondok Pesantren Syamsuddin

Kabupaten Indragiri Hulu ditujuankan untuk melatih

kedisiplinan santriwan semata. Bukan untuk ajang menyiksa

para santriwan dengan hukuman fisik. Bentuk-bentuk hukuman

yang diberikan pun terbilang ringan dan berguna bagi santriwan

sendiri di antaranya memberi nasihat dan wejanagan, menghafal

baik itu surah, muthala’ah, mahfudzot dan lain-lain. Sedangkan

untuk sanksi fisiknya hanya menugaskan para santriwan untuk

membersihkan suatu tempat seperti memungut sampah atau

membersihkan kamar mandi. Pelaksanaan metode nasihat dan

hukuman dilakukan apabila para santriwan mencoba melanggar

peraturan pondok. Selain itu, dengan diberikan nasihat dan

hukuman akan memberikan efek jera bagi para santriwan.

Sebagaimana pendapat Kartini Kartono, hukuman adalah

“perbuatan yang secara intensional diberikan, sehingga

menyebabkan penderitan lahir batin, diarahkan untuk

menggugah hati nurani dan penyadaran si penderita akan


kesalahannya”. Adanya pemberian hukuman dalam pendidikan,

akibat dari pelanggaran yang telah diperbuat dengan tujuan agar

anak didik menyadari kesalahanya sehingga tidak terjadi

pelanggaran lagi. Menurut Ngalim Purwanto, tujuan pedagogis

dari hukuman adalah untuk memperbaiki tabiat dan tingkah laku

anak didik, serta untuk mendidik anak kearah kebaikan.

Dari hasil penelitian tersebut, menunjukkan bahwa

penerapan metode nasihat dan hukuman di Pondok Pesantren

Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu ditujuankan untuk

mendidik para santriwan menjadi pribadi yang disiplin dan

bertanggung jawab. Pemberian nasihat dan hukuman juga

menyadarkan para santriwan akan kesalahannya sehingga

mereka dapat mengintrospeksi diri dan menjadi lebih baik lagi

dan berusaha untuk tidak mengulanginya lagi.

b. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Pesantren

dalam Pembentukan Karakter Santriwan Untuk Menghadapi

Tantangan Kehidupan Modern

1) Faktor Pendukung

Faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter pada

santriwan Pondok Pesantren dalam membentuk karakter

santriwan dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor pendukung dan

faktor penghambat. Sebagaimana dipaparkan sebagai berikut: 1.

Faktor pendukung Dalam hal ini faktor pendukung yang


membantuPondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri

Hulu dalam membentuk karakter para santriwan dilandasi oleh

dua faktor yaitu faktor internal dari diri santriwan itu sendiri dan

faktor eksternal yaitu faktor dari luar bisa juga termasuk

lingkungan dan pergaulan santriwan. Faktor internal adalah

semua unsur kepribadian yang secara kontinyu mempengaruhi

perilaku manusia, yang meliputi instink biologis, kebutuhan

psikologis, dan kebutuhan pemikiran. Sedangkan faktor

eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar manusia, akan

tetapi dapat mempengaruhi perilaku manusia, baik langsung

maupun tidak langsung. Faktor internal dari diri santriwan

didapatkan dari bagaimana tingginya motivasi dan semangat

para santriwan dalam menuntut ilmu dan belajar.Sebagaimana

hasil paparan data bahwa para santriwan memiliki rasa

keingintahuan yang tinggi serta senang melakukan suatu

kegiatan. Di dalam pelaksanaan tersebutlah terlihat bahwa para

santriwan dalam menyiapkan suatu acara serius dalam berlatih,

menyipkan pertunjukkan apa yang akan tampilkan, belajar

menari dan membuat koreografi sendiri.

Hal ini menunjukkan bahwa para santriwan memiliki

kemauan dan motivasi untuk mengikuti kegiatan di pondok.

Selain itu, dengan didukung oleh lingkungan pondok yang

menyediakan asrama dalam satu lingkungan yang sama dengan


penUstadzs membuat para santriwan yang jika mengalami

kesulitan dalam memahami pelajaran dapat secara langsung

mendatangi para pengasuh untuk bertanya dan berkonsultasi.

Dengan timbulnya semangat dan motivasi yang baik dari para

santriwan akan memudahkan proses pembelajaran yang

diberikan khususnya dalam proses pembentukan karakter

santriwan.

2) Faktor Penghambat

Faktor penghambat adalah sebab dimana penghambat

tersebut menjadi penghalang dari tercapainya suatu tujuan.

Dalam hal ini faktor yang menjadi penghambat Pondok

Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu dalam

membentuk karakter santriwan adalah kegiatan pondok yang

begitu padat menyebabkan para santriwan menjadi ngantuk,

bosan dan malas saat proses pembelajaran. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh para santriwan bahwa mereka sulit mengatur

waktu antara kegiatan pondok dan tugas organisasi apalagi

khususnya para penUstadzs OPPM (Organisasi Pelajar Pondok

Modern). Para santriwan tersebut harus benar-benar

memanfaatkan dan mengatur waktu sebaik mungkin antara

waktu untuk dirinya sendiri dengan waktu untuk menUstadzs

para adik-adik santriwan lain. Dalam penelitian lain juga

menunjukkan hal yang sama, dimana banyaknya kegiatan


pondok serta waktu istirahat yang kurang membuat para

santriwan menjadi ngantuk dan bosan ketika proses

pembelajaran. Banyaknya kegiatan dan kurangnya waktu

istirahat membuat para santriwan menjadi mengantuk saat

pelajaran. Sebagaimana pada BAB sebelumnya walaupun

mengalami hambatan kurangnya jam istirahat. Para santriwan

tetap bekerja secara optimal dan menjalankan tugas serta

tanggung jawabnya dengan berusaha membagi waktu dengan

baik. Serta diharapkan juga kepada pihak pondok untuk lebih

mencoba memberikan keringanan bagi para santriwan

khususnya penUstadzs OPPM untuk mempunyai waktu luang

untuk mereka istirahat. Selain itu, faktor lain yang menjadi

hambatan bagi pelaksanaan proses pengajaran. Dan dari

pengasuh sendiri sudah memberikan keringanan dengan

memberikan batas waktu pengumpulan sehingga santriwan yang

tidak bisa mengumpulkan tugas pada hari itu dapat

mengumpulkannya besok atau lusa.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan paparan dari berbagai bab sebelumnya, maka peneliti

dapat menyimpulkan bahwa:

1. Kontribusi Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu

dalam Membentuk Karakter Santriwan

Kontribusi pondok pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri

Hulu dalam membentuk karakter santriwan yaitu dengan cinta damai,

tanggungjawab dan kejujuran melalui dengan penerapan metode

ceramah, metode keteladanan, metode pembiasaan, metode nasihat dan

hukum, serta dengan memberikan wawasan dan pemahaman pada

santriwan tentang bagaimana perilaku baik, memberikan contoh yang


baik, membiasakan para santri baru untuk disiplin dalam mengerjakan

sholat baik fardhu maupun sunah, rajin membaca Al-Quran, dan

pemberian pembiasaan pada para santri maka diberlakukan sanksi agar

santri takut untuk melanggar.

2. Adapun Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Membentuk Karakter

Santriwan yaitu:

a. Faktor Pendukung yang dirasakan oleh Pondok Pondok Pesantren

Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu adalah:

1) Adanya semangat dan motivasi para santriwan dalam menuntut

ilmu dan mencari informasi.

2) Lingkungan pondok yang membawa pengaruh positif pada

santriwan.

3) Adanya semangat dari para pengasuh untuk mau belajar

memanfaatkan media dalam pembelajaran sebagai solusi

pembelajaran.

b. Faktor Penghambat yang dirasakan oleh Pondok Pondok Pesantren

Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu adalah:

1) Para santriwan sulit mengatur waktu karena padatnya kegiatan

pondok.

2) Para santriwan merasa jenuh dan malas serta mengantuk saat

kegiatan pembelajaran.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti mencoba menyampaikan saran

yang ditujukan sebagai bahan renungan bagi beberapa pihak yaitu antara lain:

1. Bagi santriwan, diharapkan dengan adanya skripsi ini dapat menjadi

informasi bagi para santriwan tentang pendidikan karakter khususnya

bagaimana peran pondok dalam membentuk karakter para santriwan.

2. Bagi pengasuh, dengan adanya skripsi ini para pengasuh dapat menjadi

bahan rujukan untuk mengembangkan metode dan strategi dalam

membentuk karakter santriwan ke depannya.

3. Bagi pondok pesantren, dengan adanya skripsi ini semoga menjadi bahan

pertimbangan bagi Pondok Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri

Hulu untuk dapat lebih mengembangkan pendidikan karakter di pondok

pesantren.

4. Bagi masyarakat, dengan adanya skripsi ini dapat menambah wawasan

bagi para santriwan tentang pendidikan karakter di Pondok Pondok

Pesantren Syamsuddin Kabupaten Indragiri Hulu.

5. Bagi mahasantriwan, semoga dengan adanya skripsi ini diharapkan dapat

menjadi bahan referensi dan pembanding dalam studi perkuliahan.


DAFTAR PUSTAKA

Achmad Muchaddam Fahham, 2015, Pendidikan Pesantren: Pola Pengasuhan,


Pembentukan Karakter, dan Perlindungan Anak, Jakarta: P3DI.

Departemen Agama Republik Indonesia, 2012, Pola Pembinaan Mahasantriwan


IAIN, Jakarta, Indonesia.

Imam Syafe’I, “Pondok-Pondok Pesantren: Lembaga Pendidikan Pembentuk


Karakter”, Al-tadzkiyyah, Vol.8, Nomor I, 2017.

H.B. Sutopo, 2013, Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya dalam
Penelitian, Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Hasan Baharun, 2019, Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren Mengungkap


Nilai-Nilai Kearifan Lokal, Probolinggo: Pustaka Nurja.

Lexi J Moleong, 2012, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

M. Dalyono, 2013, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Moh.Nazir, 2003, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.


Mohammad Takdir Ilahi, 2014, Gagalnya Pendidikan Karakter: Analisis dan
Solusi Pengendalian Karakter Emas Anak Didik, Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.

Muhmidayeli, 2011, Filsafat Pendidikan, Bandung: PT Refika Aditama.

Raharjo, “Pendidikan Karakter sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia”,


Jurnal Pendidikan, Vol. 16, Nomor 3, Mei 2010.

Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurrahman, 2009, Analisis Korelasi,


Regresi, dan Jalur Dalam Penelitian, Bandung: Pustaka Setia.

Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: CV. Alfabeta.

Suharsimi Arikunto, 2012, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,


Jakarta: Rineka Cipta.

Sukmadinata, Nana Syaodih, 2010, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Soeratno, 2015, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: UUP AMP YKPN.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 pasal 1 tahun 2019.

W.J.S. Poerwodarminto, 2015, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai


Pustaka.

Zubaedi, 2011, Desain Pendidikan Karakter, Jakarta: Kencana.

.
INSTRUMEN PENELITIAN

Pedoman Wawancara
No Indikator Pertanyaan
a. Bagaimana cara pondok pesantren
mengajarkan tentang cinta damai kepada
santriwan?
b. Bagaimana cara pondok pesantren
menerapkan perilaku cinta damai kepada
santriwan?
c. Bagaimana metode yang digunakan pondok
pesantren dalam menerapkan perilaku cinta
1. Cinta Damai damai kepada santriwan?
d. Bagaimana dampak dari pelaksanaan
penerapan cinta damai kepada santriwan?
e. Bagaimana solusi yang diberikan apabila
santriwan tidak bisa menerapkan cinta
damai?
f. Bagaimana faktor yang mempengaruhi
pembentukan karakter santriwan dalam
menerapkan cinta damai?
2. Tanggung jawab a. Bagaimana cara pondok pesantren
mengajarkan tentang tanggung jawab
kepada santriwan?
b. Bagaimana cara pondok pesantren
No Indikator Pertanyaan
menerapkan perilaku tanggung jawab
kepada santriwan?
c. Bagaimana metode yang digunakan pondok
pesantren dalam menerapkan perilaku
tanggung jawab kepada santriwan?
d. Bagaimana dampak dari pelaksanaan
penerapan tanggung jawab kepada
santriwan?
e. Bagaimana solusi yang diberikan apabila
santriwan tidak bisa menerapkan tanggung
jawab?
f. Bagaimana faktor yang mempengaruhi
pembentukan karakter santriwan dalam
menerapkan tanggung jawab?
a. Bagaimana cara pondok pesantren
mengajarkan tentang kejujuran kepada
santriwan?
b. Bagaimana cara pondok pesantren
menerapkan perilaku kejujuran kepada
santriwan?
c. Bagaimana metode yang digunakan pondok
pesantren dalam menerapkan perilaku
3. Kejujuran
kejujuran kepada santriwan?
d. Bagaimana dampak dari pelaksanaan
penerapan kejujuran kepada santriwan?
e. Bagaimana solusi yang diberikan apabila
santriwan tidak bisa menerapkan kejujuran?
f. Bagaimana faktor yang mempengaruhi
pembentukan karakter santriwan dalam
menerapkan kejujuran?

Anda mungkin juga menyukai