Anda di halaman 1dari 2

Anjing dalam Islam (3)

Jadi, seperti saya singgung sebelumnya, dasar atau basis argumen pelarangan, pengharaman, dan
penajisan terhadap anjing itu adalah pendapat atau penafsiran sejumlah ulama dan fuqaha atas
sejumlah Hadis saja, bukan berbasis pada Al-Qur'an.

Ingat kata "pendapat" atau "interpretasi / penafsiran" disini karena bisa jadi apa yang dikehendaki Nabi
Muhammad (seperti tertuang dalam Hadis itu) berbeda dengan hasil ijtihad sejumah ulama / fuqaha
terhadap anjing tadi. Dengan kata lain, bisa jadi sebagian ulama dan fuqaha itu "salah tafsir" dan "salah
baca" terhadap makna sejumlah hadis.

Atau bisa juga sejumlah ulama/fuqaha yang mengutuk anjing itu berlebih-lebihan dalam memaknai dan
menafsiri sejumlah teks Hadis tersebut seperti belakangan dilakukan oleh Muhammad Al-Khalaileh dari
Yordania yang mengeluarkan "fatwa mati" anjing sehingga dikritik oleh berbagai komunitas Muslim dan
non-Muslim di Yordania dan dunia internasional.

Lalu, apakah semua Hadis "tidak friendly" dengan anjing? Apakah semua Hadis itu sinis terhadap anjing?
Tidak. Menurut para ulama / fuqaha, ada sejumlah Hadis yang menunjukkan keramahan Nabi
Muhammad terhadap anjing.

Misalnya, Hadis tentang bolehnya memelihara anjing untuk membantu bertani (bercocok tanam),
menggembala, atau berburu (seperti ditulis oleh Imam Nawawi, Ibn al-'Arabi, al-Syaukani, dlsb).

Hadis ini sangat populer sehingga banyak masyarakat Arab Muslim kontemporer yang memakainya
sebagai "basis teologis" untuk memelihara anjing. Para Arab Baduin memelihara anjing untuk
membantu menggembala domba atau berburu hewan-hewan padang pasir.

Ahli Hadis Imam Nawawi dan Imam al-Mubarakafuri juga mencatat sebuah Hadis yang menceritakan
tentang sejumlah keponakan dan sahabat Nabi Muhammad yang memelihara anjing dan puppies.
Al-Nawawi juga menyebut sebuah Hadis dimana dilaporkan Nabi sedang salat sementara anjing bermain
di sekitarnya.

Ibnu Hajar al-Asqalani dalam "Fath al-Bari" juga melaporkan jika di masa Nabi dan perkembangan Islam
awal, anjing bisa berkeliaran dengan bebas dan merdeka di Madinah dan bahkan di kompleks Masjid
Nabawi.

Pula ada sebuah Hadis (seperti ditulis oleh Ibnu Hajar al-Asqalani) yang sangat populer dimana Nabi
Muhammad menggaransi jatah surga bagi seorang begenggek atau lonte (riwayat lain mengatakan
seorang lelaki pendosa) yang telah menyelamatkan seekor anjing yang sekarat kelaparan dan kehausan
di padang pasir yang kering-kerontang.

Berbagai riwayat yang melaporkan keramahan terhadap anjing itu kemudian dijadikan sebagai landasan
argumen oleh sejumlah ulama dan fuqaha untuk bersikap ramah terhadap anjing, apalagi Al-Qur'an
mengamanatkan untuk memperlakukan hewan-hewan seperti layaknya umat manusia tanpa kecuali
sebagai sesama mahluk ciptaan-Nya.

Kalaupun air liur anjing itu dianggap najis dan kotor, tidak ada dasar dan alasan valid buat manusia
untuk memusuhi, mengutuk, dan membunuh anjing dengan bengis. Apalagi kerap kali manusia tidak
konsisten alias munafik terhadap anjing: hewannya dibenci dan dicaci maki tapi gaya bercinta anjing
("doggy style") disukai dan dicontoh dengan senang hati. Astajim (Bersambung).

Anda mungkin juga menyukai