Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU-

VIII/2010 MENGENAI ANAK LUAR KAWIN PERSPEKTIF UNDANG-


UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN
ANAK DAN HUKUM ISLAM

Megawati
Pengadilan Agama Bengkulu
Email: megawati_iainbkl@gmail.com

Abstract: After the issuance of the decision of the Constitutional Court Number 46/PUU-VIII/2010, Article 43 of Law Number 1
Year 1974 concerning Marriage which originally stated that the married child has only a civil relationship with his mother and
his mother’s family, has blood relation including civil relationship with father his biological and his father’s family although
there must be recognition or can be proven on the basis of science and technology and/or other evidence. The decision
of the Constitutional Court can be seen from two sides, namely the protection of the rights of the married child, and the
conformity of the understanding of the child outside of marriage according to Islamic law, because according to Islamic
law the child outside marriage should not at all have a nasab relationship with his biological father. Based on the above
background, this research reveals two issues, firstly how the legal power of the Constitutional Court decision regarding the
outsider marriage perspective of Law Number 35 year 2014 on Child Protection. Second, what is the conformity between the
Constitutional Court decision No. 46/PUU-VIII/2010 concerning the married child against the provision of an outsider from the
perspective of Islamic law. This type of research is normative juridical research or library research which is then described
descriptively. The results of this study conclude that the legal force of the Constitutional Court decision is binding (final and
binding). Recognition of the rights of children outside marriage shall be exercised by all parties concerned, in accordance
with Article 59 paragraph 2 letter o Law No. 35 of 2014 on Child Protection, that every child has the right to survival, growth
and development and is entitled to protection from violence and discrimination, including special protection to children who
are victims of stigmatization from labeling related to the condition of their parents. Meanwhile, if you look at the provisions
in Islamic law, the decision of this Constitutional Court should be adjusted to the understanding of children outside marriage
in Islamic law, because the Constitutional Court decision is a law made man, while Islamic law is a law that comes from
Allah SWT. It is also important to revise Article 2 paragraph (2) on the provision of marriage registration as a legal marriage
requirement to be only an administrative requirement. “Outer Child Marriage, Constitutional Court and Islamic Law”.
Keywords: Decision of the Constitutional Court Number 46/PUU-VIII/2010, Outer Child of Marriage, Law Number 35 Year 2014,
Islamic Law

Abstrak: Pasca keluarnya putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010, Pasal 43 Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan yang semula menyebutkan anak luar kawin hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya
dan keluarga ibunya, menjadi mempunyai hubungan darah termasuk hubungan perdata dengan ayah biologisnya dan
keluarga ayahnya meskipun harus ada pengakuan atau dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan/
atau alat bukti lain. Putusan Mahkamah Konstitusi ini setidaknya dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi perlindungan hak anak
luar kawin, dan sisi kesesuaian pengertian anak luar kawin menurut hukum Islam, karena menurut hukum Islam anak luar
kawin tidak boleh sama sekali mempunyai hubungan nasab dengan ayah biologisnya. Berdasarkan latar belakang di atas
penelitian ini mengungkapkan dua permasalahan, yaitu pertama bagaimana kekuatan hukum putusan Mahkamah Konstitusi
mengenai anak luar kawin perspektif Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Kedua, Bagaimana
kesesuaian antara putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 mengenai anak luar kawin terhadap ketentuan
anak luar kawin perspektif hukum Islam. Jenis penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif atau penelitian perpustakaan
yang kemudian diuraikan secara deskriptif. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kekuatan hukum putusan Mahkamah
Konstitusi adalah mengikat (final and binding). Pengakuan terhadap hak-hak anak luar kawin harus dilaksanakan oleh
semua pihak terkait, sesuai Pasal 59 ayat 2 huruf o Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, bahwa
setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi, termasuk perlindungan khusus kepada anak yang menjadi korban stigmatisasi dari pelabelan terkait dengan
kondisi orangtuanya. Sementara jika melihat ketentuan dalam hukum Islam, maka putusan Mahkamah Konstitusi ini harus
disesuaikan dengan pengertian anak luar kawin dalam hukum Islam, karena putusan Mahkamah Konstitusi adalah hukum
yang dibuat manusia, sementara hukum Islam adalah hukum yang bersumber dari Allah Swt. Selain itu penting untuk
melakukan revisi terhadap Pasal 2 ayat (2) tentang ketentuan pencatatan perkawinan yang dijadikan syarat perkawinan yang
sah menjadi hanya sebagai syarat administratif saja. “Anak Luar Kawin, Mahkamah Konstitusi dan Hukum Islam.”
Kata kunci: Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010, Anak Luar Kawin, Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2014, Hukum Islam

181
182 | QIYAS Vol. 2, No. 2, Oktober 2017

Pendahuluan belaka (machsstaat)”. 1 Konsep rechtsstaat tidak


Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/ lepas dari gagasan untuk memberi pengakuan
PUU-VIII/2010 mengenai anak luar kawin yang dan perlindungan terhadap hak asasi manusia.
ditetapkan pada tanggal 13 Februari 2012 oleh Selain itu konsepsi negara hukum (rechtsstaat)
Mahkamah Konstitusi, merupakan momentum menyebutkan bahwa penegakan hukum berarti
hasil uji materiil terhadap Undang-Undang Nomor penegakan hukum yang ditulis dalam undang-
1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yang diajukan undang sesuai dengan paham legisme2 bahwa
Machica Mochtar dalam rangka memperjuangkan hukum identik dengan undang-undang sehingga
hak-hak anak yang dilahirkannya dari hasil ada “kepastian hukum”.
perkawinannya dengan Moerdiono. Isi Putusan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Mahkamah Konstitusi tersebut menyebabkan Perkawinan yang menjadi objek uji materiil
adanya perubahan status anak luar kawin dalam Putusan Mahkamah Konstitusi mengenai
menurut Undang-Undang Perkawinan yang anak luar kawin, merupakan Undang-Undang
semula anak luar kawin hanya mempunyai Perkawinan yang berlaku untuk seluruh warga
hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga negara Indonesia. Artinya tidak hanya berlaku
ibunya, menjadi mempunyai hubungan perdata khusus untuk umat Islam. Sejatinya pemerintah
dengan ayahnya dan keluarga ayahnya. mengeluarkan Undang-Undang Perkawinan ini,
Gugatan uji materiil yang diajukan Machica agar dapat menciptakan ketertiban dalam hal
Mochtar tersebut, dilakukan karena ternyata perkawinan di Indonesia.
perkawinan yang dilakukannya dengan Moerdiono Sebagaimana diketahui dari berbagai media
tersebut, hanya dilakukan dengan memenuhi massa, bahwa pada tanggal 20 Desember 1993
ketentuan sahnya suatu perkawinan menurut telah terjadi pernikahan antara Machica Mochtar
hukum Islam. Sedangkan untuk sahnya perkawinan dengan Menteri Sekretaris Negara, Moerdiono.
menurut Undang-Undang Perkawinan, tidak Pernikahan tersebut dilakukan secara hukum
terpenuhi, karena perkawinan tersebut tidak tercatat Islam yang dihadiri sekitar 20 orang dengan
di Kantor Urusan Agama. Hal ini menyebabkan mas kawin seperangkat alat shalat, uang 2 ribu
anak yang lahir dari perkawinan antara Machica riyal, 1 set perhiasan dan berlian, yang dibayar
Mochtar dengan Moerdiono dianggap sebagai anak tunai. Dari hasil pernikahan tersebut dilahirkan
luar kawin menurut Undang-Undang Perkawinan, seorang anak bernama M. Iqbal Ramadhan yang
dan tidak mempunyai hubungan perdata dengan dilahirkan pada tanggal 5 Februari 1996.3
Moerdiono dan keluarga Moerdiono. Putusan Mahkamah Konstitusi ini meng-
Munculnya Putusan Mahkamah Konstitusi akibatkan adanya perubahan di dalam Undang-
mengenai anak luar kawin tersebut, pada akhirnya Undang Perkawinan, khususnya yang mengatur
banyak menuai pro dan kontra di kalangan tentang kedudukan seorang anak, yang selama
praktisi hukum, akademis, tokoh agama, dan ini mengalami beda perlakuan secara hukum
masyarakat. Baik mengenai isi putusannya yang antara anak sah dan anak luar kawin. Dari
dianggap melegalkan zinah dan seks bebas, perspektif hukum tentang perlindungan anak,
kerancuan dan multi tafsir tentang maksud sepertinya Putusan Mahkamah Konstitusi ini
anak luar kawin, adanya gebrakan dalam upaya telah membawa angin segar. Namun satu
perlindungan anak luar kawin, pertentangan dan hal yang perlu kita analisa khususnya melalui
kontroversi dengan ketentuan dalam hukum kacamata hukum, tentang keberadaan Putusan
Islam, termasuk mengenai kekuatan hukum Mahkamah Konstitusi ini. Apakah benar-benar
Putusan Mahkamah Konstitusi itu sendiri dalam dapat menjamin hak dan perlindungan terhadap
penegakan hukum di Indonesia. anak luar kawin, karena ternyata sampai dengan
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara saat ini Undang-Undang Perkawinan belum
Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan mengalami perubahan/revisi.
bahwa “Indonesia adalah negara hukum”.
1
Untuk itu segala kegiatan ataupun tindakan Penjelasan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
yang dilakukan seluruh rakyat Indonesia, harus 2
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar,
berdasarkan hukum yang diakui oleh negara (Yogyakarta: Liberty, 2003), h. 167
Indonesia. Negara Indonesia berdasar atas hukum 3
Admin, Kisah Machica, Satu Cinta Sejuta Sengketa, diakses
(Rechtsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan pada tanggal 27 Februari 2017 jam 15.25 WIB dari http://news.
detik.com, h. 1
MEGAWATI: Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 | 183

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 perkawinan, sangat penting untuk diperhatikan


Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan agar tidak bertentangan dengan hukum Islam.
Perundang-undangan, diketahui bahwa Putusan Pengertian perkawinan yang sah antara
Mahkamah Konstitusi tidak termasuk dalam Undang-Undang Perkawinan dan hukum Islam,
hirarki urutan peraturan perundang-undangan mempunyai perbedaan. Dalam Pasal 2 ayat (2)
di Indonesia. Namun berdasarkan Pasal 24 C Undang-Undang Perkawinan, salah satu syarat
ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik sahnya perkawinan adalah adanya keharusan
Indonesia Tahun 1945, salah satu kewenangan dilakukannya pencatatan perkawinan. Sementara
Mahkamah Konsitusi adalah menguji undang- dalam hukum Islam, tidak ada keharusan
undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara pencatatan perkawinan. Perbedaan pendapat
Republik Indonesia Tahun 1945. ini tentu saja akan mengakibatkan perbedaan
Selain itu Putusan Mahkamah Konstitusi juga tentang status anak dari hasil perkawinan
tidak serta merta membuat suatu undang- tersebut.
undang langsung diubah dengan memasukkan Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut telah
atau menghapus pasal-pasal yang telah diuji memberikan hak-hak anak luar kawin terhadap
materiil oleh Mahkamah Konstitusi. Masih ada ayahnya, tanpa menjelaskan pengertian anak luar
praktisi hukum yang tidak menerapkan putusan kawin yang bagaimana yang dapat memperoleh
Mahkamah Konstitusi sebagai dasar hukum ketika hak-hak tersebut. Sementara dalam hukum Islam,
terjadi peristiwa hukum, seperti adanya Lembaga jelas bahwa anak luar kawin tidak akan pernah
Bantuan Hukum kampus yang dilarang berpraktik menuntut dan memperoleh hak-hak dari ayahnya.
oleh penegak hukum dengan melandaskan Jelas bahwa terdapat perbedaan akibat hukum
kepada Pasal 31 Undang-undang Nomor 18 Tahun terhadap anak luar kawin berdasarkan Putusan
2003 tentang Advokat, padahal pasal tersebut Mahkamah Konstitusi mengenai anak luar kawin,
sudah dinyatakan tidak memiliki kekuatan hukum dengan ketentuan terhadap anak luar kawin yang
mengikat oleh Mahkamah Konstitusi dengan diatur menurut hukum Islam. Dan hal ini tentu
Putusan Nomor 006/PUU-II/2004.4 saja perlu mendapat perhatian dari berbagai
Bahkan Mahkamah Agung mengeluarkan Surat kalangan khususnya di kalangan akademisi,
Edaran Nomor 7 Tahun 2014 yang membatasi praktisi hukum, tokoh agama dan masyarakat,
Peninjauan Kembali dalam perkara pidana hanya untuk menciptakan kehidupan yang berkeadilan
dapat dilakukan 1 (satu) kali, padahal Mahkamah tanpa menimbulkan pertentangan antara hukum
Konstitusi sudah menyatakan bahwa pengajuan yang dibuat manusia dengan hukum yang dibuat
Peninjauan Kembali dalam perkara pidana dapat oleh Tuhan.
dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dengan Putusan
Nomor 34/PUU-XI/2013.5 Ini tentunya merupakan Rumusan Masalah
salah satu aturan yang perlu diharmonisasi dan
1. Bagaimana kekuatan hukum Putusan
sinkronisasikan.
Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010
Akibat lainnya dari Putusan Mahkamah mengenai anak luar kawin dalam perspektif
Konstitusi mengenai anak luar kawin adalah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
konsekuensi kesesuaian akibat hukum bagi anak Perlindungan Anak?
luar kawin berdasarkan Putusan Mahkamah
2. Bagaimana kesesuaian antara Putusan
Konstitusi tersebut dengan ketentuan anak luar
Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010
kawin yang diatur dalam hukum Islam. Karena
mengenai anak luar kawin terhadap ketentuan
sebagaimana yang kita ketahui bahwa agama
anak luar kawin perspektif Hukum Islam?
Islam adalah agama mayoritas yang dianut
oleh rakyat Indonesia. Untuk itu beberapa hal
sensitif termasuk pengaturan tentang perkawinan Tujuan Penelitian
dan akibat-akibat yang ditimbulkan dari suatu 1. Mengetahui kekuatan hukum Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010
mengenai anak luar kawin dalam perspektif
4
Muhammad Tanziel Aziezi, Legislasi Norma Hasil Putusan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Mahkamah Kontitusi Sebuah Jalan Yang Terabaikan, diakses
pada tanggal 03 Februari 2017, jam 09.33 WIB dari https:// Perlindungan Anak.
kanggurumalas.com, h. 1
5
2. Menganalisis kesesuaian antara Putusan
Muhammad Tanziel Aziezi, Legislasi Norma ..., h. 1
184 | QIYAS Vol. 2, No. 2, Oktober 2017

Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 atau sekumpulan norma positif yang


mengenai anak luar kawin terhadap ketentuan mengatur penciptaan norma-norma hukum.
anak luar kawin perspektif Hukum Islam. Konstitusi bisa diciptakan oleh adat atau
dengan tindakan tertentu yang dilakukan
oleh satu atau sekelompok individu, yakni
Kerangka Teori
melalui tindakan legislatif. Konstitusi dalam
1. Konstitusi
pengertian material harus dibedakan dari
Istilah konstitusi telah dikenal sejak zaman konstitusi dalam pengertian formal, yakni
Yunani Kuno, hanya saja konstitusi itu masih sebuah dokumen yang dinamakan Konstitusi
diartikan materiil karena konstitusi itu belum yang, sebagai konstitusi tertulis, bisa berisi
diletakkan dalam suatu naskah yang tertulis. Hal tidak hanya norma-norma yang mengatur
Ini terbukti faham Aristoteles yang membedakan penciptaan norma hukum (yakni, legislasi),
istilah politea dan nomoi. Politea diartikan namun juga norma-norma tentang subyek-
sebagai konstitusi, sedangkan nomoi adalah subyek lain yang penting secara politis; dan,
Undang-Undang biasa. Perbedaan di antara dua selain itu, regulasi yang menurutnya norma-
istilah tersebut yaitu bahwa politea mengandung norma yang terkandung di dalam dokumen
kekuasaan yang lebih tinggi dari pada nomoi, ini dapat dihapus atau diubah-tidak sama
karena politea mempunyai kekuasaan membentuk dengan undang-undang biasa, namun dengan
sedangkan pada nomoi kekuasaan itu tidak ada.6 prosedur khusus dan dengan persyaratan yang
Dalam bukunya Politica, Aristoteles mengatakan:7 lebih ketat”.
”Konstitusi merupakan penyusunan jabatan Sementara itu menurut Jimly Asshiddiqie,
dalam suatu negara dan menentukan apa yang konstitusi dalam fungsinya sebagai dokumen
dimaksud dengan badan pemerintahan, dan “civil religion”, konstitusi dapat difungsikan
apa akhir dari setiap masyarakat, konstitusi sebagai sarana pengendalian atau sarana
merupakan aturan-aturan dan penguasa harus perekayasaan dan pembaruan. Terdapat dua
mengatur negara menurut aturan-aturan aliran pemikiran mengenai konstitusi, yaitu
tersebut“. aliran pertama memfungsikan konstitusi hanya
Istilah “konstitusi” dalam bahasa Indonesia sebagai dokumen yang memuat norma-norma
antara lain berpadanan dengan kata “constitutio” hidup dalam kenyataan. Kebanyakan konstitusi
(bahasa Inggris), “constitutie” (bahasa Belanda), dimaksudkan untuk sekedar mendeskripsikan
“constitutionel” (bahasa Perancis), “verfassung” kenyataan-kenyataan normatif yang ada ketika
(bahasa Jerman), “constitutio” (bahasa Latin), konstitusi itu dirumuskan (to describe present
“fundamental laws” (Amerika Serikat).8 Sementara reality). Kedua, banyak juga konstitusi yang bersifat
itu, istilah Undang-Undang Dasar merupakan “prospective” dengan mengartikulasikan cita-cita
terjemahan dari perkataan Belanda grondwet. atau keinginan-keinginan ideal masyarakat yang
Dalam kepustakaan Belanda, selain grondwet juga dijalaninya.11
digunakan istilah constitutie. Kedua istilah
tersebut mempunyai pengertian yang sama. 9 2. Hukum Islam
Hans Kelsen mempertimbangkan tatanan hukum Islam adalah agama yang sempurna dan
nasional, konstitusi merupakan jenjang tertinggi ajarannya mencakup seluruh aspek kehidupan
hukum positif. Di sini konstitusi dipahami dalam manusia, mengatur dari hal yang kecil sampai
pengertian material yakni:10 pada hal-hal yang besar dan luas, karena Islam
“Kita memahami konstitusi sebagai norma memiliki sumber hukum yang berasal dari Dzat
Yang Maha Mengetahui berupa al-Qur’an. Hukum
6
dari al-Qur’an selalu teraplikasi pada sikap dan
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi & Konstitusionalisme
Indonesia, (Jakarta: Konstitusi Press, 2006), h. 90 perbuatan RasulNya yang disebut hadis.12
7
Azhary, Negara Hukum Indonesia Analisis Yuridis Normatif Ketetapan-ketetapan Allah dan ketentuan
Tentang Unsur-Unsurnya, (Jakarta: UI Press, 1995), h. 21
8
Rasulullah, baik berupa larangan, sunnah,
Ellydar Chaidir, Hukum dan Teori Konstitusi, (Yogyakarta:
Total Media, 2007), h. 20 kebolehan, serta kewajiban, dimuat dalam
9
Sri Soemantri, UUD 1945 Kedudukan dan Artinya Dalam
Kehidupan Bernegara, dalam jurnal Demokrasi dan HAM Vol 1
11
No. 4 September-November, 2001, h. 47 Jimly Asshidiqie, Konstitusi dan ..., h. 29-30
12
10
Hans Kelsen, Teori Hukum Mursni Dasar-Dasar Ilmu Hasbiyallah, Fiqh dan Ushul Fiqh Metode Istinbath dan
Hukum Normatif, (Jakarta: Nusamedia dan Nuansa, 2007), h. 244 Istidlal, (Bandung: Remaja Rosadakarya, 2014), h. 9
MEGAWATI: Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 | 185

syariah, yang meliputi keseluruhan aspek dan fiqih. Terdapat perbedaan pengertian
manusia baik hubungan manusia dengan Tuhan, hukum antara fuqaha dan ushliyyun, menurut
manusia dengan manusia, bahkan manusia fuqaha, hukum Islam merupakan seperangkat
dengan lingkungan.13 Ketetapan yang melekat pengetahuan tentang hukum-hukum syar’i
pada manusia guna mengatur, mengikat, dan terapan yang diambil dari dalil-dalil yang
memberikan sanksi kepada pelaku pelanggarnya terperinci atau akibat titah Tuhan. Sedangkan
merupakan suatu bentuk hukum, Hukum Islam menurut ahli ushul, hukum adalah titah Tuhan
dalam pengertian syariah atau Islamic law pada yang bertalian dengan perbuatan subjek hukum
bahasa Inggris adalah hukum Islam yang tidak yang meliputi tiga kategori yaitu tuntutan, pilihan
mengalami perubahan sepanjang zaman, dan atau penetapan.18
mengikat pada setiap umat Islam.14 Hukum Islam Terdapat dua istilah untuk menunjukkan dan
adalah hukum yang bersumber dari agama Islam, memahami hukum Islam, yakni syariat Islam
bedasarkan ketetapan Allah, yang tidak mengatur dan fiqih Islam, sebagai berikut:19
hubungan manusia dengan manusia lain, dan
a. Hukum Islam dalam dimensi syariat Islam
benda dalam masyarakat, dan hubungan-
merupakan fungsi kelembagaan yang
hubungan lainnya.15
diperintahkan Allah Swt untuk dipatuhi
Al-Ghazali sebagaimana dikutip Abu Zahrah sepenuhnya. Hukum Islam dalam dimensi ini
melihat bahwa mengetahui hukum (syara’) merupakan dimensi illahiyah karena diyakini
merupakan buah intisari (tsamrat) dari ilmu sebagai ajaran yang bersumber dari Allah Swt.
fiqh dan ushul al-fiqh. Tujuan kedua ilmu ini Hal hal ini hukum Islam dipahami sebagai
sama-sama untuk mengetahui hukum syara’ syariat yang cakupannya sangat luas yang
yang berhubungan dengan perbuatan mukallaf, mencakup bidang keyakinan, amaliyah, dan
tetapi perspektifnya sedikit berbeda. Ushul al-Fiqh akhlak.
meninjau hukum syara’ dari segi metodologi
b. Hukum Islam dalam dimensi fiqh Islam
dan sumber-sumbernya, sedangkan ilmu fiqh
merupakan produk daya pikir manusia yang
meninjau dari segi penggalian hukumnya.16
mencoba menafsirkan penerapan prinsip-
Hukum pada kajian ushul fiqh sangatlah prinsip syariah secara sistematis. Dimensi ini
berkaitan, karena hukum merupakan produk merupakan dimensi insaniyah, dalam dimensi
yang dihasilkan oleh para pemikir hukum ini hukum Islam merupakan upaya manusia
(mujtahid) dalam kegiatan ushul fiqh. Hukum secara sunggug-sungguh untuk memahami
yang dihasilkan ini disebut dengan hukum syara’. syariat.
Secara etimologi kata hukum atau al-hukm berarti
Dari kedua pemahaman tersebut, dapat
mencegah atau memutuskan. Dalam bahasa lain,
ditegaskan bahwa ketika berbicara hukum Islam,
hukum diartikan dengan “menetapkan sesuatu
maka yang dimaksud adalah syari’ah dan fiqh
kepada sesuatu yang lain atau meniadakan
sekaligus. Jika hukum Islam dalam pengertian
dari yang lain”. Secara istilah menurut ulama
syari’ah bersifat absolut kebenarannya (qath’i),
ushul, hukum adalah “khitabullah/firman Allah
tetap (tsabat), dan berlaku menyeluruh secara
Swt yang berhubungan dengan tingkah laku dan
universal (kulli), maka hukum Islam dalam
perbuatan orang-orang dewasa (mukalaf), baik
pengertian fiqh lebih bersifat relatif kebenarannya
berupa tuntutan (al-iqtidha), pilihan (al-takhyir),
(zhanni), bisa berubah, dan berlaku tidak
maupun bersifat al-wadh’i.17
menyeluruh, tapi secara kebanyakan (aghlabi).
Pengertian hukum Islam dalam khasanah Syari’ah adalah hukum Islam yang berlaku
literatur intelektual muslim, terutama yang abadi sepanjang masa, sementara fiqh adalah
dipahami masyarakat muslim tidak jarang perumusan konkret syari’ah Islam untuk
mengalami ambiguitas antara pengertian syariah diterapkan pada suatu kasus tertentu di suatu
tempat dan di suatu masa. Keduanya dapat
13
dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan.20
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta:
Sinar Grafika, 2014), h. 4 Dalam sistem hukum Islam ada lima kaidah
14
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam ..., h. 4
15
Muhammad Daud Ali, Hukum Islam, (Jakarta: Raja Grafindo
18
Persada, 1990), h. 42-43 Toha Andiko, Fiqh Kontemporer, h. 3
16 19
Toha Andiko, Fiqh Kontemporer, (Bogor: IPB Press, 2014), h. 1 Toha Andiko, Fiqh Kontemporer, h. 14
17 20
Toha Andiko, Fiqh Kontemporer, h. 2 Toha Andiko, Fiqh Kontemporer, h. 15
186 | QIYAS Vol. 2, No. 2, Oktober 2017

yang dijadikan suatu tolak ukur hukum yakni positif yang lengkap adalah sistem atau tatanan
jaiz atau mubah, mandub atau sunah, makruh, hukum dan asas-asas berdasarkan keadilan
wajib, dan haram. Kelima patokan hukum ini yang mengatur kehidupan manusia di dalam
disebut dengan istilah al ahkam al khamsah.21 masyarakat.25
Kelima patokan tersebut yaitu:22 Hukum adalah keseluruhan peraturan yang
1. Wajib, yaitu perbuatan mukallaf yang jika ia tertulis dan tidak tertulis yang biasanya bersifat
mengerjakannya mendapat pahala dan jika memaksa untuk kelakuan manusia dalam
ia meninggalkannya ia berdosa. masyarakat negara serta antar negara yang
2. Mandub, yaitu perbuatan mukallaf yang jika berorientasi pada (sekurang- kurangnya) dua
ia mengerjakannya mendapat pahala dan jika asas yaitu keadilan dan daya guna, demi tata dan
ia meninggalkannya ia berdosa. damai dalam masyarakat. Hukum mempunyai
kategori atau unsur-unsur yang merupakan
3. Makruh, yaitu perbuatan mukallaf yang jika
kerangka dari hukum, yaitu: 26
ia mengerjakannya mendapat pahala dan jika
ia meninggalkannya ia mendapat pahala. a. Subyek yang membuatnya (ordenings subject)
yaitu kewibawaan atau otoritas.
4. Haram, yaitu perbuatan mukallaf yang jika
ia mengerjakannya berfosa dan jika ia me- b. Dasar (substraat) dari tataran hukum atau obyek
ninggalkannya ia mendapat pahala. yang diatur tata hukum yang bersangkutan yaitu
masyarakat yang di organisasikan. Berkaitan
5. Mubah, yaitu perbuatan yang boleh dikerjakan
dengan itu hukum adalah perintah, izin, janji
dna boleh ditinggalkan.
dan disposisi (peraturan yang disediakan)
c. Norma hukum (Sollen yang seharusnya
3. Tujuan Hukum dan Manfaatnya
diwujudkan dalam Sein)
Definisi umum dari hukum adalah perangkat
d. Isi dari tata hukum adalah kehidupan sosial
asas dan kaidah-kaidah yang mengatur hubungan
dalam masyarakat
antara manusia dalam masyarakat, baik yang
merupakan kekerabatan, kampung atau desa, e. Hubungan hukum (antara subyek hukum
atau suatu negara yang dengan demikian dengan subyek hukum dan subyek hukum
masyarakat mengatur kehidupannya menurut dengan obyek hukum)
nilai-nilai yang sama–sama mereka anut (shared f. Dasar hukum (fakta), akibat hukum dan fakta
values), karena mempunyai tujuan tertentu.23 hukum (peristiwa yang diatur oleh hukum).
Hukum adalah himpunan petunjuk hidup yang Secara umum, Van Apeldoorn mengatakan
mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan bahwa tujuan hukum ialah mengatur pergaulan
seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang hidup secara damai. Maksudnya hukum meng-
bersangkutan, oleh karena pelanggaran terhadap hendaki perdamaian, yang semuanya bermuara
petunjuk hidup itu dapat menimbulkan tindakan kepada suasana damai. Rudolf Von Jhering
dari pemerintah masyarakat itu. Hukum itu mengatakan bahwa tujuan hukum ialah untuk
tidak menyangkut kehidupan pribadi seseorang, memelihara keseimbangan antara berbagai ke-
akan tetapi menyangkut dan mengatur berbagai pentingan. Aristoteles mengatakan tujuan hukum
aktivitas manusia dalam hubungannya dengan itu ialah untuk memberikan kebahagiaan yang se-
manusia lainnya, atau dengan perkataan lain, besar-besarnya bagi anggota masyarakat sebanyak-
hukum mengatur berbagai aktivitas manusia di banyaknya, sedangkan Roscoe Pound mengatakan
dalam hidup bermasyarakat.24 tujuan hukum ialah sebagai alat untuk membangun
Hukum merupakan suatu sistem atau tatanan masyarakat (law is tool of social engineering).27
asas-asas dan kaidah- kaidah hukum yang tidak
lepas dari masalah keadilan, maka definisi hukum 4. Perlindungan Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang
21
dianugerahkan Allah Swt kepada manusia, dan
Muhammad Daud Ali, Hukum Islam, h. 44
22
Toha Andiko, Fiqh Kontemporer, h. 6
25
23
Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Ilmu Hukum : Suatu Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Ilmu Hukum..., h. 4-5
26
Pengenalan Pertama Ruang Lingkup Berlakunya Ilmu Hukum, Hyronimus Rhiti, Filsafat Hukum edisi lengkap dari Klasik Ke
(Bandung: Alumni, 2000), h. 4-5 Postmodernisme, (Jakarta: Universitas Atma Jaya, 2011), h. 3-4
24 27
Yulies Tiena Masriani, Pengantar Hukum Indonesia, Muchsin, Ikhtisar Ilmu Hukum, (Jakarta: Badan Penerbit
(Jakarta: Sinar Grafika, 2004), h. 6-7 Iblam, 2006), hal. 11
MEGAWATI: Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 | 187

hak ini telah diakui secara universal sehingga Satu-satunya hukum yang sahih adalah perintah
sudah menjadi kewajiban agar perlindungan dari yang berdaulat. Ia tidak datang dari “alam”
terhadap hak asasi manusia dapat terjaga dan ataupun “moral”.31
terlaksana. Terdapat empat teori hak asasi Teori relativiesme budaya merupakan salah
manusia yaitu:28 satu bentuk anti-tesis dari teori hak-hak alami
a. Teori hak-hak alami (natural rights theory); (natural rights). Teori ini berpandangan bahwa
b. Teori Positivisme (positivist Theory) hak itu bersifat universal merupakan pelanggaran
satu dimensi kultural terhadap dimensi kultural
c. Teori Relativisme Budaya (Cultural relativist
yang lain, atau disebut dengan imperialisme
theory)
kultural (cultural imperialism). Yang ditekankan
d. Doktrin Marxis (Marxist Doctrine and human dalam teori ini adalah bahwa manusia merupakan
rights) interaksi sosial dan kultural serta perbedaan tradisi
Gagasan mengenai hak asasi manusia bermula budaya dan peradaban berisikan perbedaan cara
dari teori hukum kodrati (natural rights theory). pandang kemanusiaan (different ways of being
Hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki human). Penganut teori ini mengatakan, that
oleh seluruh manusia pada segala waktu dan rights belonging to all human beings at all times
tempat berdasarkan takdirnya sebagai manusia in all placeswould be the rights of desocialized
(human right are rights that belong to all human and deculturized beings.32
beings at all times and all places by virtue of Doktrin marxis menolak teori hak-hak
being born as human beings). Tokoh teori ini alami karena negara atau kolektivitas adalah
adalah Thomas Aquinas, Hugo de Groot, dan sumber seluruh hak (repositiory of all rights).
John Locke. Gagasan mengenai hak-hak kodrati Namun demikian, kecaman dan penolakan dari
melandasi munculnya revolusi hak dalam revolusi kalangan utilitarian dan positivis tersebut tidak
yang meletup di Inggris, Amerika Serikat dan membuat teori hak-hak kodrati dilupakan. Jauh
Perancis pada abad ke-17 dan ke-18.29 dari anggapan Bentham, hak-hak kodrati tidak
Pandangan hak asasi manusia yang berbasis kehilangan pamornya, ia malah tampil kembali
pada pandangan hukum kodrati itu mendapat pada masa akhir Perang Dunia II. Gerakan
tantangan serius pada abad ke-19. Edmund untuk menghidupkan kembali teori hak kodrati
Burke, orang Irlandia yang resah dengan Revolusi inilah yang mengilhami kemunculan gagasan
Perancis, adalah salah satu diantara penentang hak asasi manusia di panggung internasional.
teori hak-hak kodrati. Tetapi, penentang teori Pengalaman buruk dunia internasional dengan
hak kodrati yang paling terkenal adalah Jeremy peristiwa Holocaust Nazi, membuat dunia
Bentham, seorang fisuf utilitarian dari Inggris. berpaling kembali kepada gagasan John Locke
Kritik Bentham yang mendasar terhadap tentang hak-hak kodrati. Hal ini dimungkinkan
teori tersebut adalah bahwa teori hak-hak dengan terbentuknya Perserikatan Bangsa-
kodrati tidak bisa dikonfirmasi dan diverifikasi Bangsa (PBB) pada 1945, segera setelah
kebenarannya.30 berakhirnya perang yang mengorbankan banyak
Teori positivisme yang berpandangan bahwa jiwa umat manusia itu. 33
karena hak harus tertuang dalam hukum yang Dalam sejarah perlindungan hak asasi
rill, maka dipandang sebagai hak melalui adanya manusia, tidak terlepas dari reaksi atas ke-
jaminan konstitusi (rights, then should be kuasaan absolut yang akhirnya memunculkan
created and granted by constitution, laws, and sistem konstitusional dan konsep negara
contracts), memperkuat serangan dan penolakan hukum baik itu rechtstaat maupun rule of law.
kalangan utilitarian, dikembangkan belakangan Kekuasaan yang terkonsentrasi pada satu tangan
dengan lebih sistematis oleh John Austin. Kaum menimbulkan kesewenang-wenangan, Lord
positivis berpendapat bahwa eksistensi dan isi Acton menyebutkan “power tends to corrupt,
hak hanya dapat diturunkan dari hukum negara. absolute power corrupt absolutely”.34 Konsep
28
Todung Mulya Lubis, In Search of Human Rights; Legal-
31
Political Dilemmas of Indonesia’s New Order, (Jakarta: Gramedia Mujaid Kumkelo, dkk., Fiqh HAM, h. 33
32
Pustaka Utama, 1993), h. 14-25 Mujaid Kumkelo, dkk., Fiqh HAM, h. 34
29 33
Mujaid Kumkelo, dkk., Fiqh HAM, (Malang: Setara Press, Mujaid Kumkelo, dkk., Fiqh HAM, h. 34
2015), h. 32 34
Wicipto Setiadi, Dukungan Politik dalam Implementasi
30
Mujaid Kumkelo, dkk., Fiqh HAM, h. 32-33 Putusan Mahkamah Konstitusi, dalam jurnal Rechtsvinding
188 | QIYAS Vol. 2, No. 2, Oktober 2017

rechstaat lahir dari suatu perjuangan menentang undangan di sini diartikan setiap keputusan
absolutisme sehingga sifatnya revolusioner. dalam bentuk tertulis yang dikeluarkan dan
Sebaliknya konsep rule of law berkembang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang
secara evolusioner. Hal ini tampak baik dari dan mengikat umum (mencakup undang-
isi maupun kriteria rechtstaat dan rule of law undang dalam arti formal maupun material.
itu sendiri. Konsep yang pertama bertumpu Selain itu peraturan perundang-undangan
pada sistem hukum Eropa Kontinental yang juga merupakan perwujudan kehendak dari
biasa disebut civil law. Sedang konsep yang pemegang kekuasaan tertinggi yang ber-
terakhir bertumpu pada sistem hukum common daulat, maka peraturan perundang-undangan
law atau Anglosaxson.35 Kedua konsep negara merupakan hukum tertinggi dan adalah satu-
hukum ini memandang penting perlindungan satunya sumber hukum. 37 Ciri-ciri dari suatu
dan pengakuan terhadap hak asasi manusia. peraturan perundang-undangan adalah: 38
a. Bersifat umum dan komprehensif, yang
Metode Penelitian dengan demikian merupakan kebalikan dari
Penelitian ini merupakan penelitian yang sifat-sifat khusus dan terbatas;
menggunakan jenis penelitian yuridis normatif b. Bersifat universal, ia diciptakan untuk
atau penelitian perpustakaan (library research), menghadapi peristiwa yang akan datang
yaitu pendekatan masalah dengan jalan menelaah yang belum jelas bentuk kongkritnya. Oleh
dan mengkaji suatu peraturan perundang- karena itu, ia tidak dapat dirumuskan untuk
undangan yang berlaku dan berkompeten untuk mengatasi peristiwa-peristiwa tertentu saja.
digunakan sebagai dasar dalam melakukan c. Memiliki kekuatan untuk mengoreksi dan
pemecahan masalah, sehingga langkah-langkah memperbaiki dirinya sendiri. Dalam setiap
dalam penelitian ini menggunakan logika peraturan, lazimnya mencantumkan klausul
yuridis.36 Dalam penelitian ini, yang menjadi yang memuat kemungkinan dilakukannya
objek penelitian adalah analisis yuridis terhadap peninjauan kembali.”
kekuatan hukum Putusan Mahkamah mengenai Peraturan perundang-undangan mempunyai
anak luar kawin dalam perspektif Undang-Undang fungsi utama yaitu yang mempunyai sifat mengatur
Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, dan mengikat secara umum. Adapun bentuk
dan kesesuaiannya antara Putusan Mahkamah dari peraturan perundang-undangan merupakan
Konstitusi mengenai anak luar kawin tersebut putusan tertulis yang dibuat, ditetapkan, dan
dengan ketentuan anak luar kawin perspektif dikeluarkan oleh lembaga dan/atau pejabat
Hukum Islam. negara yang mempunyai kewenangan menurut
peraturan yang berlaku.39
Pembahasan Setiap peraturan perundang-undangan dapat
1) Ketentuan Terkait Hak dan Perlindungan Anak dikatakan baik (good legislation), sah menurut
Luar Kawin dalam Undang-Undang Nomor 35 hukum (legal validity), dan berlaku efektif karena
Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dapat diterima masyarakat serta berlaku untuk
Peraturan perundang-undangan mulai di- waktu yang panjang, harus didasarkan pada
kenal dan tumbuh sejak saat berkembangnya landasan peraturan perundang-undangan.
organisasi yang memiliki kekuasaan dan Dasar filosofis merupakan landasan filsafat
wewenang tertinggi untuk menguasai dan atau pandangan yang menjadi dasar cita-cita
mengatur kehidupan masyarakat, yaitu negara. sewaktu menuangkan suatu masalah ke dalam
Oleh karena itu, ada anggapan bahwa peraturan peraturan perundang-undangan. Dasar filosofis
perundang-undangan tidak lain dari perwujudan sangat penting untuk menghindari pertentangan
kekuasaan dan kehendak yang berkuasa peraturan perundang-undangan yang disusun
dalam bentuk hukum. Peraturan perundang- dengan nilai-nilai yang hakiki dan luhur di
(Jakarta: Pusat Litbang Sistem Hukum Nasional Badan
37
Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan HAM RI, Bagir Manan dan Kuntana Magnar, Beberapa Masalah
2013), h. 296 Hukum Tata Negara Indonesia, (Bandung: Alumni, 1997), h. 248.
35 38
Majda El Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya
Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2005), h. 23 Bakti, 1996), h. 83-84.
36 39
Abu Ahmad dan Cholid Narbuko, Metodologi Penelitian, Bagir Manan, Dasar-Dasar Perundang-undangan Indonesia,
(Jakarta: Bumi Angkasa, 2002), h, 23 (Jakarta: Ind-Hill.Co, 1992), h. 3.
MEGAWATI: Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 | 189

tengah-tengah masyarakat, misalnya etika, adat, f. Bahwa perlindungan anak dalam segala aspek
agama dan lain-lain. merupakan bagian dari kegiatan pembangunan
Peraturan perundang-undangan dikatakan nasional, khususnya dalam memajukan ke-
mempunyai landasan filosofis (filisofische hidupan berbangsa dan bernegara.
grondslag) apabila rumusannya atau norma- g. Untuk mewujudkan perlindungan dan ke-
normanya me n d a p a t k a n p e m b e n ar a n sejahteraan anak diperlukan dukungan ke-
(rechtsvaardiging) dikaji secara filosofis. Jadi lembagaan dan peraturan perundang-undangan
ia mempunyai alasan yang dapat dibenarkan yang dapat menjamin pelaksanaannya.
apabila dipikirkan secara mendalam. Alasan h. Bahwa belum ada undang-undang yang
tersebut sesuai dengan cita-cita dan pan- mengatur hal-hal tertentu mengenai anak dan
dangan hidup manusia dalam pergaulan secara khusus belum mengatur keseluruhan
hidup bermasyarakat. Sesuai dengan cita-cita aspek yang berkaitan dengan perlindungan
kebenaran (idee der waarheid), cita keadilan anak.
(idée der gerechtigheid) dan cita-cita kesusilaan
i. Tanggung jawab berada pada orangtua,
(idiil der zadelijkheid).40
keluarga dan masyarakat untuk menjada dan
Landasan filosofis dimuat dalam konsideran memelihara perlindungan anak.
peraturan perundang-undangan yang menjadi
j. Anak membutuhkan perlindungan dari orang
latar belakang pembuatan suatu undang-undang.41
tuanya agar dapat tumbuh dan berkembang
Landasan filosofis ditetapkannya Undang-Undang
secara wajar baik jasmani, rohani maupun
Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan anak
sosial kelaknya, sehingga kelak akan menjadi
adalah:
pewaris masa depan yang mempunyai kualitas.
a. Bahwa anak adalah amanah dan karunia
k. Upaya pelaksanaan perlindungan anak perlu
Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya
dilaksanakan sedini mungkin, yakni sejak
melekat harkat dan martabat sebagai manusia
dari janin dalam kandungan sampai anak
seutuhnya.
berumur 18 (delapan belas) tahun.
b. Anak adalah masa depan bangsa dan negara.
l. Perlindungan anak harus dilaksanakan ber-
Oleh karena itu anak memerlukan pembinaan,
sama antara setiap warganegara, anggota
bimbingan khusus agar dapat berkembang
masyarakat secara induvidual maupun kolektif
fisik, mental dan spiritualnya secara maksimal.
dan pemerintah demi kepentingan bersama,
c. Bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia kepentingan nasional untuk mencapai aspirasi
menjamin kesejahteraan tiap-tiap warga bangas Indonesia.
negaranya, termasuk perlindungan terhadap
m. Dalam pelaksanaan kegiatan perlindungan
hak anak yang merupakan hak asasi manusia.
anak pihak anak harus diberikan kemampuan
d. Bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan dan kesempatan untuk ikut serta melindungi
hidup, tumbuh dan berkembang serta diri sendiri, dan kemudian kelak menjadi
berhak atas perlindungan dari kekerasan orang tua yang berpartisipasi postif dan aktif
dan diskriminasi sebagaimana diamanatkan dalam kegiatan perlindungan anak yang
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik merupakan hak dan kewajiban setiap anggota
Indonesia Tahun 1945 masyarakat.
e. Bahwa anak sebagai tunas, potensi, dan Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan
generasi muda penerus cita-cita perjuangan dari keberlangsungan hidup manusia dan
bangsa memiliki peran strategis, ciri, dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara.
sifat khusus sehingga wajib dilindungi dari Agar kelak mampu bertanggung jawab dalam
segala bentuk perlakuan tidak manusiawi keberlangsungan bangsa dan negara, setiap
yang mengakibatkan terjadinya pelanggaran Anak perlu mendapat kesempatan yang seluas-
hak asasi manusia. luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara
optimal, baik fisik, mental, maupun sosial.
Untuk itu, perlu dilakukan upaya perlindungan
40
Amiroeddin Sjarif, Perundang-undangan (dasar, jenis, dan
teknik membuatnya), (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 91-94
untuk mewujudkan kesejahteraan Anak dengan
41
Maria Farida Indrati S., Ilmu Perundang-Undangan jilid II memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-
Proses dan Teknik Pembentukannya, (Yogyakarta: Kansius, haknya tanpa perlakuan diskriminatif.
2013), h. 108
190 | QIYAS Vol. 2, No. 2, Oktober 2017

Negara menjunjung tinggi hak asasi manusia, mengatur tentang perlindungan anak, yang jika
termasuk di dalamnya hak asasi Anak yang mengacu pada Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang
ditandai dengan adanya jaminan perlindungan Nomor 35 tahun 2015, bahwa:
dan pemenuhan Hak Anak dalam Undang-Undang “Perlindungan terhadap anak adalah per-
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 lindungan yang diberikan terhadap seseorang
dan beberapa ketentuan peraturan perundang- yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
undangan baik yang bersifat nasional maupun termasuk anak yang masih dalam kandungan,
yang bersifat internasional. Salah satunya adalah tanpa terkecuali”.
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Ini artinya jelas, bahwa anak luar kawin juga
Perlindungan Anak. termasuk anak-anak yang hak-haknya wajib
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 me- dilindungi, dijamin dan dipenuhi oleh orangtua,
ngamanatkan bahwa Negara, Pemerintah, masyarakat dan pemerintah.
Pemerintah Daerah, Masyarakat, Keluarga dan Berikut ini adalah hak-hak dalam Undang-
Orang Tua berkewajiban untuk memberikan Undang Nomor 35 tahun 2014, yang terkait
perlindungan dan menjamin terpenuhinya dengan hak anak luar kawin:
hak asasi Anak sesuai dengan tugas dan
Pasal 9 (1) Setiap Anak berhak memperoleh
tanggungjawabnya. Dalam melaksanakan
pendidikan dan pengajaran dalam
upaya perlindungan terhadap Hak Anak oleh
rangka pengembangan pribadinya
Pemerintah harus didasarkan pada prinsip hak
dan tingkat kecerdasannya sesuai
asasi manusia yaitu penghormatan, pemenuhan,
dengan minat dan bakat.
dan perlindungan atas Hak Anak.
Pasal 14 (1) Setiap Anak berhak untuk diasuh
Sesuai ketentuan dalam Pasal 43 ayat (1)
oleh Orang Tuanya sendiri, kecuali
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, bahwa
jika ada alasan dan/atau aturan
anak luar kawin hanya mempunyai hubungan
hukum yang sah menunjukkan
perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya. Ini
bahwa pemisahan itu adalah demi
berarti anak luar kawin:
kepentingan terbaik bagi Anak dan
a. Tidak berhak untuk mencantumkan nama merupakan pertimbangan terakhir.
ayah biologis di akta kelahiran.
(2) Dalam hal terjadi pemisahan
b. Tidak berhak untuk mendapatkan nafkah dari sebagaimana dimaksud pada ayat
ayah biologis. (1), Anak tetap berhak:
c. Tidak berhak untuk meminta menjadi wali a. bertemu langsung dan ber-
pada ayah biologis hubungan pribadi secara tetap
d. Tidak berhak untuk mendapatkan warisan dengan kedua Orang Tuanya;
dari ayah biologis. b. mendapatkan pengasuhan, pe-
e. Tidak berhak untuk menuntut hak perdata meliharaan, pendidikan dan per-
lainnya dari ayah biologis. lindungan untuk proses tumbuh
Pasal 28B ayat (2) Undang-Undang Dasar kembang dari kedua Orang Tuanya
Negara Republik Indonesia tahun 1945 secara sesuai dengan kemampuan, bakat,
tegas telah mengatur bahwa: dan minatnya;
“Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, c. memperoleh pembiayaan hidup
tumbuh dan berkembang serta berhak atas dari kedua Orang Tuanya; dan
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. d. memperoleh Hak Anak lainnya.
Dalam hal ini sangat jelas bahwa anak luar Pasal 20 Negara, Pemerintah, Pemerintah
kawin telah mendapatkan perlakuan diskriminasi, Daerah, Masyarakat, Keluarga, dan
dan hak asasinya sebagai anak telah dikurangi Orang Tua atau Wali berkewajiban
dan tidak terjamin. dan bertanggung jawab terhadap
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2015 tentang penyelenggaraan Perlindungan
Perlindungan Anak, sebagai upaya pemerintah Anak
dalam melaksanakan ketentuan Pasal 28B ayat Pasal 21 (1) Negara, Pemerintah, dan Pemerintah
(2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Daerah berkewajiban dan ber-
Indonesia tahun 1945, sesungguhnya juga telah tanggung jawab menghormati
MEGAWATI: Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 | 191

pemenuhan Hak Anak tanpa (2) Identitas sebagaimana dimaksud


membedakan suku, agama, ras, pada ayat (1) dituangkan dalam
golongan, jenis kelamin, etnik, akta kelahiran.
budaya dan bahasa, status hukum, (3) Pembuatan akta kelahiran di-
urutan kelahiran, dan kondisi fisik dasarkan pada surat keterangan
dan/atau mental. dari orang yang menyaksikan dan/
Pasal 22 Negar a, P e me r in ta h , d an atau membantu proses kelahiran.
Pemerintah Daerah berkewajiban (4) Dalam hal Anak yang proses
dan bertanggung jawab kelahirannya tidak diketahui dan
memberikan dukungan sarana, Orang Tuanya tidak diketahui
prasarana, dan ketersediaan keberadaannya, pembuatan akta
sumber daya manusia dalam kelahiran untuk Anak tersebut
penyelenggaraan Perlindungan didasarkan pada keterangan
Anak. orang yang menemukannya
Pasal 23 (1) N e g a r a , P e me r in ta h , d an dan dilengkapi berita acara
Pemerintah Daerah menjamin pemeriksaan kepolisian.
perlindungan, pemeliharaan, dan Pasal 45 (1) Orang Tua dan Keluarg a
kesejahteraan Anak dengan mem- bertanggung jawab menjaga
perhatikan hak dan kewajiban kesehatan Anak dan merawat
Orang Tua, Wali, atau orang lain Anak sejak dalam kandungan.
yang secara hukum bertanggung
(2) Dalam hal Ora ng Tua da n
jawab terhadap Anak.
Keluarga yang tidak mampu
(2) N e g a r a , P e me r in ta h , d an melaksanakan tanggung jawab
Pemerintah Daerah mengawasi sebagaimana dimaksud pada ayat
penyelenggaraan Perlindungan (1), Pemerintah dan Pemerintah
Anak. Daerah wajib memenuhinya.
Pasal 26 (1) Orang tua berkewajiban dan Pasal 45B (1) Pemerintah, Pemerintah Daerah,
bertanggung jawab untuk: Masyarakat, dan Orang Tua wajib
a. mengasuh, memelihara, men- melindungi Anak dari perbuatan
didik, dan melindungi Anak; yang mengganggu kesehatan dan
b. menumbuhkembangkan Anak tumbuh kembang Anak.
sesuai dengan kemampuan, Pasal 49 Negara, Pemerintah, Pemerintah
bakat, dan minatnya; Daerah, Keluarga, dan Orang Tua
c. mencegah terjadinya perkawinan wajib memberikan kesempatan
pada usia Anak; dan yang seluas luasnya kepada Anak
untuk memperoleh pendidikan.
d. m e m b e r i k a n pe n di d i ka n
karakter dan penanaman nilai Pasal 59 (1) Pemerintah, Pemerintah Daerah,
budi pekerti pada Anak. dan lembaga negara lainnya
berkewajiban dan bertanggung
(2) Dalam hal Orang Tua tidak ada, atau
jawab untuk memberikan
tidak diketahui keberadaannya,
Perlindungan Khusus kepada Anak.
atau karena suatu sebab tidak
dapat melaksanakan kewajiban (2) Perlindungan Khusus kepada Anak
dan tanggung jawabnya, kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat
dan tanggung jawab sebagaimana (1) diberikan kepada:
dimaksud pada ayat (1) dapat m. Anak korban perlakuan salah
beralih kepada Keluarga, yang dan penelantaran;
dilaksanakan sesuai dengan o. Anak yang menjadi korban
ketentuan peraturan perundang- stigmatisasi dari pelabelan
undangan. terkait dengan kondisi Orang
Pasal 27 (1) Identitas diri setiap Anak harus Tuanya.
diberikan sejak kelahirannya. Pasal 59A Perlindungan Khusus bagi Anak
192 | QIYAS Vol. 2, No. 2, Oktober 2017

sebagaimana dimaksud dalam 2. Kesesuaian Putusan Mahkamah Konstitusi


Pasal 59 ayat (1) dilakukan melalui Nomor 46/PUU-VIII/2010 Terhadap Ketentuan
upaya: Anak Luar Kain Perspektif Hukum Islam Kawin
a. penanganan yang cepat, ter- Pandangan fiqh tidak mengenal pencatatan
masuk pengobatan dan/atau nikah, maka pengertian luar perkawinan
rehabilitasi secara fisik, psikis, sama pengertiannya dengan zina. Sedangkan
dan sosial, serta pencegahan Undang-Undang Perkawinan di Indonesia karena
penyakit dan gangguan ke- mengharuskan pencatatan, maka tidak dapat
sehatan lainnya; disamakan antara luar perkawinan dengan zina.
b. pendampingan psikososial Luar perkawinan di Indonesia menurut fiqh
pada saat pengobatan sampai adalah sah, sedangkan zina menurut pandangan
pemulihan; fiqh adalah tidak pernah tersentuh dengan istilah
perkawinan.42
c. pemberian bantuan sosial bagi
Anak yang berasal dari Keluarga Sahnya suatu perkawinan dalam hukum
tidak mampu; dan Islam adalah dengan terlaksananya akad nikah
yang memenuhi syarat-syarat dan rukunnya.43
d. pemberian perlindungan dan
Pendapat ulama fiqh bahwa rukun itu me-
pendampingan pada setiap
nentukan sah atau tidaknya suatu perbuatan
proses peradilan.
atau peristiwa hukum, di mana jika salah
Pasal 71B Perlindungan khusus bagi Anak yang satu rukun dalam peristiwa atau perbuatan
menjadi korban stigmatisasi dari hukum itu tidak terpenuhi maka akan berakibat
pelabelan terkait dengan kondisi perbuatan hukum atau peristiwa hukum tersebut
Orang Tuanya sebagaimana menjadi tidak sah dan berstatus batal demi
dimaksud dalam Pasal 59 ayat hukum. 44 Sedangkan syarat merupakan hal-hal
(2) huruf o dilakukan melalui yang melekat pada masing-masing unsur yang
konseling, rehabilitasi sosial, dan menjadi bagian dari suatu perbuatan hukum atau
pendampingan sosial. peristiwa hukum, yang jika tidak terpenuhi syarat
Pasal 76A Setiap orang dilarang: tersebut, tidak dengan sendirinya membatalkan
a. memperlakukan Anak secara perbuatan atau peristiwa hukum, akan tetapi
diskriminatif yang mengakibat- perbuatan dan peristiwa hukum tersebut
kan Anak mengalami kerugian, dapat dibatalkan. Dalam hal ini, berdasarkan
baik materiil maupun moril jumhur ulama, rukun nikah dalam hukum Islam
sehingga menghambat fungsi adalah adanya calon pengantin laki-laki dan
sosialnya calon pengantin perempuan, wali, dua orang
Pasal 76B Setiap Orang dilarang menempatkan, saksi, dan akad nikah. Jumhur ulama tidak
membiarkan, melibatkan, menyuruh menyatakan bahwa pencatatan termasuk rukun
melibatkan Anak dalam situasi dan syarat perkawinan.
perlakuan salah dan penelantaran. Sementara makna dalam Pasal 2 Undang-
Pasal 77 Setiap Orang yang melanggar Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang menjadi
ketentuan sebagaimana dimaksud pertimbangan dalam Putusan Mahkamah
dalam Pasal 76A dipidana dengan Konstitus Nomor 46/PUU-VIII/2012, bahwa syarat
pidana penjara paling lama 5 (lima) sah perkawinan adalah telah dilaksanakan
tahun dan/atau denda paling banyak sesuai syariat agama masing-masing dan juga
Rp100.000.000,00 (seratus juta dicatatkan pada lembaga pencatatan perkawinan.
rupiah). Ini artinya bahwa perkawinan tidak tercatat
ialah perkawinan yang secara material telah
Pasal 77B Setiap Orang yang melanggar
memenuhi ketentuan syariat sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 76B, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) 42
Chatib Rasyid, Putusan MK No 46 PUU VIII 2010, diakses
pada tanggal 22 Maret 2017, jam 08.15 wib, dari http://as.uinsgd.
tahun dan/atau denda paling banyak
ac.id, h. 10
Rp100.000.000,00 (seratus juta 43
Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan ..., h. 73
rupiah). 44
Neng Djubaedah, Pencatatan Perkawinan ..., h. 90
MEGAWATI: Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 | 193

maksud pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor hubungan nasab dengan bapak kandungnya.47
1 tahun 1974 tetapi tidak memenuhi ketentuan Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa salah satu
ayat (2) pasal tersebut. Pada umumnya yang isi al-Dharuriyyat al-Khams atau panca jiwa
dimaksud perkawinan tidak tercatat adalah syariah sebagai tujuan mendasar diberlakukannya
perkawinan yang tidak dicatat oleh Pegawai hukum Islam oleh Allah Swt adalah untuk
Pencatat Pernikahan, dianggap sah secara agama memelihara nasab atau keturunan yang sah.
tetapi tidak mempunyai kekuatan hukum karena Dalam rangka menjaga nasab inilah agama
tidak memiliki bukti-bukti perkawinan yang sah Islam melarang segala bentuk perzinaan dan
menurut peraturan perundang- undangan yang prostitusi serta sangat menganjurkan nikah untuk
berlaku.45 melangsungkan keturunan umat manusia agar
Akibat dari perbedaan pengertian perkawinan tidak punah dan seorang anak dapat mempunyai
yang sah tersebut, juga mengakibatkan per- hubungan kekerabatan dengan ayah dan ibu
bedaan pengertian terhadap status anak. Hukum kandungnya secara sah dan jelas. Dalam hal ini,
Islam menyebutkan bahwa yang termasuk dalam munurut hukum pidana Islam pelaku zina baik
kategori anak yang tidak sah antara lain: 46 mushan, maupun ghairu mushan harus dikenai
1. Anak yang lahir di luar perkawinan atau sanksi hukum rajam atau dera seratus kali.48
hubungan zina, yaitu anak yang dilahirkan oleh Sahnya seorang anak di dalam Islam, me-
seorang wanita tanpa adanya ikatan perkawinan nentukan ada atau tidaknya hubungan nasab
dengan seorang laki-laki secara sah. dengan seorang laki-laki. Nasab adalah salah
2. Anak yang lahir dalam suatu ikatan perkawinan satu fondasi kuat yang menopang berdirinya
yang sah akan tetapi terjadinya kehamilan itu sebuah keluarga, karena nasab mengikat antar
di luar perkawinannya, yaitu: anggota keluarga dengan pertalian darah.
Seorang anak adalah bagian dari ayahnya dan
a. Anak yang lahir dalam perkawinan yang
ayah adalah bagian dari anaknya. Pertalian
sah, tapi lahirnya 6 (enam) bulan sesudah
nasab adalah ikatan sebuah keluarga yang tidak
perkawinan dan diketahui sudah hamil
mudah diputus karena merupakan nikmat agung
sebelum perkawinan.
yang Allah berikan kepada manusia. Tanpa
b. Anak yang lahir dalam suatu ikatan nasab, pertalian sebuah keluarga akan mudah
perkawinan yang sah dan hamilnya kurang hancur dan putus.49
dari 6 (enam) bulan sejak perkawinannya.
Dalam hubungan nasab dengan bapaknya,
Membaca pernyataan Mahfud MD yang me- tidak ditentukan oleh kehendak atau kerelaan
rupakan perwakilan dari Mahkamah Konstitusi, manusia, namun ditentukan oleh perkawinan
maka perlu kita lihat dalam hukum Islam, yang suci atas nama Allah. Dalam hukum Islam
bagaimana status hubungan darah dan hubungan ada ketentuan batasan sahnya kelahiran untuk
keperdataan terhadap anak luar kawin yang seorang anak, yaitu minimal 6 (enam) bulan
diatur dalam hukum Islam. dari perkawinan resmi bapak dan ibunya. Dalam
Kata “mempunyai hubungan darah” dalam kurun waktu tersebut anak baru dianggap sah dan
rumusan pasal perubahan dalam putusan mempunyai hubungan nasab dengan bapaknya.
Mahkamah Konstitusi ini memang sangat sensitif, Di luar ketentuan itu, anak dianggap sebagai
sebab hubungan darah dalam kajian hukum Islam anak tidak sah atau anak zina.50
adalah nasab. Padahal nasab merupakan salah Berdasarkan ketentuan yang diatur dalam
satu dari al-Kulliyyah al-Khams, al-Dharuriyyat hukum Islam tersebut, maka status anak luar
al-Khams atau panca jiwa syariah. Nasab tidak kawin terhadap ayah biologisnya adalah:
mungkin dibentuk melalui jalan perzinaan,
1. Tidak adanya status nasab yang sah
sedang rumusan pasal hasil ijtihad Mahkamah
Konstitiusi ini jelas-jelas mengakui keabsahan 2. Tidak berhak meminta menjadi wali
nasab anak di luar nikah yang tetap memiliki
47
Nurul Irfan, Anak di Luar Nikah Pasca Putusan Mahkamah
Konstitusi dan Konsep Nasab dalam Hukum Islam, diakses pada
tanggal 22 Maret 2017 jam 10.37 WIB dari http://dayatfsh.blogspot.
45
co.id, h. 1
Chatib Rasyid, Putusan MK..., h. 1
48
46
Nurul Irfan, Anak di Luar Nikah ..., h. 1
Al-Barry, Zakariya Ahmad Al-Ahkamul Aulad, alih bahasa
49
Chadidjah Nasution, Hukum Anakanak dalam Islam, (Jakarta: Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam ..., h. 28
50
Bulan Bintang, 1997), h. 14 – 15. Soedaryo Soimin, Hukum Orang dan Keluarga ..., h. 6
194 | QIYAS Vol. 2, No. 2, Oktober 2017

3. Tidak mewarisi juga tidak diwarisi 2. Anak mula’anah; lahir dari 3. Anak dari hasil samen
4. Tidak berhak dinafkahi. isteri yang keberadaan laven (hidup bersama tanpa
anak tersebut dibantah oleh pernikahan)
Sejalan dengan ketentuan yang telah diatur suaminya (sumpah li’an) 4. Anak dari hasil hubungan
dalam hukum Islam mengenai anak luar kawin, 3. Anak syubhat; lahir dari haram atau zina.
wanita yang digaulai dengan
menindaklanjut keberadaan Putusan Mahkamah cara syubhat. Akibatnya:
Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010, Majelis Ulama 1. Mempunyai hubungan darah
Akibatnya: 2. Mempunyai hubungan
Indonesia juga telah mengeluarkan fatwa sebagai 1. Tidak adanya status nasab perdata
berikut:51 yang sah
2. Tidak berhak meminta
1. Anak hasil zina tidak mempunyai hubungan menjadi wali
nasab, wali nikah, waris, dan nafaqah dengan 3. Tidak mewarisi juga tidak
diwarisi
lelaki yang mengakibatkan kelahirannya. 4. Tidak berhak dinafkahi
2. Anak hasil zina hanya mempunyai hubungan
nasab, waris, dan nafaqah dengan ibunya dan
keluarga ibunya. Dalam pengertian Islam, anak adalah
titipan Allah Swt kepada kedua orang tua,
3. Anak hasil zina tidak menanggung dosa
masyarakat bangsa dan negara yang kelak
perzinaan yang dilakukan oleh orang yang
akan memakmurkan dunia sebagai rahmatan
mengakibatkan kelahirannya.
lila’lamin dan sebagai pewaris ajaran Islam.
4. Pezina dikenakan hukuman hadd oleh pihak Pengertian ini mengandung arti bahwa setiap
yang berwenang,untuk kepentingan menjaga anak yang dilahirkan harus diakui, diyakini, dan
keturunan yang sah (hifzh alnasl). diamankan sebagai implementasi amalan yang
5. Pemerinta h ber wenang menjatuhkan diterima oleh akan dari orang tua, masyarakat,
hukuman ta’zir kepada lelaki pezina yang bangsa dan negara.52 Selain itu, dalam pandangan
men gakiba tkan lah irnya an ak den gan hukum Islam, anak merupakan makhluk yang
mewajibkannya untuk: dhaif dan mulia, yang keberadaannya adalah
a. mencukupi kebutuhan hidup anak tersebut; kewenangan dari kehendak Allah Swt dengan
b. memberikan harta setelah ia meninggal melalui proses penciptaan. 53 Karena anak
melalui wasiat wajibah. mempunyai kehidupan yang mulia dalam
pandangan agama Islam, maka anak harus
6. Hukuman sebagaimana dimaksud nomor
diperlakukan secara manusiawi seperti diberi
5 bertujuan melindungi anak, bukan untuk
nafkah baik lahir maupun batin, sehingga kelak
mensahkan hubungan nasab antara anak
anak tersebut tumbuh menjadi anak yang
tersebut dengan lelaki yang mengakibatkan
berakhlak mulia seperti dapat bertanggung jawab
kelahirannya.
dalam mensosialisasikan dirinya untuk mencapai
Berdasarkan ketentuan yang diatur dalam kebutuhan hidupnya di masa mendatang.
hukum Islam dan sejalan dengan fatwa Majelis
Ulama Indonesia tersebut di atas, dapat
Penutup
disimpulkan bahwa tidak ada kesesuaian antara
ketentuan anak luar kawin yang diatur dalam Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU- yang telah dikemukakan di atas, terdapat
VIII/2010 dengan ketentuan anak luar kawin beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai
yang diatur dalam hukum Islam. berikut:
1. Kekuatan hukum putusan Mahkamah
Anak Luar Kawin dalam
Anak Luar Kawin Konstitusi adalah mengikat (final and binding),
Putusan Mahkamah Konstitusi
dalam Hukum Islam
Nomor 46/PUU-VIII/2010 sehingga pengakuan terhadap hak-hak anak
Mencakup anak-anak yang: Mencakup anak-anak yang: luar kawin harus dilaksanakan oleh semua
1. Anak zina; lahir dari hasil 1. Anak dari hasil kawin/nikah pihak terkait, sejalan dengan ketentuan
hubungan kelamin tanpa sirri.
pernikahan. 2. Anak dari hasil per - yang diatur dalam Pasal 59 ayat 2 huruf o
selingkuhan. Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang
Perlindungan Anak, bahwa setiap anak
51
Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 11 Tahun
52
2012 tentang Kedudukakn Anak Hasil Zina dan Perlakuan Iman Jauhari, Advokasi Hak-Hak Anak..., hal 46
53
Terhadapnya, h. 9-10 Iman Jauhari, Advokasi Hak-Hak Anak..., hal 46
MEGAWATI: Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 | 195

berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1997
berkembang serta berhak atas perlindungan Ali, Muhammad Daud, Hukum Islam,(Jakarta:
dari kekerasan dan diskriminasi, termasuk Raja Grafindo Persada, 1990
perlindungan khusus kepada anak yang
Ali, Ahmad, Teori Hukum dan Implementasinya,
menjadi korban stigmatisasi dari pelabelan
Bandung, Rajawali Pers, 2007
terkait dengan kondisi orangtuanya. Pasca
keluarnya Putusan Mahkamah Konstitusi Ali, Zainuddin, Hukum Perdata Islam di
Nomor 46/PUU-VIII/2010, anak luar kawin Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2014
menurut hukum juga mempunyai hubungan Andiko, Toha, Fiqh Kontemporer, Bogor: IPB
darah, termasuk hubungan perdata dengan Press, 2014
ayahnya dan keluarga ayahnya. Anak luar Afkar, Tanwirul, Fiqh Rakyat, Yogyakarta: LKIS,
kawin berhak atas nama ayah yang dilegalkan 2000
dalam akta kelahiran, berhak atas nafkah Al-Barry, Zakaria Ahmad, Hukum Anak-anak
dan biaya umum lainnya, berhak menjadikan dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1977
ayahnya sebagai wali, dan berhak atas waris
Anwar, Syaiful dkk, Antologi Pemikiran Hukum
dan mewarisi dengan ayahnya.
Islam di Indonesia, Yogyakarta: Fakultas
2. Ketentuan anak luar kawin yang diatur dalam Syari’ah, 2008
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/
Arifin, Busthanul, Pelembagaan Hukum Islam
PUU-VIII/2010, tidak sesuai dengan ketentuan
di Indonesia (Akar Sejarah, Hambatan dan
anak luar kawin yang diatur dalam hukum
Prospeknya, Jakarta: Gema Insani Press, 1996
Islam, karena adanya perbedaan pengertian
terhadap perkawinan yang sah yang diatur Ash-Shiddieqy, T. M. Muhammad Hasbi, Islam
dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor Dan Hak Asasi Manusia, Semarang: Pustaka
1 Tahun 1974 yang mengharuskan adanya Rizki Putra, 1997
pencatatan perkawinan sebagai syarat sah Asshiddiqie, Jimly, Model-model Pengujian
perkawinan, sementara dalam hukum Islam, Konstitusional di Berbagai Negara, Jakarta:
pencatatan perkawinan tidak menjadi syarat Konstitusi Press, 2005
sah perkawinan. Anak luar kawin dalam Azhary, Negara Hukum Indonesia Analisis Yuridis
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU- Normatif Tentang Unsur-Unsurnya, Jakarta:
VIII/2010 adalah anak dari hasil kawin/nikah UI Press, 1995
sirri, anak dari hasil perselingkuhan, anak Az-Zuhaili, Wahbah, Fiqih Islam Wa Adillatuhu,
dari hasil samen laven (hidup bersama tanpa Kuala Lumpur: Darul Fikr, 2007
pernikahan), dan anak dari hasil hubungan
Bruggink, J. J. H, Refleksi Tentang Hukum,
haram atau zina, akibatnya anak luar kawin
terjemahan Arief Sidhartha, Bandung: Citra
menjadi mempunyai hubungan darah dan
Aditya Bakti, 1999
mempunyai hubungan perdata dengan ayah
biologisnya. Dalam hal ini hubungan darah Arief, Barda Nawawi, Beberapa Aspek Kebijakan
menurut Islam adalah nasab. Sementara Penegakan dan Pengembangan Hukum
dalam hukum Islam telah diatur dengan Pidana, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1998
jelas dan tegas, bahwa anak zina dan anak Dellyana, Shanty, Wanita dan Anak di Mata
yang lahir dari hubungan haram lainnya, tidak Hukum, Yogyakarta: Liberty, 1998
mempunyai hubungan nasab dengan ayah Chaidir, Ellydar, Hukum dan Teori Konstitusi,
biologisnya. Yogyakarta: Total Media, 2007
Darmabrata, Wahyono, Hukum Perkawinan dan
Daftar Pustaka keluarga Indonesia, Jakarta: Riskita, 2002
Abdullah, A.S., Teori-Teori Pendidikan Djazuli, A., Ilmu Fiqh, Penggalian, Perkembangan,
Berdasarkan Al Qur’an, Jakarta: Rineka dan Penerapan Hukum Islam, Jakarta:
Cipta, 1990 Prenada Media, 2005
Ahmad, Abu dan Cholid Narbuko, Metodologi Djubaedah, Neng, Pencatatan Perkawinan dan
Penelitian, Jakarta: Bumi Angkasa, 2002 Perkawinan Tidak Dicatat Menurut Hukum
Al-Barry, Zakariya Ahmad Al-Ahkamul Aulad, alih Tertulis di Indonesia dan Hukum Islam,
bahasa Chadidjah Nasution, Hukum Anak Jakarta: Sinar Grafika, 2010
196 | QIYAS Vol. 2, No. 2, Oktober 2017

Djubaedah, Neng, Lubis, dan Prihatini, Hukum Ghozali, Abdul Rahman, Fiqih Munakahat, Jakarta:
Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010
Hecca Publishing, 2005

Anda mungkin juga menyukai