2 - 3210191032 - Nina Dwi Marginingsih - Buku PA
2 - 3210191032 - Nina Dwi Marginingsih - Buku PA
2 - 3210191032 - Nina Dwi Marginingsih - Buku PA
Dosen Pembimbing:
1
2023 PROYEK AKHIR
Dosen Pembimbing:
ii
FINAL PROJECT
Supervisors:
iii
LEMBAR PENGESAHAN BERBARCODE DARI ONLINE MIS
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
Nina Dwi Marginingsih
NRP. 3210191032
Proyek Akhir ini Digunakan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Teknik (S.Tr.T.)
di
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
2023
Disetujui oleh :
1. Rif'ah Amalia, S.T., M.T. 1. Dr. Eng. Teguh Hady Ariwibowo, S.T., M.T.
NIP. 17870915 201903 2 011 NIP. 19870317 201404 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Terapan
Sistem Pembangkit Energi
v
ABSTRAK
vi
ABSTRACT
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi
Robbil `Alamin, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah
Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan kesempatan dan
kemampuan untuk dapat menyelesaikan proyek akhir yang
berjudul
STUDI KINERJA PENDINGIN TERMOAKUSTIK
DENGAN VARIASI PANJANG DUCT DAN HEAT
EXCHANGER
Proyek akhir ini dibuat sebagai kontribusi
di bidang pendidikan Indonesia dan salah satu syarat akademis
untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Teknik (S.Tr.T) di
Politeknik Elekronika Negeri Surabaya (PENS).
Penulis menyelesaikan proyek akhir ini berdasarkan teori-
teori yang telah diperoleh dari perkuliahan, membaca literatur,
dan mendapat bimbingan dari dosen pembimbing serta pihak lain
yang telah banyak memberikan semangat serta bantuannya.
Dalam penyusunan laporan proyek akhir ini, penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan masukan dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi kesempurnaan buku proyek akhir
ini. Semoga buku proyek akhir ini dapat memberikan manfaat
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan bagi semua pihak.
Surabaya, 2023
Penulis.
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
ix
8. Seluruh dosen dan teknisi Prodi Sistem Pembangkit Energi
PENS yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama
Proyek Akhir
9. Ketut Trisma Cadu Palguna, Affisena Alghifari, M. Aghist,
Arya Rafi Abrari, Zainantun Nasiroh, Helrinda Fifiana, dan
Farahvelia Mahdiyyah selaku partner yang telah membantu
selama pengerjaan Proyek Akhir
10.Ifa, Anin, Widya, Oril, Philips, Fawaidz, Aulia, Regita selaku
teman yang membantu dan menghibur selama pengerjaan
Proyek Akhir.
11.Teman-teman EN-09 yang telah memberikan banyak
dukungan kepada penulis.
12.Semua pihak secara langsung maupun tidak langsung turut
membantu dalam menyelesaikan laporan proyek akhir ini,
namun tidak bisa disebutkan satu persatu di sini.
Penulis menyadari jika masih terdapat kekurangan dalam
penulisan proyek akhir ini. Oleh karena itu, penulis sangat
menerima saran dan kritik demi perbaikan proyek akhir ini baik
dari segi konten maupun etika penulisan. Dengan segala
kerendahan hati, penulis berharap semoga proyek akhir ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Surabaya, 2023
Penulis.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK..................................................................................vi
KATA PENGANTAR...............................................................viii
UCAPAN TERIMA KASIH.......................................................ix
DAFTAR ISI...............................................................................xi
DAFTAR GAMBAR................................................................xiii
DAFTAR TABEL......................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................xvi
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................4
1.3 Tujuan................................................................................5
1.4 Batasan Masalah.................................................................5
1.5 Sistematika Penulisan.........................................................6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...................................................7
2.1 Penelitian Terdahulu...........................................................7
2.2 Dasar Teori.......................................................................22
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN......................................36
3.1 Diagram Alir Penelitian....................................................36
3.2 Proses Pengerjaan.............................................................37
3.3 Pemodelan DeltaEC..........................................................41
BAB 4.........................................................................................46
4.1 Validasi............................................................................46
4.2 Analisis.............................................................................49
BAB 5.........................................................................................60
5.1 Kesimpulan.......................................................................60
5.2 Saran.................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA.................................................................62
LAMPIRAN...............................................................................67
Lampiran 1. Data Hasil Simulasi............................................67
xi
Lampiran 2 Pemodelan DeltaEC.............................................68
BIODATA PENULIS.................................................................71
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Representasi Skematis dari Prime Over
Thermocoustic Ujung Terbuka...............................7
Gambar 2.2 Pengaruh PT dan PS pada Perbedaan Temperatur
Onset untuk Variasi Panjang Resonator................8
Gambar 2.3 Pengaruh PT dan PS pada Frekuensi untuk Variasi
Panjang Resonator.................................................9
Gambar 2.4 Pengaruh PT dan PS pada Amplitudo Tekanan untuk
Variasi Panjang Resonator...................................10
Gambar 2.5 Th sebagai Fungsi Porositas....................................11
Gambar 2.6 COP Total sebagai Fungsi Porositas.......................12
Gambar 2.7 a) Skema Pendingin Termoakustik dan b) Sel unit
simulasi representatif ditunjukkan dengan dua
permukaan periodik dan dua permukaan dengan
kondisi batas yang setara......................................13
Gambar 2.8 Empat ukuran mesh yang berbeda digunakan untuk
generasi grid terhadap Temperature Different.....14
Gambar 2.9 Pengaruh Drive Ratio (Dr) pada Efek Pendinginan
yang Diinduksi.....................................................15
Gambar 2.10 Nilai COP dan COPR dengan Variasi Plate Spacing
.............................................................................18
Gambar 2.11 Hasil Kalkulasi Nilai COP dan COPR dengan
Variasi Plate Spacing...........................................18
Gambar 2. 12 Aliran Temperatur Versus Panjang Resonator
untuk Harmonik Frekuensi yang Berbeda............19
Gambar 2.13 Perbedaan Temperatur vs. Tekanan Rata-rata untuk
Beban Pendinginan (1, 2, 3, 4, dan 5 Watts)........20
Gambar 2.14 Perbedaan Temperatur vs Drive Ratio pada Beban
Pendinginan yang Berbeda (3, 5, 7, 9 Watt).........20
Gambar 2.15 Perbedaan Temperatur vs 2y0 / δk pada Beban
Pendinginan yang Berbeda...................................21
Gambar 2.16 Variasi Perbedaan Temperatur dengan Perubahan
Panjang Stack yang Berbeda................................21
xiii
Gambar 2.17 Ilustrasi Sederhana Mesin Termoakustik, Oleh
Desai (2016) [18].................................................23
Gambar 2.18 Representasi Skematis Konstruksi Pendingin
Termoakustik, Oleh Mahmumi (2015) [19].........23
Gambar 2.19 Diagram Kerja W dan Aliran Kalor Q pada (a)
Pendiingin Termoakustik dan (b) Mesin
Termoakustik (Wilhelmus, 2009) [20].................24
Gambar 2.20 Siklus Pendingin Termoakustik Gelombang Berdiri
(a) Interaksi Paket Gas Dingin dengan Dinding
Stack [20] (b) Diagram P-V (Russel dan Weibull,
2002) [21]............................................................25
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian..........................................37
Gambar 3.2 Skema Hofler`s Refrigerator pada DeltaEC............42
Gambar 4.1 Grafik Tc/Th terhadap Beban antara Simulasi dan
Eksperimen.............................................................47
Gambar 4.2 Grafik Variasi Duct Length after CHX terhadap
Perbedaan Temperatur............................................50
Gambar 4.3 Grafik Variasi Duct Length after CHX terhadap COP
Pendingin Termoakustik.........................................50
Gambar 4.4 Grafik Variasi Duct Length before HHX terhadap
Temperature Onset.................................................52
Gambar 4.5 Grafik Variasi Duct Length before HHX terhadap
COP Pendingin Termoakustik................................52
Gambar 4.6 Grafik Variasi y0 pada HX terhadap Perbedaan
Temperatur.............................................................54
Gambar 4.7 Grafik Jarak Pelat (y0) HX terhadap COP...............54
Gambar 4.8 Grafik Variasi Stack Area terhadap Perbedaan
Temperatur.............................................................56
Gambar 4.9 Grafik Variasi Stack Area terhadap COP................56
xiv
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
xv
Lampiran 1. Data Hasil Simulasi................................................67
Lampiran 2. Pemodelan DeltaEC................................................68
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
1
komponen yang diperlukan berupa loudspeaker sebagai beban
atau sistem sumber bunyi pada termoakustik, dua buah heat
exchanger, stack, dan tabung resonator yang terhubung dengan
speaker. Di samping itu, kekurangan dari sistem pendingin
termoakustik adalah memiliki efisiensi yang rendah dibandingkan
dengan sistem pendingin lainnya. Hal itu membuat studi
mengenai pendingin termoakustik diperlukan lebih lanjut untuk
meningkatkan performa pendingin termoaskutik [2].
Dalam meningkatkan performa pada pendingin
termoaskutik dapat dilakukan dengan berbagai cara dan
dipengaruhi oleh banyak parameter. Pada penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Setiawan yang memvariasikan panjang dan
diameter resonator menyebutkan bahwa resonator berpengaruh
terhadap penurunan temperatur dan beda temperatur. Penurunan
temperatur berbanding terbalik dengan panjang resonator dan
semakin pendek resonator yang digunakan maka semakin besar
pula beda temperaturnya. Dengan resonator yang pendek
mengakibatkan frekuensi resonansi bernilai besar sehingga gerak
molekul menjadi cepat dan transfer kalor pun berlangsung dengan
cepat. Ketika semakin panjang resonator, frekuensi resonansi
semakin kecil sehingga gerak molekul menjadi lambat dan ransfer
kalor kurang efektif. [3].
Selain itu, terdapat penelitian oleh He yang berjudul
“Explanation On The Onset and Damping Behaviors in A
Standing wave Thermoacoustic Engine” dengan penelitian
menggunakan gelombang berdiri atau standing-wave untuk
menganalisis termodinamika pada proses onset dan hasil
eksperimental pada perbedaan sudut kemiringan alat atau piranti
termoakustik. Pada posisi vertikal ini didapatkan perbedaan
temperature onset yang paling rendah yang artinya posisi
tersebut menghasilkan gelombang bunyi yang lebih rendah
2
dibandingkan dengan posisi piranti yang lainnya [4]. Dari
penelitian tersebut diketahui bahwa tidak hanya komponen yang
berpengaruh terhadap kinerja pendingin termoakustik, tetapi juga
penempatan sudut kemiringan dari piranti termoakustik juga
berpengaruh terhadap performanya. Penempatan sudut
kemiringan ini nantinya mempengaruhi konveksi natural yang
terjadi sehingga dapat berpengaruh pula terhadap temperatur
onset dari termoakustik [5].
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Ahmed I. Abd El-
Rahman pada jurnal yang berjudul “Computational Fluid
Dynamics Simulation of a Thermoacoustic Refrigerator” yang
melaporkann simulasi dinamika fluida komputasi dua dimensi
dari perilaku aliran osilasi non linier dalam pendingin
termoakustik setengah panjang gelombang yang diisi sengan
helium sebagai gas kerja nya. Selain itu penelitian ini digunakan
untuk memahami perilaku aliran massal dan mikrostruktur dan
aliran akustik nonlinier dalam pendingin termoakustik dengan
mengkarakterisasi dan mengoptimalkan kinerjanya dan
membangun model dinamika fluida komputasi dari perangkat
termoakustik [6].
Studi ekperimental juga dilakukan oleh Ahmed I. Abd El-
Rahman pada jurnal yang berjudul “A Compact Standing wave
Thermoacoustic Refrigerator Driven by A Rotary Driven
Mechanism” yang dilakukan dengan pembuatan piranti model
akustik linier 1-D yang terdiri dari dua piston yang berosilasi
secara harmonis yang digerakkan oleh mekanisme penggerak
putar 1-HP pada frekuensi 42 Hz yang dalam praktiknya efek
pendingin diukur pada berbagai pergeseran fasa antara gerakan
dua piston yang berlawanan dapat menunjukkan bahwa
kesesuaian nilai kualitatif dengan nilai teoritis yang diperoleh.
3
Dengan penggunaan piston yang diberikan dapat menggantikan
driven akustik yang mahal [7].
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu dapat diketahui
bahwa terdapat banyak parameter yang meentukan kinerja
pendingin termoakustik. Maka dari itu penelitian ini dibatasi
dengan variasi pada panjang resonator, stack area, dan jarak pelat
untuk aliran gas pada kedua heat exchanger. Penelitian ini,
dilakukan secara simulasi dengan memfokuskan pada kinerja atau
Coefficient Of Performance (COP) dari termoakustik.
Dikarenakan penelitian ini menggunakan pipa organa tertutup
maka gelombang yang digunakan adalah standing wave. Fluida
kerja yang digunakan berupa Helium. Material heat exchanger
menggunakan copper yang perbedaan temperaturnya sudah
diperkirakan antara helium oleh software yang digunakan
(DeltaEC). DeltaEC (Design Environtment for Low Amplitudo
Thermoacoustic Energy Conversion) adalah software atau
program komputer yang dapat menghitung detail tentang
bagaimana kinerja dari termoakustik [8]. Software ini dapat
membantu user untuk merancang piranti termoakustik untuk
mencapai kinerja yang diinginkan.
Data hasil simulasi tentang termoakustik dapat berupa
frekuensi, perbedaan temperatur, dan beberapa parameter lain
yang kemudian diolah untuk mengetahui nilai COP dari
pendingin termoakustik di tiap variasinya.
4
2. Bagaimana pengaruh stack area terhadap coefficient of
performance (COP) pendingin termoakustik?
3. Bagaimana pengaruh jarak pelat untuk aliran gas pada
heat exchanger terhadap coefficient of performance
(COP) pendingin termoakustik?
1.3 Tujuan
Untuk tujuan dari penelitian proyek akhir
adalah sebagai berikut :
5
5. Simulasi dilakukan secara 1-D dengan daya beban yang
digunakan sebesar 3 W.
6. Helium digunakan sebagai fluida kerja, copper sebagai
material heat exchanger , dan kapton sebagai material
stack.
7. Data dan validasi diambil dari eksperimen pada jurnal
referensi [8] [9].
8. Case simulasi yang digunakan sama dengan referensi
[8] [9].
BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
6
Analisa dan pembahasan menjelaskan hasil simulasi
pengujian dan analisa terhadap hasil yang didapatkan.
BAB 5
7
(halaman ini sengaja dikosongkan)
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
9
Hasil dari penelitian ini disimulasikan pada software
DeltaEC, yaitu sebagai berikut :
10
tinggi terjadi pada PT (Plate thickness) yang bernilai 0,3
daripada PT (Plate thickness) 0,5 karena area perpindahan
panas yang tinggi antara stack dan gas yang diakibatkan
dari peningkatan jumlah pelat di stack.
11
spacing (PS) dan panjang resonator menyebabkan
penurunan frekuensi.
12
2.1.2 The Effect of the Porosity of Regenerators on the
Performance of a Heat-Driven Thermoacoustic
Cooler
13
kinerja yang tinggi tetapi juga temperatur pemanasan yang
rendah.
14
dari perilaku aliran osilasi non-linier dalam pendingin
termoakustik setengah panajng gelombang yang gas
kerjanya berupa helium. Model komputasi yang
dkembangkan hanya mempertimbangkan gas ideal yang
bekerja, plat stack, dan dinding pada resonator. untuk
kesederhanaan dari pendingin termoakustik diasumsikan
pada awalnya bekerja tanpa beban.
Berikut merupakan skema pendingin termoakustik
yang ditampilkan pada penelitian ini beserta detail
geometri dan properti material dari stack.
l, t, H, L,
s
ρeff , C sp ,eff , s
k eff ,
mm mm mm Mm Kg/m3 J/kg.K W/m.K
15
sedangkan domain gas dibagi menjadi 9621 elemen
campuran. Elemen terkecil berukuran 25 µm dan jumlah
minimum elemen melintasi celah adalah sepuluh. Meshing
berstruktur yang sangat halus dengan demikian diterapkan
sangat dekat dengan pelat stack agar dapat secara akurat
menangkap efek termoakustik di dalam penetrasi termal
yang dikembangkan, sedangkan meshing tak berstruktur
yang lebih kasar dihasilkan lebih jauh di mana interaksi
termal dengan gas kerja diharapkan menghilang. Meshing
yang dihasilkan terdiri dari 111758 elemen dan 12227
node. Hasil meshing ditampilkan pada gambar berikut:
Gambar 2.8 Empat ukuran mesh yang berbeda digunakan untuk generasi grid
terhadap Temperature Different [6]
16
Gambar 2.9 Pengaruh Drive Ratio (Dr) pada Efek Pendinginan
yang Diinduksi [6]
17
suara atau sound generator), dan frekuensi pembangkit
suara (bervariasi dari 150 Hz, 200 Hz, 250 Hz dan 300 Hz).
Kinerja sistem TAR dalam percobaan ini dievaluasi
dengan COP, COPC, dan COPR. Tabel 2.2 menunjukkan
hasil perhitungan kinerja serabut kelapa bervariasi dari
kerapatan 30%, 50%, dan 70%. COP, COPC, COPR
dihitung berdasarkan persamaan 1, 2, 3 dan 4. COP
maksimum yang dicapai dengan menggunakan stack sabut
kelapa adalah 0,00115, sedangkan menggunakan plastik
adalah 0,00882. Nilai ini sangat kecil dibandingkan dengan
teknologi refrigerasi konvensional seperti kompresi uap,
refrigerasi absorpsi, termoelektrik, dan pulse tube
refrigeration. COP akan meningkat jika perbedaan suhu
antara sisi panas dan dingin meningkat dan peneliti lain
juga menyebutkan bahwa nilai COP akan meningkat secara
linier dengan beban pendinginan.
Tabel 2.2 Kinerja Sabut Kelapa sebagai Stack pada Sistem
TAR [12]
Density
Frequenc
of
y COP COPC COPR
Coconut
(Hz)
Fiber (%)
150 0,00020 16,1875 1,24E-05
200 0,00029 10,96 1,28E-05
0,00030 9,35714 3,19E-05
30 250
3
0,00027 9,76923 2,78E-05
300
1
50 150 0,00021 30,5 6,87E-06
0,00045 12,3043 3,66E-05
200
5
250 0,00032 16,7777 1,91E-05
18
8
0,00032 16,7777 1,91E-05
250
8
300 0,00049 11,25 4,33E-05
Tabel 2.2 Kinerja Sabut Kelapa sebagai Stack pada Sistem TAR
(Lanjutan) [12]
19
sebesar 0,15 mm hingga 0,7 mm. Material mylar memiliki
konduktivitas termal yang lebih kecil daripada material
stainless steel yang umumnya sering digunakan. Pelat dari
stack disusun secara paralel dengan penghubung antar pelat
menggunakan senar pancing.
Hasil COP dan COPR yang didapatkan berdasarkan
plate spacing antara 0,15 sampai 0,7 adalah sebagai
berikut:
20
Gambar 2.11 Hasil Kalkulasi Nilai COP dan COPR dengan
Variasi Plate Spacing [13]
21
Temperature flow yang melalui resonator
menunjukkan bahwa harmonik yang tinggi dapat
menurunkan perbedaan temperaturnya. Dan penurunan ini
disebabkan oleh prediksi penempatan stack kurang tepat
dan juga karena tekanan akustik yang lebih rendah.
22
Perbedaan temperatur dimulai dengan nilai yang rendah
karena lemahnya amplitudo tekanan seperti yang
ditunjukkan grafik di atas. Kemudian peningkatan tekanan
amplitudo meningkatkan perbedaan temperatur hingga
mencapai nilai maksimum dan kemudian menurun kareta
tidak terjadi interaksi pada gas parcels dengan pelat karena
pengurangan penetrasi termal.
23
Gambar 2.16 Variasi Perbedaan Temperatur dengan Perubahan
Panjang Stack yang Berbeda [14]
2.2.1 Thermoacoustic
Termoakustik merupakan teknologi engine ataupun
pendinginan yang sedang berkembang. Dalam
termoakustik sendiri memiliki banyak hal positif terutama
di sistem pendinginannya karena menggunakan gas kerja
24
yang ramah lingkungan dan desainnya sederhana.
Teknologi ini sekarang sedang dalam proses penelitian dan
pengemabangan dan diharapkan dapat disebarluaskan
secara komersial dikalangan masyarakat [15].
Termoakustik sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu
thermoacoustic engine dan thermoacoustic Refrigerator.
Secara umum alat atau perangkat yang mengkonversi
energi termal menjadi energi akustik atau gelombang bunyi
disebut thermoacoustic engine dengan kata lain hal yang
perbedaan temperatur dapat membangkitkan gelombang
bunyi. Sedangkan pendingin termoakustik atau
thermoacoustic Refrigerator adalah sistem yang
memanfaatkan gelombang bunyi yang dibangkitkan oleh
suatu sumber untuk mendapatkan perbedaan temperatur
[16] [17].
Gambar 2.17 Ilustrasi Sederhana Mesin Termoakustik, Oleh Desai (2016) [18]
25
Gambar 2.18 Representasi Skematis Konstruksi Pendingin
Termoakustik, Oleh Mahmumi (2015) [19]
26
Gambar 2.19 Diagram Kerja W dan Aliran Kalor Q pada
(a) Pendiingin Termoakustik dan (b) Mesin Termoakustik
(Wilhelmus, 2009) [20]
27
adalah perpindahan kalor dari daerah dingin ke daerah
panas stack [21].
1. Heat exchanger
Penukar kalor panas (hot heat exchanger )
memberikan panas pada sisi stack yang berada di sisi
tertutup sedangkan penukar kalor dingin (cold heat
exchanger ) mengekstrak panas ke lingkungan sekitar
untuk menjaga gradien suhu di stack. Hot heat
exchanger membutuhkan area perpindahan kalor yang
lebih besar daripada cold heat exchanger. Hal ini
dikarenakan koefisien perpindahan kalor dan perbedaan
28
suhu antara plat dan fluida sama. Sehingga panjang
penukar kalor panas dua kali lipat atau lebih besar dari
penukar kalor dingin [10]. Plate spacing dari heat
exchanger dapat dihitung berdasarkan persamaan:
a
y o =2l
A
(2.1)
Dimana y o adalah setengah plate spacing (m), l
setengah ketebalan plate (m), a kecepatan suara (m/s),
dan A luas area stack (m2).
Pada sistem penukar panas (HX), jarak antara
pelat atau permukaan penukar panas memiliki pengaruh
terhadap transfer panas antara dua fluida. Jarak yang
lebih jauh antara pelat-pelat penukar panas dapat
memiliki efek positif pada efisiensi transfer panas dan
akhirnya pada COP. Dalam sistem penukar panas,
semakin jauh jarak antara pelat-pelat, akan
meningkatkan laju aliran udara atau fluida di antara
celah tersebut. Hal ini mengakibatkan peningkatan
transfer panas secara konveksi yang lebih efektif antara
fluida kerja dan lingkungan sekitarnya. Akibatnya,
efisiensi transfer panas meningkat dan COP sistem
menjadi lebih baik. [22]
2. Stack
Stack adalah bagian terpenting dalam
termoakustik, dimana siklus termoakustik dihasilkan.
Stack yang baik harus bisa meminimalkan konduksi
panas sepanjang gradien suhu dan disipasi viscous dari
daya akustik. Ketebalan minimum stack harus 8 δ k [23]
29
dimana δ k adalah kedalaman penetrasi termal yang
didefinisikan sebagai:
δ k=
dimana:
√ 2K
ρ cp ω
[13] (2.2)
30
piranti yang ditandai dengan tidak menurunnya
perbedaan temperature onset. Penurunan temperatur
onset ini menandakan kinerja piranti termoakustik
semakin baik. Pada ukuran resonator yang pendek (L
kecil), mengakibatkan frekuensi resonansi cukup besar
(f besar) yang mana sesuai dengan persamaan:
nv
f n=
4L
(2.3)
dengan,
n = orde harmonik
v = cepat rambat gelombang bunyi
L = panjang resonator
Hal ini berakibat pada gerak molekul-molekul gas
yang cepat di dalam kanal-kanal stack, sehingga transfer
kalor dari area dingin ke area panas dapat berlangsung
dengan cepat. Namun, saat resonator semakin panjang
(L besar), maka frekuensi resonansi semakin kecil (f
kecil). Hal ini berakibat pada gerak molekul-molekul
udara yang lebih lambat sehingga transfer kalor dari
area dingin ke area panas kurang efektif.
Pada diameter optimum memberikan penurunan
dan beda temperatur yang tinggi. Diameter optimum
diambil apabila resonator semakin panjang sehingga
kinerja pendingin termoakustik cenderung baik bila
menggunakan resonator yang semakin pendek dan
diameter yang optimum. Adanya nilai diameter
optimum ini berkaitan dengan laju transfer kalor antara
gas dan stack.
4. Fluida Kerja
31
Pemilihan fluida kerja terutama gas untuk sistem
termoakustik standing wave penting untuk
pertimbangan efisiensi. Gas yang ringan memiliki
kecepatan suara dan konduktivitas termal yang dapat
memberikan efek peningkatan daya akustik karena
kedalaman penetrasi termal yang tinggi, karena gas
yang lebih berat akan menguap dan membeku pada suhu
rendah atau mempunyai sifat tidak ideal.
1. Konduksi
Konduksi adalah mekanisme perpindahan kalor
yang terjadi pada suatu zat, tetapi media untuk
perpindahan panas tetap. Artinya pada proses ini tidak
disertai dengan perpindahan partikel-partikelnya
Konduktivitas termal lingkungan kerja sangat penting
dalam termoakustik karena mempengaruhi efisiensi
termal sirkuit termoakustik. Pada pendingin
termoakustik, perpindahan panas secara konduksi terjadi
pada stack dimana transfer panas ke stack terjadi secara
konduksi [5].
2. Konveksi
Konveksi, dalam termoakustik, adalah proses
perpindahan panas yang terjadi pada fluida (zat zair dan
gas) karena pergerakan partikel dari zat tersebut.
32
Termoakustik menggambarkan konversi energi yang
terjadi ketika terjadi interaksi osilasi temperatur yang
diikuti osilasi tekanan dalam gelombang akustik dengan
dinding batas pada stack.
33
travelling wave adalah gelombang dengan amplitudo dan
fasenya tetap di setiap titik yang dilewatinya. Travelling
wave pada termoakustik dapat menghasilkan suara yang
lebih keras dan lebih stabil dibandingkan dengan standing
wave. Tetapi gelombang ini membutuhkan ruang yang
lebih besar dalam praktiknya. Sedangkan, gelombang yang
paling sering digunakan adalah standing wave. Selain itu,
gelombang ini juga relatif lebih sederhana tetapi nilai
efisiensi yang dihasilkan masih kecil.
34
dimana, Tc adalah cold temperature dan T0 adalah hot
temperature.
Hasil dari perhitungan dari COP dan COP Carnot
digunakan untuk mendapatkan nilai COP Relative dari
pendingiin termoakustik. Persamaan yang digunakan untuk
menghitung COP Relative adalah:
COP
COPR= [8] (2.6)
COPCarnot
35
disederhanakan [28]. Osilasi harmonik, kerapatan, tekanan,
dan kecepatan digunakan untuk mensimulasikan perilaku
gelombang yang berosilasi. Dalam termoakustik, aliran
osilasi berubah seiring waktu. Gerakan osilasi juga
dipengaruhi oleh kecepatan sudut yang didefinisikan
sebagai:
ω=2 πf
[29]
(2.7)
dimana f adalah frekuensi aliran. Kontinuitas, momentum,
dan persamaan energi didefinisikan dengan memasukkan
istilah osilasi ke dalam persamaan Navier Stokes.
Kecepatan suara terkait dengan tekanan dan kepadatan
melalui hubungan dari:
c= √( ∂ p/∂ ρ ) s
[29]
(2.8)
dimana p adalah tekanan, ρ adalah densitas, dan s sebagai
proses isentropik dari perambatan suara. Proses isentropik
digunakan untuk memperkirakan cepat rambat gelombang
suara [29].
DeltaEC menggunakan metode shooting. Metode
shooting digunakan dimana nilai tebakan ditentukan
dengan menggunakan nilai yang diketahui atau dapat
dipresiksi. Kemudian DeltaEC menyelesaikan persamaan
yang sesuai dengan target desain dan memberikan hasil
untuk model tersebut. Secara umum, DeltaEC adalah
software yang dapat digunakan untuk mendapatkan desain
tentang performa pendinginan dari perangkat termoakustik
36
Banyak kelompok penelitian telah melakukan
optimisasi geometri berdasarkan pekerjaan eksperimental
atau solusi numerik dari teori termoakustik linier
menggunakan perangkat lunak seperti DeltaEC. Penelitian
yang dilakukan Tijani berhasil mengoptimalkan unit stack
menggunakan perhitungan manual teori termoakustik serta
prediksi numerik dari model DeltaEC [30].
37
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
38
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
39
3.2.1 Studi Literatur
Untuk memahami lebih dalam pada kasus yang
dikaji, maka dilakukan studi literatur. Tahapan ini, peneliti
mengumpulkan informasi yangdapat menunjang
pengerjaan tugas akhir. Informasi dan teori didapatkan
melalui jurnal, buku, dan referensi lainnya. Pada tugas
akhir ini, studi literatur difokuskan pada informasi dan teori
yang membahas mengenai komponen utama yang ada pada
pendingin termoakustik, seperti stack, heat exchanger , dan
resonator. Selain itu, studi literatur yang dilakukan adalah
pemahaman mengenai software yang digunakan dalam
pengerjaan tugas akhir ini, yaitu DeltaEC.
0 BEGIN:
1 COMPLIANCE: the space above the speaker
40
2 VESPEAKER: electrodynamic driver
3 RPN
4 DUCT: ambient temperature duct
5 STKSLAB: stack
6 HX: heat exchanger
7 CONE
8 HARDEND: target this to seal the end
9 COMPLIANCE: end bulb
41
3.2.5 Validasi Data
Untuk mengetahui keakuratan simulasi, maka
dilakukan validasi dengan menggunakan data eksperimen
sebagai pembanding. Pada penelitian ini dilakukan validasi
pada temperatur ratio antara sisi panas dan sisi dingin
antara data eksperimen dan data hasil simulasi. Untuk
mengetahui bahwa validasi akurat digunakan metode
MAPE.
3.2.8 Kesimpulan
Dibuat kesimpulan berdasarkan analisa dari
penelitian terkait.
42
3.3 Pemodelan DeltaEC
Pengaruh kondisi operasi dan perubahan parameter
terhadap kinerja pendingin termoakustik dan perbedaan
temperatur di area stack dapat dipecahkan secara numerik dengan
bantuan perangkat lunak simulasi yaitu DeltaEC. Dalam proses
desain pendingin termoakustik ini, kondisi operasi ditetapkan
pada tekanan rata-rata, fluida kerja, temperatur solid masing-
masing bernilai 10 bar, helium, dan 300K. Beban daya
pendinginan yang digunakan sebesar 3 W.
43
dipertahankan pada ujung stack. STKSLAB ditempatkan diantara
kedua heat exchanger dan diinterpretasikan sebagai stack.
Dikarenakan laju alir harus bernilai nol maka ditambah segmen
HARDEND di ujung sistem. Selain itu, ada segmen RPN.
Segmen RPN ini adalah segmen matemaris yang memungkinkan
pengguna untuk mendapatkan parameter untuk dianalisis seperti
COP, COPC, COPR. Keberadaan segmen RPN tidak
mengganggu hasil pemodelan DeltaEC. Itu tergantung oleh
pengguna yang mendeklarasikan RPN. RPN memungkinkan
pengguna untuk dengan mudah untuk menginstruksikan
melakukan perhitungan yang dibutuhkan.
Dalam melakukan pemodelan desain pendingin
termoakustik perlu ditambahkan guess dan target. Daftar segmen
dan nilai yang dijadikan sebagai guess dan target ditunjukkan
pada Tabel 3.1. Berikut merupakan gambar skema Hofler`s
Refrigerator pada DeltaEC.
44
segmen DUCT. Luas penampang stack, panjang resonator (Duct),
jarak antar plat untuk aliran gas pada hot heat exchanger dan
cold heat exchanger diganti di DeltaEC sesuai dengan nilai
perbandingan pada eksperimental. Sedangkan panjang kedua heat
exchanger, panjang, ketebalan pelat dan jarak setengah pelat pada
stack, dan perimeter resonator digunakan nilai yang tetap sesuai
dengan nilai ketetapan Hofler. Untuk simulasi ini fluida kerja
yang digunakan adalah Helium dan material yang digunakan pada
heat exchanger dan stack masing-masing adalah copper dan
kepton.
Data-data variasi untuk difokuskan pada analisa Coefficient
Of Performa (COP) disajikan dalam tabel berikut:
Parameter Nilai
0,187
0,195
Duct Length (after stack) 0,203
0,211
0,219
0,00045
0,0006
y0 HHX 0,00075
0,0009
0,00105
Heat exchanger
0,000295
0,000325
y0 CHX 0,000355
0,000385
0,000415
Stack Area 0,0014175
0,001701
0,0019845
0,002268
45
0,0025515
Parameter Nilai
0,03
0,05
Duct Length (before stack) 0,07
0,09
0,11
46
persamaan Tc/Th. Pada DeltaEC dicantumkan persamaan
(7H/9H). Pada segmen RPN number 17 yaitu didefinisikan
sebagai COP Relative pendingin termoakustik, dimana COP dan
COPC dihitung. Persamaan yang digunakna untuk COP adalah
pembagian antara daya pendinginan pada CHX dan daya yang
dibuang pada VESPEAKER sehingga diberikan persamaan
DeltaEC (14A/2F). Sedangkan pada COPC merupakan koefisien
Carnot yang sesuai dengan persamaan (4) yang didefinisikan
sebagai (9H/(7H-9H). Sehingga di segmen ini diberikan
pembagian dari persamaan COP/COPC untuk mendapatkan nilai
koefisien relatif pendingin termoakustik.
47
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Validasi
Validasi dilakukan dengan permodelan DeltaEC yang
sesuai dengan Hofler`s Refrigerator. Pada eksperimen [9]
diberikan beban pendingin yang bervariasi. Nilai beban yang
diberikan dari 2 sampai dengan 8 dengan rpn 1,03 dan 1,06. hasil
dari validasi dapat dilihat berdasarkan Tabel berikut:
48
Grafik yang dihasilkan dari proses validasi ini
ditunjukkan pada Gambar 4.1
0.85
0.8
0.75
Tc/Th
DeltaEC
0.7
Linear (DeltaEC)
0.65 Eksperimen
0.6 Linear (Eksperimen)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Qtot (watts)
y = 0,0186x + y = 0,0168x +
Nilai X
0,6893 0,6793
Eksperimen % Error
NilaiEq:DeltaEC Nilai Eq: Eksp
1,86818747 0,724048287 0,71068555 1,88026
49
3
2,88468664
8 0,742955172 0,727762736 2,087553
3,91726590
1 0,762161146 0,745110067 2,288397
4,91617625 0,780740878 0,761891761 2,473989
5,91472926
4 0,799313964 0,778667452 2,651519
6,92967998
7 0,818192048 0,795718624 2,824293
7,96098871
5 0,83737439 0,81304461 2,992429
Untuk mengetahui tingkat eror memiliki keakuratan dengan
data eksperimen, dilakukan pengujian MAPE. Mean Absolute
Percentage Error (MAPE) merupakan ukuran kesalahan relatif
yang menyatakan persetase kesalahan hasil pendugaan (nilai
simulasi) terhadap hasil aktual (nilai eksperimen). Persamaan
MAPE diberikan sebagi berikut:
n
yi − ý i
∑│ ýi
│× 100 %
t =1
[31] (4.2)
dimana,
n = jumlah data
50
(1982), nilai MAPE dapat diinterpretasikan atau ditafsirkan ke
dalam 4 kategori yaitu :
4.2 Analisis
Studi penelitian ini menekankan pentingnya pemilihan
dimensi pada resonator (duct), stack, dan heat exchanger .
Analisis dilakukan secara numerik menggunakan software
DeltaEC. Pengaruh panjang duct, jarak antar plat pada heat
exchanger , dan stack area menjadi fokus pada penelitian ini. Di
DeltaEC ada beberapa parameter yang dapat ditentukan
berdasarkan desain sistem. Hasil yang diberikan dapat berupa
nilai frekuensi, temperatur rasio antara hot dan cold, beban
pendinginan, dan Coefficient Of Performance (COP) pendingin
termoakustik.
Setelah dilakukan simulasi sebanyak 20 kali running
dengan nilai variabel yang berbeda, kemudian dilakukan
perhitungan COP menggunakan persamaan (2.6) untuk dianalisis
desain pendingin termoakustik mana yang memiliki performa
paling baik. Pada Tabel 4.3 ditampilkan data hasil simulasi.
Untuk mengetahui desain yang baik dari pendingin termoakustik,
perlu diketahui bahwa semakin tinggi perbedaan temperaturnya (
51
∆ T ¿ maka nilai dari COPnya juga akan semakin besar sehingga
performanya semakin baik.
0.74455
0.7445
0.74445
0.7444
0.18 0.19 0.2 0.21 0.22 0.23
Duct Length (m)
52
Duct Length (after CHX)
0.56
0.54
COP 0.52
0.5
0.48
0.18 0.19 0.2 0.21 0.22 0.23
Duct Length (m)
53
variasinya. Pada variasi Duct length after CHX nilai
COP tertinggi bernilai 0,5384 didapatkan dari duct
length terpanjang yang bernilai 0,219 dengan
perbedaan temperatur 0,74453333.
Hasil dari variasi duct length before HHX
ditampilkan pada Gambar 4.4 dan Gambar 4.5
0.75
0.7
0.65
0.6
0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
Duct Length (m)
54
Duct Length (before HHX)
0.6
0.4
COP
0.2
0
0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
Duct Length (m)
55
4.2.2 Pengaruh Jarak Pelat untuk Aliran Gas pada
Heat Exhanger terhadap COP
Jarak aliran gas pada HX dapat mempengaruhi
kinerja keseluruhan sistem dan akhirnya mempengaruhi
nilai COP. Jarak pelat ini berfungsi untuk mengatur aliran
gas di dalam perangkat termoaskutik. Ketika gas (biasanya
udara atau helium) melewati heat exchanger , jarak ini
memungkinkan transfer panas dan suara yang efektif antara
elemen-elemen tersebut. Ukuran jarak pelat untuk aliran
gas pada heat exchanger yang tepat dapat mempengaruhi
kinerja perangkat termoakustik. Jika jarak terlalu besar,
dapat terjadi kebocoran suara dan energi yang tidak
diinginkan di heat exchanger yang dapat menyebabkan
penurunan efisiensi. Di sisi lain, jika celah terlalu kecil,
aliran gas dapat terhambat dan menyebabkan peningkatan
resistansi aliran dan penurunan aliran. Oleh karena itu,
variasi pada parameter ini perlu dilakukan untuk
mengetahui desain ukuran yang baik pada pendingin
termoakustik. Data variasi dilihat pada Tabel 3.1.
Variasi y0 HX
0.754
Tc/Th (K)
0.75
0.746
0.742
0.0003 0.0006 0.0009 0.0012
y0 (m)
56
Jarak antar pelat untuk aliran gas pada heat
exchanger dapat mempengaruhi kecepatan aliran gas.
Gambar 4.6 menunjukkan perbedaan temperatur yang
dipengaruhi oleh jarak pelat (y0). Nilai yang paling tinggi
memberikan perbedaan temperatur yang paling besar pula.
Sehingga didapatkan nilai COP yang tukup tinggi.
Variasi y0 HX
0.56
0.52
COP
0.48
4 5 6 7 8 9 01 1
00 00 00 00 00 00 0 01
0.
0
0.
0
0.
0
0.
0
0.
0
0.
0 0. 0.
0
y0 (m)
57
dilakukan untuk mengetahui seberapa besar nilai
penurunan temperatur ketika terjadi di beberapa ukuran
dari area stack. Nilai variasi yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan hasil perbandingan dari penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Hofler [9]. Hasil dapat
ditunjukkan pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.8. Perubahan
nilai area stack ini nantinya juga merubah desain dan
bentuk dari stack itu sendiri, baik dari panjang ataupun
diameterya. Dari grafik perbedaan temperatur diketahui
bahwa semakin besar nilai stack area yang divariasikan
maka nilai perbedaan temperaturnya semakin kecil. Hal itu
mempengaruhi nilai COP dari pendingin termoakustiknya
dimana dibuktikan pada Gambar 4.3.
Stack Area
0.75
Tc/Th (K)
0.7
0.65
0.6
0.001 0.0015 0.002 0.0025 0.003
Stack Area (m²)
58
lebih besar menghasilkan penurunan temperatur yang lebih
besar. Hal ini disebabkan karena tergantung pada material
stack yang digunakan.
Stack Area
0.6
COP0.4
0.2
-1.11022302462516E-16
0.001 0.0015 0.002 0.0025 0.003
Stack Area (m²)
59
Tabel 4.3 Hasil Simulasi
Heat exchanger
Duct Stack Duct
y0 y0 Frekuensi Tc/Th COP
Length area Length (2)
HHX CHX
0,74463333
0,500873052
0,0426 0,001134 0,00019 0,000255 0,187 479,34 3
0,74453333
0,510618421
0,0426 0,001134 0,00019 0,000255 0,195 470,37 3
0,0426 0,001134 0,00019 0,000255 0,203 461,81 0,7445 0,520128932
0,0426 0,001134 0,00019 0,000255 0,211 453,64 0,7445 0,529383796
0,74453333
0,538400022
0,0426 0,001134 0,00019 0,000255 0,219 445,83 3
0,74656666
0,578167555
0,0426 0,001134 0,00045 0,000295 0,219 447,22 7
0,0426 0,001134 0,0006 0,000325 0,219 447,82 0,7482 0,587047939
0,74996666
0,590747707
0,0426 0,001134 0,00075 0,000355 0,219 448,41 7
0,75176666
0,594050837
0,0426 0,001134 0,0009 0,000385 0,219 448,99 7
0,0426 0,001134 0,00105 0,000415 0,219 449,56 0,75216666 0,59640142
59
7
0,72066666
0,565248902
0,0426 0,0014175 0,00105 0,000415 0,219 422,15 7
0,0426 0,001701 0,00105 0,000415 0,219 399,3 0,6953 0,532193026
0,67543333
0,500977469
0,0426 0,019845 0,00105 0,000415 0,219 380,06 3
0,0426 0,002268 0,00105 0,000415 0,219 363,69 0,65966667 0,472782395
Tabel 4.3 Hasil Simulasi (Lanjutan)
Heat exchanger
Duct Stack Duct
y0 y0 Frekuensi Tc/Th COP
Length area Length (2)
HHX CHX
0,64703333
0,0426 0,0025515 0,00105 0,000415 0,219 349,6 3 0,447769885
0,64776666
0,03 0,0014175 0,00105 0,000415 0,219 358,14 7 0,407334892
0,05 0,0014175 0,00105 0,000415 0,219 346,35 0,6526 0,467091016
0,07 0,0014175 0,00105 0,000415 0,219 340,27 0,6762 0,503872333
0,09 0,0014175 0,00105 0,000415 0,219 335,59 0,7027 0,522859145
0,00105 0,000415 0,72826666
0,11 0,0014175 0,219 331,27 7 0,529564894
61
Data hasil simulasi didapatkan dengan nilai COP tertinggi pada saat duct length
semakin panjang. Dengan nilai stack area yang semakin kecil juga memberikan nilai COP
semakin tinggi. Hal ini juga ditandai dengan meningkatnya nilai gradien temperaturnya. Nilai
COP paling tinggi dicapai pada saat jarak pelat untuk aliran gas pada heat exchanger semakin
jauh.
62
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dijelaskan dapat
disimpulkan bahwa:
1. Perbedaan temperatur yang didapatkan dari variasi
terhadap panjang Duct terjadi secara fluktuatif. Apabila
Duct berukuran pendek, frekuensi resonansi akan besar dan
sebaliknya. Hal tersebut mempengaruhi perbedaan
temperatur yang diakibatkan transfer kalor. Nilai COP
terbaik diperoleh ketika Duct lengthnya bernilai 0,219
untuk sesudah CHX dan 0,11 sebelum HHX.
2. COP paling tinggi didapatkan ketika stack area bernilai
0,0014175. Dimana semakin kecil area stack maka semakin
baik COP pada sistem termoakustik.
3. Jarak pelat untuk aliran gas pada HX didapatkan nilai
0,00105 untuk HHX dan 0,00415 untuk CHX. Nilai
tersebut memiliki nilai COP sebesar 0,565249. Semakin
besar jarak pada aliran gas maka akan meningkatkan
perbedaan temperatur, sehingga dapat meningkatkan
efisiensinya.
5.2 Saran
Penelitian ini perlu disempurnakan supaya
menjadi sumber informasi yang lebih baik di masa mendatang.
Terdapat beberapa saran peneliti guna pengembangan penelitian
ini yang dijelaskan pada poin-poin berikut.
1. Perlu dilakukan pembuktian pada real life untuk
mengetahui apakah desain yang diberikan sesuai dengan
peningkatan COP dari pendingin termoakustik.
61
2. Dilakukan perhitungan untuk menentukan nilai dari setiap
parameter agar hasil yang diperoleh semakin akurat
64
DAFTAR PUSTAKA
65
0] “Influence of Stack Geometry and Resonator Length on The
Performance of Thermoacoustic Engine,” Applied Acoustic,
vol. 73, 2012.
[1 I. Farikhah dan Y. Ueda, “The Effect of The Porosity Of
1] Regenerator On The Performance of A Heat Driven
Thermoacoustic Cooler,” pp. 4-7, 2017.
[1 E. Hartulistiyoso, M. Yulianto dan L. Sucahyo, “2.1.4 The
2] Influence of the Density of Coconut Fiber as Stack in
Thermoacoustics Refrigeration System,” IOP Conf. Series:
Earth and Environmental Science, 2018.
[1 M. Tijani, J. Zeegers dan A. de Waele, “The Optimal Stack
3] Spacing for Thermoacoustis Refrigeration,” Acoustical
Society of America, no. 112 (1), p. 128, 2002.
[1 M. A. Alamir dan N. A. Che Sidik, “Thermoacoustic
4] Refrigerators and Heat Pumps: New Insights for A High
Performance,” Journal of Advanced Research in Fluid
Mechanics and Thermal Sciences, vol. 78, no. 1, 2021.
[1 S. A. Tassou, J. S. Lewis, Y. T. Ge, A. Hadawey dan I. Chaer,
5] “A Rewiew of Emerging Technologies for Food Refrigeration
Applications,” Applied Thermal Engineering, Elsevier, vol.
30, p. 13, 2011.
[1 A. Surjosatyo dan D. P. Wicaksono, “Karakteristik Standing-
6] Wave Heat Engine Thermoacoustic Berdasarkan Variasi
Onset Temperatur,” Departemen Teknik Mesin – Fakultas
Teknik Universitas Indonesia, 2016.
[1 I. Setiawan, P. Murti, A. B. S. Utomo, W. N. Achmadin dan
7] M. Nohtomi, “Pembuatan dan Pengujian Prime Over
Termoakustik Tipe Gelombang Bergerak,” 2015.
[1 A. B. Desai, K. P. Desai, H. B. Naik dan M. D. Atrey,
8] “Design and Analysis of Standing Wave Quarter Wavelength
Thermoacoustic Engine,” Indian Journal of Cryogenics, vol.
41, p. 69, 2016.
[1 P. Mahamuni, P. Bhansali, N. Shah dan Y. Parikh, “A Study
9] of Thermoacoustic Refrigeration System,” International
66
Journal of Innovative Research in Advanced Engineering,
vol. II, no. 2, p. 160, 2015.
[2 P. H. M. Wilhelmus, Mathematical Aspects of
0] Thermoacoustics, Technische Universiteit Eindhoven, The
Netherlands, 2009.
[2 D. A. Russel dan P. Weibull, “Tabletop Thermoacoustic
1] Refrigerator for Demonstrations,” American Journal of
Physics, 2002.
[2 A. J. Jaworski dan A. Piccolo, “Heat Transfer Process in
2] Parallel-Plate Heat Exchnagers of Thermoaocustic Devices -
Numerical and Experimental Appoaches,” vol. 42, pp. 145-
153, 2012.
[2 H. Babaei dan K. Siddiqui, “Design and Optimization of
3] Thermoacoustic Devices,” Department of Mechanical and
Industrial Engineering, Concordia University, Montreal,
Canada, no. 49, 2008.
[2 B. G. Prashantha, G. S. V. L. Narasimham, Seetharamu dan
4] V. B. Hemadri, “Theoretical Evaluation of Stack-Based
Thermoacoustic Refrigerators,” International Journal of Air-
Conditioning and Refrigeration, 2022.
[2 Applied Heat Transfer Research Group, [Online]. Available:
5] https://appliedheattransfer.wordpress.com/termoakustik/.
[Diakses 3 May 2023].
[2 M. E. Tijani, J. C. Zeegers dan A. T. de Waele, “Design of
6] Thermoacoustic Refrigerators,” Cryogenics, pp. 52-53, 2001.
[2 G. W. Swift, “Thermoacoustics: A Unifying Perspective for
7] Some Engines and Refrigerators,” Acoustical Society of
America, American Institute of Physics Press, New York, vol.
115, no. 5, 2002.
[2 N. M. Hariharan, P. Sivashanmugam dan S. Kasthurirengan,
8] “Effect of Resonator Length and Working Fluid on The
Performance of Twin Thermoacoustic Heat Engine -
Experimental and Simulation Studies,” vol. 75, pp. 51-55,
2013.
67
[2 N. D. A. Rosle, F. A. Z. Mohd Saat, R. N. Othman, I. A.
9] Rahim dan P. Sechan, “Investigation On Standing Wave
Thermoacoustic Generator Using DeltaEC,” Journal of
Advanced Research in Fluid Mechanics and Thermal
Sciences, vol. 96, no. 2, pp. 51-64, 2022.
[3 M. Tijani, J. Zeegers dan A. de Waele, “Design of
0] Thermoacoustic Refrigerators,” Elsevier Science, vol. 42, pp.
49-57, 2002.
[3 “aindhae.com,” 17 December 2019. [Online]. Available:
1] https://www.aindhae.com/2019/12/cara-menghitung-mean-
absolute.html#:~:text=%3C10%25%20%3D%20sangat
%20akurat%2010-20%25%20%3D%20baik%2020-
50%25,nilai%20MAPE%20maka%20semakin%20besar
%20kesalahan%20hasil%20pendugaan.. [Diakses 26 June
2023].
[3 R. A. Anugrah, “Studi Eksperimental Pengaruh Variasi Sudut
2] Kemiringan terhadap Temperatur Onset Termoakustik
Generator Gelombang Berdiri dengan Panjang Resonator 780
mm,” Jurnal Engine, vol. 2, pp. 2-3, 2018.
[3 R. A. Anugrah, “Studi Eksperimental Pengaruh Variasi
3] Panjang Resonator terhadap Temperatur Onset Termoakustik
Generator Gelombang Berdiri pada Posisi Vertikal,” pp. 2-7,
2018.
[3 N. Arafa, A. H. Ibrahim dan E. A. Rahman, “Design
4] Considerations for Thermoacoustic Engines for Low Onset
Temperature and Efficient Operation,” Forum Acusticum,
2011.
[3 I. Setiawan, M. Katsuta dan M. Nohtomi, “Numerical Study
5] on the Effect of Working Gases on the Critical Temperature
Difference of a Standing Wave Thermoacoustic Prime
Mover,” p. 3, 2013.
[3 R. A. Anugrah, A. Widyaparaga dan I. M. Miasa, “Metode
6] Investigasi Parameter Sudut Kemiringan dan Panjang
Resonator terhadap Kinerja Standing Wave Thermoacoustic
68
Engine,” pp. 228-229, 2017.
[3 M. Alamir dan A. A. Elamer, “A Compromise Between the
7] Temperature Difference and Performance in a Standing Wave
Thermoacoustic Refrigerator,” International Journal of
Ambient Energy, 2018.
69
LAMPIRAN
68
Lampiran 2. Pemodelan DeltaEC
69
72
73
BIODATA PENULIS
Bagi para pembaca yang ingin memberikan saran, kritik, atau berdiskusi
lebih lanjut terkait laporan kerja praktik dan penelitian penulis dapat
dilakukan dengan menghubungi alamat surel peneliti:
ninadwimarg26@gmail.com
74