Ruang Lingkup MSI1
Ruang Lingkup MSI1
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Studi Islam
…………………………………………………………..
Disusun Oleh :
…………………
Segala puji bagi Allah Tabaroka Wataala atas segala limpahan rahmat,
taufik, serta inayah-Nya sehingga makalah kami dapat diselesaikan tepat waktu
dengan hasil yang insyaAllah semaksimal mungkin.
Salawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita nabi
agung Muhammad SAW yang telah membawa ajaran kebenaran yang menerangi
hati kita dengan nur ilahi, dan semoga kita mendapatkan safaatnya di yaumul
kuyamah kelak amiin.
Saya mengangkat makalah ini dengan judul “Pengertian dan Ruang
Lingkup Metodologi Studi Islam” dalam rangka menyelesaikan tugas pada mata
kuliah metodologi studi islam.
Saya mengucapakan banyak terima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah metodologi studi islam beliau Bapak ……………………… M.Ag yang
telah membimbing kami agar selalu berada pada jalan yang lurus. Terima kasih
kami sapaikan pula kepada orang tua kami yang selalu memberi dukungan dan
doa demi kelancaran studi kami. Tidak lupa kami sampaikan terima kasih juga
kepada semua pihak yang telah bersusah payah bekerja sama dalam pembuatan
makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikannya dengan lebih maksimal.
Kami menyadari bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna termasuk
makalah kami ini, untuk itu kami membutuhkan segala kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak untuk kebaikan bersama yaitu
kesempurnaan makalah ini. Terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
C. Tujuan Masalah ................................................................................................ 2
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 2
BAB IV : PENUTUP
A. Simpulan ....................................................................................................... 13
B. Saran .............................................................................................................. 13
C. Penutup .......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metodologi Studi Islam merupakan sebuah mata kuliah yang berupaya
mengkaji Islam dengan wilayah tentang materi ajaran agama dan fenomena yang
terjadi pada agama Islam. Studi-studi agama dewasa ini mengalami perubahan
orientasi yang jauh berbeda jika dibandingkan dengan kajian-kajian agama
sebelum abad ke-19. Umumnya pengkajian agama sebelum abad ke-19 memiliki
beberapa karakteristik yang antara lain, sinkritisme, penemuan arca baru, dan
untuk kepentingan misionari dipicu oleh semangat dan ilmu pengetahuan dan
teknologi sehingga orientasi dan metodologi studi Islam mengalami perubahan.
Adapun studi Islam sendiri merupakan ilmu keislaman mendasar. Dengan
studi ini, pemeluknya mengetahui dan menetapkan ukuran ilmu, iman dan amal
perbuatan kepada Allah SWT. Diketahui pula bahwa Islam sebagai agama yang
memiliki banyak dimensi yaitu mulai dari dimensi keimanan, akal fikiran, politik
ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi lingkungan hidup, dan masih banyak
lagi yang lainnya. Untuk memahami berbagai dimensi ajaran Islam tersebut jelas
memerlukan berbagai pendekatan yang digali dari berbagai disiplin ilmu. Selama
ini Islam banyak dipahami dari segi teologis dan normative.
Studi Islam (Islamic Studi) adalah salah satu studi yang mendapat
perhatian di kalangan ilmuan. Jika ditelusuri secara mendalam, nampak bahwa
studi Islam mulai banyak dikaji oleh para peminat studi agama dan studi-studi
lainnya. Dengan demikian, studi Islam layak untuk dijadikan sebagai salah satu
cabang ilmu favorit. Artinya, studi Islam telah mandapat tempat dalam percaturan
dunia ilmu pengetahuan.
Dalam studi tersebut, salah satu persoalan yang mendesak untuk segera
dipecahkan adalah masalah metodologi. Hal ini disebabkan oleh dua hal. Pertama,
kelemahan dikalangan umat Islam dalam mengkaji Islam secara komprehensif
adalah tidak menguasai metodologi.[1] Kelemahan ini semakin terasa manakala
umat Islam, khususnya di Indonesia, tidak menjadi produsen pemikiran akan
1
tetapi konsumen pemikiran.[2] Jadi kelemahan umat Islam bukan terletak pada
kurangnya penguasaan materi namun pada cara-cara penyajian terhadap materi
yang dikuasai. Kedua, ada anggapan bahwa studi Islam di kalangan ilmuan telah
merambat ke berbagai wilayah. Misalnya, studi Islam sudah masuk ke studi
kawasan, filologi dialog agama, antropologi, arkeologi, dan sebagainya.[3]
Karenanya, metode atau pendekatan yang layak adalah salah satu keharusan yang
mesti dikuasai oleh peneliti studi Islam. Sebab itulah metodologi studi Islam harus
dikuasai secara keseluruhan, bukan memahami dan menguasai secara setengah-
setengah terutama pada ruang lingkup yang ada pada kajian studi Islam itu sendiri.
Pada makalah ini kami akan memberikan sajian tentang maksud, ruang
lingkup, dan segala sesuatu yang ada relasinya dengan metodologi studi Islam
sebagai pengantar menuju kajian Islam secara komprehensif.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah arti dan ruang lingkup metodologi studi Islam?
2. Bagaimanakah urgensi mempelajari metodologi studi Islam?
3. Apa saja aspek-aspek sasaran studi Islam?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui arti dan lingkup studi Islam.
2. Untuk mengetahui urgensi mempelajari metodologi studi Islam.
3. Untuk mengetahui aspek-aspek sasaran studi Islam.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara teoritis
a. Bagi penulis, berharap dengan makalah ini akan mampu menambah
wawasan, serta lebih mengerti dan memahami teori-teori tentang maksud
dan ruang lingkup metodologi studi Islam.
b. Bagi jurusan PAI, makalah ini dapat memberian sumbangan pemikiran
bagi studi Islam.
2. Manfaat secara praktis
2
a. Dengan mempelajari, memahami, mehayati, sampai kepada
pengimplementasian kandungan tentang pengertian metodologi studi
islam maka akan memberikan wawasan yang lebih longgar dan luas,
dengan piranti tersebut mendorong kepada kita agar selalu berada diatas
kebenaran islam.
b. Bagi pembaca, makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
kepustakaan yang merupakan informasi tambahan yang berguna bagi
pembaca dan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak yang
yang mempunyai permasalahan-permasalahan yang sama.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
4
e. Islam
Islam secara etimologi berasal dari bahasa Arab aslama yang berarti
menyerahkan diri, tunduk, patuh.[7]
5
Gorge Sarton mengatakan bahwa Islam adalah tataran agama yang paling
indah. Umar bin Khatab mengatakan Islam adalah agama yang diturunkan kepada
Muhammad SAW; agama ini meliputi : aqidah, syariah, dan akhlak.
Abu Said Al- Hasan Al-Bashri mengatakan bahwa Islam adalah
kepasrahan hati anda kepada Allah, lalu setiap orang mslim merasa selamat dari
gangguan anda. Muhammad bin Ibrahim bin At-Tawairjiri lebih mempertegas lagi
bahwa Islam adalah penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah dengan
mengesakan-Nya dan melaksanakan syariat-Nya denga penuh ketaatan atau
melepaskan dari kesyirikan.[9]
Dari berbagai pengertian-pengertian di atas, untuk itu penulis ingin
memberikan ilustrasi arti dari judul makalah yang belum singkron ini. Menurut
penulis bahwa “ pengertian dan ruang lingkup metodologi studi Islam” adalah
suatu bentuk gambaran dan variabel-variabel mengenai cara ataupun prosedur
yang harus ditempuh untuk memperoleh kebenaran yang hakiki secara ilmiah,
cepat, dan tepat dalam mempelajari Islam secara luas dalam berbagai aspeknya,
baik dari segi sumber ajaran, pemahaman terhadap sumber ajaran, pokok-pokok
ajaran maupun sejarahnya mulai awal sampai perkembangan kemudian.
6
BAB III
7
itu, ia sudah tidak diperdebatkan lagi karena sudah disepakati oleh komunitas
ilmuwan dalam bidang ilmu tersebut.
Ketika metode digabungkan dengan kata logos menjadi metodologi .
Logos berarti “studi tentang” atau “teori tentang”. Secara terminologi metodologi
berarti ilmu-ilmu/ cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran
menggunakan penelusuran dengan tata cara tertentu dalam menemukan
kebenaran. Oleh karena itu, metodologi tidak lagi sekedar kumpulan cara yang
sudah diterima (well received) tetapi berupa kajian tentang metode. Dalam
metodologi dibicarakan kajian tentang cara kerja ilmu pengetahuan. Pendek kata,
bila dalam metode tidak ada perdebatan, refleksi dan kajian atas cara kerja ilmu
pengetahuan, sebaliknya dalam metodologi terbuka luas untuk mengkaji,
mendebat, dan merefleksi cara kerja suatu ilmu. Maka dari itu, metodologi
menjadi bagian dari sistematika filsafat, sedangkan metode tidak.[11]
Terkait dengan studi Islam kedua kata tersebut sama benarnya. Istilah
metodologi studi Islam digunakan ketika seseorang ingin membahas kajian-kajian
seputar ragam metode yang bisa digunakan dalam studi Islam. Sebut saja
misalnya kajian atas metode normative, historis, filosofis, sosiologis, komparatif
dan lain sebagainya. Metodologi studi Islam mengenalkan metode-metode itu
sebatas teoritis. Seseorang yang mempelajarinya juga belum menggunakannya
dalam praktik. Ia masih dalam tahap mempelajari secara teoritis bukan praktis.
Berbeda dengan metodologi studi Islam, istilah metode studi Islam ketika
seseorang telah menetapkan sebuah metode dan akan menggunakannya secara
konsisten dalam kajian keIslamannya.
8
maupun praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari
sepanjang sejarahnya.”
Term (istilah) studi Islam (Islamic studies: bahasa inggris; atau dirosah al
Islamiyyah: bahasa arab) dapat diartikan dengan kajian Islam.[13]
Kalimat ini mengandung arti memahami, mempelajari, atau meniliti Islam
sebagai obyek kajian. Dalam buku-buku dan jurnal-jurnal keIslaman biasanya
dipergunakan term studi Islam untuk mengungkap beberapa maksud.
Pertama, Studi Islam yang dikonotasikan dengan aktivitas-aktivitas dan
program-program pengkajian dan penelitian terhadap agama sebagai obyeknya,
seperti pengkajian tentang konsep zakat profesi. Kedua, studi Islam dikonotasikan
dengan materi, subyek, bidang, dan kurikulum suatu kajian atas Islam seperti
ilmu-ilmu agama Islam. Ketiga, studi Islam yang dikonotasikan dengan institusi-
instituisi pengkajian Islam baik formal seperti perguruan tinggi, maupun yang non
formal seperti forum-forum kajian dan halaqoh-halaqoh.
Agama sebagai obyek studi minimal dapat dilihat dari tiga sisi:[14]
a. Sebagai doktrin dari tuhan yang sebenarnya bagi para pemeluknya
sudah final dalam arti absolute, dan diterima apa adanya.
b. Sebagai gejala budaya, yang berarti seluruh yang menjadi kreasi
manusia dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang
terhadap doktrin agamanya.
c. Sebagai interaksi sosial, yaitu realitas umat Islam.
Bila Islam dilihat dari tiga sisi, maka ruang lingkup studi Islam dapat dibatasi
pada tiga sisi tersebut. Oleh karena sisi doktrin merupakan suatu kenyakinan atas
kebenaran teks wahyu, maka hal ini tidak memerlukan penelitian didalamnya.
9
asli, yaitu al-qur’an dan as-sunnah. Mempelejari metodologi studi Islam juga
diharapkan mampu memberikan pedoman dan pegangan hidup bagi umat Islam
agar tetap menjadi muslim yang sejati yang mampu menjawab tantangan serta
tuntutan zaman modern maupun era-globalisasi sekarang ini.[15]
Disamping itu, metodologi studi islsm merupakan solusi agar Islam tidak
mudah disalah pahami oleh outsider (non muslim). salah satu penyebab seiringnya
Islam disalah pahami barat karena mereka tidak memiliki instrument secara ilmiah
bisa dibenarkan tidak hanya insider (muslim) tetapi juga oleh outsider. Bila
insider tidak merumuskan pemahaman yang bisa dimengerti oleh outsider akan
terus berlangsung seperti yang dialami oleh Salman Rushdie, Kurt Wester, Goard
dan Geertz Wilder yang menghebohkan itu.[16]
Urgensi studi islasm yang demikian dapat dipahami dan diuraikan sebagai
berikut:
1. Umat Islam saat ini pada kondisi yang problematis
Saat ini umat Islam masih berada dalam posisi pinggiran (marginal) dan
lemah dalam segala bidang kehidupan sosial budaya. Dalam kondisi ini,
umat Islam harus bisa melakukan gerakan pemikiran yang dapat
menghasilkan konsep pemikiran yang cemerlang dan oprasional untuk
mengantisipasi perkembangan dan kemajuan tersebut.
Dalam posisi problematis itui, jika mereka hanya berpegang pada ajaran
ajaran Islam hasil penafsirsn ulama terdahulu yang merupakan warisan
doktriner turun-temurun dan dianggapnya sebagai ajaran, maka berarti
mereka mengalami kemandegan intelektual yang pada gilirannya akan
menghadapi masa depan yang suram. Disisi lain, jika mereka melakukan
usaha pembaharuan dan pemikiran kembali secara kritis dan rasional
terhadap ajaran-ajaran Islam, maka akan dituduh sebagai umat yang
meninggalkan atau tidak setia lagi terhadap ajaran Islam yang dianggapnya
sudah matang dan sempurna.
Melalui pendekatan yang rasional-objektif, studi Islam diharapkan
memberikan alternatif pemecahan masalah atau jalan keluar dari kondisi
yang problematis tersebut.
2. Umat manusia dan peradabannya berada dalam suasana problematis
10
Pesatnya perkembangan dan imu pengetahuan dan teknologi
modern telah membuka era baru dalam perkembangan budaya dan
peradaban umat manusia, yang dikenal dengan era globalisasi. Pada era ini
ditandai dengan semakin dekatnya jarak hubungan komunikasi antar
bangsa dan budaya umat manusia. Pada suasana semacam ini tentuny
aumat manusia membutuhkan adanya aturan-aturan, nilai-nilai dan norma-
norma serta pedoman dan pandangan hidup yang universal dan diakui atau
diterima oleh semua bangsa. Masalahnya adalah “dari mana sumber aturan
ini dan norma serta pedoman hidup yang universal itu diperoleh?” umat
manusis dalam peradaaban dan kebudayaaan memang telah berhasil
menemukan aturan, nilai dan norma sebagai pedoman dan pegangan
hidup, yang berupa agama, filsafat serta ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan demikian, manusia modern pun berada dalam kondisi yang serba
problematis. Harold, H. Titus dan beberapa filosofis dewasa ini, dalam
menjelaskan situasi problematis tersebut menyatakan bahwa “filosofis
sekarang telah mencapai kekuatan besar tetapi tanpa kebijaksanaan, kita
hidup dalam suatu periode yang mirip dengan tahap-tahap terakhir dari
kebudayaan Greeko-Romawi, renaissance, reformasi dan revolusi industri
dimana terjadi perubahan dalam cara manusia berfikir. Dalam hal ini
peraktik, atau terjadi perubahan-perubahan yang menyentuh kehidupan
manusia dan masyarakat.[17]
11
berprilaku tanpa melepaskan kerangka normatif. Elemen dasar keIslaman
yang harus dijadikan pegangan:pertama, Islam sebagai dogma juga
merupakan pengalaman universal dan kemanusiaan. Oleh karena itu sasaran
studi Islam diarahkan pada aspek-aspek praktik dan empirik yang memuat
nilai-nilai keagamaan agar dijadikan pijakan. Kedua, Islam tidak hanya
terbatas pada kehidupan setelah mati, tetapi orientasi utama adalah
sekarang. Dengan demikian sasaran studi Islam diarahkan pada pemahaman
terhadap sumber-sumber ajaran Islam, pokok-pokok ajaran Islam sejarah
Islam dan aplikasinya dalam kehidupan. Oleh karena itu studi Islam dapat
mempertegas dan memperjelas wilayah agama yang tidak bisa dianalisis
dengan kajian empiris yang kebenarannya relatif.
5. Aspek Sasaran Kelimuan
Studi keilmuan memerlukan pendekatan kritis, analitis, metadologis,
empiris dan historis. Dengan demikian studi Islam sebagai aspek sasaran
keilmuan membutuhkan berbagai pendekatan. Selain itu, ilmu pengetahuan
tidak kenal dan tidak terikat kepada wahyu. Ilmu pengetahuan beranjak dan
terikat pada pemikiran rasional.
12
BAB IV
PENGAKHIRAN
A. Simpulan
Metode adalah langkah-langkah praktis dan sistematis yang ada dalam
ilmu tertentu yang sudah tidak dipertanyakan lagi karena sudah bersifat aplikatif.
Sedangkan, metodologi adalah tidak lagi sekedar kumpulan cara yang sudah
diterima (well received) tetapi berupa kajian tentang metode.
Arti dan lingkup studi Islam. Arti yaitu secara sederhana dapat dikatakan sebagai
usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam.
Sedangkan ruang lingkup studi Islam meliputi:
1) Sebagai doktrin dari tuhan yang sebenarnya bagi para pemeluknya sudah
final dalam arti absolute, dan diterima apa adanya.
2) Sebagai gejala budaya, yang berarti seluruh yang menjadi kreasi manusia
dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadap doktrin
agamanya.
3) Sebagai interaksi sosial, yaitu realitas umat Islam.
Urgensi mempelajari metodologi studi Islam dapat dipahami dan diuraikan
sebagai berikut:
1) Umat Islam saat ini berada dalam kondisi yang problematic
2) Umat manusia dan peradabannya berada dalam suasana problematic
Aspek-aspek sasaran studi Islam meliputi: aspek sasaran keagamaan dan aspek
sasaran keilmuan.
B. Saran
Pada era modern seperti sekarang ini, kemajuan ilmu dan teknologi sangat pesat.
Seiring dengan itu, permasalahan kehidupan semakin rumit dan membutuhkan
pemecahan masalah yang cepat dan tepat; sementara islam hanya digunakan
sebagai simbol atau cap saja pada diri seorang muslim, tanpa mempelajari,
memahami, menguasai, serta mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-
hari sehingga terkadang seorang muslim merasa dibodohi oleh kemajuan
teknologi yang terjadi pada era sekarang ini, dan belum tahu ke mana jalan yang
13
harus dituju serta belum tahu metode yang benar dalam studi islam itu sendiri
sebagai mana telah dibahas.
Mengingat hal yang demikian itu, maka disarankan kepada semua pihak yang
kompeten dalam pengelolaan lembaga-lembaga pendidikan islam, baik
pemerintah, maupun swasta, perguruan tinggi, organisasi islam, dan sebagainya
kiranya dapat:
1. memberikan pelajaran berupa materi-materi dasar tentang studi islam kepada
seluruh peserta didiknya, terutama para mahasiswa perguruan tinggi islam baik
negeri mupun swasta, mulai awal semester karena kajian materi ini sangat
penting, memerlukan pemahaman yang komprehensif, dan memerlukan waktu
yang lama untuk menguasaainya.
2. Para dosen yang mengajar metodologi studi islam diharapkan jangan Cuma
menyampaikan silabus atau menerangkan tentang kajian ini, tetapi lebih dari itu,
agar beliau menekankan kepada peserta didiknya supaya dapat mempergunakan
ilmu ini dengan baik dan dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Para dosen dituntut agar memiliki wawasan yang luas mengenai pemahaman
studi islam agar tidak menjerumuskan kepada mahasiswanya kepada jalan yang
melenceng dari ajaran agama Islam, serta kurikulum dan silabusnya tentu
disesuaikan dengan tingkat kecerdasan dan daya serap anak didik.
C. Penutup
Demikianlah yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak
berharap pembaca yang budiman sudih memberikan kritik dan saran yang
membengun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah dikesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna dan
bermanfaat bagi penulis juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
14
DAFTAR PUSTAKA
[1] Harun Nasution, “Metodologi Barat Lebih Unggul,” (Jakarta: t.p., 1994), hlm.
27.
[2] Nurcholis Madjid, “Tradisi Islam: Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan
Indinesia, (Jakarta: Paramida, 1997), hlm3.
[3] Rifaat Syauqi Nawawi, dkk, “ Metodologi Psikologi Islam”, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2000), hlm. 79.
[4] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2007), hlm. 66.
[5] Ibid, hlm.
[6] Ibid, hlm. 1092.
[7] ibid, hlm. 51.
[8] http://kamusbahasaindonesia.org/pengertian.
[9] http:// carapedia.com/
15
[10] http://carapedia.com/pengertian-definisi-metode-menurut-para-ahli-
info497.html.
[11] Muhyar Fanani, Metode Studi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008),
hlm.9.
[12] Tajib, dkk, Dimensi-Dimensi Studi Islam, (Surabaya: Karya Abditama,
1994), hlm.
[13] M. Nurhakim, Metode Studi Islam, (Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang, 2004), hlm.13.
[14] M. Nurhakim, Ibid, hlm. 3-4.
[15] Muhaimin, at.all, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Kencana,
2005), hlm.1.
[16] Muhyar Fanani, Metode Studi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008),
hlm.9.
[17] Muhaimin, op.cit, hlm 3-8
16