HANDOUT
HANDOUT
Disusun Oleh:
( 17050534039 )
Kompetensi Dasar
3.4 Memahami spesifikasi dan karakteristik beton
4.4 Mempresentasikan spesifikasi dan karakteristik beton
Beton merupakan bahan campuran yang terdiri dari agregat halus dan agregat kasar sebagai bahan
pengisi, ditambah semen dan air yang digunakan sebagai bahan pengikat dan atau menggunakan bahan
tambahan.
1. Air
Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi semen,
membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton. Air yang
dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran beton.
Air yang mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya, yang tercemar
garam, minyak, gula, atau bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam campuran
beton akan menurunkan kualitas beton, bahkan dapat mengubah sifat-sifat beton
yang dihasilkan.
Fungsi air di dalam adukan beton adalah untuk memicu proses kimiawi
semen sebagai bahan perekat dan melumasi agregat agar mudah
dikerjakan.
Jenis air yang digunakan untuk pengaduk beton:
a. Air Hujan
b. Air Tanah
c. Air Permukaan
d. Air Laut
3. Pasir
Pasir beton adalah butiran-butiran mineral keras dan tajam berukuran antara
0,075 – 5 mm, jika terdapat butiran berukuran lebih kecil dari 0,063 mm tidak
lebih dari 5% berat. Pasir beton sering digunakan untuk pekerjaan cor-coran
struktur seperti kolom, balok dan pelat lantai.
Untuk mendapatkan kekuatan beton yang optimal maka pasir harus dapat
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a)Pasir beton harus bersih, bila diuji dengan larutan pencuci khusus, tinggi
endapan pasir yang kelihatan dibandingkan dengan tinggi seluruh endapan tidak
kurang dari 70%.
b) Kadar butiran yang lewat ayakan 0,063 mm (kadar lumpur) tidak boleh lebih
dari 5% berat.
c) Angka kehalusan butir (FM) terletak antara 2,2 – 3,2 bila diuji dengan
rangkaian ayakan 0,16 ; 0,315; 0,63; 1,25; 2,50; 0,5 dan 10 mm, fraksi yang lewat
ayakan 0,3 mm minimal 15% berat.
d) Pasir tidak boleh mengandung zat-zat organik yang dapat mengurangi mutu
beton. Untuk memeriksanya pasir direndam pada cairan 3% NaOH, cairan di atas
endapan tidak boleh lebih gelap dari warna larutan pembanding.
e) Kekekalan terhadap larutan Na4SO4; fraksi yang hancur tidak boleh lebih dari
12% berat. Kekekalan terhadap larutan MgSO4; fraksi yang hancur tidak boleh
lebih dari 10% berat.
f) Untuk beton dengan tingkat keawetan tinggi, reaksi pasir terhadap alkali harus
negatif.
4. Kerikil
Agregat kasar (Coarse Aggregate) biasa juga disebut kerikil sebagai hasil
desintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri
pemecah batu, dengan butirannya berukuran antara 4,76 mm — 150 mm..
Ketentuan agregat kasar antara lain:
a) Agregat kasar harus terdiri dari butiran yang keras dan tidak berpori.
Aggregat kasar yang butirannya pipih hanya dapat dipakai jika jumlah butir-
butir pipihnya tidak melampaui 20% berat agregat seluruhnya.
b) Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dalam berat
keringnya. Bila melampaui harus dicuci.
c) Agregat kasar tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak beton, seperti
zat yang relatif alkali.
d) Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil alam dari batu pecah.
e) Agregat kasar harus lewat tes kekerasan dengan bejana penguji Rudeloff
dengan beban uji 20 ton
f) Kadar bagian yang lemah jika diuji dengan goresan batang tembaga
maksimum 5%.
g) Angka kehalusan (Fineness Modulus) untuk Coarse Aggregate antara 6–7,5.
Jenis agregat kasar yang umum adalah:
- Batu pecah alami: Bahan ini didapat dari cadas atau batu pecah alami yang
digali.
- Kerikil alami: Kerikil didapat dari proses alami, yaitu dari pengikisan tepi
maupun dasar sungai oleh air sungai yang mengalir.
- Agregat kasar buatan: Terutama berupa slag atau shale yang biasa digunakan
untuk beton berbobot ringan.
- Agregat untuk pelindung nuklir dan berbobot berat: Agregat kasar yang
diklasifikasi disini misalnya baja pecah, barit, magnatit dan limonit.