Anda di halaman 1dari 9

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sekolah merupakan tempat pendidikan yang dilakukan secara formal
yang identik dilakukan pada tempat tertentu dan dapat pula disebut
dengan sekolah. Hakekatnya, sekolah didirikan secara nasional bertujuan
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagaimana yang telah
ditetapkan dalam undang-undang dasar (UUD) 1945. Dalam pasal 31
dipertegas bahwa tuntutan sekolah berpusat dalam suatu pengembangan
diri peserta didik secara sistem pendidikan nasional meningkatkan
keimanan dan ketakwaan dengan maksud mencerdaskan kehidupan
bangsa. Selain itu, dalam ayat 1 pasal 31 menjelaskan bahwa pendidikan
menjadi kewajiban setiap warga Indonesia dalam mendapatkan
pendidikan dan didorong untuk mengikuti pendidikan yang dimaksud
(Azis, 2019; Fadli & Kumalasari, 2019; Gumiarta, 2019).

Undang-Undang (UU) Republik Indonesia (RI) Nomor 20 tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 Butir 1 menyatakan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara. Sumber Daya Manusia melalui Pendidikan merupakan investasi
penting dalam upaya mewujudkan kualitas dan martabat suatu negara
(Prabowo, 2015; Tim Redaksi Wira, 2018).

Penjelasan di atas dapat dikatakan sekolah sebagai tempat atau wadah


dalam menjalani proses pengembangan serta pendidikan bagi
masyarakat. Sekolah memiliki peran sebagai wadah dalam membentuk

1
2

manusia yang memiliki wawasan serta martabat dalam suatu kelompok.


Inilah yang nantinya warga dijunjung tinggi oleh suatu negara dan akan
memiliki suatu martabat baik dari dirinya sendiri maupun mewakilkan
bangsa. Manusia memiliki pendidikan yang akhirnya menjadi sumber
daya manusia yang unggul serta mandiri dalam keadaan sosial atau
bermasyarakat. Dengan demikian, sekolah merupakan proses
pembelajaran antara pendidik dan peserta didik secara formal yang telah
ditetapkan pemerintah berjenjang dari dasar, menengah, dan tinggi (UU
RI Nomor 20, 2003).

Saat ini, sekolah mengalami fenomena peralihan situasi yang


mengharuskan warganya untuk tetap menjalani kegiatan pembelajaran di
masing-masing tempat atau berjarak antar sosial yang biasanya dilakukan
dalam lingkungan sekolah (Ardiansyah, 2020; Basa & Hudaidah, 2021;
Hidayat et al., 2020; Sutapa, 2020). Fenomena ini dikarenakan suatu
dampak dalam pembatasan sosial situasi pandemi covid-19. Covid-19
merupakan virus yang dapat menyerang atau menularkan dari manusia ke
manusia hingga dapat berakhir pada kematian. Secara terang-terangan
virus telah menyebar diseluruh dunia (Loviana & Baskara, 2020;
Simbolon et al., n.d.; Vitniawati & Jamiyanti, 2021). Data di Indonesia
memperlihatkan bahwa terdapat korban yang terkonfirmasi hingga
berujung kematian, dapat dilihat pada gambar 1 berikut:
3

Gambar 1 Grafik Terpapar Covid-19 Indonesia

Data grafik di atas menyatakan bahwa kondisi covid-19 masih dialami di


negara Indonesia. Hasil diatas menjelaskan bahwa covid-19 perlu
diwaspadai karena tidak mengenal usia. Jika demikian, keadaan
pendidikan pun yang dilakukan sebelumnya yaitu secara tatap muka atau
konvensional terjadi transisi pada proses digital. Mau tidak mau
pendidikan pada sekolah harus disesuaikan demi tetap menjalankan
tujuan sistem pendidikan nasional serta cita-cita bangsa dalam
mencerdaskan bangsa sesuai pembukaan UUD 1945. Kebijakan
pemerintah akan kejadian ini, pendidikan serentak dilakukan secara
fleksibel hingga secara darurat. Fleksibel pada waktu itu diberlakukan,
sekolah diselenggarakan bisa melakukan aktifitasnya di sekolah seperti
biasanya sebelum terjadi penyerangan virus serta dapat dilakukan di
rumah secara digital. Sedangkan, darurat artinya pendidikan serentak
dilakukan secara digital atau di rumah secara jarak jauh. Tergantung dari
zona-zona keamanan zonasi darurat covid-19 suatu daerah.

Adanya peralihan tersebut tentunya tidak sedikit sekolah yang


menjalankan pendidikan dengan manajemen terbatas karena kedaruratan
4

situasi hingga saat ini. Salah satu sekolah yang menjalankan kegiatan
pembelajaran dalam situasi covid-19 yaitu terjadi pada Sekolah Dasar
(SD) Al Kautsar. Sekolah menjalani pendidikan dalam situasi covid-19
dengan menggunakan cara digitalisasi (Khunaini & Sholikhah, 2021;
Mutik et al., 2020; Tri Putri & Rahman Munandar, 2021). Namun dalam
kenyataannya terjadi suatu masalah atas terdampaknya covid-19, hasil
penelitian pendahuluan saat dilakukan wawancara pada beberapa
pendidik mata pelajaran 14 Oktober 2021 di SD Al Kautsar, pendidik
berpendapat bahwa peserta didik merasa kesulitan beradaptasi dengan
digital, kurangnya pemahaman informasi yang diberikan, dan penugasan
sering kali terlambat pengumpulannya. Sedangkan hasil penelitian
statistik dengan menyebar kuisioner didapatkan dari pernyataan variabel
kinerja terdapat skor yang kurang memuaskan, diantaranya: kurangnya
pelatihan seperti seminar dalam menunjang pembelajaran sebesar 52%
kriteria kurang baik (KB) dan kesulitan dalam menggunakan media
pembelajaran sebesar 26% kriteria tidak baik (TB). Pada variabel
manajemen didapatkan juga yang kurang memuaskan diantaranya: tujuan
sekolah sudah ada dan sesuai harapan sebesar 58% kriteria KB, siswa
berpartisipasi dalam kemajuan sekolah sebesar 52% kriteria KB, dan
tercapainya tujuan sekolah, meliputi prestasi siswa dan sekolah,
kemandirian guru dalam merencanakan, melaksanakan, serta evaluasi,
juga keadministrasian berjalan sesuai dengan tugas karyawan didalamnya
sebesar 54% kriteria KB.

Ternyata hal serupa terjadi pada sekolah lain yang mana terjadi peralihan
model pembelajaran dari intens bertatap muka dengan pendidik langsung
belajar dari rumah, dengan dampak meliputi: informasi belum secara
penuh diterima oleh peserta didik; terjadi keterlambatan pengumpulan
tugas; kesulitan memahami informasi yang diberikan; dan terdapat
masalah kestabilan jaringan (Fauzy & Nurfauziah, 2021; Sari & Wisroni,
2020).
5

Pendidikan di sekolah tidak terlepas pada pendidik dengan peserta didik.


Hubungan serta interaksi keduanya sangat memiliki pengaruh yang besar
pada keberhasilan pendidikan. Adirestuty (2017) berpendapat bahwa
pendidik di sekolah dapat memengaruhi keberhasilan peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran.

Perlakuan pendidik pada sekolah menunjukkan rasa perhatian, hormat


serta dedi kasih kepada peserta didik, selalu menjadi pelayan setiap kali
dibutuhkan peserta didik, memiliki perencanaan dalam mencerdaskan
peserta didik, dan secara profesional perkemampuan untuk
menginformasikan materi pelajaran (Mulyasa, 2006). Pendidik memiliki
peran yang secara profesional mendidik peserta didik dari belum
mengerti hingga mengerti dan tercapai keberhasilan pendidikan. Strategi
yang dimiliki pendidik sangat bermacam-macam demi mencapai tujuan
pembelajaran di sekolah. Pendidik secara profesional selain mengajar dan
mendidik juga harus memiliki strategi dalam pencapaian tujuan
pembelajaran (Barlian, 2013).

Berdasarkan uraian di atas sepatutnya sekolah memiliki suatu manajemen


sekolah yang tepat untuk dapat digunakan pada SD Al-Kautsar. Upaya
yang dapat dilakukan oleh SD Al-Kautsar adalah mampu memilih dan
mengembangkan kualitas kinerja guru dalam menghadapi situasi yang
kurang bersahabat seperti saati ini. Guru di SD Al-Kautsar juga dituntut
untuk dapat mengembangkan metode pembelajarnnya agar para siswa
dapat menerima materi pelajaran dengan baik.

Sebagai landasan kebijakan pendidikan nasional saat ini. Sistem


pendidikan secara nasional dilakukan secara khusus atau darurat dalam
melakukan proses pembelajaran sesuai dengan kurikulum kondisi
darurat. Dalam hal ini pemerintah telah membuat kurikulum kondisi
darurat dengan menetapkan pedoman pelaksanaan kurikulum pada satuan
6

pendidikan dalam kondisi khusus yang diputuskan oleh Kepmendikbud


Nomor 719/P/2020.

Pembelajaran dalam kondisi covid-19 pada pendidikan tetap dijalankan,


namun kegiatan pembelajaran memiliki prinsip yang harus terpenuhi
menurut keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan RI tersebut
(Kemendikbud, 2020), sebagai berikut:
1. Aktif yaitu pembelajaran mendorong keterlibatan penuh peserta
didik dalam perkembangan belajarnya, mempelajari bagaimana
dirinya dapat belajar, merefleksikan pengalaman belajarnya, dan
menanamkan pola pikir bertumbuh;
2. Relasi sehat antar pihak yang terlibat yaitu pembelajaran mendorong
semua pihak yang terlibat untuk menaruh pengharapan yang tinggi
terhadap perkembangan belajar Peserta Didik, menciptakan rasa
aman, saling menghargai;
3. Inklusif yaitu pembelajaran yang bebas dari diskriminasi Suku,
Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA), tidak meninggalkan
Peserta Didik manapun, termasuk Peserta Didik berkebutuhan
khusus/penyandang disabilitas, serta memberikan pengembangan
ruang untuk identitas, kemampuan, minat, bakat, serta kebutuhan
Peserta Didik;
4. Keragaman budaya yaitu pembelajaran mencerminkan dan merespon
keragaman budaya Indonesia yang menjadikannya sebagai kekuatan
untuk merefleksikan pengalaman kebhinekaan serta menghargai nilai
dan budaya bangsa;
5. Berorientasi sosial yaitu mendorong Peserta Didik untuk memaknai
dirinya sebagai bagian dari lingkungan serta melibatkan keluarga
dan masyarakat;
6. Berorientasi pada masa depan yaitu pembelajaran mendorong
Peserta Didik untuk mengeksplorasi isu dan kebutuhan masa depan,
keseimbangan ekologis, sebagai warga dunia yang bertanggung
jawab dan berdaya;
7. Sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan Peserta Didik yaitu
pembelajaran difokuskan pada tahapan dan kebutuhannya, berfokus
pada penguasaan kompetensi, berpusat pada Peserta Didik untuk
membangun kepercayaan dan keberhargaan dirinya; dan
8. Menyenangkan yaitu pembelajaran mendorong Peserta Didik untuk
senang belajar dan terus menumbuhkan rasa tertantang bagi dirinya,
sehingga dapat memotivasi diri, aktif dan kreatif, serta bertanggung
jawab pada kesepakatan yang dibuat bersama.

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 719/P/2020


menambahkan, “pembelajaran dalam kondisi khusus dilaksanakan secara
7

kontekstual dan bermakna dengan menggunakan berbagai strategi yang


sesuai dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik, satuan pendidikan,
dan daerah serta memenuhi prinsip pembelajaran diatas”.

Berdasarkan uraian-uraian diatas manajemen sekolah dalam


meningkatkan kinerja pendidik perlu dilakukan pengembangan model
manajemen sebagai pertimbangan kedepan menjadi lebih efektif serta
efisien. Manajemen yang dimaksud yaitu meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan yang akan mengalami
perubahan model manajemen sekolah sebelumnya (Zubair & Sasongko,
2021). Pendidik bertindak sebagai pengajar garda depan dalam
menjalankan profesionalannya tentunya harus menunjukkan kemampuan
kinerjanya dalam beradaptasi seiringan dalam masa pandemi covid-19 di
SD Al-Kautsar.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk


melakukan pengembangan model manajemen sekolah dalam
meningkatkan kinerja pendidik di SD Al Kautsar.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas,
terdapat beberapa masalah, diantaranya yaitu:
1. Pendidik masih belum sadar bahwa pelatihan juga penting untuk
menunjang pembelajaran.
2. Pendidik masih kesulitan dalam menggunakan media pembelajaran..
3. Pendidik masih belum mampu beradaptasi dengan keadaan
pendidikan saat ini seiring adanya kasus pandemi.
4. Pendidik belum mengarahkan peserta didik untuk melibatkan dengan
sekolah untuk kemajuan sekolah.
5. Pendidik belum mencapai tujuan sekolah, meliputi prestasi siswa dan
sekolah, kemandirian guru dalam merencanakan, melaksanakan, serta
8

evaluasi, juga keadministrasian berjalan sesuai dengan tugas


karyawan.
6. Belum adanya pengembangan model manajamen Sekolah Dasar
dalam keadaan darurat atau khusus.

1.3 Pembatasan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti membatasi masalah dalam
penelitian ini yaitu, belum adanya manajemen kondisi khusus untuk
meningkatkan kinerja pendidik. Sehingga perlu dilakukan pengembangan
manajemen sekolah untuk meningkatkan kinerja pendidik.

1.4 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah produk yang dihasilkan dari pengembangan model
manajemen sekolah dalam meningkatkan kinerja pendidik di SD Al
Kautsar?
2. Bagaimana validasi ahli dan pengguna terhadap pengembangan model
manajemen dalam meningkatkan kinerja pendidik di SD Al Kautsar?

1.5 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah, tujuan pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Menghasilkan produk pengembangan model manajemen sekolah
dalam meningkatkan kinerja pendidik di SD Al Kautsar.
2. Mendeskripsikan validasi ahli dan pengguna terhadap pengembangan
model manajemen dalam meningkatkan kinerja pendidik di SD Al
Kautsar.

1.6 Manfaat Penelitian


Berdasarkan tujuan penelitian, maka manfaat penelitian pengembangan
ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
9

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat sebagai pengembangan suatu


ilmu pendidikan dan pembelajaran yang menghasilkan suatu produk di
bidang teknologi pendidikan, kawasan pengembangan, khususnya
pengembangan model manajemen sekolah dalam meningkatkan
kinerja pendidik di SD Al Kautsar Bandar Lampung. Produk model
manajemen sekolah yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat
memberikan sumbangan terhadap teori pengembangan Model
manajemen sekolah.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pendidik
Untuk mempermudah pendidik dalam menerapkan pembelajaran
yang dilaksanakan terstruktur dan tujuan pembelajaran
tercapai secara optimal.
b. Bagi Sekolah
Memberikan masukan bagi lembaga pendidikan dalam upaya
mengembangkan model manajemen darurat dan meningkatkan
pembelajaran yang menarik sehingga bermakna bagi peserta didik
dalam rangka meningkatkan hasil belajar peserta didik yang
bermanfaat bagi kehidupannya di masa yang akan datang.
c. Bagi Peneliti
Bermanfaat sebagai bahan serta aplikatif ilmu pengetahuan yang
telah diampu dalam perkuliahan saat ini, sehingga kedepannya
peneliti dapat wawasan dalam memanajemen situasi seperti darurat
saat ini.
d. Bagi Peneliti Lain
Bermanfaat sebagai rujukan serta ilmu pengetahuan mengetahui
model manajemen sekolah yang relevan.

Anda mungkin juga menyukai