Anda di halaman 1dari 15

MENGGEMBANGKAN KEPATUHAN SUKARELA:

SKALA KEKUATAN OTORITAS PAJAK, KEPERCAYAAN,


DAN KEADILAN PAJAK

OLEH:
Atik Djajanti

1
2

Salah satu wujud


kemandirian
bangsa adalah Salah satu cara
Saat ini pajak
kemampuannya untuk mencapai Tetapi..
menjadi
dalam target penerimaan data yang ada
andalan dalam
membiayai pajak adalah dgn menunjukkan
penerimaan
pembangunan meningkatkan sebaliknya
negara
dari dana yg kepatuhan
berasal dari
potensi DN
3

Tingkat kepatuhan WP per-10 Sept 2015

Tingkat Tingkat
kepatuhan WPOP kepatuhan WP
56,36% Badan 49,74 %
4
Kepatuhan WP di Indonesia masih tergolong pada kepatuhan utk
memenuhi ketentuan perpajakan yg berlaku, bukan muncul dari
kesadaran pribadi

WP patuh dalam membayar pajak karena takut diperiksa, takut dikenai sanksi,
takut dikenai tarip pajak yang lebih tinggi dan ketakutan lainnya yg umumnya
bersifat ekonomi (Surliani & Kardinal, 2014; Cahyonowati, 2011; Jatmiko,
2006; Rustianingsih, 2014; dan Septarini, 2015).

Negara berkembang pada umumnya menunjukkan kepatuhan yang sifatnya


seperti ini (Kogler, Batrancea, Nichita, Pantya, Belianine, & Kirchler, 2013)

Rusia yang tingkat international transparencynya paling rendah di antara


Austria, Hongaria, dan Romania, menunjukan tingkat kepatuhan yang lebih
dipaksakan dibandingkan dengan ke tiga negara lainnya dalam urusan
perpajakan. Ke empat negara tersebut merupakan objek dari penelitian Kogler,
et al. (2013) yang berbeda ekonomi dan budayanya.

Variabel ekonomi umumnya dapat menjadi variabel pencegahan yang dapat memberi
efek jera atas ketidakpatuhan WP.
Variabel ini pertama kali dikembangkan oleh Allingham & Sandmo(1972)
5
Penelitian kepatuhan WP berdasarkan variabel psikologis menunjukkan bahwa
kepatuhan dapat muncul dari sisi internal seseorang

❖ kepatuhan WP pajak dapat muncul dari niat seseorang utk patuh


dan adanya persepsi bahwa kepatuhan tersebut mudah
dilaksanakan (Damayanti, Sutrisno, Subekti & Baridwan, 2015).
❖ Bahkan, tingkat religiusitas seseorang dapat memengaruhi
kepatuhan WP (Torgler & Schneider, 2005; dan Damayanti, et al.,
2015).
❖ Apabila, seorang tax profesional memiliki kewajiban moral yang
tinggi, niat kepatuhannya juga tinggi, demikian juga sebaliknya
(Mustikasari, 2007).
❖ Penghindaran pajak terkait dengan kecerdasan spritual dan
kecerdasan emosional (Salehi, Mirzaee, and Yazdani, 2017)

Dengan demikian telah banyak bukti empiris yang menunjukkan bahwa


perilaku kepatuhan pajak tidak selalu didasarkan pada variabel ekonomi,
tetapi juga muncul dari sisi internal WP itu sendiri .

Perilaku seseorang pada dasarnya ditentukan oleh niat & motivasinya


(Teori Perilaku Terencana, Ajzen, 1991)
6

Kirchler, Hoelzl & Wahl (2008) berupaya mengintegrasikan faktor


penentu ekonomi dan non-ekonomi sekaligus dalam menjelaskan
kepatuhan WP.

Menurut Kirchler et al. (2008) Kepatuhan WP menyangkut hubungan


antara dua pihak, yaitu antara pembayar pajak dengan otoritas pajak.
Hubungan keduanya dapat menciptakan iklim interaksi yang sinergis atau
sebaliknya iklim yang antagonis.
7

Berdasarkan teori Slippery Slope Framework (SSF) Kirchler et al. (2008)


Kerangka hubungan antara kekuatan/kewenangan, kepercayaan, dan
kepatuhan pajak digambarkan sebagai grafik tiga dimensi.
Pertanyaan penelitian

Apakah Skala kekuatan otoritas pajak berpengaruh terhadap


kepatuhan sukarela?

Apakah kepercayaan berpengaruh terhadap kepatuhan


sukarela?

Apakah keadilan sistim pajak berpengaruh terhadap


kepatuhan sukarela?
8
Kerangka Konseptual Penelitian

Kepercayaan
otoritas pajak
Keadilan Sistem Kepatuhan
Pajak Sukarela

Skala Kekuatan
Otoritas Pajak
H1: Kepercayaan berpengaruh positif terhadap kepatuhan sukarela
H2: Keadilan sistem pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan
sukarela.
H3:9 Skala kekuatan otoritas pajak berpengaruh positif terhadap
kepatuhan sukarela
Keterangan Jumlah %

Jenis Kelamin Perempuan 56 56%

Data Laki-laki 44 44%


< 20 tahun 3 3%
Responden 20 – 40 tahun 35 35%
Umur
41 – 60 tahun 61 61%
> 61 tahun 1 1%
< di bawah SMA 8 8%
Pendidikan Lulus SMA 27 27%
Terakhir Lulus Sarjana (S1) 50 50%
Lulus Magister (S2) 13 13%
Lulus Doktoral (S3) 2 2%
Jasa 47 47%
Bidang Usaha Perdagangan 19 19%
Produksi 4 4%
Lainnya 30 30%
Rata-rata < Rp 4.500 35 35%
penghasilan Rp. 4.500 – < Rp. 10.000 32 32%
per-bulan
Rp.10.000 – < Rp. 50.000 28 28%
(‘000)
Rp.50.000 - Keatas 5 5%
10
Total 283 100%
Analisis Struktural dengan aplikasi program Smart PLS3

Evaluasi model dilakukan dengan uji outer model dan uji inner
model.
Uji outer model untuk pengujian validitas dan reliabilitas.
Uji inner model untuk pengujian hubungan antar variabel.

11
Pengujian outer model

Pengujian Validitas konvergen & Reliabilitas


Konstruk Awal Akhir
AVE CR Cronbac AVE CR Cronbac
>0,5 >0,7 h’s Apha >0,5 >0,7 h’s Apha
>0,7 >0,7
Kepatuhan Sukarela (KS) 0,638 0,923 0,899 0,714 0,937 0,919
Skala Kekuatan Otoritas Pajak (SKOP) 0,669 0,857 0,755 0,669 0,858 0,755
Kepercayaan WP (KWP) 0,644 0,942 0,930 0,644 0,942 0,930
Keadilan Sistim Pajak (KSP) 0,497 0,752 0,653 0,663 0,850 0,758

Pengujian Validitas diskriminan dengan uji cross loading


dan Fornell larcker Criterion → lolos

12
Uji inner model utk pengujian hubungan antar
variabel
R2
KS 0.528

13
Koefisien Jalur

Koefisien
Statistik T Nilai P Keputusan
jalur

H1 didukung
SKOP -> KS 0.362 3.371 0.000

H2 didukung
KWP -> KS 0.570 3.715 0.000

H3 tidak didukung
KSP -> KS -0.179 1.602 0.055

14
TERIMA KASIH

15

Anda mungkin juga menyukai