Anda di halaman 1dari 21

PENYESUAIAN DIRI ANAK DI SEKOLAH BERASRAMA SEKOLAH ASRAMA

TARUNA PAPUA, TIMIKA PAPUA

PROPOSAL UJIAN AKHIR SEMESTER

DISUSUN OLEH:

HERBET P SIHOMBING_217049013

Dosen Pembimbing :

Ridhoi Meilona Purba, S.Psi., M.Si

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS PSIKOLOGI

MAGISTER PSIKOLOGI SAINS

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur pada Tuhan Yesus saya panjatkan atas segala karunia dan
kesehatan yang tidak terhitung, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
proposal tesis. Proposal tesis ini disusun untuk melengkapi syarat menyelesaikan
tugas ujian tengah semester mata kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif program
Magister pada Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sedalam-dalamnya atas bantuan tenaga dan pikiran, serta bimbingan yang telah
diberikan dalam mennyelesaikan proposal tesis ini, kepada yang terhormat:
1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Zulkarnain, Ph.D, Psikolog. selaku Dekan Magister Psikologi Fakultas Psikologi
Universitas Sumatera Utara.
3. Ridhoi Meilona Purba, S.Psi., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu serta membimbing saya dalam menyelesaikan proposal tesis ini
4. Seluruh Dosen Program Magister Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
5. Kepada teman-teman seperjuangan Magister Psikologi Fakultas Psikologi Universitas
Sumatera Utara angkatan 2021

Timika, 20 Oktober 2021


Peneliti

Herbet P Sihombing
217049013

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................
BAB I..........................................................................................................................................................
PENDAHULUAN......................................................................................................................................
1. LATAR BELAKANG........................................................................................................
2. RUMUSAN MASALAH....................................................................................................
3. TUJUAN PENELITIAN....................................................................................................
4. MANFAAT PENELITIAN................................................................................................
BAB II........................................................................................................................................................
LANDASAN TEORI.................................................................................................................................
2.1 Defenisi Penyesuaian Diri......................................................................................................
2.2 Aspek-Aspek Penyesuaian Diri.............................................................................................
2.3 Faktor-Faktor Penyesuaian Diri...........................................................................................
2.4 Proses Penyesuaian Diri........................................................................................................
BAB III.....................................................................................................................................................
METODE PENELITIAN........................................................................................................................
3.1 Jenis Penelitian Kualitatif...................................................................................................
3.2 Metode Pengumpulan Data.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Sekolah dan asrama adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisah dalam proses
pertumbuhan kepribadian anak. Di sekolah anak akan belajar bagaimana mendapatkan haknya
sebagai siswa untuk mendapatkan pendidikan dari guru, mendapat kasih sayang dan belajar
tentang norma-norma yang mengatur kehidupan siswa tersebut. Dengan memberikan
penanganan yang sesuai kepada anak, maka anak dapat memotivasi dirinya untuk berkembang,
percaya diri, semangat belajar dan berprestasi. Sebaliknya jika anak tidak mendapatkan
penanganan yang tidak baik maka anak merasa tidak dihargai, putus asa, enggan melakukan hal-
hal positif, menjadi pemberontak dan bersikap anti-sosial.

Sekolah Asrama Taruna Papua adalah salah satu sekolah yang ada ada di Kabupaten
Mimika Provinsi Papua. Sekolah ini menjadi sekolah impian bagi masyarakat 2 suku besar
Amungme dan Kamoro serta 5 suku kerabat ( suku Dani, Mee, Moni, Damal, Nduga) untuk
mendapatkan beasiswa dan sekolah gratis. Pola pendidikan yang di adopsi dari Sekolah Asrama
Taruna Papua berbasis sekolah dan berasrama dari kelas 1 SD sampai 9 SMP. Proses seleksi
yang dilakukan melibatkan YPMAK (Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan
Kamoro) sebagai mitra csr dari PT Freeport Indonesia (atau pengelola dana 1%) dan Yayasan
Pendidikan Lokon sebagai mitra pengelola Sekolah Asrama Taruna Papua. Calon siswa dipilih
dari pegunungan, lembah dan pesisir agar menyeluruh dan terdampak dari 7 suku dan berbagai
latar keluarga.

Anak-anak yang masuk ke SATP datang dari berbagai latar belakang dan permasalahan
yang mereka hadapi di keluarganya. Ada anak yang tumbuh dari lingkungan pemabuk,
lingkungan perang, lingkungan yang miskin dan kekerasan seksual serta lingkungan yang
normal. Semua persoalan tersebut menjadi satu kesatuan yang harus dihadapi para anak dalam
menyesuaikan diri di Sekolah Asrama Taruna Papua dengan latar belakang dan budaya yang
berbeda tersebut.
Adaptasi dan penyesuaian anak terhadap lingkungan sekolah dan asrama seringkali akan
menemukan kendala, baik dalam hal kedisiplinan, aturan, jam makan, cara makan, cara buang air
besar, cara memakai sandal yang pada dasarnya anak-anak masih mencari dan menemukan hal-
hal baru dalam hidupnya. Siswa yang mendapat beasiswa akan mendapatkan pemeriksaan
kesehatan, suhu tubuh, pemeriksaan kulit, telinga, kepala rambut dan lainnya untuk memastikan
siswa sehat dan diberikan penanganan khusus bagi yang mengalami sakit. Beasiswa bersekolah
di Sekolah Asrama Taruna Papua meliputi makan, tempat tinggal dan kelengkapannya, baju
sekolah, dan hampir seluruh nya di berikan kepada siswa yang bersangkutan. Di asrama siswa
dan siswi akan dibagikan kedalam kelompok-kelompok kamar untuk tempat tinggal yang
ditangani oleh beberapa pembina.

Para siswa masih terbiasa dengan lingkungan sebelumnya atau daerah asalnya, contohnya
makan pinang, merokok, minuman keras, dan lainnya. Hal ini yang kemudian menjadi faktor
bagaimana anak-anak agar bisa beradaptasi mengikuti aturan di sekolah dan asrama meliputi
aturan yang sudah dibuat di asrama meliputi, jam tidur, makan pagi, makan siang, jam bermain,.
Semua itu diberlakukan agar siswa dan siswi dapat mendapatkan sesuatu yang baru dalam hidup
mereka dan menciptakan disiplin bagi anak-anak dan mampu beradaptasi di lingkungan asrama.

Ada kebiasaan makan pinang yang mengakar dan menjadi budaya orang Papua, keunikan
ini mereka wariskan kepada setiap generasi ke generasi. Dari orang dewasa hingga balita
mengkonsumsi pinang, karena mereka beranggapan pinang bisa menguatkan gigi dan mencegah
bau mulut hingga pinang dikatakan sebagai cemilan orang Papua. Fakta ini menjadi satu
kesatuan bagaimana anak-anak tidak mengkonsumsi pinang di sekolah karena itu sudah dilarang,
namun sekembalinya ke rumah mereka makan pinang kembali mereka lakukan.

Menurut Runyon dan Harber (1984), penyesuaian diri adalah proses yang berlangsung
dalam kehidupan individu, yang merupakan akibat dari situasi dalam kehidupan yang terus
berubah, sehingga individu akan mengubah tujuan dalam hidupnya seiring dengan perubahan
yang terjadi dalam lingkungannya. Sikap ini dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain dari cara
orangtua memberikan pengaturan kepada anak, cara memberikan hadiah dan hukuman, cara
orang tua menunjukkan otoritas dan cara orang tua memberikan perhatian, tanggapan terhadap
keinginan anak. Dengan demikian yang dimaksud dengan cara mendidik anak baik secara

2
langsung maupun tidak langsung. Mendidik anak dengan hati adalah cara mendidik para
Pembina kepada anak-anak di SATP, melengkapi pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan
papan, namun juga terlibat dalam proses pembinaan intelektual anak, karena hak anak adalah
bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orangtua,
keluarga, masyarakat, pemerintah, dan Negara (Zainal Aqib, 2008 ; 69). Pembina (orangtua)
berinteraksi dengan anaknya dengan dengan mendorong anak untuk mandiri dan dapat
menyesuaikan diri di lingkungan sekolah dan asrama, namun tetap meletakkan batas-batas dan
kendali atas tindakan mereka. Pertukaran verbal masih diizinkan dan orangtua menunjukkan
kehangatan dalam proses penyesuaian diri tersebut.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis mengambil permasalah tentang bagaimana


penyesuaian diri anak di sekolah berasrama Sekolah Asrama Taruna Papua.

2. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana penyesuaian diri anak di sekolah berasrama Sekolah asrama Taruna Papua?
2. Aspek-aspek apa saja yang mempengaruhi penyesuaian diri anak di sekolah berasrama
Sekolah asrama Taruna Papua?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian diri anak di sekolah berasrama
Sekolah asrama Taruna Papua?
4. Proses penyesuaian diri anak di sekolah berasrama Sekolah asrama Taruna Papua?

3. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penyesuaian diri anak di
sekolah berasrama Sekolah Asrama Taruna Papua.

4. MANFAAT PENELITIAN

Melalui penelitian ini, para pembaca dapat mengetahui keberadaan sekolah berasrama
Sekolah Asrama Taruna Papua, dan mendapat pengetahuan baru tentang budaya, dan
suku-suku di Timika, Amungme dan Kamoro serta 5 suku kerabat (Mee, Dani, Moni,
Damal, Nduga).

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Defenisi Penyesuaian Diri

Schneiders (1964) mengatakan bahwa penyesuaian diri (adjustmen) adalah suatu proses
dimana individu berusaha keras untuk mengatasi atau menguasai kebutuhan dalam diri,
ketegangan, perasaan frustasi, dan koflik secara mandiri dengan tujuan untuk mendapatkan
keharmonisan dan keselarasan antara tuntutan lingkungan dimana individu tersebut itu tinggal
denga tuntutan yang ada dalam dirinya.

Penyesuaian diri dapat didefenisikan sebagai interaksi anda yang kontiniu dengan diri anda
sendiri, dengan orang lain, dengan dunia anda (Calhon dan Acocella, 1990). Penyesuaian diri
merupakan suatu kontruksi atau bangunan psikologi yang luas dan kompleks, serta melibatkan
semua reaksi individu terhadap tuntutan baik dari lingkungan luar maupun dari dalam diri
individu itu sendiri. Dengan perkataan lain, masalah penyesuaian diri menyangkut aspek
kepribadian individu dalam interaksinya denga lingkungan dalam dan luar dirinya (Desmita,
2009 ;191). Adjudsment atau penyesuaian diri adalah proses untuk mencari titik temu antara
kondisi diri sendiri dan tuntutan lingkungan (David0ff, 1991). Penyesuaian diri merupakan
kemampuan individu dalam memenuhi salah satu kebutuhan psikologis dan mampu menerima
dirinya serta mampu menikmati hidupnya tanpa jenis konflik dan mampu menerima kegiatan
sosial serta mau ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial dalam lingkungan sekitarnya (Khatib,
2012).

Lubis (2009) menyebutkan bahwa penyesuaian diri sebagai kemampuan individu untuk
individu bereaksi terhadap adanya tuntutan yang dibebankan kepadanya, mampu mempelajari
sikap atau tindakan baru yang memerlukan adanya respon-respon mental, mampu menghadapi
kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik, serta menghasilkan kualitas
keselarasan dari dalam diri inidividu dengan tuntutan lingkungan, sehingga individu
mendapatkan ketentraman secara internal dengan hubungannya dengan dunia sekitarnya.

Kartono (2008) menyatakan bahwa penyesuaian diri dapat diartikan sebagai usaha manusia
untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan lingkungan, sehingga rasa permusuhan, rasa

4
dengki, iri, prasangka depresi, kemarahan dan emosi negatif yang lain sebagai respon pribadi
yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis habis. Menurut Hurlock (2008) penyesuaian
adalah seberapa jauh kepribadian individu berfungsi secara efisien dalam masyarakat. Menurut
Schneiders bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk
mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan
lingkungannya. Schneiders juga mendefenisikan penyesuaian diri dapat ditinjau dari 3 sudut
pandang, yaitu penyesuaian sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk
konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai diri sebagai usaha penguasaan (mastery).
Namun semua itu mulanya penyesuaian diri sama dengan adaptasi (Ali dan Asrori, 2006. 174-
175).

Ali dan Asrori (2011, 175) menyatakan bahwa penyesuaian diri dapat didefenisikan sebagai
suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan perilaku yang diperjuangakn individu
agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik,
serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam diri individu dengan
tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu berada.

Berdasarkan beberapa defenisi diatas, maka dapat disimpulkan penyesuaian diri adalah
proses yang terjadi secara kontiniuitas yang dilakukan oleh sesorang kepada orang lain dan
lingkungannya untuk mengatasi konflik agar tercipta suatu hubungan yang serasi antara dirinya
dan lingkungannya.

2.2 Aspek-Aspek Penyesuaian Diri

Menurut Scheneiders (1964) penyesuaian diri yang dilakukan oleh seseorang mencakup tujuh
aspek sebagai berikut :

1. Kemampuan mengontrol emosi yang berlebihan

Penyesuaian diri yang normal ditandai dengan tidak adanya gejolak emosi berlebih dari individu.
Individu yang memiliki kontrol emosi yang baik akan mampu mengatasi dan menghadapi
kondisi yang menekan dengan baik dan sebaliknya.

5
2. Kemampuan meminimalisir mekanisme pertahanan diri

Keterbukaan dan kejujuran terhadap adanya masalah ataupun konflik yang dihadapi individu
akan terlihat dengan ditunjukkannya reaksi normal ketika menghadapi tekanan-tekanan maupun
tuntutan-tuntutan.

3. Kemampuan mengurangi rasa frustasi

Penyesuaian diri yang normal ditandai dengan tidak adanya gejala depresi ataupun stress dalam
menghadapi berbagai kesulitan ataupun masalah. Individu cenderung bersikap secara wajar serta
tidak menunjukkan perilaku yang menyimpang.

4. Pola pikir rasional dan kemampuan mengerahkan diri

Kemampuan kognitif individu dalam mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi yang akan


dihadapi dalam pengambilan keputusan dapat mengarahkan individu dalam bertindak. Individu
yang mampu berpikir rasional dapat menghindarkan dirinya dari tindakan ataupun perilaku-
perilaku menyimpang.

5. Kemampuan untuk belajar

Belajar merupakan proses kognitif yang sejatinya berlaku sepanjang hayat dan proses belajar
yang dilakukan adalah untuk memecahkan masalah baik yang sedang ataupun akan dihadapinya
nanti.

6. Pemanfatan pengalaman masa lalu

Individu dianggap belajar apabila mampu mengambil pelajaran dari setiap apa yang dialaminya
di masa lalu, serta kemampuan individu untuk toleran terhadap traumatiknya.

7. Sikap realitas dan objektif

Aspek ini berhubungan dengan orientasi individu terhadap realitas yang ada. Penyesuaian ini
ditandai dengan pola pikir dan obyektivitas individu dalam menilai sesuatu, individu mampu
bertindak menerima dan menilai kenyataan lingkungan di luar dirinya secara obyektif sesuai
dengan pertimbangan-pertimbangan rasional dan perasaan.

6
2.3 Faktor-Faktor Penyesuaian Diri

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri menurut Schneiders (1964) adalah sebagai
berikut :

1. Keadaan Fisik

Kondisi fisik seseorang individu dapat mempengaruhi penyesuaian diri, sebab keadaan sistem
kekebalan tubuh dapat menjadi faktor penunjang kelancaran individu dalam melakukan
penyesuaian diri. Kondisi fisik yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri individu mencakup
hereditas, konstitusi fisik, sistem saraf, kelenjar dan otot, ataupun penyakit.

2. Perkembangan dan kematangan

Perkembangan dan kematangan dimaksud mencakup kematangan intelektual, kematangan sosial,


kematangan sosial, kematangan moral, dan emosional.

3. Keadaan Psikologis

Keadaan mental yang sehat dapat menciptakan penyesuaian diri yang baik pada individu.
Keadaan mental yang baik akan mendorong individu untuk memberikan respon yang selaras
dengan dorongan internal maupun tuntutan yang didapatkannya dari lingkungan. Faktor
psikologis mencakup pengalaman, perasaan, belajar, kebiasaan, self-determination, frustasi, dan
konflik.

4. Keadaan Lingkungan

Keadaan lingkungan yang damai, tentram, penuh penerimaan dan dukungan, serta mampu
memberi perlindungan merupakan lingkungan yang dapat memperlancar proses penyesuaian diri
pada individu. Faktor lingkungan mencakup lingkungan keluarga, rumah, dan lingkungan belajar
(sekolah).

5. Tingkat religiusitas dan Kebudayaan

Religiusitas dapat memberikan suasana psikologis yang digunakan untuk mengurangi konflik,
frustasi dan ketegangan psikis lain, karena religiusitas memberi nilai dan keyakinan pada

7
individu untuk memiliki arti, tujuan, dan stabilitas dalam hidup. Begitupun dengan kebudayaan
pada suatu masyarakat yang merupakan faktor yang mempengaruhi watak dan perilaku individu
dalam bersikap.

Proses Penyesuaian Diri

Proses penyesuaian diri menurut Schneiders (1984) melibatkan 3 unsur, yaitu :

1. Motivasi, yaitu respon penyesuaian diri, baik atau buruk, secara sederhana dapat
dipandang sebagai suatu upaya organisme untuk mereduksi atau menjauhi ketegangan
dan untuk memelihara keseimbangan yang lebih wajar. Kualitas respon, apakah itu sehat,
efisien, merusak, atau patologis ditentukan oleh kekuatan motivasi. Selain itu, hubungan
individu dengan lingkugan juga dapat menentukan kualitas yang baik atau buruk
2. Sikap terhadap realistis, yaitu sikap yang sehat terhadap realitas dan kontak yang baik
terhadap realitas itu sangat diperlukan bagi proses penyesuaian diri yang sehat.
Sebaliknya, sikap yang kurang sehat terhadap realitas akan sangat mengganggu hubungan
antara penyesuaian diri dengan realitas.
3. Pola dasar penyesuaian diri, yaitu pola dasar penyesuaian diri akan menjadi tolak ukur
dalam penyesuaian diri dalam kehidupan sehari-hari. Individu akan mengalami
ketegangan dan frustasi apabila gagal dalam memenuhi keinginannya atau kebutuhannya.
Sebaliknya, apabila individu dapat membebaskan diri ketegagan dan frustasi serta dapat
mewujudkan keinginannya tersebut, maka individu dapat melakukan penyesuaian diri
yang baik pula.

Proses penyesuaian diri menurut Sunarto dkk (2008), dapat diartikan sebagai berikut :

a. Mula-mula individu di satu sisi merupakan dorongan keinginan untuk memperoleh


makna dan eksistensi dalam kehidupannya dan di sisi lain mendapat peluang atau
tuntutan dari luar dirinya sendiri.
b. Kemampuan menerima atau menilai kenyataan lingkungan di luar dirinya secara
objektif sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan rasional dan perasaan.
c. Kemampuan bertindak sesuai dengan kemampuan potensi yang ada pada dirinya dan
kenyataan objektif di luar dirinya.

8
d. Kemampuan bertindak secara dinamis, luwes, dan tidak kaku sehingga menimbulkan
rasa aman tidak dihantui oleh kecemasan atau ketakutan.
e. Bertindak sesuai dengan potensi-potensi positif yang layak dikembangkan sehingga
dapat menerima dan diterima lingkungan, tidak disingkirkan oleh lingkungan maupun
menentang dinamika lingkungan.
f. Rasa hormat pada sesama manusia dan mampu bertindak toleran, selalu menunjukkan
perilaku hormat sesuai dengan harkat dan martabat manusia, serta dapat mengerti dan
menerima keadaan orang lain meskipun sebenarnya kurang serius dengan keadaan
dirinya.
g. Kesanggupan merespon frustasi, konflik, dan stress secara wajar, sehat dan
professional, dapat mengontrol dan mengendalikan sehingga dapat memperoleh
manfaat tanpa harus menerima kesedihan yang mendalam.
h. Kesanggupan bertindak secara terbuka dan sanggup menerima kritik dan tindakannya
dapat bersifat murni sehingga sanggup memperbaiki tindakan-tindakan yang sudah
tidak sesuai lagi.
i. Dapat bertindak sesuai dengan norma yang dianut oleh lingkungannya serta selaras
dengan hak dan kewajibannya.
j. Secara positif ditandai oleh kepercayaan terhadap diri sendiri, orang lain, dan segala
sesuatu di luar dirinya sendiri sehingga tidak pernah merasa tersisih dan kesepian.

9
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian Kualitatif

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan fenomenologi atau penelitian yang
dilakukan secara pendekatan subjektif atau interpretif terhadap realitas (Mulyana, 2001).
Fenomenologi mencari jawaban tentang makna dari suatu fenomena. Pada dasarnya ada dua hal
yang utama yang menjadi fokus dalam penelitian fenomenologi, yakni :

a. Tektural description, adalah apa yang dialami oleh subjek penelitian tentang sebuah
fenomena. Apa yang dialami adalah aspek objektif, data yang bersifat factual, hal
yang terjadi secara empiris.
b. Structural description, bagaimana subjek mengalami dan memaknai pengalamannya.
Deskripsi ini bersifat subjektif. Aspek ini menyangkut pendapat, penilaian, perasaan,
harapan, serta respons subjektif lainnya dari subjek penelitian berkaitan dengan
pengalaman itu (Hasbiansyah, 2008 ; 171).

Dalam Penelitian ini dilakukan untuk memahami secara utuh kasus tersebut, tanpa harus
dimaksudkan untuk menghasilkan konsep-konsep/teori ataupun tanpa ada upaya
menggeneralisasi (Poerwandari, 2017 ; 125). Sampel data dipilih secara purposive sampling.
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Sumber data primer
yaitu siswa atau anak di Sekolah Asrama Taruna Papua selama 9 tahun dan berprestasi baik di
dalam maupun diluar.

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yang mengetahui suatu aspek fenomena sosial
secara terperinci, contohnya interaksi, sistem kekerabatan, sosial dan lainnya. Penelitian ini
berfokus pada penyesuaian diri anak pada sekolah berasrama di Sekolah Asrama Taruna Papua.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan
observasi. Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai
tujuan tertentu. Wawancara kualitatif dilakukan bila peneliti bermaksud untuk memperoleh

10
pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik
yang diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut, suatu hal yang tidak
dapat dilakukan melalui pendekatan lain (Banister dkk., 1994).

Observasi adalah metode pengumpulan data esensial dalam penelitian, apalagi penelitian
dengan pendekatan kualitatif agar memberikan data yang akurat dan bermanfaat. Observasi
sebagai metode ilmiah harus dilakukan oleh peneliti yang sudah melewati latihan-latihan yag
memadai, serta telah mengadakan persiapan yang teliti dan lengkap (Patton, 1990).

3.3 Teknik Analisis Data

Creswell (1998 ; 147-150), menjelaskan teknik analisis data dalam kajian fenomenologi
sebagai berikut :
a) Peneliti mendeskripsikan sepenuhnya fenomena/pengalaman yang dialami subjek
penelitian
b) Peneliti kemuadian menemukan pertanyaan (hasil wawancara) bagaimana orang-orang
menemukan topik, rinci pertanyaan tersebut dan perlakuan setiap pertanyaan memiliki
nilai yang setara, kemudian rincian tersebut dikembangkan dengan tidak melakukan
pengulangan.
c) Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian di kelompokkan dalam unit-unit bermakna,
peneliti merinci unit-unit tersebut dan menuliskan sebuah penjelasan teks tentang
pengalaman yang disertai contoh dengan seksama
d) Peneliti kemuadian mereflesikan pemikirannya dengan menggunakan variasi imajinatif
atau deskripsi struktural, mencari keseluruhan makna yang memungkinkan dan melalui
perpektif yang divergen, mempertimbangkan kerangka rujukan atas gejala
(phenomenon), dan mengkonstruksikan bagaimana gejala tersebut dialami.
e) Peneliti kemudian mengkonstruksi seluruh penjelasan tentang makna dan esensi
pengalamannya.
f) Peneliti melaporkan hasil penelitiannya. Laporan tersebut menunjukkan adanya kesatuan
makna berdasarkan seluruh informan. Setelah itu, kemudian menuliskan deskripsi
gabungannya.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas hasil analisa wawancara untuk memberikan gambaran dan
memberikan pemahaman bagi pembaca tentang bagaimana penyesuaian diri siswa di sekolah
berasrama di sekolah asrama taruna papua.
Bagian analisa dalam wawancara digunakan kode-kode tertentu untuk membuat penulis dan
pembaca memahami alur dan narasinya, contohnya S1.W1.13112021.B6.A1. S1 adalah subjek
pertama, W1 adalah wawancara pertama yang dilakukan oleh peneliti dengan subjek, 13112021
adalah waktu pelaksanaan, B6 adalah kutipan dalam baris ke 6, A1 adalah koding mengenai
analisa tematik berdasarkan teori.
Gambaran Umum Subjek Penelitian
Nama Inisial : AJ
Usia : 16 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Waktu : 15.00-16.00
Tanggal : 13 November 2021

A. Hasil Observasi
1. Wawancara I
Wawancara pertama dilakukan di Sekolah Asrama Taruna Papua, pos 3 security dekat
bangunan klinik kesehatan pukul 15.00-16.00 WIT pada saat subjek sedang jam istirahat. Pada
saat tersebut subjek memakai baju olahraga perpaduan warna biru dan kuning. Tepat didepan pos
tersebut terdapat lapangan bermain anak yang terdiri dari ayunan yang terbuat dari kayu dan
sedang dinaiki siswa kelas 1 SD bernama Pia Beanal. Di klinik tampak dari teras terlihat
beberapa siswa asik dengan permainan batu yang baru saja dibelikan bagian procurement SATP.
Subjek berkulit hitam dengan tinggi kurang lebih 165 cm. Di sekitar tangan, kaki terdapat
bulu hitam keriting begitupun di bagian dagu yang membentuk jenggot dan kumis. Rambut
keriting dengan gelang bercorak bintang kejora lambang bendera Papua. Struktur wajah keras

12
dan pandangan malu-malu, dengan bentuk hidung normal pada umumnya. Fisik kekar dan
berotot.
Sebelum wawancara tersebut berlangsung, peneliti terlebih dahulu membuat janji dengan
subjek pada saat subjek makan siang di Erom (lokasi dapur SATP). Peneliti menunggu subjek di
pos 3 selama 10 menit hingga akhirnya subjek datang. Pada saat subjek sampai di lokasi, subjek
memegang kepala dan menggaruk sedikit tersenyum kepada peneliti dan saling sapa.
Subjek sedikit kaku dan malu-malu, terlihat dari gaya bicara dan mengalihkan muka kepada
peneliti. Setelah berjalannya waktu, subjek akhirnya sudah tenang dan siap untuk diwawancarai.
Ketika peneliti menyampaikan kesediaan untuk membantu peneliti untuk membuat tugas dengan
judul penyesuaian diri siswa SATP, subjek merasa antusias dan gembira bahwa subjek dijadikan
sebagai informan dalam penelitian. Wawancara berlangsung hanya 1 jam karena subjek akan
mengikuti jam ekskul pukul 14.00 artinya sesi wawancara dengan subjek hanya 50 menit saja.
Kondisi pada saat wawacara berisik karena siswa yang lain menghampiri dan membuat
wawacara sedikit terganggu.

2. Wawancara II
Wawancara kedua dilakukan di ruang HRD atau ruang kerja peneliti, pukul 15.00-16.00.
Peneliti sengaja memilih tempat tersebut agar kondusif dan proses wawancara dapat berjalan
dengan baik dan mendapatkan informasi secara detail. Diruangan tersebut terdapat staff HRD
lainnya samping meja peneliti.
Wawancara kedua subjek memakain kaos hitam dibagian depannya terdapat tulisan Papua
dengan perpaduan kuning sebagai latar tulisan. Aksesoris gelang yang sama masih dipakai
subjek di tanga kiri. Sebelum wawancara peneliti dan subjek melakukan salam kur khas Papua.
Saat wawancara berlangsung, subjek lebih detail dalam menjelaskan setiap pertanyaan peneliti.
Tampak senyum dan gaya bicara sudah lancar keluar dari mulut subjek. Pertanyaan mengenai
penyesuaian diri anak SATP dijawab dengan serius terlihat dari mimik muka dan ketegasan
suara si subjek. Tangan subjek kadang dibunyikan berulang kali dan melihat ke kiri seolah
melihat meja kosong lainnya.

B. Hasil Wawancara

13
AJ (nama inisial) adalah seorang siswa di Sekolah Asrama Taruna Papua, berusia 16 tahun.
AJ tinggal di SATP memasuki tahun ke Sembilan sejak ia kelas 1 SD, dan sekarang sudah kelas
9 SMP. AJ lahir di Banti dan tumbuh besar di daerah tersebut sejak dilahirkan.
“io, sa dari kecil su tinggal disini. Umur 6 tahun bapa. Mama sama bapa dong
antar saya kesini”
(S1.W1.13.112021.B8.A2), (S1.W1.13112021.B6.A1)

AJ mendapat prestasi diluar sekolah dengan bergabung di SSB Mimika Putra dan mewakili
perlombaan sepak bola sampai ke Jakarta. Selama bersekolah di SATP AJ mendapat kesulitan
dalam hal penyesuaian diri, namun semuanya bisa teratasi karena adanya bimbingan dari para
guru dan Pembina yang mengajar mereka sehari-hari. Kesulitan AJ cara buang air besar dan
memakai sandal juga kebiasaan yang diadopsi dari kampung ke SATP menjadi salah satu faktor
utamanya.

14
BAB V
SARAN DAN KESIMPULAN

Bab ini akan memaparkan kesimpulan yag menjawab permasalahan dalam penelitian. Selain
itu, bab ini juga akan mengemukakan saran dan metodologis yang diharapkan dapat bermanfaat
bagi penelitian dengan tema penyesuaian diri anak di sekolah berasrama Sekolah Asrama Taruna
Papua.

A. KESIMPULAN
Subjek dalam penelitian ini

15
16
DAFTAR PUSTAKA

Alberti, R & Emmons, M. (2002). Your Perfect Right. Jakarta : PT Elex Media Komputindo

Al-Khatib,S. A. (2012). Exploring the relationship among loneliness, self-esteem, self


problematic internet use pada mahasiswa. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental.

Ali, M, & Asrori, M. 2014. Psikologi Remaja : Perkembangan peserta didik. Jakarta : Bumi
Aksara

Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Guru. Bandung : Yrama Widya.

Banister. P . dkk. 1994. Qualitative Methode in Psychology A Research Guide. Buckingham.


Open University Press.

Calhoun, J. F., & Acocella, J. R. (1990). Psikologi Tentag penyesuaian dan Hubungan
Kemanusiaan (Edisi Ketiga). Semarang : IKIP Semarang Press.

Calhoun & Acocella. (1995). Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan
(Edisi Ketiga). Semarang : IKIP Semarang Press

Creswell. 1998. Qualitative Inquiry : Choosing Among Five Tradition. USA : Sage Publication
Inc

Desmita, 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya

Fatimah, A. S. (2016). Psikologi Perkembangan. Bandung : CV Pustaka Setia.

Hasbiansyah. 2008. Pendekatan Fenomenologi : Penelitian dalam Ilmu Sosial dan Komunikasi.
(Mediator vol 9 Nomor 1. Juni 2008).

Harber, A., Runyon RP. Psychology of Adjusment. Illinois : The Dorsey Press : 1984.

Kartini Kartono, 2002. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Rineka Cipta

17
Lubis, Namora Lumongga. Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta : Kencana, 2009.

Marzuki A. Choiran, 1998, Anak Saleh dalam Asuhan Ibu Muslimah. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar

Patton, M.Q. 1990. Qualitative evaluation and research methods. Newbury Park : Sage
Publication

Poerwandari, E.K. 1998. Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi. Jakarta : Lembaga
Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Fakultas Psikologi Uiversitas
Indonesia

Poerwandari, E.K. 2007. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Depok :
Perfecta Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi.

Sunarto. (1994). Perkembanga Peserta Didik. Jakarta : Dirjen Dikti Depdikbud

18

Anda mungkin juga menyukai