Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM

ENERGI BIDANG PERTANIAN


(TPT 2029)
ACARA VI
PENGUKURAN DAYA PADA MOTOR DIESEL

DISUSUN OLEH

NAMA : Azhura Salsabila


NIM : 19/444085/TP/12462
GOL. :A
CO ASS. : Muhammad Arif Ihsanudin

LABORATORIUM ENERGI DAN MESIN PERTANIAN


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Motor bakar menjadi hal yang umum karena penggunaannya yang sangat
luas. Motor bakar dapat digunakan pada alat transportasi, alat pengangkut
beban, alat mesin pertanian dan lain sebagainya. Dalam bidang pertanian, motor
bakar merupakan tenaga penggerak yang memegang peranan penting untuk
membantu proses produksi pertanian. Motor bakar sering digunakan pada alat
dan mesin pertanian, contohnya seperti traktor, gilingan padi, pemipil jagung,
pompa air, mesin-mesin pengolah hasil pertanian, dan lain sebagainya.
Berdasarkan penggunaan bahan bakarnya, motor bakar dibedakan menjadi
2 macam, yaitu motor bakar bensin dan motor bakar diesel. Motor bakar bensin
menggunakan bahan bakar bensin sebagai sumber energinya, sedangkan motor
bakar diesel menggunakan bahan bakar solar. Dalam praktikum ini, dilakukan
pengukuran daya motor bakar diesel untuk mengetahui kemampuan kerja mesin
diesel tersebut.
1.2 Tujuan
Praktikum ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut.
1. Mempelajari pengaruh beban torsi pada suatu setelan governor terhadap
RPM, daya, pemakaian udara dan bahan bakar serta efisiensi motor.
2. Mengetahui fungsi kerja governor.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Motor bakar merupakan sebuah mesin yang mengubah energi panas hasil
dari gas-gas panas pembakaran bahan bakar (energi kimia) menjadi tenaga mekanik
(Fathun,2020). Kinerja dan efisiensi motor bakar dinilai baik jika proses
pembakaran yang terjadi dalam ruang bakar berlangsung dengan baik pula, karena
proses pembakaran mempengaruhi kinerja dan efisiensi dari suatu motor bakar
(Sinaga,2010). Berdasarkan bahan bakar yang digunakan, motor bakar terbagi
menjadi dua, yaitu motor bakar bensin dan motor bakar diesel. Motor bakar bensin
menggunakan bahan bakar bensin sebagai sumber energi, sedangkan motor bakar
diesel menggunakan bahan bakar solar (diesel). Pada praktikum ini, penjelasan
akan difokuskan pada motor diesel.
Mesin diesel dapat dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan gerakan
pistonnya, yaitu mesin diesel dua langkah dan mesin diesel empat langkah.
Muchlisinalahuddin (2018) menyatakan bahwa mesin diesel dengan dua langkah
memiliki prinsip kerja dua kali langkah piston (satu putaran poros engkol)
menghasilkan sekali proses usaha, sedangkan mesin diesel dengan empat langkah
memiliki prinsip kerja empat kali langkah piston (dua putaran poros engkol)
menghasilkan sekali proses usaha.
Proses pembakaran pada motor bakar diesel terjadi dengan bantuan dari
bagian nozzle. Pada saat piston bergerak menuju titik mati bawah (TMB), udara
masuk melalui katup. Kemudian piston bergerak mendekati titik mati atas (TMA)
dan melakukan pengkompresian. Melalui nozzle, bahan bakar diinjeksikan dengan
tekanan yang sangat tinggi masuk ke ruang bakar, sehingga udara yang terkompresi
bercampur dengan bahan bakar dan terjadi pembakaran (Paryono, 2013).
Adapun governor dalam proses pembakaran berperan dalam menggerakkan
control rack agar banyaknya bahan bakar yang akan disemprotkan oleh nozzle
dapar diatur. Namun, pada dasarnya governor merupakan alat yang berfungsi
mengendalikan kecepatan rata-rata mesin dari kecepatan yang berlebihan serta
menstabilkan kecepatan putaran mesin yang diinginkan (Bambang, 2019).
Governor memiliki prinsip kerja, yaitu governor akan mengatur kecepatan rata-rata
mesin ketika terdapat variasi kecepatan frekuensi beban. Dalam hal ini, apabila
beban motor tetap maka kecepatan motor juga akan konstan dari satu siklus ke
siklus lainnya. Apabila beban meningkat, maka kecepatan motor akan menurun dan
sudut governor akan bertambah seiring dengan terjadinya perubahan. Hal tersebut
menyebabkan katup terbuka dan fluida kerja akan bertambah untuk meningkatkan
beban.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Motor diesel 4 tak
2. Dinamometer model DY-7DE lengkap dengan pengukur debit bahan bakar
dan pengukur debit udara.
3.2 Langkah Kerja
Praktikum ini dilakukan dengan cara motor diesel 4 tak dihubungkan
dengan dinamometer, kemudian alat pengukur aliran udara dihubungkan
dengan nozzle ¾ inch. Selanjutnya, sistem pengukuran aliran bahan bakar yang
sudah dikalibrasi dihubungkan ke inlet bahan bakar motor. Pada tahap ini,
tempat bahan bakar (solar) dinaikkan di atas motor untuk mengalirkan bahan
bakar ke bawah menuju pompa injeksi. Lalu, manometer didaftarkan pada
drum pengukur aliran udara dan nolkan. Tombol dinamometer diatur pada nol.
Kemudian, motor dihidupkan dan dibiarkan agar menjadi cukup panas (± 30
det). Secara berangsur-angsur, ditambahkan kecepatan putar motor sampai
mencapai kecepatan tertentu. Kecepatan tersebut dipertahankan dan diberikan
beban torsi (mulai dari nol dan naikkan setiap 0,05 kg.m) sampai RPM
menunjukkan penurunan yang berarti dan diimbangi dengan pengaturan posisi
planyer. Setelah itu, dicatat bacaan torsi RPM, aliran udara dan aliran bahan
bakarnya. Cara kerja diulangi dengan kecepatan putar yang lebih besar atau
yang lebih kecil dan catat semua besaran. Kemudian, digambar grafik
hubungan antara semua besaran terhadap torsi dan terhadap RPM.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
1) Data Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan pada RPM 2500
N (RPM) Air Flow (mm) Fuel Flow (mm)
Torsi (kg.m)
1 2 Rerata 1 2 Rerata 1 2 Rerata
0 2500 2600 2550 11 8.5 9.75 4.2 5.2 4.7
0.1 2500 2500 2500 10 9 9.5 4.7 5.3 5
0.2 2500 2500 2500 9.5 9.5 9.5 5.1 5.5 5.3
0.3 2500 2500 2500 9.5 9.5 9.5 5.4 5.4 5.4
0.4 2450 2400 2425 10.5 10 10.25 7 8 7.5
0.5 2400 2300 2350 11 10 10.5 5 6 5.5
0.6 2300 2300 2300 10.5 9.5 10 5.5 6.3 5.9
0.7 2200 2200 2200 9 8 8.5 6 6.4 6.2

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan pada RPM 3000

N (RPM) Air Flow (mm) Fuel Flow (mm)


Torsi (kg.m)
1 2 Rerata 1 2 Rerata 1 2 Rerata
0 3000 3000 3000 9 9 9 4.3 4.3 4.3
0.1 2950 2950 2950 9 9 9 5 4.9 4.95
0.2 2900 2900 2900 9 8.5 8.75 5.4 5.5 5.45
0.3 2950 2950 2950 8.5 8 8.25 6.7 6.7 6.7
0.4 2900 2900 2900 9 8 8.5 6.9 7.3 7.1
0.5 2900 2900 2900 9 8 8.5 7.4 7.2 7.3
0.6 2850 2800 2825 8 8 8 8 8.5 8.25
0.7 2800 2800 2800 7 7 7 8 8 8

2) Perhitungan Koreksi Aliran Udara (AFc)


Tabel 4.3 Koreksi Aliran Udara (AFc) pada RPM 2500
Tors Air Flow (AF) AFc
i
lbs/j FK
(kg. mm inch kg/jam lt/jam lt/jam kg/jam
am
m)
9.7 0.38385 13.517 11264. 0.8986 10122.2 12.1467
0 29.8
5 827 053 211 234 8361 4033
0.37401 13.471 11226. 0.8986 10088.3 12.1059
0.1 9.5 29.7
575 693 411 234 1621 7946
0.37401 13.471 11226. 0.8986 10088.3 12.1059
0.2 9.5 29.7
575 693 411 234 1621 7946
0.37401 13.471 11226. 0.8986 10088.3 12.1059
0.3 9.5 29.7
575 693 411 234 1621 7946
10. 0.40354 13.607 11339. 0.8986 10190.2 12.2282
0.4 30
25 331 771 809 234 184 6208
10. 0.41338 13.653 11377. 0.8986 10224.1 12.2690
0.5 30.1
5 583 13 609 234 8579 2295
0.39370 13.562 11302. 0.8986 10156.2 12.1875
0.6 10 29.9
079 412 01 234 51 012
0.33464 12.337 10281. 0.8986 9239.13 11.0869
0.7 8.5 27.2
567 712 427 234 1347 5762

Tabel 4.4 Koreksi Aliran Udara (AFc) pada RPM 3000


Tors
Air Flow (AF) AFc
i
FK
(kg. m lbs/j
m) inch kg/jam lt/jam lt/jam kg/jam
m am
0.35433 12.700 10583. 0.8949 9471.48 11.3657
0 9 28
071 586 822 024 7679 8521
0.35433 12.700 10583. 0.8949 9471.48 11.3657
0.1 9 28
071 586 822 024 7679 8521
8. 0.34448 12.428 10357. 0.8949 9268.52 11.1222
0.2 27.4
75 819 431 026 024 7229 3267
8. 0.32480 12.246 10205. 0.8949 9133.22 10.9598
0.3 27
25 315 994 828 024 0262 6431
8. 0.33464 12.337 10281. 0.8949 9200.87 11.0410
0.4 27.2
5 567 712 427 024 3745 4849
8. 0.33464 12.337 10281. 0.8949 9200.87 11.0410
0.5 27.2
5 567 712 427 024 3745 4849
0.31496 12.292 10243. 0.8949 9167.04 11.0004
0.6 8 27.1
063 353 628 024 7004 564
0.27559 9.7522 8126.8 0.8949 7272.74 8.72729
0.7 7 21.5
055 36 633 024 9468 9361
2500 RPM 3000 RPM
14
12
10
AFC(kg/jam)

8
6
4
2
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8
Torsi (kg.m)

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Torsi Terhadap AFc RPM 2500 dan RPM 3000
3) Perhitungan Koreksi Fuel Flow (FF)
Tabel 4.5 Koreksi Fuel Flow (FF) pada RPM 2500
Fuel Flow (FF)
Torsi (kg.m)
mm lbs/jam kg/jam
0 4.7 1.8 0.8164663
0.1 5 2 0.9071847
0.2 5.3 2.15 0.9752236
0.3 5.4 2.2 0.9979032
0.4 7.5 3.45 1.5648937
0.5 5.5 2.25 1.0205828
0.6 5.9 2.59 1.1748042
0.7 6.2 2.7 1.2246994

Tabel 4.6 Koreksi Fuel Flow (FF) pada RPM 3000


Fuel Flow (FF)
Torsi (kg.m)
mm lbs/hr kg/jam
0 4.3 1.55 0.7030682
0.1 4.95 1.95 0.8845051
0.2 5.45 2.25 1.0205828
0.3 6.7 2.9 1.3154179
0.4 7.1 3.21 1.4560315
0.5 7.3 3.35 1.5195344
0.6 8.25 3.85 1.7463306
0.7 8 3.8 1.723651
4) Perhitungan Daya Poros (BHP)
Tabel 4.7 Daya Poros (BHP) pada RPM 2500

Torsi (kg.m) RPM BHP FK BHPc


0 2550 0 0.8986234 0
0.1 2500 0.3490645 0.8986234 0.3136775
0.2 2500 0.698129 0.8986234 0.6273551
0.3 2500 1.0471935 0.8986234 0.9410326
0.4 2425 1.3543703 0.8986234 1.2170689
0.5 2350 1.6406032 0.8986234 1.4742845
0.6 2300 1.9268361 0.8986234 1.7315001
0.7 2200 2.1502374 0.8986234 1.9322537

Tabel 4.8 Daya Poros (BHP) pada RPM 3000

Torsi (kg.m) RPM BHP FK BHPc

0 3000 0 0.8949024 0
0.1 2950 0.4118961 0.8949024 0.3686068
0.2 2900 0.8098297 0.8949024 0.7247185
0.3 2950 1.2356884 0.8949024 1.1058205
0.4 2900 1.6196593 0.8949024 1.449437
0.5 2900 2.0245741 0.8949024 1.8117963
0.6 2825 2.3666574 0.8949024 2.1179273
0.7 2800 2.7366657 0.8949024 2.4490487

3
2500 RPM 3000 RPM
2,5

2
BHPc

1,5

0,5

0
0 0,2 0,4 0,6 0,8
Torsi (kg.m)

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Torsi Terhadap BHP RPM 2500 dan RPM 3000
5) Perhitungan Perbandingan Udara Bahan Bakar (AFR)
Tabel 4.9 Perbandingan Udara Bahan Bakar (AFR) pada RPM 2500

Torsi (kg.m) AFc (kg/jam) FF (kg/jam) AFR


0 12.14674033 0.816466266 14.87721028
0.1 12.10597946 0.90718474 13.34455808
0.2 12.10597946 0.975223596 12.4135424
0.3 12.10597946 0.997903214 12.13141644
0.4 12.22826208 1.564893677 7.81411687
0.5 12.26902295 1.020582833 12.02158469
0.6 12.1875012 1.174804238 10.37406983
0.7 11.08695762 1.224699399 9.052799099

Tabel 4.10 Perbandingan Udara Bahan Bakar (AFR) pada RPM 3000

Torsi (kg.m) AFc (kg/jam) FF (kg/jam) AFR

0 11.36578521 0.703068174 16.16597884


0.1 11.36578521 0.884505122 12.84988062
0.2 11.12223267 1.020582833 10.89792256
0.3 10.95986431 1.315417873 8.331849931
0.4 11.04104849 1.456031508 7.582973607
0.5 11.04104849 1.51953444 7.266073218
0.6 11.0004564 1.746330625 6.299183127
0.7 8.727299361 1.723651006 5.063263579

18
2500 RPM 3000 RPM
16
14
12
10
AFR

8
6
4
2
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8
Torsi (kg.m)

Gambar 4.3 Grafik Hubungan Torsi Terhadap AFR RPM 2500 dan RPM 3000
6) Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (SFC)
Tabel 4.11 Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (SFC) pada RPM 2500

Torsi (kg.m) FF (kg/jam) BHP SFC


0 0.816466266 0 0
0.1 0.90718474 0.349064507 2.598902843
0.2 0.975223596 0.698129014 1.396910278
0.3 0.997903214 1.047193521 0.952931042
0.4 1.564893677 1.354370288 1.155440053
0.5 1.020582833 1.640603183 0.622077808
0.6 1.174804238 1.926836079 0.609706374
0.7 1.224699399 2.150237364 0.569564746

Tabel 4.12 Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (SFC) pada RPM 3000

Torsi (kg.m) FF (kg/jam) BHP SFC

0 0.703068174 0 0
0.1 0.884505122 0.411896118 2.147398538
0.2 1.020582833 0.809829657 1.260243835
0.3 1.315417873 1.235688355 1.064522351
0.4 1.456031508 1.619659313 0.898973936
0.5 1.51953444 2.024574141 0.750545218
0.6 1.746330625 2.366657358 0.737889082
0.7 1.723651006 2.736665736 0.629836148

3
2500 RPM 3000 RPM

2,5

2
SFC

1,5

0,5

0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8
Torsi (kg.m)

Gambar 4.4 Grafik Hubungan Torsi Terhadap SFC RPM 2500 dan RPM 3000
7) Perhitungan Tekanan Efektif Rata-Rata (BMEP)
Tabel 4.13 Tekanan Efektif Rata-Rata pada RPM (BMEP) 2500
BMEP
Torsi (kg.m) N (RPM) BHP Vd (cc)
2 Tak 4 Tak
0 2550 0 218.89 0 0
0.1 2500 0.349064507 218.89 2.87047E-05 5.74093E-05
0.2 2500 0.698129014 218.89 5.74093E-05 0.000114819
0.3 2500 1.047193521 218.89 8.6114E-05 0.000172228
0.4 2425 1.354370288 218.89 0.000114819 0.000229637
0.5 2350 1.640603183 218.89 0.000143523 0.000287047
0.6 2300 1.926836079 218.89 0.000172228 0.000344456
0.7 2200 2.150237364 218.89 0.000200933 0.000401865

Tabel 4.14 Tekanan Efektif Rata-Rata pada RPM (BMEP) 3000

BMEP
Torsi (kg.m) N (RPM) BHP Vd (cc)
2 Tak 4 Tak
0 3000 0 218.89 0 0
0.1 2950 0.411896118 218.89 2.87047E-05 5.74093E-05
0.2 2900 0.809829657 218.89 5.74093E-05 0.000114819
0.3 2950 1.235688355 218.89 8.6114E-05 0.000172228
0.4 2900 1.619659313 218.89 0.000114819 0.000229637
0.5 2900 2.024574141 218.89 0.000143523 0.000287047
0.6 2825 2.366657358 218.89 0.000172228 0.000344456
0.7 2800 2.736665736 218.89 0.000200933 0.000401865

0,00025
2500 RPM 3000 RPM
0,0002
BMEP (2 Tak)

0,00015

0,0001

0,00005

0
0 0,2 0,4 0,6 0,8
Torsi (kg.m)

Gambar 4.5 Grafik Hubungan Torsi Terhadap BMEP Mesin 2 Tak RPM 2500 dan
RPM 3000
2500 RPM 3000 RPM
0,00045
0,0004
0,00035
0,0003
BMEP (4 Tak)

0,00025
0,0002
0,00015
0,0001
0,00005
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8
Torsi (kg.m)

Gambar 4.6 Grafik Hubungan Torsi Terhadap BMEP Mesin 4 Tak RPM 2500 dan
RPM 3000
8) Perhitungan Efisiensi Volumetris
Tabel 4.15 Efisiensi Volumetris pada RPM 2500
Efisiensi Volumetris (%)
Torsi (kg.m) N (RPM) AF (lt/jam) Vd (cc)
2 Tak 4 Tak
0 2550 11264.21052 218.89 33.63437845 67.2687569
0.1 2500 11226.41116 218.89 34.19194164 68.38388327
0.2 2500 11226.41116 218.89 34.19194164 68.38388327
0.3 2500 11226.41116 218.89 34.19194164 68.38388327
0.4 2425 11339.80925 218.89 35.60547916 71.21095832
0.5 2350 11377.60861 218.89 36.86429699 73.72859397
0.6 2300 11302.00989 218.89 37.41542435 74.8308487
0.7 2200 10281.42705 218.89 35.58390008 71.16780016

Tabel 4.16 Efisiensi Volumetris pada RPM 3000

Efisiensi Volumetris (%)


Torsi (kg.m) N (RPM) AF (lt/jam) Vd (cc)
2 Tak 4 Tak
0 3000 9471.487679 218.89 24.0391868 48.07837361
0.1 2950 9471.487679 218.89 24.44663065 48.8932613
0.2 2900 9268.527229 218.89 24.3352359 48.67047181
0.3 2950 9133.220262 218.89 23.5735367 47.14707339
0.4 2900 9200.873745 218.89 24.15760644 48.31521289
0.5 2900 9200.873745 218.89 24.15760644 48.31521289
0.6 2825 9167.047004 218.89 24.70778618 49.41557237
0.7 2800 7272.749468 218.89 19.7771371 39.55427421

40 2500 RPM 3000 RPM


35

30

25
EV (2 Tak)

20

15

10

0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8
Torsi (kg.m)

Gambar 4.7 Grafik Hubungan Torsi Terhadap Efisinesi Volumetris Mesin 2 Tak
RPM 2500 dan RPM 3000
80
2500 RPM 3000 RPM
70

60

50
EV (4 Tak)

40

30

20

10

0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8
Torsi (kg.m)

Gambar 4.8 Grafik Hubungan Torsi Terhadap Efisinesi Volumetris Mesin 4 Tak
RPM 2500 dan RPM 3000
9) Perhitungan Efisiensi Termal
Tabel 4.17 Efisiensi Termal pada RPM 2500

Torsi (kg.m) BHP FF (kg/jam) NB (kkal/kg) Efisiensi Termal (%)


0 0 0.816466266 10674.199 0
0.1 0.3490645 0.90718474 10674.199 0.232731086
0.2 0.698129 0.975223596 10674.199 0.432988067
0.3 1.0471935 0.997903214 10674.199 0.634721144
0.4 1.3543703 1.564893677 10674.199 0.523476298
0.5 1.6406032 1.020582833 10674.199 0.97229876
0.6 1.9268361 1.174804238 10674.199 0.992027487
0.7 2.1502374 1.224699399 10674.199 1.061943326

Tabel 4.18 Efisiensi Termal pada RPM 3000

Torsi (kg.m) BHP FF (kg/jam) NB (kkal/kg) Efisiensi Termal (%)

0 0 0.703068174 10674.199 0
0.1 0.4118961 0.884505122 10674.199 0.281664289
0.2 0.8098297 1.020582833 10674.199 0.479943218
0.3 1.2356884 1.315417873 10674.199 0.568184858
0.4 1.6196593 1.456031508 10674.199 0.672817595
0.5 2.0245741 1.51953444 10674.199 0.805874806
0.6 2.3666574 1.746330625 10674.199 0.81969702
0.7 2.7366657 1.723651006 10674.199 0.960321955

1,2 2500 RPM 3000 RPM

1
Efisiensi termal (%)

0,8

0,6

0,4

0,2

0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8
Torsi (kg.m)

Gambar 4.9 Grafik Hubungan Torsi Terhadap Efisinesi Termal RPM 2500 dan
RPM 3000
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :


1. Pengaruh beban torsi adalah dapat memperkecil RPM, governor yang dapat
mengontrol jumlah bahan bakar yang masuk dapat mengatur RPM agar
stabil, sehingga motor memiliki daya dan efesiensi yang baik.
2. Governor memiliki fungsi, yaitu untuk menggerakkan control rack agar
banyaknya bahan bakar yang akan disemprotkan oleh nozzle dapar diatur.
Selain itu, berfungsi untuk mengendalikan kecepatan rata-rata mesin dari
kecepatan yang berlebihan serta menstabilkan kecepatan putaran mesin
yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Bambang, D. (2019). Perawatan Dan Pengoperasian Fuel Oil Purifier Dalam


Meningkatkan Mutu Bahan Bakar Di Kapal Dharma Fery VIII PT. Dharma
Lautan Utama. KARYA TULIS.
Fathun, M. P. (2020). Keterampilan Dasar Teknologi Otomotif: Untuk SMK/MAK
Kelas X (Vol. 2). Nilacakra.
Sinaga, N. (2010). Pengaruh model turbulensi dan pressure-velocity copling
terhadap hasil simulasi aliran melalui katup isap ruang bakar motor
bakar. ROTASI, 12(2), 18-24.
Muchlisinalahuddin. (2018). Analisis prestasi mesin motor bakar diesel type paus model
175A untuk bahan bakar solar dan bio solar. Rang Teknik Journal. Vol 1(2) :
221-226.
Paryono. (2013). Teknologi Mesin Diesel. Gunung Samudera : Malang.
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
REVIEW JURNAL

Governor merupakan komponen motor bakar untuk mengatur kecepatan


mesin secara otomatis dengan mengendalikan jumlah bahan bakar yang dialirkan
sehingga kecepatan dapat dipertahankan tetap walaupun beban yang diberikan
berubah-ubah. Pengunaan Governor bayak sekali ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari salah satunya ada pada mesin diesel generator las satu silinder jenis
governor tanpa engsel (Pivotless Governor) dimana sistem sederhana dengan enam
buah bola bandul yang menggelinding pada permukaan mangkok dorong yang
berputar disekitar sumbu poros penggerak hingga mencapai titik setimbang, saat
pengelasan berlangsung pada kenyataanya masih terjadi penurunan daya putar
mesin sehingga perlu pengkajian lebih lanjut.
Berdasarkan cara kerjanya governor dibedakan menjadi dua yaitu
- Pengaturan sentrifugal
- Pengaturan inersia
Pengaturan sentrifugal bekerja berdasarkan gaya sentrifugal sedangkan
pengaturan inersia bekerja berdasarkan momen inersia yang timbul karena
terjadinya percepatan sudut. Karana rumitnya jenis yang kedua tidak bayak
digunakan walaupun reaksinya lebih cepat, pada penelitian ini hanya akan dibahas
pengatur sentrifugal saja.
PENGARUH PERUBAHAN BEBAN BANDUL GOVERNOR TERHADAP RESPON
KECEPATAN PADA MESIN DIESEL

Zenal Abidin1), Gatot Santosos2), Muki Satya Permana3)


Magister Teknik Mesin - Universitas Pasundan Bandung
email: zenalabidin16@yahoo.com1), pdifti@gmail.com2)

Abstract

The function of governor is to regulate the speed of an engine when there are variation in the load.
When the load on an engine increases, its speed decreases, therefore it is necessary to increase the
supply of working fluid & vice-versa. Thus, Governor automatically controls the speed under varying
load. The centrifugal governors are based on the balancing of centrifugal force on the rotating balls
for an equal and opposite radial force, known as the controlling force. It consist of sum balls of equal
mass, which are attached to the arms as shown in fig. when the load on the engine increases, the
engine and the governor speed decreases. This results in the decrease of centrifugal force on the
balls. Hence the ball moves inward & sleeve moves downwards. The downward movement of sleeve
operates a throttle valve at the other end of the bell rank lever to increase the supply of working fluid
and thus the speed of engine is increased. In this case the extra power output is provided to balance
the increased load.When the load on the engine decreases, the engine and governor speed increased,
which results in the increase of centrifugal force on the balls. Thus the ball move outwards and sleeve
rises upwards. This upward movement of sleeve reduces the supply of the working fluid and hence the
speed is decreased. In this case power output is reduced.

Keywords: Governor

1. PENDAHULUAN
Governor merupakan komponen motor engsel (Pivotless Governor) dimana sistem
bakar untuk mengatur kecepatan mesin secara sederhana dengan enam buah bola bandul yang
otomatis dengan mengendalikan jumlah bahan menggelinding pada permukaan mangkok
bakar yang dialirkan sehingga kecepatan dapat dorong yang berputar disekitar sumbu poros
dipertahankan tetap walaupun beban yang penggerak hingga mencapai titik setimbang,
diberikan berubah-ubah. Pengunaan Governor saat pengelasan berlangsung pada kenyataanya
bayak sekali ditemukan dalam kehidupan masih terjadi penurunan daya putar mesin
sehari-hari salah satunya ada pada mesin diesel sehingga perlu pengkajian lebih lanjut.
generator las satu silinder jenis governor tanpa

198
Gambar 1. Sentrifugal Governor

Berdasarkan cara kerjanya governor dibedakan bekerja berdasarkan momen inersia yang
menjadi dua yaitu timbul karena terjadinya percepatan sudut.
- Pengaturan sentrifugal Karana rumitnya jenis yang kedua tidak bayak
- Pengaturan inersia digunakan walaupun reaksinya lebih cepat,
Pengaturan sentrifugal bekerja berdasarkan pada penelitian ini hanya akan dibahas
gaya sentrifugal sedangkan pengaturan inersia pengatur sentrifugal saja.

Control Mesin Generator


valve diesel
regulalat

Governor sentrifugal Pengaturan


manual

Gambar 2. Diagram pengaturan governor

Pada makalah ini akan dibandingkan Governor) dengan massa dari enem buah
kinerja governor tanpa engsel (Pivotless bandul dan massa dari tiga buah bandul.

199
2. METODE PENELITIAN
Metode penelitian dilakukan untuk
mengetahui parameter penurunan daya
sentrifugal yang dipengaruhi oleh penurunan
daya putar mesin yang disebabkan
pembebanan pada generator las. Untuk
mencapai sistem pengaturan dapat
mempertakankan daya putaran mesin
walaupun beban yang diberikan berubah-ubah
pada generator las di Lab Fakultas Teknik
Universitas Galuh. Parameter optimum yang
didapat akan menjadi acuan untuk Gambar 4. Governor pada posisi tanpa

meningkatkan sistem pengaturan governor. beban

Penelitian dilakukan Lab Fakultas Teknik Juni


2015 sampai dengan agustus 2016.
Spesimen penelitian ini adalah governor penurunan daya putar menggunakan
dengan 6 buah bola bandul, komponen diukur tachometer dan mesin diesel generator las
dan bandul ditimbang lalu dilakukan uji diberi beban pengelasan dengan dua buah
dengan memasang kembali governor pada kawat las yang berbeda yaitu 2,0 mm dan 2,6
mesin diesel. Untuk mengetahui parameter mm sesuai dengan parameter penelitian.
Rancangan kegiatan dengan menganalisa dua posisi yaitu pada kuadran I dan kuadran
komponen governor pada alat yang dijadikan IV. Penurunan daya putar yang disebabkan
objek penelitian governor berada pada sumbu beban generator terhadap daya putar mesin,
vertikal dimana bandul berputar mengelilingi penurunan daya putar berpengaruh pada gaya
garis yang tegak lurur terhadap bidang sentrifugal governor dari posisi setimbang ke
putarnya, garis tegak lulus berada pada sumbu pada posisi minimal dengan persamaan :
(x). Pada sumbu horizontal bandul berada pada

200
y
Fc
N2
N2

N2

r
m X
r

N2

N2
N2
fc
m

Gambar 5. Governor pada posisi tanpa beban (a)

y
Fc
N2
N2

N2

r
m X
r

N2

N2
N2
fc m

Gambar 6. Governor pada posisi penurunan daya putar (b)

201
Dari persamaan diatas hanya diambil sentrifugal pada posisi penurunan daya putar
salah satu persamaan untuk mencari dari posisi (a) ke posisi (b).
penurunana daya putar poros terhadap gaya
m = massa 6 buah bola 0,100 Kg, massa untuk
Persamaan untuk mencari gaya sentrifugal: 3 buah bola 0,050 Kg.
=m. . r.................................(1) r = 68,5 mm, r1 =37 mm.
S = Tarikan pegas = 20mm = 0,02 m
Persamaan untuk mencari percepatan sudut Fc = Gaya Sentrifugal

= ....................................(2) m = massa bola bandul


n = putaran poros bandul
t = waktu
Ket :
= kecepatan sudut

2.1 Penurunan daya putar pada 6 bandul 2.2 Penurunan daya putar pada posisi tiga
bandul
a. Posisi Setimbang
Posisi setimbang........................... (a) a. Posisi Setimbang
Fc = ( m . 6 ) . . r .............................(3) Posisi setimbang........................... (a)
Fc = ( m . 3 ) . . r1 .............................(3)
b. Posisi Minimal
Posisi minimum ...........................(b) b. Posisi Minimal
Fc = ( m . 6 ) . . r ............................(4) Posisi minimum ...........................(b)
Fc = ( m . 3 ) . . r1 ............................(4)

3. HASIL PEMBAHASAN Pengaturan penarikan terendah (S) =


0,750 Kg dan tertinggi (S) = 2,5 Kg.
Sistem pengaturan putaran Governor hartung dengan pengaturan
mesin terhadap beban minimal dan dua berat bandul yang berbeda (enam
beban maksimal diatur dengan dan tiga), dengan dimensi yang sama
menarik tuas pengatur berdasarkan akan di analisis untuk melihat range
besar daya tarik pegas. kecepatan yang merupakan fungsi dari
Data yang diperoleh dari governor massa bandul yang diberikan :
pegas kontroler : 6 bandul berat (m) massa = 0,096 kg
3 bandul berat (m) massa = 0,048 kg.

202
Tabel 1. Pengujian Governor

Sudut Gaya Sentrifugal

Sudut Jari-jari
no rad r.p.m waktu Sudut( 2) Massa (Kg) ( 2) (r) Gaya (fc)
1 6,28 3440 60 360 0,016 360 0,068 0,39168
2 6,28 3865 60 404 0,016 404 0,068 0,439552
3 6,28 4060 60 424 0,016 424 0,068 0,461312
4 6,28 4400 60 460 0,016 460 0,068 0,50048
5 6,28 4720 60 494 0,016 494 0,068 0,537472
6 6,28 5028 60 526 0,016 526 0,068 0,572288
7 6,28 5340 60 558 0,016 558 0,068 0,607104
8 6,28 5648 60 591 0,016 591 0,068 0,643008

3.1 Posisi Setimbang Gaya sentrifugal terhadap pegas dengan 6


Posisi setimbang........................... (a) bandul = 0,096 Kg.
Mean position adalah ketika berada pada Fc = (m . 6) . ( ).r
posisi setimbang antara posisi minimum dan Fc = 0,096 x 360 x 0,068 = 2,3 Newton.
maksimum.

3.2 Posisi Minimal diameter 2(mm), sedangkan (n2) adalah


Posisi minimum ...........................(b) pembebanan dengan diameter kawat 2,6 (mm).

Fc = (m .6) . ( ).r Penurunan daya putar dari analisa data dan


pengujian secara langsung yang dilakukan
Fc = 0,100 ( ) 0,068
pada bagian sebelumnya akan didapat
= 0,096 x 343 x 0,068 =2,2 Newton.
beberapa hasil perhitungan yang kemudian
dapat dituangkan ke dalam grafik. Pengujian
3.3 Analisis Penurunan Daya Putar (Speed
secara langsung besaran nilai putaran poros
Droop)
dapat diketahui dengan cara mengukur
Penurunan daya putar tiga bandul
langsung putaran poros saat governor berputar
ketika terjadi pembebanan pada generator, (n1)
dengan menggunakan tachometer.
adalah pembebanan ketika pengelasan dengan

203
Tabel 2. Pengujian 6 Bandul putaran tanpa beban terhadap beban (n1) dan (n2)

kekuatan pegas (Kg) n (r.p.m) n1 (r.p.m) n2 (r.p.m)


0,750 3440 3285 3320
1000 3865 3710 3685
1250 4060 3935 3935
1500 4400 4295 4263
1750 4720 4618 4570
2000 5028 4945 4875
2250 5340 5270 5185
2500 5648 5593 5490

6000

5000

4000
kekuatan pegas (Kg)

3000 n (r.p.m)
n 1 (r.p.m)
2000 n 2(r.p.m)

1000

0
1 2 3 4 5 6 7 8

Grafik 1. Speed Droop 6 Bandul (n1),(n2) Terhadap (n)

Pada grapik akan terlihat putaran Garis pegas (s) seirama dengan garis kenaikan
mesin tampa beban (n) dengan penurunana putaran menandakan ada keseimbanagan
daya putar (n1) dan (n2) berada pada jarak yang antara
berdekatan dan dapat dipertahankan seirama.
pengaturan dengan daya putar yang dihasilkan.

204
Tabel 3. Pengujian 3 Bandul Putaran Tanpa Beban Terhadap Beban (n1) dan (n2)
kekuatan pegas n (r.p.m) n 1 (r.p.m) n 2(r.p.m)
0,75 3495 2045 1800
1 3565 2045 2050
1,25 4110 3000 2500
1,5 4340 3318 2816
1,75 4645 3795 3166
2 4950 4273 3516
2,25 5262 4750 3866
2,5 5571 5228 4216

6000

5000

4000
kekuatan pegas (Kg)

3000 n (r.p.m)
n 1 (r.p.m)
2000 n 2 (rpm)

1000

0
1 2 3 4 5 6 7 8

Grafik 2. Speed Droop 3 Bandul (n1),(n2) Terhadap (n)

Pada grapik akan terlihat putaran mesin putaran. Garis pegas (s) tidak seirama dengan
tampa beban (n) dengan penurunana daya garis kenaikan putaran menandakan tidak ada
putar (n1) dan (n2) berada pada putaran 2000 – keseimbanagan antara pengaturan dengan daya
5000 (r.p.m) tidak dapat mempertahankan putar yang dihasilkan.

4. kesimpulan
a. governor dengan massa enam bola memiliki kesetabilan dalam mempertahankan kecepatan
walaupun beban yang diberikan berubah-ubah.
b. Massa bandul mempengaruhi besarnya perubahan pengaturan mempertahankan petaran
mesin.

205
5. REFERENSI
A. Buku
[1] V. L. MALEEV. M. E. DR. A. M. Alih [2] Hery Sonawan, Perancangan Elemen
bahasa Ir. Bambang Priambodo. Intitut Elemen Mesin, Teknik Mesin, Universitas
Teknologi Indonesia. Operasi dan Pasundan, Penerbit Alfabeta, CV. Maret
Pemeliharaan Mesin Diesel. Penerbit 2014.
Erlangga 1954

B. Artikel Jurnal

[1] J.C MAXWELL, ON GOVERNOR, Karakteristik generator Singkron,


from thenproceeding of the royal societi, Teknik elektro, Istitut Teknologi
1868 Padang, 2013.
[2] Sudirman Palaloi, Penelitian Madya [6] Agus Pramono, Eko Boedisoesetyo,
Bidang Efisiansi dan Konservasi Pengendalian Overspeed Pada Engine
B2TE BPPT, Serpong 15314, Teknik Diesel, Teknik Mesin Politeknik
Elektro, Universitas Pamulang dan Negeri Semarang,
Institut Teknologi Indonesia, 2009 [7] Tajudin, Analisa Kerja Governor
[3] Patriandari, analisis pengoprasian Terhadap Perubahan Frekuensi,
speed droop governor sebagai Politeknik Negeri Medan, 2014
pengaturan frequensi pada sistem [8] © MAN B&W Diesel
kelistrikan pltu gresik, Teknik Elektro Aktiengesellschaft, Augsburg This
ITS, 2010. document, and more, is available for
[4] Erinofiardi, Pembuatan dan Pengujian download from Martin's Marine
alat pengatur otomatis, Teknik Mesin Engineering Page -
Universitas Bengkulu, Maret 2012. www.dieselduck.net
[5] Sri sadono, Sihana, Nazrul Effendi, [9] Gatot santoso, Pengaruh berat bandul
indetifikasi sistem Governor Vontrol terhadap kecepatan putar poros utama
Valve Dalam Menjaga Kesetabilan governor jenis porter dan jenis proell,
putaran Turbin Uap PLTP, Teknik Teknik Mesin, Universitas Pasundan,
Fisika FT UGM , 2013 pdifti@gmail.com, 2015
[5] Sepannur bandri, Analisis Pengaruh
Perubahan Beban Terhadap

206

Anda mungkin juga menyukai