Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

LISTRIK DAN ELEKTRONIKA


(TPT1014)
ACARA VI

Disusun oleh :

Nama : Azhura Salsabila


NIM : 19/444085/TP/12462
Gol. : Jumat A
Co. Ass : Gani Safruloh
Indriani Setyo

LABORATORIUM ENERGI DAN MESIN PERTANIAN


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
BAB I
ISIAN

I. Tujuan
Setelah melaksanakan percobaan ini, Anda diharapkan dapat
memahami penggunaan teorema Thevenin pada rangkaian listrik untuk
mempermudah analisis.
II. Pendahuluan
Salah satu hukum atau teorema dalam rangkaian listrik yang
memudahkan analisis suatu rangkaian llstrik adalah sebuah teorema yang
bernama Teorema Thevenin, yang pada dasarnya mengubah suatu rangkaian
yang rumit sedemikian rupa sehingga menjadi keluaran dan beban, di mana
beban akan melihat keluaran sebagai suatu sumber tegangan dan hambatan
terseri saja. Secara formal teorema ini berbunyi: “Bila diketahui langkalan
linear, atur rangkaian itu daIam bentuk dua jaringan A dan B yang bersama-
sama dihubungkan oleh konduktor yang tidak mempunyai hambatan. Jika
salah atu jaringan mengandung sebuah sumber tak bebas, variabel
pengontrolnya haruslah dalam jaringan yang sama. Definis tegangan sebagai
tegangan terbuka yang akan timbul melintasi terminal A jika diputuskan
sehingga tidak ada arus yang ditarik dari A. Maka semua arus dan tegangan di
dalam B tidak akan berubah jika A dimatikan (semua sumber tegangan bebas
dan sumber arus bebas dalam A diganti oleh hubungan pendek dan rangkaian
terbuka) dan sumber tegangan bebas dihubungkan dengan pengutuban yang
benar, secara seri dengan jaringan A yang tak aktif.” Pada percobaan-
percobaan di bawah ini akan dijabarkan arti dri teorema ini.
III. Peralatan
Utama: Catu-daya tegangan utama PTE005-01 Penghambat masing-masing
1500 ohm, 2700 ohm, 3300 ohm, 1000 ohm, 220 ohm dan 47 ohm,
Penghubung U, dan Kabel penghubung.
Pendukung: Multimeter digital, sumber arus variabel.
IV. Langkah Kerja
1. Siapkan sumber tegangan utama, sumber arus variabel, multimeter
digital, 6 buah penghambat bernilai masing-masing 15 ohm, 270 ohm,
330 ohm, 100 ohm, 22 oh dan 47 ohm.

2. Dalam keadaan saklar sumber tegangan utama mati, buatlah rangkaian


seperti pada Gambar 3.1
3. Hidupkan saklar sumber tegangan utama dan ukur arus I dan tegangan
V, kemudian isikan pada Tabel 3.1.
4. Berdasarkan teorema Thevenin, rangkaian pada Gambar 3.1, dibagi dua
menjadi rangkaian A dan rangkaian B seperti pada Gambar 3.2.
Kemudian rangkaian A diubah menjadi seperti Gambar 3.3.
5. Untuk memperoleh nilai Rth, sumber tegangan pada rangkaian A
Gambar 3.2 dilepas dan diganti dengan suatu hubung-singkat seperti
pada Gambar 3.4, dan penghambat antara kutub-kutub x-Y diukur.
6. Buatlah rangkaian Gambar 3.4.

7. Ukur hambatan pada kutub X-Y, dan isikan pada Tabel 3.1 (sebagai
Rm.)

Tabel 3.1
No Pengukuran Dengan Thevenin
I (amp) V (volt) RTH (ohm) I (amp) V (volt)
1. 11,1 mA 1,11 V 148,5 Ohm 11,1 mA 1,11 V
2. 11,1 mA 1,11 V 148,5 Ohm 11,1 mA 1,11 V
3. 11,1 mA 1,11 V 148,5 Ohm 11,1 mA 1,11 V

8. Kemudian berdasarkan hasil yang didapat tersebut dan dalam keadaan


saklar sumber tegangan utama mati, buatlah rangkaian pada Gambar
3.3 dengan x dan X' serta Y dan Y‘ masing-masing saling
dihubungkan.
9. Hidupkan saklar sumber tegangan utama dan ukurlah arus I dan
tegangan V, kemudian isikan pada Tabel 3.1.
10. Nilai arus I dan V Dada Gambar 3.1 dan Gambar 3.3 sama, hal ini
berarti rangkaian pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.3 sama.
11. Dalam keadaan saklar sumber tegangan utama mati buatlah rangkaian
seperti pada Gambar 3.5.

12. Hidupkan saklar sumber tegangan utama dan ukur arus 1 dan tegangan
v, kemudian isikan pada Tabel 3.5 (Mana Tabel 5?).
13. Berdasarkan teorema Thevenin, rangkaian pada Gambar 3.5, dibagi dua
menjadi rangkaian A dan rangkaian B seperti pada Gambar 3.6.
Kemudian untuk rangkaian A diubah menjadi seperti Gambar 3.7.

14. Untuk memperoleh nilai Rth, sumber tegangan pada rangkaian A


Gambar 3.2 dilepas seperti pada Gambar 3.8, dan hambatan antara
kutub-kutub X-Ydiukur.
15. Buatiah rangkaian Gambar 3.8.

16. Ukur hambatan pada kutub X-Y, dan isikan pada TabeI 3.2 sebagai nilai
RTH.
17. Kemudian badasarkan hasil yang didapat tasebut dan dalam keadaan
sakiar sumber tegangan utama mati, buatlah tangkaian pada Gambar 3.7
dengan X dan X‘ serta Y dan Y' masing-masing saling dihubungkan.
18. Hidupkan saklar dan ukurlah arus I dan tegangan V, kemudian isikan
pada Tabel 3.2.
19. Nilai arus I dan V pada Gambar 3.2 dan Gambar 3.7 sama, hal ini berarti
rangkaian pada Gambar 3.5 dan Gambar 3.7 sama.

Table 3.2
No Pengukuran Dengan Thevenin
I (amp) V (volt) RTH (ohm) I (amp) V (volt)
1. 16 mA 1,6 V 47 Ohm 16 mA 1,6 V
2. 16 mA 1,6 V 47 Ohm 16 mA 1,6 V
3. 16 mA 1,6 V 47 Ohm 16 mA 1,6 V

I. Kesimpulan
Suatu rangkaian yang rumit yang mengandung sumber arus dan
sumber tegangan, dapat dibagi dua bagian yang kemudian salah satu
rangkaian tersebut dapat diubah menjadi bentuk yang lebih sederhana yang
terdiri atas sebuah sumber tegangan dan sebuah hambatan yang terpasang seri
tanpa mempengaruhi rangkaian yang lain.
Teorema Superposisi
I. Tujuan
Setelah melaksanakan percobaan ini, Anda diharapkan dapat memahami
dan menggunakan teorema superposisi pada rangkaian listrik.
II. Pendahuluan
Dari sekian banyak teorema yang mempermudah analisis rangkaian
Iistrik, salah satunya adalah teorema superposisi. Teorema ini pada dasarnya
adalah menghitung atau mengukur bagian tertentu rangkaian yang
dipengaruhi oleh masing-masing sumber yang bebas, kemudian hasil tersebut
dijumlahkan. Secara formal bunyi dari teorema superposisi tersebut adalah
sebagai berikut:
"Di dalam setiap jaringan hambatan linear yang mengandung beberapa
sumber, tegangan atau arus yang melalui setiap hambatan atau sumber dapat
dihitung dengan melakukan penjumlahan aljabar semua tegangan atau arus
sendiri-sendiri yang dihasilkan oleh setiap sumber bebas yang bekerja sendiri,
dengan semua sumber tegangan bebas lain diganti oleh rangkaian-rangkaian
pendek dan semua sumber arus bebas yang lain diganti oleh rangkaian
terbuka."
Pada percobaan-percobaan di bawah ini akan dijabarkan pemakaian
teorema ini.
III. Buku Bacaan

Untuk membantu dan menambah pengetahuan tentang materi-materi


pada percobaan ini, anda disarankan membaca buku-buku yang berikut ini:
1. Hayt, W.H.Jr, Kemmerly, J.E, "Rangkalan Ulstnk', Erlangga, Jakarta,
1991.
2. Scott, 0.5, "An Introduction to Circuit Analysis, A Systems Approach",
McGrawm Hill, Singapore, 1987.

3. Petunjuk Praktek Basic Electricity Trainer. PT. Pudak Scientific.


IV. Peralatan
Utama :
1. Catu-daya tegangan utama PTE-OOS-Ol
2. 2 batere 1.5V
3. 3 penghambat 2700, 470 dan 1009 Saklar SPST 2 buah
4. 8 buah penghubung U
5. 3 kabel penghubung Multimeter digital
Pendukung :
1. Multimeter digital
V. Langkah Kerja
1. Siapkan sumber tegangan utama, saklar dua buah, batere 1.5 Volt,
multimeter digital, tiga buah penghambat dengan masing-masing nilai
270 ohm, 47 ohm, dan 100 ohm.

2. Langkah Kerja 1. Siapkan sumber tegangan utama, saklar dua buah,


batere 1.5 Volt, multimeter digital, tiga buah penghambat dengan
masing-masing nilai 2700, 470, dan 1009.

3. Hidupkan kedua saklar dan ukur arus I dan tegangan V serta catat
hasilnya pada Tabel 4.1.
4. Dalam keadaan kedua saklar putus, ubah rangkaian Gambar 4.1 menjadi
seperti Gambar 4.2. Pada rangkaian ini sumber tegangan 5V diputuskan.
5. Hidupkan saktar S2, tetapi S1 JANGAN DIHIDUPKAN!!!! Ukur arus I
dan tegangan V serta catat hasilnya pada Tabel 4.1.
6. Dalam keadaan kedua saklar putus, ubah rangkaian Gambar 4.1 menjadi
seperti Gambar 4.3. Pada rangkaian ini batere 1.5V diputuskan.
.

Tabel 4.1
Gambar VA VB VC S1 S2 I1 I2 I3
4.1 4,04 V 0,54 V 0,96 V 1 1 15 mA 5,41 mA 20,4 mA
4.2 0,43 V 1,07 V 0,43 V 0 1 1,59 mA 10,7 mA 9,12 mA
4.3 4,47 V 0,53 V 0,53 V 1 0 16,6 mA 5,29 mA 11,3 mA
4.4 3,85 V 1,02 V 1,15 V 1 1 14,3 mA 10,2 mA 24,5 mA
4.5 0,41 V 1,02 V 0,41 V 0 1 1,51 mA 10,2 mA 8,69 mA

7. Hidupkan saklar S2, tetapi S1 JANGAN DIHIDUPKAN!!! Ukur arus V


58% catat hasilnya pada Tabel 4.1.
8. Lengkapi table 4.1.
9. Terlihat bahwa nilai hasil penjumlahan masing-masing sumber yang
diputuskan sama dengan ketika kedua sumber dihubungkan

10. Dalam keadaan kedua saklar putus, buatlah rangkaian seperti pada
gambar 4.4.
11. Hidupkan kedua saklar dan ukur arus I dan tegangan V serta catat
hasilnya pada Tabel 4.1.
12. Memutuskan saklar S2 berarti memutuskan sumber arus 50 mA.

13. Ukur arus I dan tegangan V serta catat hasilnya pada Tabel 4.1.

14. Dalam keadaan kedua saklar putus, ubah rangkaian Gambar 4.4 menjadi
seperti Gambar 4.5. pada rangkaian ini sumber tegangan %V diputuskan.

15. Hidupkan saklar S2, tetapi S1 JANGAN DIHIDUPKAN!!!!!! Ukur arus


I dan tegangan V serta catat hasilnya pada table 4.1.
16. Lengkapi Tabel 4.1
17. Terlihat bahwa nilai hasil penjumlahan dari masing masing sumber yang
dimatikan sama dengan ketika kedua sumber dihidupkan.
VI. Kesimpulan
Untuk mengukur tegangan atau arus pada bagian tertentu dalam suatu
rangkaian listrik, dapat dilakukan dengan mengukur pengaruh masing-masing
sumber bebas dahulu, baru kemudian dijumlahkan, karena hasilnya akan sama
bila seluruh sumber tersebut secara bersama-sama bekerja.
BAB II
PEMBAHASAN

Teorema Thevenin merupakan sebuah teori untuk mengganti satu sumber


tegangan tunggal dan satu resistensi seri pada suatu jaringan aktif,linear,resistif
yang memiliki satu atau lebih sumber tegangan atau arus.Teorema Thevenin dapat
diterapkan untuk menganalisis rangkaian yang terkait dengan sistem baterai dan
rangkaian yang saling terkoneksi dan dapat mempengaruhi satu rangkaian dengan
rangkaian lainnya.Berikut cara menganilis rangkaiannya.
a. Lepaskan resistor beban.
b. Hitung tegangan rangkaian terbukanya yang merupakan tegangan
thevenin/thevenin voltage (VTH).
c. Sumber arus listriknya dilepaskan.
d. Hitung tegangan resistansi rangkaian terbukanya yang merupakan resistansi
thevenin/thevenin resistance (RTH).
e. Gambarkan rangkaian baru berdasarkan pengukuran yang dilakukan pada
langkan b dimana tegangan rangkaian terbuka (VTH) sebagai sumber tegangan
dan resistansi thevenin (RTH) pada langkah d sebagai resistor yang
dihubungkan secara seri.Kemudian,resistor beban yang tadi dilepaskan pada
langkah a dihubungkan kembali.Maka,rangkaian ini merupakan rangkaian
ekuivalen thevanin yang sudah disederhanakan menggunakan teorema
thevenin.
f. Dan yang terakhir,hitung arus listrik yang melalui resistor beban dengan
menggunakan Hukum Ohm yaitu IT = 𝑉𝑡ℎ⁄(𝑅𝑡ℎ + 𝑅𝑙).
Gambar 1.1 Rangkaian biasa dengan sumber tegangan 5 V
Pada gambar rangkaian biasa dengan sumber tegangan 5 V yang memiliki tiga
hambatan sebesar 270 Ω,330 Ω dan 100 Ω serta menghasilkan arus sebesar 11,1
mA dan tegangan sebesar 1,11 V.

Gambar 1.2 Rangkaian Threvenin dengan sumber tegangan 5 V


Pada gambar 1.2 dapat dilihat rangkaian biasa disederhanakan menjadi
rangkaian thevenin dengan besar sumber tegangan 5 V.Pada rangkaian
thevenin,hambatannya disederhanakan menjadi 2 hambatan dan disusun secara
seri.Hambatan tersebut merupakan hambatan hambatan thevenin yang bernilai
148,5 Ω.Tegangan thevenin dihitung dan didapat nilai sebesar 2,75 V.RTH dan VTH
yang tersusun pada rangkaian thevenin menghasilkan arus sebesar 11,1 mA dan
tegangan output sebesar 1,11 V.Dapat dinyatakan bahwa rangkaian thevenin lebih
sederhana daripada rangkaian biasa dan benar arus dan tegangan pada kedua
rangkaian bernilai sama.

Gambar 1.3 Rangkaian biasa dengan sumber tegangan 50 mA


Pada gambar 1.3 dibuat rangkaian biasa dengan sumber tegangan 50 mA yang
memiliki tiga hambatan sebesar 22 Ω,47 Ω dan 100 Ω disusun secara
paralel.Rangkaian tersebut menghasilkan arus sebesar 16 mA dan tegangan sebesar
1,6 V.

Gambar 1.4 Rangkaian Thevenin


Pada gambar 1.4 dapat dilihat rangkaian biasa dengan sumber arus 50 mA
disederhanakan menjadi rangkaian thevenin dimana sumber tegangan thevenin
yang digunakan sebesar 2,35 V.Pada rangkaian thevenin,hambatannya
disederhanakan menjadi 2 hambatan.Hambatan dengan nilai 22 Ω dan 47 Ω disusun
secara seri sehingga menghasilkan hambatan thevenin sebesar 47 Ω.Sementara
itu,hambatan thevenin disusun dengan hambatan sebesar 100 Ω dan dialiri sumber
tegangan thevenin sehingga menghasilkan nilai arus sebesar 16 mA dan tegangan
output sebesar 1,6 V.Dapat dinyatakan bahwa nilai pengukuran pada kedua
rangkaian adalah sama besar.
Teorema Superposisi adalah sebuah teori yang menyatakan bahwa arus yang
melalui atau tegangan pada suatu komponen dalam jaringan linier dua arah yang
memiliki beberapa sumber besarnya sama dengan jumlah aljabar arus/tegangan
yang dihasilkan secara terpisah oleh masing-masing sumber.Teorema superposisi
hanya dapat diterapkan pada rangkaian linier.

Gambar 1.5 Rangkaian 4.1


Rangkaian pada gambar 1.5 merupakan rangkaian 4.1 yang memiliki dua
saklar.Dalam rangkaian,kedua saklar dihidupkan sehingga R1 (270 Ω) dialiri arus
sebesar 15 mA dengan arah searah (+) serta tegangan sebesar 4,04 V dengan arah
searah (+).Kemudian,R2 (100 Ω) dialiri arus sebesar 5,42 mA dengan arah searah
(+) serta tegangan sebesar 0,54 V dengan arah searah (+).R3 (47 Ω) dialiri arus
sebesar 20,4 mA dengan arah searah (+) serta tegangan sebesar 0,96 V dengan arah
searah (+).Berdasarkan rangkaian 4.1 dan tabel 4.1,arus pada R1 (15 mA) dan R2
(5,42 mA) dijumlahkan sehingga menghasilkan I3 sebesar 20,4 mA.Maka dari
itu,berlaku hukum penjumlahan I1+I2=I3.Rangkaian tersebut dihitung
menggunakan voltmeter DC dan DC Ammeter untuk mengetahui tegangan dan arus
listrik yang mengalir pada setiap resistor.

Gambar 1.6 Rangkaian 4.2


Rangkaian pada gambar 1.6 merupakan rangkaian 4.2 yang memiliki dua
saklar dimana saklar 1 dimatikan dan saklar 2 dihidupkan dengan pemasangan
jumper di dekat sakelar 1.Maka diperoleh R1 (270 Ω) dialiri arus sebesar 1,59 mA
dengan arah berlawanan (-) serta tegangan sebesar 0,43 V dengan arah berlawanan
(-).Kemudian R2 (100 Ω) dialiri arus sebesar 10,7 mA dengan arah searah (+) serta
tegangan sebesar 1,07 V dengan arah searah (+).R3 (47 Ω) dialiri arus sebesar 9,12
mA dengan arah searah (+) serta tegangan sebesar 0,43 V dengan arah searah
(+).Berdasarkan rangkaian 4.2 dan tabel 4.2,arus pada R1 (-1,59 mA) dan R2 (10,7
mA) dijumlahkan sehingga menghasilkan I3 sebesar 9,12 mA.Maka dari itu,berlaku
hukum penjumlahan I1+I2=I3.Rangkaian tersebut dihitung menggunakan voltmeter
DC dan DC Ammeter untuk mengetahui tegangan dan arus listrik yang mengalir
pada setiap resistor.
Gambar 1.7 Rangkaian 4.3
Rangkaian pada gambar 1.6 merupakan rangkaian 4.2 yang memiliki dua
saklar dimana saklar 1 dihidupkan dan saklar 2 dimatikan dengan pemasangan
jumper di dekat sakelar 2.Maka diperoleh R1 (270 Ω) dialiri arus sebesar 16,6 mA
dengan arah searah (+) serta tegangan sebesar 4,47 V dengan arah searah
(+).Kemudian R2 (100 Ω) dialiri arus sebesar 5,29 mA dengan arah berlawanan (-)
serta tegangan sebesar 0,53 V dengan arah berlawanan (-).R3 (47 Ω) dialiri arus
sebesar 11,3 mA dengan arah searah (+) serta tegangan sebesar 0,53 V dengan arah
searah (+).Berdasarkan rangkaian 4.3 dan tabel 4.1,arus pada R1 (16,6 mA) dan R2
(-5,29 mA) dijumlahkan sehingga menghasilkan I3 sebesar 11,3 mA.Maka dari
itu,berlaku hukum penjumlahan I1 + I2= I3.Rangkaian tersebut dihitung
menggunakan voltmeter DC dan DC Ammeter untuk mengetahui tegangan dan arus
listrik yang mengalir pada setiap resistor.
Rangkaian 4.1 dibuat dengan menambahkan amperemeter dan voltmeter untuk
mengukur arus dan tegangan pada masing-masing komponen (gambar 1.5 &
1.6).Pada gambar 1.5 dalam rangkaian dipasang amperemeter dan diperoleh arus I1
(+15 mA),I2 (+5,42 mA) dan I3 (+20,4 mA).Sedangkan pada gambar 1.6 dalam
rangkaian dipasang voltmeter dan diperoleh VA (+4,04 V),VB (+0,54 V) dan VC
(+0,96 V).Di acara 6 ini,rangkaian dibuat menjadi beberapa versi rangkaian yang
menggunakan teori superposisi.Teori superposisi dapat membuktikan besarnya I3
pada rangkaian 4.1 sama dengan jumlah I3 dari rangkaian 4.2 & 4.3.

Gambar 1.8 Rangkaian 4.4


Rangkaian 4.4 merupakan rangkaian listrik yang memiliki tiga hambatan
sebesar 270 Ω,47 Ω dan 100 Ω serta 2 sakelar dan tegangan sebesar 5 V juga arus
sebesar 10,2 mA.Dapat dilihat pada rangkaian terdapat dua saklar yang dihidupkan
sehingga diperoleh R1 (270 Ω) dialiri arus sebesar 14,3 mA dengan arah searah (+)
dan tegangan sebesar 3,85 V dengan arah searah (+). R2 (100 Ω) dialiri arus sebesar
10,2 mA dengan arah searah (+) dan tegangan sebesar 1,02 V dengan arah searah
(+). R3 (47 Ω) dialiri arus sebesar 24,5 mA dengan arah searah (+) dan tegangan
sebesar 1,15 V dengan arah searah (+).Berdasarkan rangkaian 4.4 dan tabel 4.1,arus
pada R1 (14,3 mA) dan R2 (10,2 mA) dijumlahkan sehingga menghasilkan I3
sebesar 24,5 mA.Maka dari itu,berlaku hukum penjumlahan I1 + I2 = I3.Pada
rangkaian 4.4 diterapkan rangkaian total dimana semua saklar dihidupkan sehingga
mengalir tegangan 5 V dan arus 10,2 mA pada rangkaian. Rangkaian tersebut
dihitung menggunakan voltmeter DC dan DC Ammeter untuk mengetahui tegangan
dan arus listrik yang mengalir pada setiap resistor.
Gambar 1.9 Rangkaian 4.5
Rangkaian 4.5 merupakan rangkaian listrik yang memiliki tiga buah
hambatan masing-masing sebesar 270 Ω,47 Ω dan 100 Ω serta dipasang 2
saklar,tegangan sebesar 5 V,jumper dan arus sebesar 10,2 mA.Dapat dilihat pada
gambar,saklar 1 dimatikan dan saklar 2 dihidupkan dengan pemasangan jumper di
dekat sakelar 1 sehingga diperoleh R1 (270 Ω) dialiri arus sebesar 1,51 mA dengan
arah berlawanan (-) dan tegangan sebesar 0,41 V dengan arah berlawanan (-).R2
(100 Ω) dialiri arus sebesar 10,2 mA dengan arah searah (+) dan tegangan sebesar
1,02 V dengan arah searah (+).R3 (47 Ω) dialiri arus sebesar 8,69 mA dengan arah
searah (+) dan tegangan sebesar 0,41 V dengan arah searah (+).Berdasarkan
rangkaian 4.2 dan tabel 4.,arus pada R1 (-1,51 mA) dan R2 (10,2 mA) dijumlahkan
sehingga menghasilkan I3 sebesar 8,69 mA.Maka dari itu,berlaku hukum
penjumlahan I1 + I2 = I3.Selain itu diperoleh pula hasil nilai tegangan VA (pada R1)
sama dengan VC (pada R3) yaitu sebesar 0,43 V dengan arah yang berbeda dimana
VA (-) dan VC (+),serta VB (pada R2) memiliki hasil yang berbeda yaitu 1,02 V.Hal
tersebut dapat terjadi karena jumper dipasang dekat dengan sakelar 1 tetapi sakelar
satu dimatikan.
DAFTAR PUSTAKA

Dickson,Kho.Tidak Diketahui.Pengertian Teorema Thevenin dan Cara


Perhitungannya.Dalam https://teknikelektronika.com/pengertian-
teorema-thevenin-perhitungannya/. Diakses pada hari Jumat,5 Juni 2020
pukul 19.12 WIB.
Nahvi,Mahmood dan Joseph A. Edminister.2004.Schaum’s Outlines Teori dan
Soal-Soal Rangkaian Listrik Edisi Keempat.Jakarta : Erlangga.
TUGAS PRETEST
1. Teorema Thevenin
 Sumber tegangan

Sumber tegangan dihubung singkat


R1= 270Ω R2= 100Ω R3= 330Ω
a) Mencari RTH
𝑅₁ . 𝑅₃
RTH = 𝑅₁ +𝑅₃
270 . 330
RTH =
270+330
89100
RTH =
600
RTH = 148,5 ohm
b) Mencari Vth
R₃
VTH = ×V
R₁+R₃
330
VTH = ×5
270+330
VTH = 2,75 Volt
c) Nilai arus I2 dan V2

VTH
I2 =
RTH+100
2,75
I2 =
148,5+100
I2 = 0,011 Ampere = 1,11 mA
V2 = I2 x 100 ohm
V2 = 0,011 x 100 ohm
V2 = 1,1 Volt.
d) Hitung I1 dan I3 :
V3 = V2 = 1,1 Volt
𝑉3 1,1
𝐼3 = = = 0,0033 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒
𝑅3 330
𝐼1 = 𝐼2 + 𝐼3 = 0,011 + 0,0033 = 0,0143 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒

• Sumber Arus

R1= 22 Ω R2= 100 Ω R3= 47 Ω


Sumber arus dihilangkan
a) Mencari RTH
RTH = 𝑅3
RTH = 47 Ohm
b) Mencari VTH
VTH = I . RTH
VTH = 0,05 Ampere . 47 Ohm
VTH = 2,35 Volt
c) Mencari I2 dan V2
VTH
I2 =
RTH+100
2,35
I2 =
47+100
I2 = 0,016 Ampere = 16 mA
V2 = I2 x 100 Ohm
V2 = 0,016 Ampere x 100 Ohm
V2 = 1,6 Volt
d) Mencari I1 dan I3 :
V3 = V2 = 1,6 Volt
V₃ 1,6
I₃ = = = 0,034 Ampere
R₃ 47
I1 = I2 + I3 = 0,016 + 0,034 = 0,05 Ampere
2. Teorema superposisi
 Rangkaian 1

R1=270 Ω R2=100 Ω R3=47 Ω

 Rangkaian sumber 5V dihubung singkat

a) Mencari nilai Rtotal


1 1 1 1 1 317
= + = + =
R₁₃ R₁ R₃ 270 47 12690

12690
R₁₃ = = 40,03
317

Rtotal = R2 + R13 = 100 + 40,03 = 140,03 Ohm


b) Mencari nilai I1’, I2’, I3’

V 1,5
I2’ = = = 0,0107 Ampere = 10,7 mA
Rtotal 140,03

R₁ 270
I3’ = I2’ × R₁+R₃ = 10,7 × = 10,7 × 0,85 = 9,12 mA
270+47

I1’ = I2’ = I3’ = 10,7 – 9,12 = 1,58 mA ≈ 1,59 mA

 Rangkaian sumber 1.5 V dihubung singkat

a) Mencari nilai Rtotal


1 1 1 1 1 147
= + = + =
R₂₃ R₂ R₃ 100 47 4700

4700
R₂₃ = = 31,97
147

Rtotal = R1 + R23 = 270 + 31,97 = 301,97 Ohm

b) Mencari nilai I1”, I2”, I3”


V 5
I1” = = = 0,0166 Ampere = 16,6 mA
Rtotal 301,97
R₂ 100
I3” = I1” × R₂+R₃ = 16,6 × 100+47 = 16,6 × 0,68 = 11,3 mA

I2” = I1” – I3” = 16,6 − 11,3 = 5,29 mA

Mencari nilai I1, I2 dan I3 (Arus berlawanan dikurangi, arus searah


ditambah):

I1 = I1’+ I1” = (−1,58) + 16,6 = 15 mA (kearah kanan)

I2 = I2’ + I2” = 10,7 − 5,29 = 5,42 mA (kearah kiri)


I3 = I3’ + I3” = 9,12 + 11,3 = 20,43 mA (kearah bawah)

 Rangkaian 2

 Sumber tegangan dihubung singkat

a) Mencari nilai Rtotal

1 1 1 1 1
= + = + =
𝑅13 𝑅1 𝑅3 270 47 12690

𝑅13 = = 40,03

𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑅2 + 𝑅13 = 100 + 40,03 = 140,03 𝑂ℎ𝑚

b) Mencari niali I1’, I2’, dan I3’

𝐼2′ = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑎𝑟𝑢𝑠 = 10,2 𝑚𝐴


𝑅1 270
𝐼3′ = 𝐼2 𝑥 = 10,2 𝑥 = 8,69 𝑚𝐴
𝑅1 + 𝑅3 270 + 47
𝐼1′ = 𝐼2 − 𝐼3 = 10,2 − 8,69 = 1,51 𝑚𝐴

 Sumber arus dihilangkan

c) Mencari nilai Rtotal

𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑅1 + 𝑅23 = 270 + 47 = 317 𝑂ℎ𝑚


d) Mencari nilai I”

𝑉 5
𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙" = == 0,0157 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒 = 15,7 𝑚𝐴
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 317

𝐼1" = 𝐼3" = 𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙" = 15,7 𝑚𝐴

Mencari nilai I1, I2 dan I3 (jika arus searah ditambah,arus berlawanan


dikurangi):

𝐼1 = 𝐼1′ + 𝐼1′′ = 15,7 − 1,51 = 14,19 𝑚𝐴

𝐼2 = 𝐼𝑠𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑎𝑟𝑢𝑠 = 10,2 𝑚𝐴

𝐼3 = 𝐼1 + 𝐼2 = 14,19 + 10,2 = 24,39 𝑚𝐴

Anda mungkin juga menyukai