Anda di halaman 1dari 37

1.

Rangkaian Seri Paralel


1.1.

Tujuan
Tujuan pembuatan percobaan Rangkaian Seri Paralel ini antara lain sebagai berikut :
1. Mengetahui karakteristik masing masing rangkaian
2. Mengetahui cara perhitungan rangkaian seri paralel secara teori
3. Mengetahui cara percobaan rangkaian seri paralel secara praktek
4. Membandingkan perhitungan secara teori dan percobaan secara praktek.

1.2.

Teori Dasar
Dalam rangkaian listrik terdapat banyak sekali konfigurasi rangkaian komponenkomponen elektronika, bukan sekedar rangkaian sederhana yang hanya terdiri dari
sumber tegangan dan beban, tetapi lebih dari itu. Dua konfigurasi rangkaian yang paling
banyak digunakan dalam rangkaian elektronika adalah seri dan paralel.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai rangkaian seri dan paralel perhatikan
gambar berikut ini :

Pada rangkaian seri, resistor disusun seperti rangkaian gerbong kereta, dimana
aliran elektron mengalir hanya pada satu jalur. Pada rangkaian paralel, resistor disusun
dengan menggabungkan masing-masing ujungnya menjadi satu sehingga aliran elektron
dapat terbagi ke dalam beberapa jalur.

1.3.

Gambar Rangkaian

1.4.

Prosedur Percobaan
Prosedur Percobaan dalam rangkaian seri paralel :
1. Membaca nilai resistor terlebih dahulu dengan perhitungan sebagai berikut :
a. Seri :
RS = R 1 + R 2 + R n
b. Paralel :
1
1
1
1
=
+
+
Rp
R1
R2
Rn
Perhitungan diatas untuk mendapat nilai pembacaan lalu isikan pada tabel hasil
percobaan kolom Baca.
2. Lakukan kalibrasi pada multimeter.
3. Mengukur nilai rangkaian seri terlebih dahulu dengan menghubungkan rangkaian
resistor seri dengan Ohmmeter. Lihat besar tahanan pada Ohmmeter dan
bandingkan dengan hasil pembacaan lalu tuliskan pada tabel hasil percobaan pada
kolom Ukur.
4. Siapkan Power Supply.
5. Hubungkan Voltmeter secara paralel dengan VS dan Amperemeter secara seri
dengan rangkaian resistor. Jumper ujung resistor bagian kanan dengan kutub
negatif tegangan sumber.
6. Mengatur tegangan sumber (VS) sesuai dengan tabel hasil percobaan.
7. Lalu kita amati nilai arus yang mengalir pada amperemeter yang dihubung seri
dengan rangkaian resistor sesuai dengan perubahan tegangan sumber dan isikan
pada tabel hasil percobaan kolom I.

8. Mengamati setiap perubahan yang terjadi dan membuat grafik untuk perubahan
tersebut.
9. Setelah selesai dengan rangkaian seri, dilanjutkan dengan percobaan pada
rangkaian paralel.
10. Untuk rangkaian paralel terlebih dahulu kita ukur besar tahanannya dengan
menghubungkan kabel banana to banana pada ujung resistor paralel dengan kutub
negatif sumber tegangan. Lihat besar tahanan pada Ohmmeter, bandingkan
dengan hasil pembacaan lalu isikan pada kolom Ukur.
11. Hubungkan Voltmeter paralel dengan VS dan jumper antara ujung kiri
Amperemeter modul dengan ujung atas resistor paralel.
12. Mengatur tegangan sumber (VS) sesuai dengan tabel hasil percobaan.
13. Lalu kita amati besar arus yang mengalir pada setiap perubahan tegangan sumber
dan isikan pada kolom I.
14. Mengamati setiap perubahan yang terjadi dan membuat grafik untuk perubahan
tersebut.
15. Selesai, semua percobaan pada rangkaian seri paralel telah dilakukan.
16. Membuat laporan hasil percobaan.
1.5. Tabel Hasil Percobaan
Vs (Volt)
4 sd 10
4 sd 10

I (mA)

R (Baca)

R (ukur)

Rangkaian
SERI
PARALEL

2. Rangkaian Kombinasi
2.1.

Tujuan
Tujuan pembuatan laporan Rangkaian Kombinasi ini antara lain sebagai berikut :
1. Mengetahui karakteristik rangkaian kombinasi
2. Mengetahui cara pembacaan rangkaian kombinasi secara teori
3. Mengetahui cara percobaan rangkaian kombinasi secara praktek
4. Membandingkan pembacaan secara teori dan percobaan secara praktek.

2.2. Teori Dasar


Dalam rangkaian listrik terdapat banyak sekali konfigurasi rangkaian komponenkomponen elektronika, bukan sekedar rangkaian sederhana yang hanya terdiri dari
sumber tegangan dan beban, tetapi lebih dari itu. Dua konfigurasi rangkaian yang paling

banyak digunakan dalam rangkaian elektronika adalah seri dan paralel. Ada pula
gabungan dari keduanya yaitu rangkaian kombinasi.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai rangkaian kombinasi perhatikan gambar
berikut ini :

Pada rangkaian seri, resistor disusun seperti rangkaian gerbong kereta, dimana
aliran elektron mengalir hanya pada satu jalur. Pada rangkaian paralel, resistor disusun
dengan menggabungkan masing-masing ujungnya menjadi satu sehingga aliran elektron
dapat terbagi ke dalam beberapa jalur. Lalu kedua kedua jalur tersebut dihubungkan
antara ujung seri dan ujung dari gabungan beberapa jalur paralel.

2.3. Gambar Rangkaian

2.4. Prosedur Percobaan


Prosedur Percobaan dalam rangkaian kombinasi :
1. Lakukan kalibrasi pada multimeter.
2. Siapkan Power Supply.
3. Hubungkan VS pada modul dengan power supply, hubungkan Amperemeter pada
A1, Voltmeter pada V1, dan ujung kiri R2 dengan kutub negatif VS, kita akan
mengukur besar tegangan pada R1 (V1) dan melihat nilai arus yang mengalir (A1).
4. Mengatur besar tegangan sumber (VS) sesuai dengan tabel hasil percobaan.
5. Lalu kita amati besar tegangan V1 dan nilai arus yang mengalir pada A1 dan catat
hasilnya pada tabel hasil percobaan kolom V1 dan A1.
6. Mengamati setiap perubahan yang terjadi dan membuat grafik untuk perubahan
tersebut.
7. Setelah selesai untuk V1 dan A1 selanjutnya untuk V2 dan A2, hubungkan VS pada
modul dengan power supply, jumper kedua ujung A1, hubungkan Voltmeter pada
V2 dan Amperemeter pada A2, kita akan mengukur besar tegangan pada R2 (V2)
dan mengamati nilai arus yang mengalir (A2).
8. Mengatur besar tegangan sumber (VS) sesuai dengan tabel hasil percobaan.
9. Lalu kita amati besar tegangan V2 dan nilai arus yang mengalir pada A2 dan catat
hasilnya pada tabel hasil percobaan kolom V2 dan A2.
10. Mengamati setiap perubahan yang terjadi dan membuat grafik untuk perubahan
tersebut.
11. Setelah selesai untuk V2 dan A2 selanjutnya percobaan untuk V3 dan A3, hubungan
Vs dengan power supply, jumper kedua ujung A1 dan A2, hubungkan Voltmeter
pada V3 dan Amperemeter pada A3, kita akan mengukur besar tegangan pada
Rparalel (V3) dan arus yang melewatinya (A3).
12. Mengatur besar tegangan sumber (VS) sesuai dengan tabel hasil percobaan.
13. Lalu kita amati besar tegangan V3 dan nilai arus yang mengalir pada A3 dan catat
hasilnya pada tabel hasil percobaan kolom V3 dan A3.
14. Mengamati setiap perubahan yang terjadi dan membuat grafik untuk perubahan
tersebut.
15. Percobaan selesai dan membuat laporan percobaan.

3. Rangkaian Pembagi Tegangan Tanpa Beban


3.1.

Tujuan
Tujuan pembuatan laporan Pembagi Tegangan Tanpa Beban ini antara lain sebagai
berikut :
1. Mengetahui karakteristik pembagi tegangan tanpa beban
2. Mengetahui cara perhitungan rangkaian variabel resistor dan potensiometer
3. Mengetahui cara percobaan pembagi tegangan tanpa beban
4. Membandingkan perhitungan secara teori dan percobaan secara praktek.

3.2. Teori Dasar


Pembagi tegangan terdiri atas dua tahanan (R1, R2) yang terhubung seri, Dengan
bantuannya maka tegangan terpasang (U) dapat terbagi kedalam dua tegangan (U1, U2).
I
R

U2

Gambar 2.10

Pembagi tegangan tanpa beban

Disini tahanan R1 dan R2 berturut-turut dialiri oleh arus I yang sama, untuk rangkaian seri
tahanan tersebut berlaku :

U1 R1
=
U2 R2

Selanjutnya tahanan total Rtotal :


U1
R
= 1
U R total

U2
R
= 2
U R total

U1
R1
=
U R1 R2

U2
R2
=
U R1 R 2

Disusun menjadi :

U1 = U

R1
R1 R 2

R2
U2 = U
R1 R 2

Rumus pembagi tegangan

Persamaan tersebut hanya berlaku, jika melalui kedua tahanan mengalir arus yang sama,
berarti bahwa pada tap pembagi tegangan tidak ada arus yang diambil (pembagi
tegangan tidak berbeban).
Melalui pemilihan R1 dan R2 yang sesuai, seluruh nilai tegangan dapat distel antara nol
dan tegangan total U.
Untuk rangkaian pembagi tegangan dapat juga menggunakan suatu tahanan dengan tap
yang variable (dapat berubah), biasa disebut potensiometer.
R

Gambar 2.11

Potensiometer

3.3.

Gambar Rangkaian

3.4.

Prosedur Percobaan
Prosedur Percobaan dalam pembagi tegangan tanpa beban :
A. Menggunakan Resistor yang diubah ubah (variabel resistor) :
1. Lakukan kalibrasi pada multimeter.
2. Siapkan Power Supply.

3. Hubungkan Voltmeter pada V1 untuk mengukur tegangan pada R1 yang diubah


ubah dan Voltmeter pada V2 untuk mengukur tegangan pada R2 fixed.
4. R1 dan R2 dihubungkan secara seri, pindah pindahkan R 1 sesuai nilai variabel
yang diukur menggunakan kabel banana to banana, terdapat 5 variabel resistor
(100, 330, 560, 680 dan 1K).
5. Mengatur tegangan sumber (VS) sesuai dengan tabel hasil percobaan.
6. Lalu kita amati besar tegangan pada V1 dan V2, catat hasilnya pada tabel hasil
percobaan.
7. Mengamati setiap perubahan yang terjadi dan membuat grafik untuk perubahan
tersebut.
B. Menggunakan Potensiometer :
1. Pertama, mengukur nilai tahanan pada Rseri (R1 dan R2), hubungkan Ohmmeter
pada ujung ujung potensiometer, amati nilai tahanan yang muncul pada
Ohmmeter. Catat hasilnya pada tabel hasil percobaan.
2. Selanjutnya mengukur nilai tahanan pada R1 dan R2 yang dihubung secara seri.
3. Putar potensiometer pada posisi minimum, hubungkan Ohmmeter pada R 1 lalu
pada R2, amati nilai tahanan masing masing Resistor, catat hasilnya pada tabel
hasil percobaan. Putar potensiometer untuk posisi yang berbeda (, , , max).
4. Selanjutnya mengukur tegangan pada Rseri (R1 dan R2). Hubungkan Voltmeter
pada ujung ujung potensiometer, amati besar tegangan yang muncul pada
Voltmeter, catat hasilnya pada tabel hasil percobaan.
5. Putar potensiometer pada posisi minimum, hubungkan Voltmeter pada R1
kemudian pada R2, amati besar tegangan tiap tiap Resistor, putar potensiometer
untuk posisi yang berbeda (, , , max). Catat hasilnya pada tabel hasil
percobaan.

4. Rangkaian Pembagi Tegangan Dengan Beban


4.1.

Tujuan
Tujuan pembuatan laporan Pembagi Tegangan Tanpa Beban ini antara lain sebagai
berikut :
1. Mengetahui karakteristik pembagi tegangan dengan beban
2. Mengetahui cara percobaan pembagi tegangan dengan beban
4. Membandingkan perhitungan secara teori dan percobaan secara praktek.

4.2.

Teori Dasar
Dari suatu pembagi tegangan tanpa beban, jika sebuah beban terhubung padanya,
maka menjadi suatu pembagi tegangan berbeban seperti pada gambar berikut (lihat
gambar 2.34).
I
R

Ib

Iq

I
I

q
b

Gambar 2.34
R

Pembagi tegangan berbeban

A ru s k o m p o n en q u ad rat
A ru s b eb an

Tegangan jatuh pemakaian (tegangan beban) terletak pada tahanan parallel R2,b.
Tegangan total U berpengaruh pada tahanan total R1 + R2,b
Dengan demikian sebagai rumus pembagi tegangan berlaku:
R2,b
Ub

U
R1 + R2,b

Rumus pembagi tegangan


(pembagi tegangan berbeban)

R2,b

R2 Rb

R2b tahanan parallel dalam

R2 + Rb

R1 tahanan bagian dalam


U

tegangan total dalam V

Ub tegangan beban dalam V


Contoh:
Tentukanlah tegangan Ub untuk pembagi tegangan berikut ini
a) dengan tahanan beban
b) tanpa tahanan beban!
I
R 1=20k

U = 14 0 V

Pembagi tegangan berbeban

Iq

R 2=
40k

Jawab:

Gambar 2.35

R b= 1 0 k

a) Dari rumus pembagi tegangan (berbeban) menjadi:


Ub = U

R 2,b
R1 + R 2,b

Ub =

140 V 8000
28 000

40 V

Tahanan parallel
R 2,b =

R 2 Rb
R 2 + Rb

R 2,b =

40 k 10 k
40 k 10 k

400 (k) 2
50 k

Tahanan total
R total = R1 + R 2,b :

R total = 20 k + 8 k 28 k

8 k

b) Dari rumus pembagi tegangan (tanpa beban)


U b' = U

R2
:
R1 + R2

U b' =

140 V 40 000
93,3 V
60 000

Menarik perhatian, bahwa melalui pembebanan tegangan keluaran berkurang sangat


besar. Penyebabnya, bahwa melalui tahanan beban maka tahanan total rangkaian
mengecil, dengan begitu penyerapan arusnya meningkat dan tegangan jatuh pada
tahanan R1 lebih besar oleh karenanya tegangan Ub menjadi lebih kecil.
Untuk memperkecil perbedaan tegangan pada pembagi tegangan dari tanpa beban ke
berbeban, tahanan beban terpasang harus lebih besar dari tahanan total pembagi
tegangan. Tetapi dalam hal ini harus diperhatikan, bahwa tahanan pembagi tegangan
jangan sampai menjadi terlalu kecil, disini jika tidak, maka akan mengalir arus Iq yang
besar dan terjadi kerugian yang besar.
Pemakaian: oleh karenanya pembagi tegangan berbeban hanya dipasang, jika dia tidak
ada kegunaannya, untuk menetapkan suatu pembangkit tegangannya sendiri atau hal
tersebut tidak mungkin atau, jika arus yang melalui beban dapat dipertahankan kecil.

4.3.

Gambar Rangkaian

4.4.

Prosedur Percobaan
Prosedur Percobaan dalam pembagi tegangan dengan beban :
1. Mempersiapkan alat dan bahan.
2. Menghubungkan multimeter pada ujung ujung potensiometer untuk
mendapatkan nilai tahanan pada Rseri, amati nilai yang muncul dan catat hasilnya.
3. Menghubungkan voltmeter pada V1 untuk mengukur tegangan pada R1 dan
voltmeter pada V2 untuk mengukur tegangan pada R2 berbeban.
4. Menghubungkan kabel banana to banana pada Rbeban, pindah pindahkan posisi
Rbeban sesuai percobaan.
5. Putar potensiometer pada posisi yang berbeda.
6. Mencatat hasil percobaan pada tabel hasil percobaan.
7. Mengulangi langkah diatas untuk nilai tegangan sumber yang berbeda untuk
mendapatkan nilai perbandingan.

5. Transformasi Y
5.1.

Tujuan
Tujuan pembuatan laporan Transformasi Y ini, antara lain :
1. Mengetahui karakteristik konfigurasi rangkaian selain seri dan paralel
2. Mengetahui cara perhitungan rangkaian dengan transformasi Y .

5.2.

Teori Dasar
Ada bentuk rangkaian tertentu yang tidak dapat disederhanakan dengan hanya
menggunakan kombinasi seri paralel. Konfigurasi semacam itu sering dapat ditangani
dengan menggunakan Transformasi Y . Transformasi ini memungkinkan tiga resistor
yang dihubungkan dalam bentuk Y digantikan oleh tiga resistor lain dalam bentuk , dan
sebaliknya. Rangkaian pada gambar berikut adalah rangkaian Y dan tersebut.

Jika kedua rangkaian itu harus setara maka resistansi antara setiap pasangan
kutubnya haruslah sama, baik untuk bentuk Y maupun . Tiga persamaan serentak dapat
ditulis untuk menyatakan kesetaraan ketiga pasang resistansi kutub tersebut. Untuk
pasangan kutub x dan y, resistansi setara adalah Rc dalam hubungan paralel dengan
kombinasi seri Ra dan Rb, dan resistansi setara dalam bentuk Y pada pasangan kutub
tersebut adalah kombinasi seri R1 dan R2.

Jadi dapat ditulis :

Rxy = R1 + R2 =

Rc ( Ra+Rb)
( Ra+Rb ) + Rc

Dua persamaan pasangan kutub serupa dapat ditulis untuk kedua pasangan kutub lainnya.
Ketiga persamaan tersebut dapat diselesaikan secara serentak untuk nilai : Ra, Rb, dan
Rc atau untuk nilai Y : R1, R2, dan R3. Hasilnya adalah :
R1 =

RbRc
R a+Rb+ Rc

R2 =

RaRc
Ra+ Rb+ Rc

R3 =

RaRb
Ra+ Rb+ Rc

Ra =

R 1 R 2+R 2 R 3+R 3 R 1
R1

Rb =

R 1 R 2+ R 2 R 3+R 3 R 1
R2

Rc =

R 1 R 2+ R 2 R 3+ R 3 R 1
R3

atau

5.3. Gambar Rangkaian

5.4.

Prosedur Percobaan
Prosedur Percobaan dalam perhitungan transformasi Y :
1. Siapkan protoboard dan resistor.
2. Merangkai resistor sesuai gambar percobaan transformasi Y .
3. Mengukur nilai tahanan ekuivalen (REQ) pada ujung ujung rangkaian menggunakan
Ohmmeter, sehingga didapat nilai hasil pengukuran.
4. Melakukan perhitungan transformasi Y sesuai dengan persamaan yang ada,
sehingga didapat nilai hasil perhitungan.
5. Membandingkan nilai hasil pengukuran dengan nilai hasil perhitungan.

6. Jembatan Wheatstone
6.1.

Tujuan
Tujuan pembuatan laporan Jembatan Wheatstone ini antara lain sebagai berikut :
1. Mengetahui karakteristik jembatan wheatstone
2. Mengetahui kegunaan dan fungsi jembatan wheatstone
4. Mampu menganalisa perhitungan dari jembatan wheatstone.

6.2.

Teori Dasar
Hambatan listrik suatu penghantar merupakan karakteristik dari suatu bahan
penghantar tersebut yang mana adalah kemampuan dari penghantar itu untuk
mengalirkan arus listrik, yang secara matematis dapat dituliskan :
R = p . (L/A)
Dimana :
R : Hambatan listrik suatu penghantar ()
: Resitivitas atau hambatan jenis (. m)
L : Panjang penghantar (m)
A : Luas penghantar ( m)
Menurut hukum Ohm, hambatan listrik juga merupakan hasil perbandingan dari
besarnya beda potensial pada ke-2 ujung penghantar terhadap besarnya arus listrik yang
mengalir melalui hambatan tersebut.
Secara matematis dapat dituliskan :
R = V/I
Dimana:
R : Hambatan ()
V : Beda potensial (V)
I : Arus Listrik (A)

Cara menentukan besar suatu hambatan biasanya dapat dilakukan dengan cara :
Menggunakan teori hubungan antara resitivitas terhadap besar hambatan ( jika
hambatan berupa suatu penghantar), yang mana harus diketahui luas dari lebar
penghantar dan panjang penghantar serta harus diketahui juga hambatan jenis dari bahan
penghantar. Namun bila besar hambatan merupakan suatu komponen listrik ( R ), dapat
diketahui dengan cara mengukur besar arus yang mengalir dan besar beda potensial pada
ke-2 ujung penghantar, lalu gunakan hukum Ohm yang mana didapat besar hambatan
berbanding lurus dengan besar beda potensial dan berbanding terbalik terhadap besar
arus listrik yang mengalir.
Dapat juga dengan menggunakan metode jembatan Wheatstone, yaitu
menggunakan rangkaian jembatan Wheatstone dan melakukan perbandingan antara besar
hambatan yang telah diketahui dengan besar hambatan yang belum diketahui yang
tentunya dalam keadaan jembatan disebut seimbang ( G = 0 ).
Rangkaian jembatan wheatstone adalah susunan dari 4 buah hambatan, yang
mana 2 dari hambatan tersebut adalah hambatan variable dan hambatan yang belum
diketahui besarnya yang disusun secara seri satu sama lain dan pada 2 titik diagonalnya
dipasang sebuah galvanometer dan pada 2 titik diagonal lainnya diberikan sumber
tegangan.
Dengan mengatur sedemikian rupa besar hambatan variable sehingga arus yang
mengalir pada Galvanometer = 0, dalam keadaan ini jembatan disebut seimbang,
sehingga sesuai dengan hukum Ohm berlaku persamaan :
Rangkaian jembatan wheatstone juga dapat disederhanakan dengan menggunakan
kawat geser bila besarnya hambatan bergantung pada panjang penghantar.
Pengertian Hukum Ohm
Didalam logam pada keadaan suhu tetap, rapat arus I berbanding lurus dengan
medan listrik. Hubungan antara tegangan, arus, dan hambatan disebut Hukum Ohm.
Ditemukan oleh George Simon Ohm dan dipublikasikan pada sebuah paper pada tahun

1827. the galvanic Circuit Investigated Mathematically, prinsip ohm adalah besarnya arus
listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar metal pada rangkaian, Ohm menemukan
sebuah persamaan yang simple, menjelaskan bagaimana hubungan antar tegangan, arus
dan hambatan yang salaing berhubungan.
Hukum Ohm :
- Tegangan dinyatakan dengan nilai volt, disimbolkan E dan V.
- Arus dinyatakan dengan Ampere, disimbolkan I
- Hambatan dinyatakan dengan Ohm, disimbolkan R.
Jika luas penampang A yang diperhatikan cukup kecil dan tegak lurus kearah J
(misalnya panjang konduktor besar sekali dibanding dengan luas penampangnya), maka J
dapat dianggap sama pada seluruh bagian penampang hingga I = J . A maka untuk beda
potensial berlaku V = E . dl dan juga integrasi diambil sepanjang suatu garis gaya V =
E . dl
Terlihat bahwa faKtor yang berupa integrasi hanya tergantung dari konduktornya dan
merupakan sifat khusus konduktornya dan biasa disebut sebagai tahanan (R) atau
resistansinya. Dapat dituliskan V = I . R
Pengertian Hukum Kirchoff
Hukum kirchoff terbagi menjadi dua, yaitu:
Hukum Kirchoff I
Dipertengahan abad 19, Gustav Robert Kichoff (1824-1887) menemukan cara untuk
menentukan arus listrik pada rangkaian bercabang yang kemudian dikenal dengan hukum
Kirchoff. Hukum Kirchoff berbunyi Jumlah kuat arus yang masuk dalam titik
percabangan sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik percabangan.
Jumlah I masuk = I keluar
Hukum Kirchoff II
Hukum Kirchoff II berbunyi, Dalam rangkaian tertutup, jumlah aljabar GGL (E)
dan jumlah penurunan potensial sama dengan nol
Maksud dari jumlah penurunan potensial sama dengan nol adalah tidak adanya energi
listrik yang hilang dalam rangkaian tersebut atau dalam arti semua energi bisa digunakan
atau diserap.

Pengertian Galvanometer
Galvanometer adalah alat yang digunakan untuk deteksi dan pengukuran arus.
Kebanyakan alat itu kerjanya tergantung pada momen yang berlaku pada kumparan di
dalam medan magnet.
Bentuk mula-mula dari galvanometer adalah seperti alat yang dipakai Oersted yaitu
jarum kompas yang diletakkan dibawah kawat yang dialiri arus yang akan diukur. Kawat
dan jarum diantara keduanya mengarah utara-selatan apabila tidak ada arus di dalam
kawat. Kepekaan galvanometer semacam ini bertambah apabila kawat itu dililitkan
menjadi kumparan dalam bidang vertical dengan jarum kompas ditengahnya. Dan
instrument semacam ini dibuat oleh Lord Kelvin pada tahun 1890, yang tingkat
kepekaanya jarang sekali dilampaui oleh alat-alat yang ada pada waktu ini.
Teori Singkat
Lengan-lengan jembatan wheatstone terdiri dari R1, R2, R3 dan Rx, R1 dan R2
adalah rangkaian yang diketahui sedangkan R3 dan R variable, sedangkan Rx adalah
resistor yang tidak diketahui nilainya. Sehingga pada pertemuannya R1, R2 diberikan
tegangan maka akan terjadi perbedaan tegangan pada titik R2,3 dan R1,x. perbedaan arus
ini dideteksi oleh Galvanometer.

Digunakan untuk mengukur nilai suatu hambatan dengan cara mengusahakan arus
yang mengalir pada galvanometer = nol (karena potensial di ujung-ujung galvanometer
sama besar). Jadi berlaku rumus perkalian silang hambatan :
R1.R3 = R2.Rx

6.3. Gambar Rangkaian

6.4. Prosedur Percobaan


Langkah kerja percobaan Jembatan Wheatstone :
1. Mempersiapkan semua alat dan bahan
2. Merangkai bahan sesuai gambar percobaan
3. Mengukur besar arus yang mengalir pada output jembatan wheatstone menggunakan
Amperemeter sebagai pengganti Galvanometer
4. Setelah itu ganti R1 dengan RX dan R3 dengan potensiometer 10K
5. Ukur kembali arus pada output, sambil memutar potensiometer untuk mendapatkan
arus nol ampere
6. Jika sudah didapatkan nol ampere, mengukur besar tahanan R X dan potensiometer
yang terpasang.

7. Hukum Kirchoff dan Superposisi

7.1.

Tujuan
Tujuan kami melakukan praktikum ini adalah :
a. Untuk membuktikan kebenaran Hk. kirchoff.
b. Mengetahui cara kerja Hk. kirchoff.

7.2.

Teori Dasar
Hukum Ohm
Jika sebuah penghantar atau resistansi atau hantaran dilewati oleh sebuah arus
maka pada kedua ujung penghantar tersebut akan muncul beda potensial, atau Hukum
Ohm menyatakan bahwa tegangan melintasi berbagai jenis bahan pengantar adalah
berbanding lurus dengan arus yang mengalir melalui bahan tersebut. Secara matematis :
V = I.R
Hukum Kirchoff I / Kirchoffs Current Law (KCL)
Jumlah arus yang memasuki suatu percabangan atau node atau simpul sama
dengan arus yang meninggalkan percabangan atau node atau simpul, dengan kata lain
jumlah aljabar semua arus yang memasuki sebuah percabangan atau node atau simpul
samadengan nol. Secara matematis : Arus pada satu titik percabangan = 0
Arus yang masuk percabangan = Arus yang keluar percabangan
Dapat diilustrasikan bahwa arus yang mengalir samadengan aliran sungai, dimana
pada saat menemui percabangan maka aliran sungai tersebut akan terbagi sesuai
proporsinya pada percabangan tersebut. Artinya bahwa aliran sungai akan terbagi sesuai
dengan jumlah percabangan yang ada, dimana tentunya jumlah debit air yang masuk akan
sama dengan jumlah debit air yang keluar dari percabangan tersebut.
Hukum Kirchoff II / Kirchoffs Voltage Law (KVL)
Jumlah tegangan pada suatu lintasan tertutup samadengan nol, atau penjumlahan
tegangan pada masing-masing komponen penyusunnya yang membentuk satu lintasan
tertutup akan bernilai sama dengan nol. Secara matematis : V = 0

7.3. Gambar Rangkaian

7.4. Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan dalam rangkaian modul Kirchoff dan Superposisi adalah :

1.
2.
3.
4.

Siapkan bahan dan peralatan yang dibutuhkan.


Melepas power supply 2 dan men-short rangkaian.
Mengatur power supply 1 menjadi V = 12 V
Menghitung V dan I pada masing-masing resistor.

5. Memasang power suppy 2 dan men-short power supply 1.


6. Mengatur power supply sehingga V = 6 V

7.

Menghitung V dan I pada masing-masing resistor.

8. Mencatat semua hasil yang didapat pada tabel hasil percobaan.

8. Teorema Thevenin dan Norton


8.1.

Tujuan
Tujuan kami melakukan praktikum ini adalah :
a. Untuk membuktikan kebenaran Hukum Thevenin.
b. Mengetahui cara kerja Teorema Thevenin.
c. Untuk membuktikan kebenaran Hukum Norton
d. Untuk mengetahui cara kerja Teorema Norton

8.2.

Teori Dasar
Pada teorema ini berlaku bahwa :

Suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu
buah sumber tegangan yang dihubungserikan dengan sebuah tahanan ekivelennya pada
dua terminal yang diamati.
Tujuan sebenarnya dari teorema ini adalah untuk menyederhanakan analisis
rangkaian, yaitu membuat rangkaian pengganti yang berupa sumber tegangan yang
dihubungkan seri dengan suatu resistansi ekivalennya. Dengan teorema substitusi kita
dapat melihat rangkaian sirkuit B dapat diganti dengan sumber tegangan yang bernilai
sama saat arus melewati sirkuit B pada dua terminal yang kita amati yaitu terminal a-b.
Setelah kita dapatkan rangkaian substitusinya, maka dengan menggunakan teorema
superposisi didapatkan bahwa :
1. Ketika sumber tegangan V aktif/bekerja maka rangkaian pada sirkuit linier A
tidak aktif (semua sumber bebasnya mati diganti tahanan dalamnya), sehingga
didapatkan nilai resistansi ekivalennya.

2. Ketika sirkuit linier A aktif/bekerja maka pada sumber tegangan bebas diganti
dengan tahanan dalamnya yaitu nol atau rangkaian short circuit.
Cara memperoleh resistansi penggantinya (Rth) adalah dengan mematikan atau
menonaktifkan semua sumber bebas pada rangkaian linier A (untuk sumber tegangan
tahanan dalamnya = 0 atau rangkaian short circuit dan untuk sumber arus tahanan
dalamnya = atau rangkaian open circuit). Jika pada rangkaian tersebut terdapat sumber
dependent atau sumber tak bebasnya, maka untuk memperoleh resistansi penggantinya,
terlebih dahulu kita mencari arus hubung singkat (isc), sehingga nilai resistansi
penggantinya (Rth) didapatkan dari nilai tegangan pada kedua terminal tersebut yang di
open circuit dibagi dengan arus pada kedua terminal tersebut yang di- short circuit .
Langkah-langkah penyelesaian dengan teorema Thevenin :
1. Cari dan tentukan titik terminal a-b dimana parameter yang ditanyakan.
2. Lepaskan komponen pada titik a-b tersebut, open circuit kan pada terminal a-b
kemudian hitung nilai tegangan dititik a-b tersebut (Vab = Vth).

3. Jika semua sumbernya adalah sumber bebas, maka tentukan nilai tahanan
diukur pada titik a-b tersebut saat semua sumber di nonaktifkan dengan cara
diganti dengan tahanan dalamnya (untuk sumber tegangan bebas diganti
rangkaian short circuit dan untuk sumber arus bebas diganti dengan rangkaian
open circuit) maka (Rab = Rth).
4. Jika terdapat sumber tak bebas, maka untuk mencari nilai tahanan pengganti

Theveninnya didapatkan dengan cara :

Rt h=

Vt h
Isc

5. Untuk mencari Isc pada terminal titik a-b tersebut dihubung-singkatkan dan
dicari arus yang mengalir pada titik tersebut (Iab = Isc).
6. Gambarkan kembali rangkaian pengganti Theveninnya, kemudian pasangkan
kembali komponen yang tadi dilepas dan hitung parameter yang ditanyakan.

Teorema Norton
Pada teorema ini berlaku bahwa :
Suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu
buah sumber arus yang dihubungparalelkan dengan sebuah tahanan ekivelennya pada
dua terminal yang diamati.
Tujuan untuk menyederhanakan analisis rangkaian, yaitu dengan membuat
rangkaian pengganti yang berupa sumber arus yang diparalel dengan suatu tahanan
ekivalennya.

V
+ Isc
I = - Rn

Langkah langkah penyelesaian dengan teorema Norton :


1. Cari dan tentukan titik terminal a-b dimana parameter yang ditanyakan.
2. Lepaskan komponen pada titik a-b tersebut, short circuit kan pada terminal ab kemudian hitung nilai arus dititik a-b tersebut (Iab = Isc = IN).
3. Jika semua sumbernya adalah sumber bebas, maka tentukan nilai tahanan
diukur pada titik a-b tersebut saat semua sumber di non aktifkan dengan cara
diganti dengan tahanan dalamnya (untuk sumber tegangan bebas diganti
rangkaian short circuit dan untuk sumber arus bebas diganti dengan rangkaian
open circuit) (Rab = RN = Rth).
4. Jika terdapat sumber tak bebas, maka untuk mencari nilai tahanan pengganti
Nortonnya didapatkan dengan cara:

Rn=

Voc

5. Untuk mencari Voc pada terminal titik a-b tersebut dibuka dan dicari tegangan
pada titik tersebut (Vab = Voc).
6. Gambarkan kembali rangkaian pengganti Nortonnya, kemudian pasangkan
kembali komponen yang tadi dilepas dan hitung parameter yang ditanyakan.

8.3. Gambar Rangkaian

8.4. Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan Teorema Thevenin ini antara lain :
1. Kami menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Lalu kami menghubungkan modul rangkaian thevenin dan norton seperti pada
gambar 1.1

Gambar 1.1

3. Mengatur Power Supply dengan besaran V1 = 12 V dan V2 = 6 V.


4. Mengukur Vth pada rangkaian, dengan cara melepas resistor 4.7K dari rangkaian
sebut pada titik a-b, dan menghitung V pada titik tersebut.

5. Mengukur Rth pada rangkaian, dengan cara melepas dan men-short semua sumber
tegangan lalu mengukur R pada titik a-b.

6. Lalu kami menghubungkan modul Thevenin dan Norton ke modul Thevenin.

7. Lalu kami mengukur Itotal, dan Vbeban.


8. Lalu mencatat semua hasil yang didapat pada tabel hasil percobaan.
Prosedur percobaan Teorema Norton ini antara lain :
1. Kami menyiapkan bahan dan peralatan yang dibutuhkan.
2. Lalu kami menghubungkan modul rangkaian thevenin dan norton seperti pada
gambar 1.2

Gambar 1.2
3. Mengatur Power supply sehingga V1 = 12 V dan V2 = 6 V.
4. Mengukur Inr pada rangkaian, dengan cara melepas resistor 4.7 K dari rangkaian
sebut pada titik a-b, dan menghitung V pada titik tersebut.

5. Mengukur Rn pada rangkaian, dengan cara melepas dan men-short semua sumber
tegangan lalu mengukur R pada titik a-b.

6. Lalu kami menghubungkan modul Thevenin dan Norton ke modul Norton.

7. Lalu kami mengukur Ibeban, IN dan Vbeban.


8. Lalu kami mencatat semua hasil yang didapat pada tabel hasil percobaan.

9. Rangkaian RLC
9.1.

Tujuan
Tujuan pembuatan laporan Karakteristik Rangkaian Seri RC dan RL ini antara lain
sebagai berikut :
1. Mengetahui karakteristik rangkaian seri RC dan RL
2. Mengetahui cara percobaan rangkaian seri RC dan RL secara praktek
3. Mengetahui cara percobaan kapasitansi dan reaktansi kapasitif secara praktek

9.2. Teori Dasar


Rangkaian R-C dan R-L Seri
Rangkaian R-C seri, sifat rangkaian seri dari sebuah resistor dan sebuah kapasitor
yang dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik sinusioda adalah terjadinya
pembagian tegangan secara vektoris. Arus ( i ) yang mengalir pada hubungan seri adalah
sama besar.
Arus ( i ) mendahului 90o terhadap tegangan pada kapasitor (VC). Tidak terjadi
perbedaan fasa antara tegangan jatuh pada resistor (VR) dan arus (i ). Gambar di bawah

memperlihatkan rangkaian seri R-C dan hubungan arus( i ), tegangan resistor (VR) dan
tegangan kapasitor (VC) secara vektoris.

Rangkaian RC Seri

Rangkaian R-L seri, sifat rangkaian seri dari sebuah resistor dan sebuah induktor
yang dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik sinusioda adalah terjadinya
pembagian tegangan secara vektoris. Arus ( i ) yang mengalir pada hubungan seri adalah
sama besar. Arus (i) tertinggal 90

terhadap tegangan inductor ( VL ). Tidak terjadi

perbedaan fasa antara tegangan jatuh pada resistor ( V R ) dan arus (i). Gambar di bawah
memperlihatkan rangkaian seri R-L dan hubungan arus ( i ), tegangan resistor ( VR ) dan
tegangan induktor ( VL ) secara vektoris.

Rangkaian R-L Seri

Melalui reaktansi kapasitif ( XC ) dan resistansi ( R ) arus yang sama i = im sin t.


Tegangan efektif ( V )= i.R berada sefasa dengan arus. Tegangan reaktansi kapasitif ( VC )
=i.XC tertinggal 90 o terhadap arus. Tegangan gabungan vektor ( V ) adalah jumlah nilai
sesaat dari ( VR) dan ( VC), dimana tegangan ini juga tertinggal sebesar terhadap arus
( i ). Dalam diagram fasor, yaitu arus bersama untuk resistor ( R ) dan reaktansi kapasitif (
XC ) diletakkan pada garis t = 0. Fasor tegangan resistor ( VR ) berada sefasa dengan arus
( i ), fasor tegangan kapasitor ( VC ) teringgal 90 o terhadap arus ( i ). Tegangan gabungan
vektor ( V ) adalah diagonal persegi panjang antara tegangan kapasitor ( V C ) dan
tegangan resistor ( VR ). Perbedaan sudut antara tegangan ( V ) dan arus ( i ) merupakan
sudut beda fasa ( ) .
Karena tegangan jatuh pada resistor dan kapasitor terjadi perbedaan fasa, untuk
itu hubungan tegangan ( V ) dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut :

Hubungan tegangan sumber bolak-balik dan arus yang mengalir pada rangkaian
menentukan besarnya impedansi (Z ) secara keseluruhan dari rangkaian
Z=

V
i

Besarnya perbedaan sudut ( ) antara resistor ( R ) terhadap impedansi ( Z ) adalah


R = Z cos
Besarnya sudut antara kapasitansi ( Xc ) terhadap impedansi (Z ) adalah
Xc = Z sin
Besarnya sudut antara tegangan ( Vc ) terhadap tegangan ( VR ) adalah
tan =

Vc
VR

Besarnya sudut antara reaktansi kapasitif ( Xc ) terhadap resistor ( R ) adalah


tan =

Xc
R

Bila nilai reaktansi kapasitif ( Xc ) dan Resistansi ( R ) diketahui maka besarnya


resistansi gabungan (impedansi) dapat dijumlahkan secara vektor dapat dicari dengan
menggunakan persamaan berikut :

dimana :

Z = impedansi dalam ()
Xc = reaktansi kapasitif ()

9.3. Gambar Rangkaian

9.4. Prosedur Percobaan


Langkah percobaan untuk Karakteristik Rangkaian Seri RC dan RL :
1. Menyiapkan modul percobaan Karakteristik Rangkaian Seri RC dan RL.
2. Mengkalibrasi osiloskop dan mengatur tegangan pada generator fungsi sebesar 5
Vpp, frekuensi sebesar 850 Hz dan sinyal input berupa sinyal sinus.
3. Menghubungkan sinyal input berupa sinyal AC dari generator fungsi ke Vs modul.
4. Menghubungkan kutub positif dengan kapasitor secara seri dan kutub negatif dengan
R1 (3.3 K) menggunakan kabel banana to banana.
5. Mengamati gambar sinyal keluaran berupa tegangan dengan osiloskop pada tiap
tiap komponen tersebut, kanal pertama merupakan keluaran dari resistor dan kanal
kedua merupakan keluaran dari kapasitor.
6. Setelah muncul gambar pada osiloskop, menghitung beda fasa nya dan mencatat
pada tabel hasil percobaan.

7. Mengulangi langkah 4 6 untuk nilai resistor yg berbeda.


8. Setelah selesai percobaan dengan rangkaian kapasitor, mengulangi langkah tersebut
dengan rangkaian induktor.
9. Mencatat hasil pengamatan pada tabel hasil percobaan.

Langkah percobaan untuk Kapasitansi dan Reaktansi Kapasitif :


1. Menyiapkan modul percobaan kapasitansi dan reaktansi kapasitif.
2. Mengkalibrasi osiloskop dan mengatur tegangan pada generator fungsi sebesar 5 Vpp,
frekuensi sebesar 1 KHz dan sinyal input berupa sinyal kotak.
3. Menghubungkan sinyal input berupa sinyal AC dari generator fungsi ke Vs modul.
4. Mengamati keluaran berupa tegangan pada masing masing komponen dengan
osiloskop, kanal pertama merupakan keluaran pada komponen resistor dan kanal
kedua pada komponen kapasitor.
5. Setelah itu menghitung beda fasa nya dan mencatat pada tabel hasil percobaan.
6. Pada percobaan ini juga mengukur beda fasa dengan kapasitor yang diubah ubah.
7. Menyiapkan generator fungsi dengan tegangan 5 Vpp, frekuensi 300 Hz dan sinyal
input berupa sinyal sinus.
8. Menghubungkan sinyal input AC ke Vs modul.
9. Menghubungkan kutub positif ke kapasitor pertama dan kutub negatif ke resistor, lalu
mengukurnya dengan osiloskop dengan kabel bnc to banana, kanal pertama
merupakan komponen resistor dan kanal kedua merupakan komponen kapasitor.
10. Mengamati bentuk gelombang yang muncul pada osiloskop dan menghitung beda
fasa nya.
11. Mengulangi langkah 9 10 untuk nilai kapasitor yang berbeda.
12. Mencatat hasilnya pada tabel hasil percobaan.

Anda mungkin juga menyukai