MODE DARING
NPM : 10070121076
GROUP : C /1
NILAI :
8.2 Alat-alat
1. Sumber daya (power supply)
5. Kabel penghubung.
8.3 Teori
8.3.1 Pengukuran kuat arus, tegangan, dan hambatan dalam
Ketika kawat penghantar pada suatu rangkaian listrik diberi beda potensial (tegangan) di
antara ujung-ujungnya dan diukur arus listrik yang mengalir, berlaku hukum Ohm:
V = IR (8.1)
dimana:
V adalah beda potensial (tegangan)
I adalah arus listrik yang mengalir
R adalah hambatan pada rangkaian tersebut.
Pengukuran kuat arus dilakukan secara individual melalui rangkaian seri pada gambar
8.1a, sedangkan pengukuran tegangan melalui rangkaian paralel seperti ditunjukkan
gambar 8.1b.
Pengukuran kuat arus dan tegangan juga dapat dilakukan secara bersamaan melalui
rangkaian pada gambar 8.2a dan 8.2b. Namun demikian ada kekurangan pada kedua
rangkaian ini.
Ketika melakukan pengukuran, diharapkan nilai yang ditunjukkan masing-masing pada
amperemeter dan voltmeter hanyalah nilai kuat arus dan tegangan pada bebannya saja.
Namun demikian, pada rangkaian 8.2a, voltmeter menunjukkan tegangan dari beban yang
sebenarnya, tetapi amperemeter tidak hanya menunjukkan kuat arus pada beban yang
sebenarnya, melainkan kuat arus yang melalui beban (titik a dan b) dan melalui voltmeter.
Sedangkan pada rangkaian gambar 8.2b, amperemeter menunjukan kuat arus yang
sebenarnya, tetapi voltmeter tidak, melainkan menunjukkan tegangan pada beban dan pada
amperemeter (titik a dan c, bukan hanya titik a dan b saja). Hal-hal seperti ini dapat
dikoreksi bila kita mengetahui nilai hambatan dalam, baik hambatan dalam voltmeter
maupun hambatan dalam amperemeter yang dipakai. Hambatan dalam muncul sebagai
akibat dari struktur komponen dan jenis bahan penghantar di dalam alat ukur itu sendiri.
8.3.2 Pengukuran hambatan dalam amperemeter
Perhatikan rangkaian pada gambar 8.3. Pada rangkaian ini, amperemeter dianggap sebagai
beban yang memiliki nilai hambatan tertentu, yang kemudian diukur nilai tegangannya
dengan
voltmeter. Sedangkan kuat arus yang melalui rangkaian dapat dibaca melalui amperemeter
itu sendiri. Dari pengamatan pada rangkaian tersebut, hambatan yang dihitung dengan pers.
(8.1) merupakan nilai hambatan dalam dari amperemeter tersebut.
Selanjutnya pengukuran hambatan dalam amperemeter juga dapat dilakukan dengan
rangkaian pada gambar 8.4a dan 8.4b. Cara kedua ini mirip dengan cara pertama, namun
dengan mengganti voltmeter dengan bangku hambatan (Rb), sehingga sudah diketahui nilai
hambatannya. Sebelum bangku hambatan (Rb) dipasang, jarum amperemeter menunjukan
arus sebesar I (gambar 8.4a). Setelah bangku hambatan (Rb) dipasang, jarum amperemeter
akan menunjukan arus sebesar Ia (gambar 8.4b).
Dengan mengetahui nilai hambatan dari bangku hambatan (Rb), maka dapat dihitung nilai
hambatan dalam amperemeter (RA) dengan persamaan:
I −Ia
RA=( ) Rb (8.2)
Ia
Kemudian pengukuran hambatan dalam amperemeter juga dapat dilakukan dengan cara
yang ditunjukkan oleh rangkaian pada gambar 8.6a dan 8.6b. Cara kedua ini mirip
dengan cara pertama, namun dengan mengganti amperemeter dengan bangku hambatan
(Rb), sehingga sudah diketahui nilai hambatannya. Sebelum bangku hambatan (Rb)
dipasang, jarum voltmeter menunjukan tegangan sebesar V (gambar 8.6a). Setelah
bangku hambatan (Rb) dipasang, jarum voltmeter akan menunjukan tegangan sebesar
Va (gambar 8.6b).
Dengan mengetahui nilai hambatan dari bangku hambatan (Rb), maka dapat dihitung
nilai hambatan dalam voltmeter (RV ) dengan persamaan:
V −Va
Rv=( )Rb (8.3)
Va
2. Atur arus catu daya sehingga didapat kuat arus yang diminta dengan mengatur RG
(Pengatur arus).
6. Aturlah pengatur arus sehingga didapat kuat arus yang mudah dibaca.
8. Hubungkan bangku hambatan secara paralel seperti gambar 8.4b dan catat lagi posisi
jarum amperemeter.
9. Catat pula nilai hambatan yang digunakan pada bangku hambatan (Rb).
10. Ulangi percobaan 6 dan 7 untuk beberapa harga (Rb) yang ditentukan oleh asisten.
11. Susunlah rangkaian seperti pada gambar 8.6a.
13. Hubungkan bangku hambatan (Rb) seperti gambar 8.6b, lalu catat lagi kedudukan
voltmeter.
𝑅𝑣= ( V −Va
Va )
Rb sehingga mendapatkan hasil 𝑅𝑣= 22,106 ± 1,2032.
dengan yang lainnya. Pada rangkaian paralel, semakin besar nilai hambatan pada resistor
dalam rangkaian, maka semakin kecil kuat arus pada resistor tersebut. Sedangkan pada
saat ketika melakukan percobaan menggunakan amperemeter, amperemeter dipasang
secara seri karena arus yang mengalir di setiap titik di sepanjang rangkaian tersebut akan
selalu sama. Pada rangkaian seri, semakin besar nilai hambatan pada resistor dalam
rangkaian, maka semakin besar tegangan pada resistor tersebut. Selain itu juga, perbedaan
perhitungan data pada percobaan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti peralatan
dan praktikan.
Daftar Pustaka
Tim Laboratorium Fisika. 2021. Paduan Praktikum Fisika Dasar Dalam Jaringan Terapan
Farmasi dan Teknik Pertambangan. Bandung : Laboratorium Farmasi Terapan
Unit-C Fisika UNISBA.