Anda di halaman 1dari 29

ARUS DAN TEGANGAN

Untuk mengetahui kebenaran dari hasil perhitungan arus, tegangan, dan resistansi dapat dilakukan
pengukuran menggunakan alat ukuryang sesuai baik dengan multimeter analog ataupun dengan multimeter digital.
Sebelum melakukan pengukuran harus dirangkai terlebih dahulu komponen-komponen elektronika yang tipe dan
besarannya sama ketika melakukan perhitungan. Contoh, gambar di bawah adalah rangkaian terutup yang terdiri
dari sumber tegangandan tiga buah resistor yang dirangkai seri. Jika dalam perhitungan V= 15 V, R1 = 1 K, R2
= 4.7 K, dan R3 = 10 K, maka untuk membandingkan perhitungan dengan hasil pengukuran harus dirangkai
komponen-komponen tersebut dengan nilai-nilai dan koneksi yang sama persis.
Komponen-komponen tersebut dapat dirakit (dipasang) pada PCB (Printed Circuit Board) dengan cara disolder atau
dapat dipasang pada bread board atau project board. Komponen-komponen tersebut terdiri dari power supply DC 15
Volt (dipasang diluar) dan tiga buah resistor 1/2 Watt dengan warna gelang sebagai berikut:
1.
1 K = Coklat, Hitam, Merah, dan Mas
2.
4.7 K = Kuning, Ungu, Merah, dan Mas
3.
10 K = Coklat, Hitam, Orange, dan Mas
Lebih jelas mengenai warna-warna tersebut dapat di lihat pada tabelkode warna resistor. Setelah semua
komponen dirakit, kita dapat mulai mengukur arus dan tegangan untuk membandingkan dengan hasil
perhitungan sebelumnya.

Cara mengukur tegangan pada rangkaian seri


1.
2.
3.
4.
5.

6.

7.
8.

Rakit (pasang) semua komponen resistor R1, R2, dan R3 seperti gambar di bawah pada PCB
atau pada breadboard (project board).
Hubungkan dengan adaptor atau power supply DC 15 Volt.
Siapkan alat ukur (multimeter)
Nyalakan power supply
Atur selector pada multimeter agar berada pada posisi Volt Meter dengan skala yang benar.
Pengaturan skala yang salah pada multimeter analog dapat merusak alat ukur tersebut karena
jarum penunjuk akan bergerak terlalu cepat.
Ukur tegangan di R2 dimana probe (+) ditempelkan pada kaki R2 yang paling dekat dengan
tegangan sumber positif dan probe (-) harus diletakan pada kaki R2 yang paling dekat dengat
sumber tegangan negatif. Jika menggunakan multimeter analog, kondisi ini jangan sampai terbalik
karena dapat mengakibatkan kerusakan pada alat ukur.
Lihat hasil pengukuran yang ditunjukan oleh jarum penunjuk atau pada displaydigit angka jika
menggunakan multimeter digital.
Catat hasilnya dan bandingkan dengan hasil perhitungan.

Mengukur Tegangan dengan Multimeter

Cara mengukur arus pada rangkaian seri


Jika kita akan mengukur arus pada rangkaian seri seperti di
bawah
yang terdiri dari sumber tegangan dan dua buak resistor R1
dan R2, maka
kita tidak bisa melakukan pengukuran secara langsung seperti
mengukur
tegangan sebelumnya dengan multimeter biasa. Oleh karena
itu jalur pada rangkaian
tersebut harus diputus terlebih dahulu seperti pada gambar.
1.
Putuskan jalur penghubung rangkaian seperti pada gambar di bawah atau di antara R1 dan R2
2.
Siapkan alat ukur analog atau digital (khusus alat ukur analog, penempatan probe (+) dan
probe (-) tidak boleh terbalik)
3.
Atur selector multimeter agar berada pada posisi Ampere Meter dengan skala yang benar
(pengaturan skala yang terlalu kecil pada multimeter analog dapat merusak alat ukur tersebut
karena melewati batas maksimal/ range yang diperbolehkan)
4.
Letakan probe (+) pada salah satu hubungan yang diputus tadi yang paling dekat dengan
sumber tegangan positif dan probe (-) diletakan pada sisi yang lainnnya (perhatikan gambar dan
jangan sampai terbalik)
5.
Lihat hasil pengukuran
6.
Catat hasil pengukuran arus dan bandingkan dengan hasil perhitungan

Mengukur Arus dengan Multimeter

Cara lain mengukur arus pada rangkaian seri


Pegukuran arus dapat dilakukan langsung tanpa memutus jalur rangkaian seperti sebelumnnya jika menggunakan
alat ukur khusus yakni Clamp Ampere (Tang Ampere). Dengan alat ukur ini kita dapat mengukur arus dengan cara
melingkarkan clamp pada meter tersebut mengelilingi jarus arus yang akan kita ukur seperti pada gambar di bawah.
Cara ini lebih simpel dan lebih mudah karena tidak perlu melakukan pemutusan jalur rangkaian, hanya saja alta ukur
ini harganya cukup mahal.

Mengukur Arus dengan Clamp Ampere


Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum mengukur arus dan tegangan
1.
Perhatikan jenis alat ukur yang digunakan karena alat ukur jenis analog yang menggunakan
indikator jarum penunjuk lebih beresiko rusak jika penggunaannya salah.
2.
Pengaturan selector atau mode pada multimeter digital harus benar (Ampere Meter untuk
mengukur arus, Volt Meter untuk mengukur tegangan, dan Ohm Meter untuk mengukur resistansi.
Jangan sampai terbalik).
3.
Pengaturan skala atau range harus benar khususnya untuk multimeter analog karena tidak
mempunyai sensor over load (OL) sehingga pengaturan skala yang terlalu kecil dapat merusak alat
ukur tersebut.

Cara Menggunakan Multimeter Multimeter adalah alat yang berfungsi


untuk mengukur Voltage (Tegangan), Ampere (Arus Listrik), dan Ohm

(Hambatan/resistansi) dalam satu unit. Multimeter sering disebut juga


dengan istilah Multitester atau AVOMeter (singkatan dari Ampere Volt Ohm
Meter). Terdapat 2 jenis Multimeter dalam menampilkan hasil pengukurannya
yaitu Analog Multimeter (AMM) dan Digital Multimeter (DMM).
Sehubungan dengan tuntutan akan keakurasian nilai pengukuran dan
kemudahan pemakaiannya serta didukung dengan harga yang semakin
terjangkau, Digital Multimeter (DMM) menjadi lebih populer dan lebih banyak
dipergunakan oleh para Teknisi Elektronika ataupun penghobi Elektronika.
Bagian-bagian penting Multimeter

Multimeter atau multitester pada umumnya terdiri dari 3 bagian penting,


diantanya adalah :
1. Display
2. Saklar Selektor
3. Probe

Gambar dibawah ini adalah bentuk Multimeter Analog dan Multimeter Digital
beserta bagian-bagian pentingnya.
Cara Menggunakan Multimeter untuk Mengukur Tegangan, Arus listrik dan Resistansi

Berikut ini cara menggunakan Multimeter untuk mengukur beberapa fungsi


dasar Multimeter seperti Volt Meter (mengukur tegangan), Ampere Meter

(mengukur Arus listrik) dan Ohm Meter (mengukur Resistansi atau


Hambatan)
1. Cara Mengukur Tegangan DC (DC Voltage)
1. Atur Posisi Saklar Selektor ke DCV
2. Pilihlah skala sesuai dengan perkiraan tegangan yang akan diukur. Jika ingin
mengukur 6 Volt, putar saklar selector ke 12 Volt (khusus Analog Multimeter)
**Jika tidak mengetahui tingginya tegangan yang diukur, maka disarankan
untuk memilih skala tegangan yang lebih tinggi untuk menghindari terjadi
kerusakan pada multimeter.
3. Hubungkan probe ke terminal tegangan yang akan diukur. Probe Merah pada
terminal Positif (+) dan Probe Hitam ke terminal Negatif (-). Hati-hati agar
jangan sampai terbalik.
4. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter.

2. Cara Mengukur Tegangan AC (AC Voltage)


1. Atur Posisi Saklar Selektor ke ACV
2. Pilih skala sesuai dengan perkiraan tegangan yang akan diukur. Jika ingin
mengukur 220 Volt, putar saklar selector ke 300 Volt (khusus Analog
Multimeter)
**Jika tidak mengetahui tingginya tegangan yang diukur, maka disarankan
untuk memilih skala tegangan yang tertinggi untuk menghindari terjadi
kerusakan pada multimeter.

3. Hubungkan probe ke terminal tegangan yang akan diukur. Untuk Tegangan


AC, tidak ada polaritas Negatif (-) dan Positif (+)
4. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter.

3. Cara Mengukur Arus Listrik (Ampere)


1. Atur Posisi Saklar Selektor ke DCA
2. Pilih skala sesuai dengan perkiraan arus yang akan diukur. Jika Arus yang
akan diukur adalah 100mA maka putarlah saklar selector ke 300mA (0.3A).
Jika Arus yang diukur melebihi skala yang dipilih, maka sekering (fuse) dalam
Multimeter akan putus. Kita harus menggantinya sebelum kita dapat
memakainya lagi.
3. Putuskan Jalur catu daya (power supply) yang terhubung ke beban,
4. Kemudian hubungkan probe Multimeter ke terminal Jalur yang kita putuskan
tersebut. Probe Merah ke Output Tegangan Positif (+) dan Probe Hitam ke
Input Tegangan (+) Beban ataupun Rangkaian yang akan kita ukur. Untuk
lebih jelas, silakan lihat gambar berikut ini.
5. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter

Menurut definisi, faktor daya adalah cosinus sudut fasa antara tegangan dan arus, dan pengukuran faktor daya biasanya menyangkut penentuan sudut
fasa ini. Pada dasarnya instrumen ini bekerja berdasarkan prinsip elektrodinamometer, dimana elemen yang berputar terdiri dari dua kumparan yang
dipasang pada poros yang sama tetapi tegak lurus satu sama lain. Kumparan putar berputar di dalam medan maknetik yang dihasilkan oleh kumparan
medan yang membawa arus jala-jala. Ini ditunjukkan dalam kerja alat ukur faktor daya.

Konstruksi Alat Ukur Faktor Daya Alat ukur faktor daya kumparan bersilang (crossed-coil power faktor meter) seperti terlihat pada gambar alat ukur
faktor daya. Instrumen ini mempunyai sebuah coil diam, yang terdiri dari F1 dan F2. Dengan dihubungkan seri dengan line supply maka akan dialiri
arus. Jelaslah bahwa medan yang merata akan dihasilkan oleh F1 dan F2, yang sebanding dengan arus line. Pada medan ini diletakkan moving coil
C1 dan C2 yang dipasang pada tangkai atau spindle yang sama. Kedua moving coil ini adalah coil tegangan C1 yang mempunyai tahanan seri R,
sedangkan coil C2 mempunyai induktansi L. Harga R dan L seperti halnya lilitan C1 dan C2, diatur sedemikian hingga ampereturn pada C1 dan C2
sama besar. Arus I1 sefasa dengan tegangan supply V, sedangkan I2 lagging (tertinggal) 90 (atau mendekati 90) dibelakang V.
Gambar Rangkaian Alat Ukur Faktor Daya Satu Fasa

Gambar Konstruksi Alat Ukur Faktor Daya

Prinsip Kerja Alat Ukur Faktor Daya Dianggap bahwa power-faktor (p.f) sama dengan satu, yaitu I (arus) sefasa dengan V (tegangan). Kemudian I1
sefasa dengan I sedangkan I2 lagging 90 terhadap I. Akibatnya timbul sebuah kopel yang bekerja pada C1, menimbulkan gaya gerak mengarah
bidang tegak lurus terhadap sumbu magnit kumparan F1 dan F2. Secara bersamaan dengan posisi penunjuk pada p.f sama dengan 1. Sedangkan
pada C2 tidak ada kopel. Sekarang anggap bahwa p.f = 0, yaitu I lagging 90 terhadap V. Dalam hal ini I2 dibuat sefasa dengan I sedangkan I1
berbeda fasa 90 dengan I. Akibatnya, tidak ada kopel pada C1 tetapi akan timbul kopel pada C2 sehingga bidangnya tegak lurus terhadap sumbu
megnetis F1 dan F2. Pada harga p.f pertengahan, simpangan penunjuk akan bersesuaian dengan simpangan sudut p.f, yaitu F, atau cos F. Jika
instrumen ini dikalibrasi langsung menunjukkan besarnya p.f. Pada beban seimbang 3 fasa, instrumen ini dimodifikasi sedemikian agar C1 dan C2
bersudut 120 satu sama lain, bukannya 90 seperti pada supply fasa tunggal. Seperti terlihat pada gambar rangkaian alat ukur faktor daya tiga fasa
dibawah, C1 dan C2 dihubungkan seri terhadap fasa ketiga (sehingga mengalirkan arus line). Karena tidak diperlukan fasa bercelah diantara arus-arus

pada C1 dan C2, I1 dan I2 tidak ditentukan oleh circuit fasa bercelah (fasa splitting), akibatnya instrumen ini tidak akan berpengaruh oleh perubahan
frekuensi maupun bentuk gelombang arus.
Gambar Rangkaian Alat Ukur Faktor Daya Tiga Fasa

Alat ukur faktor daya dengan daun terpolarisasi (polarized vane power-faktor meter) ditunjukkan dalam sketsa konstruksi gambar 4- 29. Instrumen ini
terutama digunakan dalam sistem daya tiga fasa sebab prinsip kerjanya bergantung pada pemakaian tegangan tiga fasa.

Gambar Konstruksi Faktor Daya (Cos Meter)

Jarum penunjuk
Kaca : difungsikan untuk mengeliminir kesalahan parallax dalam pembacaan.
Skala : bagian kanan pada beban induktif, faktor dayanya ketinggalan (lag).
Skala : bagian kiri pada beban kapasitif, faktor dayanya mendahului (lead).
Tabel range tegangan dan arus, tabel ini digunakan untuk memilih tegangan pada selektor.
Terminal arus, salah satu terminal diberi tanda () untuk menunjukkan bahwa terminal ini dihubungkan dengan terminal common tegangan, dan
terminal arus yang lain mengindikasikan ukuran arus terukur.
Terminal arus, untuk memilih batas ukur sesuai dengan besaran yang diukur.
Selektor tegangan.
Terminal tegangan : digunakan untuk menyambungkan tegangan.
Terminal common tegangan diberi tanda (), dan terminal tegangan yang lain mengindikasikan ukuran tegangan dipilih. Terminal untuk
menghubungkan kawat penghantar
Faktor daya listrik adalah perbandingan antara daya aktif dengan daya buta, atau dapat dirumuskan sebagai berikut :

dimana :
P = daya aktif dalam KW
S = daya buta dalam KVA
Umumnyaa faktor daya listrik ini disebut juga coshinus phi. ( cos ).
Beberapa istilah listrik yang perlu diketahui yang erat kaitannya dengan faktor daya listrik antara lain :

Daya aktif ( P ) :
adalah daya yang timbul akibat mengalirnya arus listrik melalui hambatan / resistor seperti lampu pijar, elemen pemanas atau heater.
Daya ini dipergunakan untuk melakukan kerja atau dengan kata lain daya yang benar-benar digunakan sesuai dengan kebutuhan tenaga listrik.
Satuan dari daya aktif ini adalah Watt atau kilo Watt.

Daya reaktif ( Q ) :
a. Daya reaktif induktif :
adalah daya yang timbul akibat mengalirnya arus listrik melalui kumparan-kumparan kawat
seperti pada motor-motor listrik, transformer, balast pada lampu neon dll.
b. Daya reaktif kapasitif :
adalah daya yang timbul akibat mengalirnya arus listrik pada sebuah kapasitor.
Satuan dari daya reaktif ini adalah volt ampere reaktif ( VAR ) atau kilo volt ampere reaktif (KVAR).
Daya buta ( S ) :
adalah hasil perkalian antara arus dan tegangan listrik pada suatu beban.
Secara matematis dinyatakan dengan persamaan :
S = 3 x V x I

( untuk sistem 3 phase )

dimana :
V = tegangan antar phase dari sistem, satuan volt
I = arus listrik beban, satuan ampere
S = daya buta , satuan volt ampere.
Hal ini dapat pula dinyatakan sebagai penjumlahan secara vektoris antara daya aktif dengan daya reaktif.

gambar : segitiga daya.


Hubungan antara ketiga daya listrik tersebut, secara matematika dapat dinyatakan sebagai berikut :

PENGUKURAN ENERGI LISTRIK


Alat Ukur listrik adalah peralatan yang memungkinkan untuk mengamati besaran-besaran listrik,seperti hambatan listrik (R), kuat arus
listrik (I), beda potensial listrik (V), daya listrik (P), dan lainnya. Terdapat dua jenis alat ukur yaitu alat ukur analog dan alat ukur
digital.
Berikut adalah macam-macam alat ukur listrik :

1.

Voltmeter
Voltmeter adalah alat/perkakas untuk mengukur besar tegangan listrik dalam suatu rangkaian listrik. Voltmeter disusun
secara paralel terhadap letak komponen yang diukur dalam rangkaian. Alat ini terdiri dari tiga buah lempengan tembaga
yang terpasang pada sebuah bakelite yang dirangkai dalam sebuah tabung kaca atau plastik. Lempengan luar berperan
sebagai anode sedangkan yang di tengah sebagai katode. Umumnya tabung tersebut berukuran 15 x 10cm (tinggi x
diameter).

2.

Amperemeter
Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik baik untuk listrik DC maupun AC yang ada
dalam rangkaian tertutup. Amperemeter biasanya dipasang berderet dengan elemen listrik. Cara menggunakannya
adalah

dengan

menyisipkan

amperemeter

secara

langsung

ke

rangkaian.

3.

Ohmmeter
Ohm-meter adalah alat untuk mengukur hambatan listrik, yaitu daya untuk menahan mengalirnya arus listrik dalam suatu
konduktor. Besarnya satuan hambatan yang diukur oleh alat ini dinyatakan dalam ohm. Alat ohm-meter ini menggunakan
galvanometer untuk mengukur besarnya arus listrik yang lewat pada suatu hambatan listrik (R), yang kemudian
dikalibrasikan

4.

ke

satuan

ohm.

Wattmeter

Wattmeter adalah instrumen untuk mengukur power listrik (atau rate


suplai energi listrik) dalam satuan watt untuk rangkaian sirkuit apapun.

5.

Multitester
Multimeter adalah alat untuk mngukur listrik yang sering dikenal sebagai VOAM (VolT, Ohm, Ampere meter) yang dapat

mengukur tegangan (voltmeter), hambatan (ohm-meter), maupun arus (amper-meter). Ada dua kategori multimeter:
multimeter digital atau DMM (digital multi-meter)(untuk yang baru dan lebih akurat hasil pengukurannya), dan multimeter
analog.

6.

Masing-masing

kategori

dapat

mengukur

listrik

AC,

maupun

listrik

DC.

kWhmeter

Kwh meter adalah alat yang digunakan oleh pihak PLN untuk
menghitung besar pemakaian daya konsumen. Alat ini sangat umum
dijumpai di masyarakat. Bagian utama dari sebuah KWH meter adalah
kumparan tegangan, kumparan arus, piringan aluminium, magnet
tetap yang tugasnya menetralkan piringan aluminium dari induksi
medan magnet dan gear mekanik yang mencatat jumlah perputaran
piringan
aluminium.

7.

Frekuensimeter
Frekuensi meter adalah meter yang digunakan untuk mengukurbanyaknya pengulangan gerakan periodik perdetik. Gerakan periodik
seperti detak jantung, ayunan bandul jam. Ada dua jenis frekuensi meter analog dan digital. Frekuensi meter analog merupakan alat ukur
yang digunakan untuk mengukur besaran frekuensi dan yang berkaitan dengan frekuensi. Terdapat beberapa jenis frekuensimeter analog
diantaranya jenis batang atau lidah getar, alat ukur ratio dan besi putar. Dalam mengukur frekuensi atau waktu perioda secara elektronik
dapat

8.

dilakukan

dengan

Cos

beberapa

cara.

phimeter

Cos phimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur faktor daya,
Faktor daya adalahperbandingan antara daya aktif (watt) dengan daya
semu/daya total (VA), atau cosinus sudut antara daya aktif dan daya
semu/daya
total

9.

Oscilloscope
Oscilloscope/osiloskop adalah alat ukur elektronika yang berfungsi memproyeksikan bentuk sinyal listrik agar dapat dilihat
dan dipelajari. Osiloskop dilengkapi dengan tabung sinar katode. Peranti pemancar elektron memproyeksikan sorotan
elektron ke layar tabung sinar katode. Sorotan elektron membekas pada layar. Suatu rangkaian khusus dalam osiloskop
menyebabkan sorotan bergerak berulang-ulang dari kiri ke kanan. Pengulangan ini menyebabkan bentuk sinyal kontinyu
sehingga

dapat

dipelajari.

10. Generator

Fungsi

Generator fungsi adalah alat ukur yang digunakan sebagai sumber pemicu yang diperlukan, merupakan bagian dari
peralatan (software) uji coba elektronik yang digunakan untuk menciptakan gelombang listrik. Gelombang ini bisa
berulang-ulang

atau

satu

kali.

Generator fungsi analog umumnya menghasilkan gelombang segitiga sebagai dasar dari semua outputnya. Segitiga ini
dihasilkan

oleh

kapasitor

yang

dimuat

dan

dilepas

secara

berulang-ulang

dari

sumber

arus

konstan.

Tipe lain dari generator fungsi adalah sub-sistem yang menyediakan output sebanding terhadap beberapa input.
Contohnya, output berbentuk kesebandingan dengan akar kuadrat dari input. Alat seperti itu digunakan dalam sistem
pengendali umpan dan komputer analog.

11. Megger
Megger dipergunakan untuk mengukur tahanan isolasi dari alat-alat listrik maupun instalasi-instalasi, output dari alat ukur
ini umumnya adalah tegangan tinggi arus searah.Megger ini banyak digunakan petugas dalam mengukur tahanan isolasi
antara lain untuk : Kabel instalasi pada rumah-rumah/bangunan, Kabel tegangan tinggi, Kabel tegangan
rendah, Transformator,dan

PENGUKURAN FREKUENSI

peralatan

listrik

lainnya.

Gambar rangkaian frekuensi meter | membuat alat penghitung frekuensi

Menurut yang saya tau frekeunsi secara maknanya adalah jumlah getaran
atau gelombang dalam jangka waktu 1 detik. Dimana dikatakan satu
gelombang jika terdiri dari satu lembah dan satu bukit. Frekuensi mempunyai
satuan Hertz, sesuai degan nama penemunya dan alat ukurnya dinamakan
sebagai Frekuensi Meter. Sedangkan untuk kebalikan dari frekuensi
dinamakan dengan perioda, perioda adalah lamanya waktu yang dibutuhkan
dalam satu siklus gelombang. Banyak sekali kejadian-kejadian alam atau
aktifitas manusia yang bisa menciptakan terjadinya rambatan gelombang.
Tapi pembahasan saya kali ini hanya berkisar pada gelombang listrik.
Gelombang listrik terdiri bermacam-macam bentuk gelombang, tetapi secara
garis besar dikelompokkan menjadi dua jenis, yakni gelombang satu arah
(DC) dan gelombang dua arah (AC). Jika pada kedua jenis gelombang listrik
tersebut mempunyai amplitudo yang tidak tetap atau dengan kata lain
terjadi kenaikan atau penurunan nilai amplitude secara kontinyu maka bisa
dipastikan gelombang tersebut mempunyai nilai frekeunsi lebih besar dari 0
Hz.
Bila anda seorang yang hoby elektronika mungkin sudah terbiasa dengan
yang namanya multimeter. Multimeter merupakan alat ukur serbaguna yang
biasa digunakan untuk mengukur besarnya tahanan, arus ataupun tegangan
listrik dari suatu komponen atau rangkaian elektronika. Multimeter terbagi
menjadi multimeter analog dan multimeter digital. Dimana multimeter digital
memiliki fungsi yang lebih lengkap dibanding dengan yang analog seperti
penambahan fungsi pengukuran frekuensi, tetapi sayangnya harganya
akan terasa memberatkan bagi anda yang memilki dompet yang tipis. Tetapi
tenang saja, pepatah mengatakan banyak jalan menuju Roma. Kesempitan
dan keterbatasan biasanya akan membuat seseorang kreatif. Anda bisa
membuat sendiri alat pengukur frekuensi dengan kreasi yang anda sukai.

Karena rangkaian frekuensi meter diatas adalah merupakan rangkaian


penghitung frekuensi yang sangat sederhana.
Prinsip Kerja Rangkaian Pengukur Frekuensi

Cara kerja dari rangkaian pengukur frekuensi diatas sebenarnya


sangat mudah untuk dimengerti. Anda jangan terkecoh dengan jumlah
komponen yang digunakan. Rangkaian diatas terlihat lebih rame karena
adanya rangkaian pendukung untuk tampilan seven segment dan rangkaian
pewaktu atau monostable. Rangkaian diatas bekerja memanfaatkan pewaktu
yang sengaja diatur pada jangka waktu 1 (satu) detik. Sedangkan untuk
menghitung jumlah frekuensi dimanfaatkan siklus positif dari sinyal input itu
sendiri. Dimana sinyal input tersebut dijadikan sebagai clock pada rangkaian
counter. Kemudian sinyal pengatur waktu satu detik dari rangkaian
monostable kemudian dikalikan logikanya dengan sinyal input dengan
menggunakan gerbang AND. Sehingga pada saat sinyal dari monostable
berlogika tinggi selama satu detik, maka input clock pada rangkaian counter
akan mendapat logika sama seperti pada sinyal input pengukuran. Tetapi
setelah satu detik sinyal dari monostable akan bernilai 0 volt sehingga
perhitungan frekuensi dihentikan.
Rangkaian penghitung frekeunsi diatas merupakan contoh yang sangat
sederhana dan berlaku bagi sinyal pengukuran yang mempunyai tegangan 3
volt sd 9 volt. Sedangkan untuk tegangan pengukuran yang lebih kecil dari 3
volt akan dibaca oleh gerbang AND sebagai logika rendah walaupun terjadi
ayunan sinyal. Kemudian tegangan yang terlalu besar juga akan dapat
menyebabkan kerusakan pada rangkaian.
Tetapi anda dengan bisa dengan mudah memodifikasi rangkaian diatas
menjadi lebih komplek. Misalnya dengan menambahkan rotary switch pada
bagian input dengan setiap jalur diberi resistor penahan arus dari sumber
tegangan yang besar. Nilai resistor-resistor dibuat bervariasi sesuai dengan
tegangan range pengukuran. Yang penting semakin besar range tegangan
akan diukur maka membutuhkan nilai resistor yang lebih besar pula.
Kemudian untuk mengukur tegangan yang lebih kecil anda bisa mengunakan
rangkaian penguat satu transistor supaya sinyal input tersebut bisa
berpengaruh pada gerbang AND. Yang terakhir, rangkaian diatas
menggunakan gerbang sebagai penentu logika untuk kemudian dilanjutkan
menuju rangkaian pengcacah, sehingga sinyal yang berbentuk kotak adalah
sinyal yang paling tepat pengukurannya dibanding dengan bentuk sinyal
sinus atau yang lain. Jadi anda bisa juga menggunakan rangkaian
pembentuk sinyal kotak dengan IC Op-Amp atau gerbang schimitt trigger
sebagai pemasti logika. Pokoknya anda bisa berkreasi sendiri sesuai dengan

keinginan anda, yang pasti cara kerja darirangkaian frekuensi


meter atau rangkaian penghitung frekuensi diatas sudah anda pahami.
Pengkuran frekuensi dengan menggunakan cathode ray osciloscop
A. Pengukuran Frekuensi Lansung
Pengukuran frekuensi langsung dapat dilakukan dengan langkah-langkah seperti berikut :
1. Melakukan setting-up dan kalibrasi CRO dengan prosedur seperti dalam pengukuran tegangan pada pertemuan sebelumnya.
2. Probe dihubungkan dengan keluaran sinyal generator.
3. Frekuensi di atur pada harga yang diinginkan berdasarkan keperluan, sebagai acuan baca penunjukan pada skala sinyal generator.
4. Atur Volt divisi untuk mendapatkan simpangan amplitudo maksimum tidak cacat (terpotong).
5. Time/div diatur untuk mendapatkan lebar sinyal maksimum tidak cacat (terpotong).
6. Lebar sinyal diukur dari sinyal mulai naik sampai kembali naik untuk siklus berikutnya.

Gambar 1. Pengukuran frekuensi langsung

Gambar 2. Rangkaian pengawatan pengukuran frekuensi langsung

Langkah langkah pengukuran Frekuensi menggunakan osiloskop:


KALIBRASI:

1.

Nyalakan power pada osiloskop

2.

tombol CH1 pada posisi grid

3.

atur tombol Y-pos 1 sehingga didapat garis lurus berimpitan dengan sumbu x pada layar

4.

pindahkan tombol CH1 pada ac/dc

5.

hubungkan probe osiloskop pada cal.0.5v

6.

pastikan faktor pengali pada probe pada posisi x1

7.

atur selektor range volt/div pada posisi 1volt/div cal sampai didapat tegangan 1/2 divisi

Fungsi dari tiap-tiap bagian:


1. POSITION :
Untuk mengatur posisi berkas signal arah vertical untuk channel 1.
2. DC. BAL :
Untuk menyeimbangkan DC vertical guna pemakaian channel 1 (atau Y ), Penyetelan dilakukan sampai posisi gambar diam pada saat variabel diputar.
3. INPUT :
Terminal masukan pada saat pengukuran pada CH 1 juga digunakan untuk Kalibrasi.
4. AC ? GND ? DC
Posisi AC = Untuk megukur AC, objek ukur DC tidak bisa diukur melalui Posisi ini, karena signal DC akan terblokir oleh kapasitor. Posisi GND = Terminal ini
terbuka dan berkas merupakan garis nol/lived nol. Posisi DC = Untuk mengukur tegangan DC dan masukan-masukan yang lain.

5. VOLT/DIV :
Sakelar putar untuk memilih besarnya tegangan per cm (volt/div) pada layar CRT, ada II tingkat besaran tegangan yang tersedia dari 0,01 v/div s.d 20V/div
6 VARIABLE :
Untuk mengontrol sensitifitas arah vertical pada CH 1 (Y). pada putaran maksimal Ke arah jarum jam (CAL) gunanya untuk mengkalibrasi mengecek
apakah Tegangan 1 volt tepat 1 cm pada skala layar CRT.
7 MODE (CH 1, CH 2, DUAL, ADD, SUB)
CH 1 : Jika signal yang diukur menggunakan CH 1, maka posisi switch pada CH 1 dan berkas yang nampak pada layar hanya ada satu.
CH 2 : Jika signal yang diukur menggunakan CH 2, maka posisi switch pada CH 2 dan berkas yang nampak pada layar hanya satu.
DUAL : Yaitu suatu posisi switch apabila hendak mengunakan CH 1 dan CH 2 Secara bersamaan, dan pada layar pun akan tampak dua berkas.
ADD : Bentuk gelombang dari kedua channel masukan yang dapat dijumlahkan Secara aljabar dan penjumlahannya dapat dilihat dalam bentuk satu Gambar.
SUB : Masukan dengan polaritas terbaik pada CH 2, ditambah masukan CH 1, Maka perbedaan secara aljabar akan tampak satu gambar pada layar. Apabila CH
1 tidak diberi signal masukan, maka bentuk gelombang Dengan polaritas terbaik dari channel 2 akan tampak.
8. LED PILOT LAMP :
Lampu indicator untuk power masuk, apabila switch ILLUM diputar ke on.
9. ILLUM :
Bila diputar berlawanan jarum jam maksimum, maka power AC akan mati dan jika Ke kanan, maka power AC akan masuk dengan ditandai LED pilot lampu
menyala.
10. INTENSITY :
Untuk mengatur gelap atau terangnya berkas sinar supaya enak pada penglihatan. Diputar ke kiri untuk memperlemah sinar dan apabila diputar ke kanan
akan membuat terang
11. FOCUS :
Untuk memperkecil/menebalkan berkas sinar atau garis untuk mendapatkan Gambar yang lebih jelas.
12. ASTIG :
Pengaturan astigmatisma adalah untuk memperoleh titik cahaya yang lebih baik Ketika menyetel FOCUS
13. EXT-TRIG :
Terminal dari sinkronisasi eksternal tegangan eksternal yang lebih dari IV peak To peak harus menggunakan switch SOURCE di set pada posisi EXT.
14. SOURCE :
Sakelar dengan tiga posisi untuk memilih tegangan sinkronisasi.
CH 1 : Huruf akan sinkron dengan masukan gelombang dari CH 1. Jika menggunakan CH 1 hendaklah switch source ditetapkan pada CH 1.

CH 2 : Sweep akan sinkron dengan masukan gelombang dari CH 2. apabila Menggunakan CH 2 hendaknya switch source diletakkan pada CH 2. Sweep CH 1
dan CH 2 akan sikron pula pada saat menggunakan DC/AC.
EXT : Sweep akan sikron dengan masukan signal dari luar melalui Terminal EXT + TR 16 (19).
15. SYNC :
Sakelar pemisah sinkronisasi.
15. LEVEL;
Meengontrol sync level adalah mengatur phase sync untuk menentukan bentuk titik awal gelombang signal.
16. PULL AUTO
Dengan mencabut pemutar level sweep akan sedikit terganggu.bentuk gelombang - tidak diam selama tidak menggunakan signal trigger,yang nampak hanyalah
garis lurus dan ini akan terjadi bila signal teriger masuk.
17 POSITION.
Untuk menyetel kekiri dan kekanan berkas gambar ( posisi arah horizontal) Switch pelipat sweep dengan menarik knop ,bentuk gelombang dilipatkan 5 Kali lipat
kearah kiri dan kearah kanan usahakan cahaya seruncing mungkin.
18. SWEEP TIME /DIV;
Yaitu untuk memilih skala besaran waktu dari suatu priode atau pun square trap Cm (div ) sekitar 19 tingkat besaranyang tersedia terdiri dari 0,5 s/d
0,5 second.pengoperasian

X-Y

didapatkan

dengan

memutar

penuh

kearah

jarum jam.perpindahan

Chop-ALT-TVV-TVH.secara

otomatis

dari

sini.Pembacaan kalibrasi sweep time/div juga dari sini dengan cara variabel diputar penuh searah jarum jam.
19. VARIABEL;
Digunakan untuk menyetel sweeptime pada posisi putaran maksimum arah jarum jam. ( CAL ) tiap tingkat dari 19 posisi dalam keadaan terkalibrasi .
20. CAL IV PP
Yaitu terminal untuk mengkalibrasi voltage frequency chanel 1 dan chanel 2 Dimana untuk frequency 1 Khz tegangan harus 1 volt P-P.
21. AC VOLTAGE SELECTOR ;
Untuk menyetel tegangan listrik 110 Volt atau 220 Volt.
22. INT MOD
Teminal intensitas Brightness OSILOSKOP
Osiloskop berguna untuk: melihat tingkah laku tegangan gelombang secara visual, ada beberapa jenis tegangan gelombang yang akan diperlihatkan pada layar
monitor osiloskop .
1) Gelombang sinusoida
2) Gelombang blok
3) Gelombang gigi gergaji
4) Gelombang segitiga.

Untuk dapat menggunakan osiloskop, harus bisa memahaami tombol-tombol yg ada pada pesawat perangkat ini,seperti telah diutarakan diatas. Secara umum
osiloskop hanya untuk circuit osilator ( VCO ) disemua perangkat yg menggunakan rangkaian VCO.

B. Pengukuran Frekuensi Model Lissajous


Pada pengukuran jenis ini diperlukan osiloskop dua kanal dan sinyal yang telah diketahui frekuensinya, pengukuran dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Sinyal yang telah diketahui dihubungkan pada kanal yang kita tandai sebagai acuan misalnya pada kanal X.
2. Sinyal yang akan diukur dihubungkan pada kanal yang lain, misalnya kanal Y.
3. Amplitudo diatur untuk mendapatkan amplitudo yang sama besarnya bila penyamaan tidak dapat dicapai dengan pengaturan Volt/div, tombol
kalibrasi diatur untuk mencapai kesamaan amplitudo. Kesamaan ini penting supaya diperoleh bentuk lissajous sempurna.
4. Misalnya sebelum di-lissajous-kan kedua sinyal mempunyai amplitudo sama frekuensi berbeda seperti gambar 1 di atas, time/div diatur dipindahkan
pada posisi lissajous. Jika sinyal warna hijau adalah masukan X dan merah Y pada layar akan menunjukkan perbandingan seperti gambar 3 berikut.

Gambar 3. Pengukuran frekuensi model lissajous

PENGUKURAN INDUKTANSI DAN KAPASITANSI


Spesifikasi Sistem

LC meter berfungsi mengukur nilai induktansi dan kapasitor dalam rentang besaran skala tertentu. Besar nilai kapasitansi dari
suatu kapasitor atau induktansi dari suatu inductor mungkin sudah diketahui besarnya, namun pengaruh lingkungan membuat
besaran komponen menjadi berubah pada rentang tertentu, sehingga tidak lagi akurat. Di sinilah peran LC meter, mengecek
ketelitian besar induktansi atau kapasitansi.

Pada rangkaian ini, blok utama rangkaian terdiri dari osilator dan penghitung perbedaan frekeunsi yang akhirnya akan dikonversi ke
nilai induktansi maupun kapasitansi. Osilator ini terbentuk dari dua rangkaian komparator (di sini digunakan Op Amp), dimana
komponen yang diuku rmerupakan bagian dari rangkaian osilator tersebut, sehingga dengan mengetahhui nilai frekuensi osilas
imak a nilai komponen yang sedang diukur akan dapat diketahui. Umumnya untuk rangkaian osilator diperlukan rangkaian
feedbakc, yakni rangkaian umpan balik yang sebagian sinyal keluarannya dikembalikan lagi ke masukan. Nilai induktansi yang

dapat diukur cukup besar, yakni dari nH hingga H. Sedangkan nilai kapasitansi yang dapat diukur yang paling sesuai yakni dari
beberapa pF hingga puluhan nF.

Hasil pengukuran ditampilkan dengan LEDx matrix.Tampilan nilai akan berubah setiap detik sehingga akan menyediakan hasil yang
lebih akurat. Proses update dapat lebih dipercepat, namun itu akan mengurangi ketelitian pengukuran. Kapasitor yang dipasang
menggunakan kapasitor yang kualitas sedang mendekati bagus, untuk meningkatkan ketelitian. Relay yang digunakan pun jenis
relay yang arus rendah.

Rangkaian yang dibuat tidak diimplementasikan pada papan project board, namun pada PCB, karena dikhawatirkan akan muncul
osilasi parasitic yang akan mempengaruhi kinerja dari osilator, sehingga akan berdampak pada hasil pembacaan secara
keseluruhan.
Komponen-komponen yang kami gunakan dalam proyek perancangan kali ini adalah:
Sistem minimum ATMEGA 16 yang telah dipersiapkan pada perancangan sistem minimum sebelumnya
LED matrix
Kabel jumper
Baterai 9 Volt
Rangkaian osilator

Cara kerja rangkaian secara teknis adalah :


a) Alat ini menggunakan led dotmatriks sebagai output untuk menampilkan pengukuran induktansi/kapasitansi yang dilakukan.
b) Nilai kapasitansi/induktansi yang diterima rangkaian akan dibaca oleh ATMega16 menjadi nilai frekuensi, sehingga terjadi selisih
antara frekuensi mula rangkaian dengan frrekuensi akhir rangkaian
c) Lalu ATMega16 akan mengubah nilai frekuensi itu kembali ke nilai induktansi/kapasitansinya
d)Nilai induktansi dan kapsitansi itu ditampilkan pada led dotmatriks
e) Pengukuran kapasitansi dapat dilakukan pada skala 10 pF sampai 1000 uF dan pengukuran induktansi pad skala 100 mH sampai
beberapa H.
Rangkaian ini akan mendapat masukan berupa nilai kapasitansi dan induktansi. Pada rangkaian utamanya yang berupa osilator,
rangkaian yang dapat membangkitkan getaran listrik dengan frekuensi tertentu, dengan amplitudo yang tetap.

Desain Rangkaian

Skema Rangkaian LC Meter


Rangkaian skematik terbentuk dari rangkaian osilator yang berfungsi mengubah nilai induktansi dan kapasitansi dari kapasitor dan
inductor menjadi frekuensi. Rangkaian osilator yang digunakan merupakan rangakian osilator nonlinear yang menghasilkan output
nonsinusoidal yang berulang seperti sinyal segitiga atau sinyal otak. Rangkaian ini terdiri dari umpan balik dari komponen
komparator. Cara kerjanya, komponen aktif akan berubah nilainya secara mendadak saat mengisi atau melepas muatan pada
kapasitor. Perubahan nilai ini akan menghasilkan sinyal yang secara terus menerus berubah nilainya dengan periode teretntu. Pada
osilator ini, yang merupakan osilator relaksasi, komparator diberikan umpan balik positif dengan menghubungkan input pada

bagian non inverting dengan output komparator.


Pada rangkaian itu terpasang induktor dan kapasitor, untuk menghasilkan frekuensi awal. Ketika ditambahkan kapasitor atau
induktor lain, akan terjadi selisih frekuensi yang kemudian akan dikonversi kembali sehingga nilai kapasitor atau induktor tambahan
tadi dapat terukur. Nilai kapasitor yang dipasang pada rangkaian ini yakni 1nF, serta nilai induktor yang dipasang 270uH.
Rangkaian osilator di atas memanfaatkan persamaan berikut untuk memperoleh nilai frekuensi osilasi:
Fo = 1/(2LC)
Dengan,
Fo = frekuensi osilasi (Hz)
L = Induktor yang terhubung ke rangkaian osilasi (H)
C = kapasitor yang dirangkai aralel dengan induktor pengahsil frekuensi osilasi (F)
Dari perhitungan dengan menggunakan persamaan di atas, maka diperoleh nilai frekuensi awal sebesar 306449 Hz = 306,449 kHz.
Akan tetapi, setelah dilakukan pengukuran dengan menggunakan osiloskop, diperoleh hasil sekitar 270 kH. Perbedaan nilai
mungkin disebabkan oleh ketidakakuratan nilai induktor dan kapasitor yang menyebabkan frekuensi osilasi. Juga pengaruh dari
kapasitor lain pada rangkaian.
Nilai kapasitor dan induktor diperoleh dengan membandingkan nilai frekuensi hasil pegukuran awal dengan nilai frekuensi ynag
diperoleh setelah penambahan induktor dan kapasitor, dengan menggunaan persamaan berikut:
Ct=(fo^2/f1^2 -1) x Cs

Lt=(fo^2/f1^2 -1) x Ls

Ct = nilai kapasitansi yang diukur


Fo = frekuensi asal
F1 frekuensi yang diperoleh setelah penambahan induktor/kapasitor yang diukur
Lt = nilai induktansi yang diukur
Ls = L = nilai L awal yang terpasang pada rangkaian
Cs = L = nilai C awal yang terpasang pada rangkaian
Pengaturan pemilihan untuk mengukur kapastor dan induktor menggunakan kabel tambahan dengan memanfaatkan header yang
berada pada rangakaian. Jika akan mengukur induktansi dari sebuah induktor, maka induktor ynag akan diukur dihubung seri
dengan induktor awal kemudian diparalelkan dengan kapasitor. Sementara untuk mengukur nilai kapasitansi dari sebuah kapasitor,
dilakukan dengan menghubungkan kapasitor yang akan diukur secara paralel dengan induktor dan kapasitor semula.
Adapun sistem minimum yang dibuat, berdasarkan skematik berikut:

Skema Rangkaian Sistem Minimum


Pada sistem minimun ini, digunakan ATMega 16A dengan kristal 16 Mhz ditambah regulator untuk mengatur masukan tegangan
pada ATMega agar tidak melebihi batas.

Implementasi Rangkaian

Layout PCB Rangkaian LC Meter

Dalam pembuatan layout PCB, pada mulanya komponen disusun agar komponen yang saling terhubung letaknya berdekatan satu
sama lain. Kapasitor dan induktor dipasang berdekatan agar lebih mudah penghitungan sesuai pada skematiknya. Jalur yang dibuat
diperoleh dengan manual routing dengan software Altium sehingga letak-letak dan jalur dibuat seefisien mungkin. Lebar jalur
disesuaikan untuk memastikan setiap komponen terhubung dan meminimalisasi terjadinya open circuit bila ada kerusakan pada
PCB, seprti tergores atau sebab lainnya.
Implementasi Software
Program digunakan untuk membaca nilai frekuensi dan menghitung selisihnya serta untuk menampilkannya pada led dotmariks
Pengujian dan Analisis
Untuk memastikan bahwa rangkaian berjalan sesuai fungsinya, maka dilakukan pengujian secara bertahap. Langkah-langkah
pengujan yang dilakukan :
1. Pengujian implementasi rangkaian sistem minimum dan output
Setelah PCB dicetak dan komponen telah dipasang, dilakukan pengujian terhadap sistem minimum ATMega 16 dan output, yakni
lampu LED. Pengujian dilakukan dengan mengedipkan lampu LED yakkni dengan menambahkan delay pada perogramnya.
Maka pengujian sistem minimum pun berhasil dilakukan.
2. Pemeriksaan rangkaian osilator
Rangkaian utama project ini ada pada rangkaian osilatornya, karena ia yang akan menangkap nilai frekuensi yang masuk. Oleh
karena itu perlu harus dipastikan bahwa komponen ini tidak rusak dan berfungsi sebagaimana mestinya.
Pemeriksaan dilakukan dengan mengukur nilai frekuensi yang dihasilkan dari rangkaian osilator pada osiloskop. Diperoleh nilai
frekuensi sekitar 270 kHz dengan keluaran pada osiloskop berupa sinyal kotak yang tidak sempurna. Kemudian diuji coba untuk
pengukuran nilai kapasitansi, dipasang kapasitor tambahan pada rangkaian, diperoleh besar frekuensi 28,6 kHz untuk oengukuran
kapasitor dengan kapasitansi 100 nF. Jika dilakukan perhitungan, maka hasil yang diperoleh 88,12 nF. Nilai yang diperoleh cukup
mendekati nilai yang tertera pada kapasitor dengan galat sekitar 12 %.
3. Pemeriksaan output LED dotmatrix dari sistem minimum
Rangkaian sistem minimum dihubungkan dengan rangkain LED dotmatrix. Dengan menggunakan program yang hanya untuk
menampilkan nilai pada LED dotmatrix, percobaan berhasil dilakukan dengan mensetting ukuran perdigitnya 57 bit sehingga
tampil 5 digit sempurna dan satu digit terpotong.
4. Pengujian Keseluruhan
Pengujian keseluruhan dilakukan dengan merangkai seluruh rangkaian seperti diagram blok pada bagian awal.

PENGUKURAN JARAK JAUH

PENGUKURAN JARAK JAUH (TELEMETERING)

tulisan ini merupakan tugas mata kuliah Pengukuran Besaran Listrik di semester 6.
semoga bermanfaat! tulisan disarikan dari sumber-sumber yang tercantum dibawah^^
Pengukuran jarak jauh adalah pengukuran yang dilakukan dengan objek ukur berada di
posisi yang cukup jauh dari pengamat, sehingga diperlukan alat bantu komunikasi untuk
mengirimkan hasil pengukuran dari lokasi objek ke stasiun pengamat.
Pengukuran ini bisa berupa pengukuran besaran listrik, pengukuran suhu dan tekanan,
pengukuran aliran gas dan air, pengukuran kecepatan atau putaran motor, dan lain-lain.
Tidak hanya pengukuran, saat ini teknologinya lebih dikembangkan sebagai pemantau
dan pengendali jarak jauh.
Pentingnya pengukuran, pemantauan, dan pengendalian jarak jauh ini dikarenakan
beberapa hal, antara lain:

Objek yang diukur berada jauh hingga puluhan kilometer dari pengamat.

Objek yang diukur berada di tempat yang sulit terjangkau atau didatangi
manusia. Misalnya pengukuran parameter kawah gunung api yang masih aktif.

Adanya tegangan listrik induksi yang besar

Efisiensi

Keamanan, dan lain-lain.

Dalam bidang ketenagalistrikan, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian jarak jauh


ini berguna untuk:

Mengukur, memantau, dan mengendalikan aliran energi listrik dari pembangkit


ke distribusi, dan juga ke tingkat konsumen, khususnya untuk konsumen besar.

Memantau komponen sistem tenaga listrik dari pembangkit, gardu-gardu induk,


dan lain-lain secara real time.

Memastikan parameter-parameter produksi listrik berupa aliran arus listrik,


tegangan, faktor daya, dan lain-lain dapat dibaca di ruang kontrol.

Mengevaluasi dan merencanaan kerja operasi produksi.

Sistem pengukuran jarak jauh terdiri dari dua komponen utama, yaitu sistem pengirim
data dan sistem penerima. Ditambah dengan sistem repeater jika antara pengirim
dan penerima tidak dapat dilakukan secara langsung. Sistem pengirim data disebut
juga master station, sistem penerima disebut juga remote area, dan sistem repeater
disebut juga repeater station.
Mekanisme kerja dari sistem ini adalah sebagai berikut:
Master station memiliki ruang radio yang dipasangi radio master. Radio master ini
berguna untuk melayani pengiriman data dari radio yang terpasang di remote area. Ada
juga server berbasis Personal Computer (PC) yang digunakan sebagai master terminal
unit (MTU) untuk menerima data dari semua remote terminal unit (RTU) di remote area.
Di remote area, dipasang instrument lapangan (field instrument), dapat
berupamultivariable transmitter. Di setiap substasiun atau gardu induk dilengkapi
dengan RTU, dengan sistem daya dan komunikasi. Input dari multivariable
transmitterditransmisikan dan dibaca di master station.
Untuk lokasi yang jauh dari master station, dibutuhkan repeater station, agar data yang
dikirim dapat sampai dan dibaca oleh master station.
Pengiriman data dari substation/gardu induk ke master station dapat melalui saluran
komunikasi misal gelombang radio, gelombang mikro, atau power line carrier (PLC) dan
satelit. Selain jalur komunikasi utama, ada juga jalur komunikasi pendukung. Media
komunikasi dan transmisi data untuk pengukuran jarak jauh dapat menggunakan kabel
(kalau jaraknya masih orde ratusan meter) atau menggunakan gelombang radio kalau
jaraknya sudah mencapai puluhan kilometer.
Sistem pengukuran jarak jauh dapat dalam bentuk analog dan digital. Didalam Sistem
Telemetri Analog, data yang dikirim dari sistem pengirim data dalam bentuk sinyal
analog. Setelah sampai di sistem penerima, sinyal analog didigitalisasi sehingga

menjadi sinyal digital yang selanjutnya dapat diterima oleh komputer untuk proses
perekaman ataupun pengolahan lanjut.
Sejak tahun 1989 telah dikembangkan berbagai sistem pengukuran jarak jauh untuk
berbagai keperluan memenuhi permintaan beberapa instansi ataupun industri. Untuk
memantau beberapa aktivitas gunung api telah menggunakan Sistem Telemetri, antara
lain pada tahun 1989 untuk memantau Gunung Kelud saat akan meletus tahun 1990
dengan Sistem Telemetri Analog. Sistem Telemetri Gempa dikembangkan pada tahun
1994 diwilayah selat sunda dan Gunung Anak Krakatau yang terdiri dari sistem
telemetri analog dan digital.

Anda mungkin juga menyukai