Disusun Oleh:
Terry Adam
34420037
1B D3 Perawatan Alat Berat
I. TUJUAN PRAKTIKUM :
Setelah selesai melakukan praktik ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan komponen-komponen dalam suatu rangkaian listrik
2. Menggunakan alat ukur listrik dengan benar.
3. Membuat rangkaian listrik secara seri , paralel dan kombinasi
4. Mengukur Tegangan, Arus dan Resistansi dengan tepat.
1
yang menggerakan coil (Galvanometer) yang terhubung ke poros penunjuk (jarum
sebagai penunjuk skala analog). Trimmer (sebagai kombinasi dari resistor)
digunakan untuk mengukur arus di dalamnya. Defleksi pointer menunjukkan nilai
kuantitas pengukuran yang tertera pada layar.
2. Multimeter Digital
Digital Multimeter (DMM) adalah kombinasi kompleks dari Analog to Digital
Converter (ADC), Tampilan Digital (LCD), Komparator, Encoder dan pengontrol
logika dll. DMM memiliki beberapa keunggulan dibandingkan AMM karena
memiliki beberapa fitur khusus untuk mengukur jumlah listrik tambahan. Ini
digunakan untuk menghitung arus listrik, tegangan, resistansi, kapasitansi,
induktansi, impedansi dll.
Salah satu fitur Multimeter Digital lebih dari Multimeter Analog adalah dapat
digunakan untuk menguji dan memeriksa komponen dan perangkat elektronik
yang berbeda jika mereka baik atau perlu diganti dengan yang baru. Misalnya,
Anda dapat memeriksa kapasitor dengan DMM, Menguji berbagai jenis
Transistor, menguji dioda, memeriksa relai, melakukan uji kontinuitas,
menemukan nilai resistor terbakar dll. Juga lebih akurat dan mudah digunakan
dibandingkan dengan AMM. Itu sebabnya Multimeter Digital lebih cocok
daripada Multimeter Analog dasar
Untuk Nilai pembacaan tegangan dan arus pada multimeter analog suatu besaran
yang diukur dapat di hitung dengan persamaan :
Pengukuran Tegangan
Pengukuran Tegangan dalam rangkaian listrik disusun secara parallel seperti gambar 2.
Pada pengukuran tegangan , alat ukur dipasang paralel dengan sumber tegangan yang
akan diukur. Tegangan jala-jala PLN merupakan tegangan AC dan dalam keadaan
normal besarnya = 220 V. Oleh karena itu, rangkuman/batas ukur dipilih 300 VAC.
Dengan membaca pada skala 30, jarum menunjuk skala 22, sehingga hasil
pengukuran = 22 x (300/30) = 220 V.
Pada pengukuran arus DC , alat ukur dipasang seri dalam rangkaian. Karena yang
akan diukur merupakan besaran arus searah (DC) maka kabel penyidik (probes)
warna merah (+) diletakkan pada titik uji (test point) rangkaian yang terkoneksi
dengan titik positif catu daya, dan kabel penyidik (probes) warna hitam (-) pada sisi
yang lainnya. Jika besarnya tahanan rangkaian diketahui, maka berdasarkan hukum
Ohm besarnya arus dapat diperkirakan/dihitung sehingga batas ukur dapat ditentukan
secara tepat, tetapi jika tidak diketahui, batas ukur dapat dipilih yang terbesar. Jika
hasil pengukuran kurang terbaca, batas ukur dapat dipindahkan pada posisi yang
lebih kecil.
PRAKTIK FUNDAMENTAL PS D3 PERAWATAN
ELECTRIC SYSTEM ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK
MESIN
Dari hasil pengukuran arus pada gambar 1.4b, batas ukur pada 600 mA, dan dengan
pembacaan pada skala 60, jarum menunjuk angka/skala 20, sehingga hasil
pengukuran = 20 x (600/60) = 200 mA.
Pada pengukuran resistansi , alat ukur dipasang paralel dengan resistor yang akan
diukur. Pada pengukuran resistansi, hasil pengukuran = skala penunjukan x faktor
pengali yang dipilih pada range Ohm. Skala pengukuran resistansi dimulai dari kanan
(berlawanan jarum jam), dan setiap pemilihan faktor pengali pada range Ohm, posisi
jarum penunjuk pada papan skala harus distel pada posisi 0 Ω ketika kedua ujung
kabel penyidik dihubung-singkat. Penyetelan ini dilakukan dengan tombol pengatur
posisi jarum pada angka nol (zero adjustment) yaitu tombol 7 pada.
Hasil pengukuran pada gambar 1.4c, adalah 10 x 100 = 1000 Ω = 1 kΩ.
Resistor yang digunakan dalam percobaan ini disesuaikan dengan resistor yang tersedia,
dan besarnya tegangan yang dihubungkan ke resistor tersebut diatur sehingga tidak
merusak resistor. Besarnya resistansi resitor yang menggunakan kode warna, dapat
ditentukan dengan metode seperti pada gambar 6.
Besarnya tegangan yang dapat diterapkan pada suatu resistor, dapat ditentukan dengan
persamaan: = √ , dimana P adalah daya dan R adalah besarnya resistansi resistor.
Misalnya suatu resistor 0,5 W 4 band dengan kode warna: coklat, hitam, merah, emas,
maka nilai tahanannya, R = 10 x 102 5% = 1000 50 . Tegangan maksimum yang
Secara umum, ada lima tipe komponen kelistrikan dalam suatu rangkaian, yaitu:
a. Suplai daya (power supplies)
b. Konduktor penghubung (conductor paths)
c. Beban listrik (electrical loads)
d. Komponen pengendali (Control components)
e. Peralatan pengaman/proteksi (protection devices).
Gambar . 7 memperlihatkan suatu rangkaian yang terdiri dari lima komponen seperti
tersebut di atas.
2. Tahanan / Resistor
3. Multimeter
4. Electrical Trainer
5. Kabel penghubung
6. Hydrometer
7. Jumper
V. PROSEDUR PERCOBAAN
PENGENALAN MULTIMETER
A.MULTIMETER ANALOG
Amati Gambar Disamping
Dan identifikasi bagian-bagian dari multi meter
1 Pointer
2 Infinity Knob
3 Range Selector
4 Scale
5 Probe (Negatif) Black
6 Probe ( Positif ) Red
7 Zero Ohm Adjuster
PENGENALAN MULTIMETER
A.MULTIMETER DIGITAL
Amati Gambar Disamping
Dan identifikasi bagian-bagian dari Analog
1 Display
2 Selector Switch
3 Probe (Negatif) Black
4 Probe ( Positif ) Red
5
6
7
PRAKTIK FUNDAMENTAL ELECTRIC SYSTEM
HASIL PENGUKURAN :
RESISTOR 1 = 900 OHM ( X10)
RESISTOR 2 = 300 OHM (X10)
RESISTOR 3 = 100 OHM ( X10 )
RESISTOR 4 = 200 OHM (X10)
RESISTOR 5 = 1000 OHM (X10)
HASIL PENGUKURAN :
RESISTANSI A - B = 1400 OHM ( X100 )
RESISTANSI C - D = 200 OHM ( X 100)
KESIMPULAN :
Pada pengukuran resistansi individual setiap resistor
memiliki hambatan yang berbeda sesuai dengan kalibrasi
yang dilakukan pada multimeter analog untuk masing masing
1 resistor, sedangkan pada pengukuran sirkuit
resistansi,rangkaian seri memiliki resistansi yang besar
dengan kalibrasi kecil pada avo analog,sedangkan rangkaian
paralel memiliki resistansi yang kecil dengan kalibrasi yang
besar pada avo analog.
PRAKTIK FUNDAMENTAL PS D3 PERAWATAN
ELECTRIC SYSTEM ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK
MESIN
HASIL PENGUKURAN :
RESISTOR 1 = 0,98 kOHM
RESISTOR 2 = 0,27 kOHM
RESISTOR 3 = 0,98 kOHM
RESISTOR 4 = 0,21 kOHM
RESISTOR 5 = 0,99 kOHM
Hasil pengukuran :
Resistansi A-B = 0,135 OHM
Resistansi C-D = 00,17 OHM
Kesimpulan :
Pada pengukuran resistansi individual menggunakan avo
digital,masing-masing resistornya memiliki hambatan
yang berbeda,avo analog juga menunjukkan satuan yang
berbeda pada setiap resistor,ada resistor yang
menunjukkan satuan dalam kilo ohm dan ada yang hanya
menunjukkan ohm saja.Sedangkan pada pengukuran
sirkuit resistansi,rangkaian seri menunjukkan hambatan
yang kecil tetapi dalam satuan kilo ohm sedangkan
rangkaian paralel menunjukkan hambatan yang besar
dalam satuan ohm
PRAKTIK FUNDAMENTAL PS D3 PERAWATAN
ELECTRIC SYSTEM ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK
MESIN
HASIL PENGUKURAN :
Sumber tegangan 1 = 3 V
Sumber tegangan 2 = 9 V
Kesimpulan :
Untuk kedua sumber tegangan dalam pengukuran
Menggunakan avo analog,keduanya memiliki
tegangan yang berbeda,menunjukkan bahwa
kekuatan sumber tegangan sudah tidak sama lagi.
HASIL PENGUKURAN :
Sumber tegangan A – B = 12,5 V
Sumber tegangan C – D = 9,5 V
Kesimpulan :
Kedua rangkaian memiliki tegangan yang berbeda,
untuk rangkaian seri memiliki tegangan yang lebih
besar dari pada rangkaian parallel.
PRAKTIK FUNDAMENTAL PS D3 PERAWATAN
ELECTRIC SYSTEM ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK
MESIN
Job: Elektronika Otomotif 1
Hasil Pengukuran :
Sumber tegangan 1 = 9,66 V
Sumber tegangan 2 = 3,74 V
Kesimpulan :
Untuk kedua sumber tegangan dalam pengukuran
Menggunakan avo digital,keduanya memiliki tegangan yang
berbeda,menunjukkan bahwa kekuatan sumber tegangan
sudah tidak sama lagi.
HASIL PENGUKURAN :
Sumber tegangan A-B = 11,57 V(DC)
Sumber tegangan C-D = 07,15 V(DC)
Kesimpulan :
Kedua rangkaian memiliki tegangan yang berbeda,
untuk rangkaian seri memiliki tegangan yang lebih
besar dari pada rangkaian parallel.
PRAKTIK FUNDAMENTAL PS D3 PERAWATAN
ELECTRIC SYSTEM ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK
MESIN
Hasil pengukuran :
Tegangan di titik A – B = 9,5V
Tegangan di titik C – D = 9,5V
Tegangan di titik E – F = 9,5 V
Kesimpulan :
Pada rangkaian pertama,masing –masing
tegangan pada titik pengukuran yang sama mulai
titik awal dan akhir.
RANGKAIAN 2
Rakitlah komponen seperti gambar di samping.
Pergunakan daya lampu L1 tidak sama dengan L2
Dengan menggunakan Voltmeter ukurlah
tegangan pada titik-titik tersebut.
Kesimpulan:
Untuk rangkaian kedua,tegangan pada titik A - B
hasilnya lebih besar dibandingkan dengan titik C -
D dan titik E – F. Sedangkan titik C – D dan E – F
nilainya sama.
PRAKTIK FUNDAMENTAL PS D3 PERAWATAN
ELECTRIC SYSTEM ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK
MESIN
RANGKAIAN 1
Rakitlah komponen seperti gambar disamping. Pergunakan
daya lampu L1 tidak sama dengan L2 dengan
menggunakan amperemeter ukurlah arus diantara dua titik
tersebut.
Hasil pengukuran:
Arus di titik A – B = 9,3 mA
Arus di titik C – D = 9 mA
Arus di titik E – F = 9 mA
Kesimpulan :
RANGKAIAN 2
Rakitlah komponen seperti gambar disamping.
Pergunakan daya lampu L1 tidak sama dengan L2 dengan
menggunakan amperemeter ukurlah arus diantara dua titik
tersebut.
Hasil pengukuran:
Arus di titik A – B = 9,27 mA
Arus di titik C – D = 4,73 mA
Arus di titik E – F = 4,53 mA
Kesimpulan :
PRAKTIK FUNDAMENTAL PS D3 PERAWATAN
ELECTRIC SYSTEM ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK
MESIN
Kesimpulan :
Masing-masing dioda memiliki hambatan yang berbeda
bahkan ada yang tidak memiliki hambatan jika diukur
bolak balik baik dari anoda ke katoda ataupun sebaliknya
seperti pada tabel yang tertera.
Kesimpulan :
Ketika kaki A dioda berada di positif baterai dan
kaki K dioda berada di salah satu kabel ke lampu,
dan kabel lampu yang satu terhubung ke negatif baterai
maka lampu akan menyala, tetapi ketika polaritas dioda
di balik maka lampu tidak akan menyala.
Pengujian Dioda
Tabel 3.6. Hasil pengujian Dioda
Kabel Colok
No. Dioda Jarum Multimeter Keterangan
Pos Neg
1. A K Tidak Terbaca Apabila positif di
1 Anoda dan negatif
K A Bergerak di katoda, sistem
tak terbaca
2. A K Tidak Terbaca Apabila positif di
2 Anoda dan negatif
K A Bergerak di katoda, sistem
tak terbaca
3. A K Tidak Terbaca Apabila positif di
3 Anoda dan negatif
K A Bergerak di katoda, sistem
tak terbaca
PRAKTIK FUNDAMENTAL PS D3 PERAWATAN
ELECTRIC SYSTEM ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK
MESIN
Pengujian Relai
Relai digunakan pada hampir semua kendaraan. Relai dibuat dalam berbagai ukuran,
kemampuan/rating dan aplikasi, digunakan sebagai saklar pengendali jarak jauh. Relai
adalah suatu piranti yang bekerja berdasarkan elektromagnetik untuk menggerakan sejumlah
kontaktor (saklar) yang tersusun. Relai terdiri atas koil dan kontak, koil adalah gulungan
kawat yang mendapat arus listrik, sedangkan kontak adalah saklar yang pergerakannya
bergantung dari ada tidaknya arus listrik di koil. Ketika lilitan kawat pada inti besi dialiri
arus listrik, tuas akan tertarik karena adanya gaya magnet yang terjadi pada solenoid
sehingga kontak saklar akan menutup.
Saat ini relai standar ISO digunakan oleh hampir semua manufaktur otomotif. Desain 4 dan
5 pin digunakan pada kedua ukuran standar mini dan mikro. Gambar 2.7 memperlihatkan
terminal relai mini dan mikro 4 pin dan 5 pin.
Berdasarkan prinsip kerja relai, maka ada dua bagian pada relai yang akan diuji, yaitu koil
dan kontak. Koil mempunyai tahanan tertentu. Jika tidak ada tegangan pada koil maka
resistansi/tahanan kontak NO (Normally Open) akan sangat besar, dan tahanan kontak NC
(Normally Close) kecil. Demikian sebaliknya jika koil diberi tegangan sesuai tegangan
kerjanya
.5 PIN MINI 4 PIN
MINI RELAY
RELAY
(a) (b)
Pengujian Relai
Tabel 3.5. Hasil pengujian Relai
Resistansi coil relai = 539 Ω
Resistansi Kontak
Coil Relai Keterangan
NO NC
Tidak disuplai tegangan OL 16,29 k Ω Coil relay pada resistansi
kontak NO bernilai 0,537kΩ,
dan pada NC bernilai 0,9Ω
Disuplai tegangan 0L 16,14 kΩ
H. PEMERIKSAAN RELAY
Periksalah relay dengan memperhatikan terminal pada relay,
Terminal A-B : Kumparan pembangkit maghnet
Terminal C-D : kontak / penghubungan C terhadap D
Kesimpulan :
Pada saat tidak disuplai tegangan, kondisi NO (Normally
Open) saklar akan terbuka sehingga nilai resistansi
kontaknya 0,sedangkan pada kondisi NC (Normally Close)
Pengujian Transistor
Pada dasarnya transistor merupakan dua dioda yang dipertemukan, sehingga cara
pengujian transistor hampir sama dengan pengujian dioda. Dioda yang pertama dibentuk
oleh Emiter-Basis, dan dioda yang kedua dibentuk oleh Basis-Kolektor. Pengujian
transistor dibedakan menjadi dua, yaitu tipe NPN dan tipe PNP. Gambar 3.16 nampak
bahwa pada transistor tipe NPN, Basis berfungsi sebagai Anoda (+) terhadap Emiter dan
Kolektor sebagai Katoda (-), sementara pada transistor tipe PNP, Emiter dan Kolektor
berfungsi sebagai Anoda (+) terhadap Basis sebagai Katoda (-). Tabel 3.1 memperlihatkan
hasil pengujian transistor yang dinyatakan baik.
Pemeriksaan korosi pada terminal baterai karena uap elektrolit atau panas akibat
konektor kendor atau kotor.
Pemeriksaan pada kabel akibat menurunnya elastisitas kabel, isolator pecah dan
terkelupas karena panas terutama pada bagian di dekat terminal baterai. Kabel
baterai biasa digunakan untuk mengaliri arus ke motor starter dengan arus berkisar
250-500 Ampere tergantung motor yang digunakan.
Kesimpulan :
Kondisi baterai pada dozer baik, tidak terdapat masalah. Kondisi baterai pada genset,
terdapat bekas terbakar pada kutub positif.
PRAKTIK FUNDAMENTAL PS D3 PERAWATAN
ELECTRIC SYSTEM ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK
MESIN
2. Pemeriksaan Elektrolit
Alat yang digunakan untuk mengukur berat jenis baterai adalah hidrometer. Berat jenis
baterai pada suhu 20⁰C bisa dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel : Kondisi Berat Jenis Baterai Pada suhu 20⁰C
Kesimpulan :
Pada pemeriksaan elektrolit pada baterai generator disetiap selnya ada yang sudah tidak sesuai
dengan standar dan berat jenisnya telah tertera dalam tabel sesuai pengukuran yang sudah dilakukan.
PRAKTIK FUNDAMENTAL PS D3 PERAWATAN
ELECTRIC SYSTEM ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK
MESIN
Tindakan yang diambil setelah melakukan pengukuran elektrolit dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel : Hasil Pengukuran Berat Jenis Baterai dan Tindakan
Kesimpulan :
Setelah melakukan pengukuran elektrolit tidak ada tindakan yang dilakukan terhadap baterai.
Seharusnya ada sebagian penambahan air accu pada sel baterai karena ada sel yang air accunya
sudah berkurang.
PRAKTIK FUNDAMENTAL PS D3 PERAWATAN
ELECTRIC SYSTEM ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK
MESIN
3. Pemeriksaan Tegangan
Gunakan multitester untuk mengukur tegangan baterai.
Kesimpulan :
Jika baterai dalam kondisi bermuatan penuh maka tidak ada tindakan jumping starting/charging
karena tegangan yang dimiliki baterai dapat menstarting unit.Sedangkan jika muatan baterai
kurang dari tegangan yang diperlukan maka harus dilakukan tindakan jumping starting/charging.
4. Pengujian Beban
Alat yang digunakan adalah baterai load tester. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
memberi beban baterai sebesar 200A selama 15 detik.
Kesimpulan :
Bila baterai sudah tidak memungkinkan untuk dipakai di unit, maka ganti baterai dengan tegangan
yang memadai agar pada saat unit di starting tidak lagi memerlukan jumper.
PRAKTIK FUNDAMENTAL PS D3 PERAWATAN
ELECTRIC SYSTEM ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK
MESIN
DAFTAR PUSTAKA
Pengukuran Dioda