Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRAKTIKUM

PRAKTIK FUNDAMENTAL ELECTRIC


SYSTEM

Disusun Oleh:
Terry Adam
34420037
1B D3 Perawatan Alat Berat

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK


PERAWATAN ALAT BERAT JURUSAN
TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2021
PRAKTIK FUNDAMENTAL PS D3 PERAWATAN
ELECTRIC SYSTEM ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK
MESIN

Job Pengukuran Listrik

I. TUJUAN PRAKTIKUM :
Setelah selesai melakukan praktik ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan komponen-komponen dalam suatu rangkaian listrik
2. Menggunakan alat ukur listrik dengan benar.
3. Membuat rangkaian listrik secara seri , paralel dan kombinasi
4. Mengukur Tegangan, Arus dan Resistansi dengan tepat.

II. TEORI DASAR


Tegangan, arus, dan resistansi/tahanan merupakan besaran penting dan
mendasar dalam kelistrikan dan elektronika. Labtech International Ltd menyebut The
Three Big: Volts, Amps, Ohms. Tegangan listrik (V) adalah perbedaan potensial listrik
antara dua titik dalam rangkaian listrik, dan dinyatakan dalam satuan volt [V]. Arus
listrik (I), dapat didefinisikan sebagai jumlah muatan listrik yang mengalir tiap satuan
waktu, satuan amper [A]. Penghambat aliran listrik biasanya disebut resistansi/tahanan (R)
dalam satuan ohm [Ω].
Tegangan diukur dengan voltmeter, yang dihubung paralel dengan komponen yang akan
diukur tegangannya. Arus diukur dengan amperemeter atau ammeter yang dihubung seri
dengan komponen yang akan diukur arusnya. Tahanan diukur dengan ohmmeter, yang
dihubung paralel dengan komponen yang akan diukur tahanannya. Ada beberapa tipe
ohmmeter analog, salah satunya adalah yang menggunakan skala terbalik (reversed
scale). Tidak seperti voltmeter dan amperemeter, ohmmeter tidak pernah dihubungkan
pada kondisi rangkaian bertegangan. Multimeter dapat mengukur tegangan (AC dan
DC), arus (DC), dan resistansi. Multimeter dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu:
1. Multimeter Analog
Analog Multimeter adalah perangkat sederhana dibandingkan dengan Digital
Multimeter yang digunakan kuantitas basic electrical (listrik dasar) seperti resistansi
AC dan DC, tegangan dan arus dll. Analog Multimeter (AMM) juga dikenal sebagai
AVO Meter (Ampere, Voltage dan Ohms). Di dalam AMM, ada magnet permanen

1
yang menggerakan coil (Galvanometer) yang terhubung ke poros penunjuk (jarum
sebagai penunjuk skala analog). Trimmer (sebagai kombinasi dari resistor)
digunakan untuk mengukur arus di dalamnya. Defleksi pointer menunjukkan nilai
kuantitas pengukuran yang tertera pada layar.

2. Multimeter Digital
Digital Multimeter (DMM) adalah kombinasi kompleks dari Analog to Digital
Converter (ADC), Tampilan Digital (LCD), Komparator, Encoder dan pengontrol
logika dll. DMM memiliki beberapa keunggulan dibandingkan AMM karena
memiliki beberapa fitur khusus untuk mengukur jumlah listrik tambahan. Ini
digunakan untuk menghitung arus listrik, tegangan, resistansi, kapasitansi,
induktansi, impedansi dll.

Salah satu fitur Multimeter Digital lebih dari Multimeter Analog adalah dapat
digunakan untuk menguji dan memeriksa komponen dan perangkat elektronik
yang berbeda jika mereka baik atau perlu diganti dengan yang baru. Misalnya,
Anda dapat memeriksa kapasitor dengan DMM, Menguji berbagai jenis
Transistor, menguji dioda, memeriksa relai, melakukan uji kontinuitas,
menemukan nilai resistor terbakar dll. Juga lebih akurat dan mudah digunakan
dibandingkan dengan AMM. Itu sebabnya Multimeter Digital lebih cocok
daripada Multimeter Analog dasar

Gambar 1. Multimeter Analog dan Digital


PRAKTIK FUNDAMENTAL PS D3 PERAWATAN
ELECTRIC SYSTEM ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK
MESIN
Perbedaan Multimeter Analog dan Digital
 Multimeter Analog menampilkan hasilnya dalam bentuk analog sehingga tidak
memerlukan konverter analog ke digital. Sedangkan Multimeter Digital secara
khusus membutuhkan konverter analog ke digital di dalamnya.
 Keakuratan Multimeter Analog relatif lebih rendah dibandingkan dengan
Multimeter Digital. Karena Multimeter Digital menghasilkan hasil yang lebih
akurat daripada yang Multimeter Analog.
 Multimeter Analog digunakan untuk pengukuran kuantitas seperti tegangan, arus
dan resistansi. Sedangkan Multimeter Digital dapat mengukur kuantitas lainnya
seperti ukuran impedansi, kapasitansi dan lain-lainnya.
 Multimeter Analog dikalibrasi secara manual, sedangkan Multimeter Digital dapat
dikalibrasi secara otomatis yang merupakan salah satu keunggulan dari
Multimeter Digital.
 Multimeter Analog cukup sulit digunakan dan perlu sedikit usaha untuk mengerti
pembacaan penunjukan jarum pada skala multimeter, sedangkan multimeter
digital memberikan kemudahan pengukuran dan juga pembacaanya yang langsung
menampilkan nilai atau hasil pengukuran dalam bentuk angka atau digit.
 Multimeter memerlukan komponen seperti encoder, ADC, LCD, sirkuit logika
dan lain-lainnya yang menjadikan sirkuit multimeter digital lebih kompleks
daripada multimeter analog yang tidak memerlukan komponen-komponen
tersebut dalamnya.
 Secara fisik, Ukuran Multimeter Analog lebih besar daripada Multimeter Digital.
 Multimeter Analog menunjukkan lebih sedikit kerentanan terhadap noise listrik
selama pengukuran. Sementara Multimeter Digital lebih rentan terhadap
gangguan listrik.
 Impedansi Input dari Multimeter Analog adalah variabel sehingga akan berubah
dengan rentang tertentu, sedangkan Impedansi Multimeter Digital akan konstan
untuk semua rentang pengukuran.
 Untuk mewakili polaritas terbalik, Jarum penunjuk Multimeter Analog akan
membelok ke kiri, sedangkan Multimeter Digital menampilkan tanda negatif .
PRAKTIK FUNDAMENTAL PS D3 PERAWATAN
ELECTRIC SYSTEM ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK
MESIN

Untuk Nilai pembacaan tegangan dan arus pada multimeter analog suatu besaran
yang diukur dapat di hitung dengan persamaan :

Pengukuran Tegangan
Pengukuran Tegangan dalam rangkaian listrik disusun secara parallel seperti gambar 2.

Gambar 2. Pengukuran Tegangan


Pengukuran Arus Listrik
Mengukur kuat arus listrik Pemasangan Amperemeter dalam rangkaian listrik disusun
secara seri ( tidak bercabang ) seperti gambar 3.

Gambar 3. Pengukuran Arus Listrik

Pengukuran Tahanan Listrik


Gunanya mengukur resistansi adalah untuk mengetahui kondisi suatu komponen dalam
keadaan rusak atau baik, serta untuk menentukan berapakah besar nilai Resistansinya.
Besaran yang diukur dapat di hitung dengan persamaan :

Gambar 4. Mengukur Resistensi


PRAKTIK FUNDAMENTAL PS D3 PERAWATAN
ELECTRIC SYSTEM ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK
MESIN

Gambar 5 . Contoh penggunaan multimeter untuk mengukur resistansi

 Pada pengukuran tegangan , alat ukur dipasang paralel dengan sumber tegangan yang
akan diukur. Tegangan jala-jala PLN merupakan tegangan AC dan dalam keadaan
normal besarnya = 220 V. Oleh karena itu, rangkuman/batas ukur dipilih 300 VAC.
Dengan membaca pada skala 30, jarum menunjuk skala 22, sehingga hasil
pengukuran = 22 x (300/30) = 220 V.
 Pada pengukuran arus DC , alat ukur dipasang seri dalam rangkaian. Karena yang
akan diukur merupakan besaran arus searah (DC) maka kabel penyidik (probes)
warna merah (+) diletakkan pada titik uji (test point) rangkaian yang terkoneksi
dengan titik positif catu daya, dan kabel penyidik (probes) warna hitam (-) pada sisi
yang lainnya. Jika besarnya tahanan rangkaian diketahui, maka berdasarkan hukum
Ohm besarnya arus dapat diperkirakan/dihitung sehingga batas ukur dapat ditentukan
secara tepat, tetapi jika tidak diketahui, batas ukur dapat dipilih yang terbesar. Jika
hasil pengukuran kurang terbaca, batas ukur dapat dipindahkan pada posisi yang
lebih kecil.
PRAKTIK FUNDAMENTAL PS D3 PERAWATAN
ELECTRIC SYSTEM ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK
MESIN

Dari hasil pengukuran arus pada gambar 1.4b, batas ukur pada 600 mA, dan dengan
pembacaan pada skala 60, jarum menunjuk angka/skala 20, sehingga hasil
pengukuran = 20 x (600/60) = 200 mA.
 Pada pengukuran resistansi , alat ukur dipasang paralel dengan resistor yang akan
diukur. Pada pengukuran resistansi, hasil pengukuran = skala penunjukan x faktor
pengali yang dipilih pada range Ohm. Skala pengukuran resistansi dimulai dari kanan
(berlawanan jarum jam), dan setiap pemilihan faktor pengali pada range Ohm, posisi
jarum penunjuk pada papan skala harus distel pada posisi 0 Ω ketika kedua ujung
kabel penyidik dihubung-singkat. Penyetelan ini dilakukan dengan tombol pengatur
posisi jarum pada angka nol (zero adjustment) yaitu tombol 7 pada.
Hasil pengukuran pada gambar 1.4c, adalah 10 x 100 = 1000 Ω = 1 kΩ.
Resistor yang digunakan dalam percobaan ini disesuaikan dengan resistor yang tersedia,
dan besarnya tegangan yang dihubungkan ke resistor tersebut diatur sehingga tidak
merusak resistor. Besarnya resistansi resitor yang menggunakan kode warna, dapat
ditentukan dengan metode seperti pada gambar 6.

Gambar 6. Kode warna resistor


PRAKTIK FUNDAMENTAL PS D3 PERAWATAN
ELECTRIC SYSTEM ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK
MESIN

Besarnya tegangan yang dapat diterapkan pada suatu resistor, dapat ditentukan dengan
persamaan: = √ , dimana P adalah daya dan R adalah besarnya resistansi resistor.
Misalnya suatu resistor 0,5 W 4 band dengan kode warna: coklat, hitam, merah, emas,
maka nilai tahanannya, R = 10 x 102  5% = 1000  50 . Tegangan maksimum yang

dapat diterapkan pada resistor tersebut, = √ = √0,5.1000 = 22,4 volt.

Secara umum, ada lima tipe komponen kelistrikan dalam suatu rangkaian, yaitu:
a. Suplai daya (power supplies)
b. Konduktor penghubung (conductor paths)
c. Beban listrik (electrical loads)
d. Komponen pengendali (Control components)
e. Peralatan pengaman/proteksi (protection devices).
Gambar . 7 memperlihatkan suatu rangkaian yang terdiri dari lima komponen seperti
tersebut di atas.

Gambar 7. Komponen-komponen dalam suatu rangkaian listrik


PRAKTIK FUNDAMENTAL ELECTRIC SYSTEM

PS D3 PERAWATAN ALAT BERAT JURUSAN TEKNIK MESIN

III. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


1. Sumber tegangan DC

2. Tahanan / Resistor

3. Multimeter
4. Electrical Trainer

5. Kabel penghubung
6. Hydrometer

7. Jumper

IV. KESELAMATAN KERJA


1. Pada saat menggunakan multimeter, perhatikan posisi saklar pemilih (selector
switch), harus sesuai dengan jenis dan range dari besaran yang akan diukur.
2. Jika alat ukur (multimeter) yang tersedia hanya satu, maka pengukurannya dapat
dilakukan secara bergantian (alat ukur dipindah-pindahkan), tetapi perhatikan cara
menghubungkan alat ukur dengan komponen yang akan diukur besarannya harus
sesuai dengan metodenya.
3. Jangan menghidupkan atau meng-ON-kan sumber tegangan pada saat sedang
membuat rangkaian, dan atau belum disetujui oleh pembimbing.
4. Demi keamanan peralatan dan komponen, usahakan selalu ada pengaman (fuse)
dalam setiap rangkaian yang anda buat.
PRAKTIK FUNDAMENTAL ELECTRIC SYSTEM

PS D3 PERAWATAN ALAT BERAT JURUSAN TEKNIK MESIN

V. PROSEDUR PERCOBAAN

PENGENALAN MULTIMETER
A.MULTIMETER ANALOG
Amati Gambar Disamping
Dan identifikasi bagian-bagian dari multi meter
1 Pointer
2 Infinity Knob
3 Range Selector
4 Scale
5 Probe (Negatif) Black
6 Probe ( Positif ) Red
7 Zero Ohm Adjuster

PENGENALAN MULTIMETER
A.MULTIMETER DIGITAL
Amati Gambar Disamping
Dan identifikasi bagian-bagian dari Analog
1 Display
2 Selector Switch
3 Probe (Negatif) Black
4 Probe ( Positif ) Red
5
6
7
PRAKTIK FUNDAMENTAL ELECTRIC SYSTEM

PS D3 PERAWATAN ALAT BERAT JURUSAN TEKNIK MESIN

2.LATIHAN PENGGUNAAN AVO ANALOG

A. PENGUKURAN RESISTANSI INDIVIDUAL


Dengan menggunakan avometer analog pada selector ohm
(pilih 1x,10x,100x, atau 1Kx) ukurlah resistor sebagaimana
gambar disamping. (ingat, setiap perpindahan selector harus
dikalibrasi!)

HASIL PENGUKURAN :
RESISTOR 1 = 900 OHM ( X10)
RESISTOR 2 = 300 OHM (X10)
RESISTOR 3 = 100 OHM ( X10 )
RESISTOR 4 = 200 OHM (X10)
RESISTOR 5 = 1000 OHM (X10)

B. PENGUKURAN SIRKUIT RESISTANSI


Dengan menggunakan avometer analog pada selector ohm
(pilih 1x,10x,100x, atau 1Kx) ukurlah sirkuit resistor
sebagaimana gambar disamping. (ingat, setiap perpindahan
selector harus dikalibrasi.)

HASIL PENGUKURAN :
RESISTANSI A - B = 1400 OHM ( X100 )
RESISTANSI C - D = 200 OHM ( X 100)

KESIMPULAN :
Pada pengukuran resistansi individual setiap resistor
memiliki hambatan yang berbeda sesuai dengan kalibrasi
yang dilakukan pada multimeter analog untuk masing masing
1 resistor, sedangkan pada pengukuran sirkuit
resistansi,rangkaian seri memiliki resistansi yang besar
dengan kalibrasi kecil pada avo analog,sedangkan rangkaian
paralel memiliki resistansi yang kecil dengan kalibrasi yang
besar pada avo analog.
PRAKTIK FUNDAMENTAL PS D3 PERAWATAN
ELECTRIC SYSTEM ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK
MESIN

3.LATIHAN PENGGUNAAN AVO DIGITAL

A. PENGUKURAN RESISTANSI INDIVIDUAL


Dengan menggunakan avometer digital pada selector
ohm ukurlah resistor sebagaimana gambar disamping.

HASIL PENGUKURAN :
RESISTOR 1 = 0,98 kOHM
RESISTOR 2 = 0,27 kOHM
RESISTOR 3 = 0,98 kOHM
RESISTOR 4 = 0,21 kOHM
RESISTOR 5 = 0,99 kOHM

B. PENGUKURAN SIRKUIT RESISTANSI


Dengan menggunakan avometer digital pada selector
ohm, ukurlah resistor sebagaimana gambar disamping.
(perhatikan satuan yang muncul di layer monitor)

Hasil pengukuran :
Resistansi A-B = 0,135 OHM
Resistansi C-D = 00,17 OHM

Kesimpulan :
Pada pengukuran resistansi individual menggunakan avo
digital,masing-masing resistornya memiliki hambatan
yang berbeda,avo analog juga menunjukkan satuan yang
berbeda pada setiap resistor,ada resistor yang
menunjukkan satuan dalam kilo ohm dan ada yang hanya
menunjukkan ohm saja.Sedangkan pada pengukuran
sirkuit resistansi,rangkaian seri menunjukkan hambatan
yang kecil tetapi dalam satuan kilo ohm sedangkan
rangkaian paralel menunjukkan hambatan yang besar
dalam satuan ohm
PRAKTIK FUNDAMENTAL PS D3 PERAWATAN
ELECTRIC SYSTEM ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK
MESIN

4.LATIHAN PENGUKURAN TEGANGAN

A. DENGAN AVOMETER ANALOG


Pilih selector DCV pada Avometor ANALOG.
Ukurlah tegangan sumber listrik yang tersedia
sebagaimana gambar disamping. (ingat, tempelkan
probe merah pada kutub + sumber dan probe hitam
pada kutub – sumber )

HASIL PENGUKURAN :
Sumber tegangan 1 = 3 V
Sumber tegangan 2 = 9 V

Kesimpulan :
Untuk kedua sumber tegangan dalam pengukuran
Menggunakan avo analog,keduanya memiliki
tegangan yang berbeda,menunjukkan bahwa
kekuatan sumber tegangan sudah tidak sama lagi.

Rakitlah komponen seperti gambar disamping dengan


menggunakan avometer analog pada selektor DCV
Ukurlah tegangan sumber listrik tersedia sebagaimana
gambar disamping.

HASIL PENGUKURAN :
Sumber tegangan A – B = 12,5 V
Sumber tegangan C – D = 9,5 V

Kesimpulan :
Kedua rangkaian memiliki tegangan yang berbeda,
untuk rangkaian seri memiliki tegangan yang lebih
besar dari pada rangkaian parallel.
PRAKTIK FUNDAMENTAL PS D3 PERAWATAN
ELECTRIC SYSTEM ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK
MESIN
Job: Elektronika Otomotif 1

B. DENGAN AVOMETER DIGITAL


Ukurlah tegangan sumber listrik yang tersedia sebagaimana
gambar disamping.

Hasil Pengukuran :
Sumber tegangan 1 = 9,66 V
Sumber tegangan 2 = 3,74 V

Kesimpulan :
Untuk kedua sumber tegangan dalam pengukuran
Menggunakan avo digital,keduanya memiliki tegangan yang
berbeda,menunjukkan bahwa kekuatan sumber tegangan
sudah tidak sama lagi.

Rakitlah komponen seperti gambar disamping dengan


menggunakan avometer DIGITAL ukurlah tegangan sumber
listrik yang tersedia sebagaimana gambar disamping.

HASIL PENGUKURAN :
Sumber tegangan A-B = 11,57 V(DC)
Sumber tegangan C-D = 07,15 V(DC)

Kesimpulan :
Kedua rangkaian memiliki tegangan yang berbeda,
untuk rangkaian seri memiliki tegangan yang lebih
besar dari pada rangkaian parallel.
PRAKTIK FUNDAMENTAL PS D3 PERAWATAN
ELECTRIC SYSTEM ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK
MESIN

5.PENGUKURAN TEGANGAN DALAM RANGKAIAN


RANGKAIAN 1
Rakitlah komponen seperti gambar disamping.
Pergunakan daya lampu L1 tidak sama dengan L2.
Dengan menggunakan Voltmeter ukurlah
tegangan pada titik-titik tersebut.

Catatan : Jika jarum penunjuk voltmeter bergerak


ke arah kiri, berarti salah polaritas, coba di balik!

Hasil pengukuran :
Tegangan di titik A – B = 9,5V
Tegangan di titik C – D = 9,5V
Tegangan di titik E – F = 9,5 V
Kesimpulan :
Pada rangkaian pertama,masing –masing
tegangan pada titik pengukuran yang sama mulai
titik awal dan akhir.

RANGKAIAN 2
Rakitlah komponen seperti gambar di samping.
Pergunakan daya lampu L1 tidak sama dengan L2
Dengan menggunakan Voltmeter ukurlah
tegangan pada titik-titik tersebut.

Catatan : Jika jarum penunjuk voltmeter bergerak


ke arah kiri, berarti salah polaritas, coba di balik !
Hasil pengukuran:
Tegangan di titik A – B = 9,5 V
Tegangan di titik C – D = 4,9 V
Tegangan di titik E – F = 4,9 V

Kesimpulan:
Untuk rangkaian kedua,tegangan pada titik A - B
hasilnya lebih besar dibandingkan dengan titik C -
D dan titik E – F. Sedangkan titik C – D dan E – F
nilainya sama.
PRAKTIK FUNDAMENTAL PS D3 PERAWATAN
ELECTRIC SYSTEM ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK
MESIN

6.LATIHAN PENGUKURAN ARUS DALAM


RANGKAIAN

RANGKAIAN 1
Rakitlah komponen seperti gambar disamping. Pergunakan
daya lampu L1 tidak sama dengan L2 dengan
menggunakan amperemeter ukurlah arus diantara dua titik
tersebut.

Catatan : Jika jarum penunjuk amperemeter bergerak ke


arah kiri, berarti salah polaritas probenya, coba di balik!

Hasil pengukuran:
Arus di titik A – B = 9,3 mA
Arus di titik C – D = 9 mA
Arus di titik E – F = 9 mA

Kesimpulan :

RANGKAIAN 2
Rakitlah komponen seperti gambar disamping.
Pergunakan daya lampu L1 tidak sama dengan L2 dengan
menggunakan amperemeter ukurlah arus diantara dua titik
tersebut.

Catatan : Jika jarum penunjuk amperemeter bergerak ke


arah kiri, berarti salah polaritas probenya, coba di balik!

Hasil pengukuran:
Arus di titik A – B = 9,27 mA
Arus di titik C – D = 4,73 mA
Arus di titik E – F = 4,53 mA

Kesimpulan :
PRAKTIK FUNDAMENTAL PS D3 PERAWATAN
ELECTRIC SYSTEM ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK
MESIN

PEMERIKSAAN KARAKTERISTIK DIODA

Pergunakanlah ohmmeter, tempeklkan probe + pada kaki k


(katoda) dan probe – pada kaki a (anoda).

Sebaliknya pergunakan ohmmeter , tempelkan probe +


pada kaki a (anoda) dan probe – pada kaki k(katoda).

Kesimpulan :
Masing-masing dioda memiliki hambatan yang berbeda
bahkan ada yang tidak memiliki hambatan jika diukur
bolak balik baik dari anoda ke katoda ataupun sebaliknya
seperti pada tabel yang tertera.

Rakitlah komponen sebagaimana gambar disamping amati


lampu sebagai indikator adanya arus.

Hasil pemeriksaan : Lampu menyala (Arus = 12,54 V)

Baliklah posisi kaki dioda sebagaimana gambar disamping


amati lampu sebagai indikator adanya arus.

Hasil permeriksaan : Lampu tidak menyala ( - )

Kesimpulan :
Ketika kaki A dioda berada di positif baterai dan
kaki K dioda berada di salah satu kabel ke lampu,
dan kabel lampu yang satu terhubung ke negatif baterai
maka lampu akan menyala, tetapi ketika polaritas dioda
di balik maka lampu tidak akan menyala.
Pengujian Dioda
Tabel 3.6. Hasil pengujian Dioda
Kabel Colok
No. Dioda Jarum Multimeter Keterangan
Pos Neg
1. A K Tidak Terbaca Apabila positif di
1 Anoda dan negatif
K A Bergerak di katoda, sistem
tak terbaca
2. A K Tidak Terbaca Apabila positif di
2 Anoda dan negatif
K A Bergerak di katoda, sistem
tak terbaca
3. A K Tidak Terbaca Apabila positif di
3 Anoda dan negatif
K A Bergerak di katoda, sistem
tak terbaca
PRAKTIK FUNDAMENTAL PS D3 PERAWATAN
ELECTRIC SYSTEM ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK
MESIN

Pengujian Relai
Relai digunakan pada hampir semua kendaraan. Relai dibuat dalam berbagai ukuran,
kemampuan/rating dan aplikasi, digunakan sebagai saklar pengendali jarak jauh. Relai
adalah suatu piranti yang bekerja berdasarkan elektromagnetik untuk menggerakan sejumlah
kontaktor (saklar) yang tersusun. Relai terdiri atas koil dan kontak, koil adalah gulungan
kawat yang mendapat arus listrik, sedangkan kontak adalah saklar yang pergerakannya
bergantung dari ada tidaknya arus listrik di koil. Ketika lilitan kawat pada inti besi dialiri
arus listrik, tuas akan tertarik karena adanya gaya magnet yang terjadi pada solenoid
sehingga kontak saklar akan menutup.

Gambar 3.8 memperlihatkan beberapa bentuk dan prinsip kerja relai.

Gambar 3.8. Relai

Saat ini relai standar ISO digunakan oleh hampir semua manufaktur otomotif. Desain 4 dan
5 pin digunakan pada kedua ukuran standar mini dan mikro. Gambar 2.7 memperlihatkan
terminal relai mini dan mikro 4 pin dan 5 pin.
Berdasarkan prinsip kerja relai, maka ada dua bagian pada relai yang akan diuji, yaitu koil
dan kontak. Koil mempunyai tahanan tertentu. Jika tidak ada tegangan pada koil maka
resistansi/tahanan kontak NO (Normally Open) akan sangat besar, dan tahanan kontak NC
(Normally Close) kecil. Demikian sebaliknya jika koil diberi tegangan sesuai tegangan
kerjanya
.5 PIN MINI 4 PIN
MINI RELAY
RELAY

5 PIN MICRO 4 PIN


RELAY MICRO RELAY

Gambar 3.9. Terminal relai mini dan mikro

Gambar 3.10. Pengecekan relai


Induksi diri pada relai akan terjadi bila aliran arus pada gulungan magnet listrik
dihentikan/terputus. Induksi ini akan sangat mengganggu/merusak peralatan elektronika yang ada
pada kendaraan, seperti unit kontrol atau peralatan elektronika lainnya. Guna mengurangi induksi
diri, pada relai dipasang tahanan atau dioda. Gambar 3.11 memperlihatkan yang dipasangi tahanan
atau dioda. Dengan memakai tahanan maka induksi diri pada gulungan magnet akan lebih cepat
berkurang. Memakai diode juga berarti mengamankan komponen-komponen elektronika, bila
terminal relai dipasang terbalik
(salah pasang). Disamping itu diode juga berfungsi mengurangi induksi diri pada gulungan
magnet listrik.

(a) (b)

Gambar 3.11. Relai yang dipasangi tahanan atau dioda

Gambar 3.12. Simbol relai


Berdasarkan prinsip kerja relai, maka ada dua bagian pada relai yang akan diuji, yaitu koil
dan kontak. Jika tidak ada tegangan pada koil maka resistansi/tahanan kontak NO
(Normally Open) akan sangat besar, dan tahanan kontak NC (Normally Close) kecil.
Demikian sebaliknya jika koil diberi tegangan sesuai tegangan kerjanya.

Pengujian Relai
Tabel 3.5. Hasil pengujian Relai
Resistansi coil relai = 539 Ω

Resistansi Kontak
Coil Relai Keterangan
NO NC
Tidak disuplai tegangan OL 16,29 k Ω Coil relay pada resistansi
kontak NO bernilai 0,537kΩ,
dan pada NC bernilai 0,9Ω
Disuplai tegangan 0L 16,14 kΩ
H. PEMERIKSAAN RELAY
Periksalah relay dengan memperhatikan terminal pada relay,
Terminal A-B : Kumparan pembangkit maghnet
Terminal C-D : kontak / penghubungan C terhadap D

Berikan tegangan DC 12 volt pada terminal A-B,


Selanjutnya periksalah apakah terjadi kontak antara c
Terhadap D atau tidak.

Kesimpulan :
Pada saat tidak disuplai tegangan, kondisi NO (Normally
Open) saklar akan terbuka sehingga nilai resistansi
kontaknya 0,sedangkan pada kondisi NC (Normally Close)

saklar akan tertutup dengan terdeteksinya nilai resistansi


kontak.Namun pada saat disuplai tegangan kondisi masing-
masing resistansi kontak NO dan NC posisinya terbalik
karena adanya kebalikan yang tertutup dan terbuka.
PRAKTIK FUNDAMENTAL PS D3 PERAWATAN
ELECTRIC SYSTEM ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK
MESIN

Pengujian Transistor
Pada dasarnya transistor merupakan dua dioda yang dipertemukan, sehingga cara
pengujian transistor hampir sama dengan pengujian dioda. Dioda yang pertama dibentuk
oleh Emiter-Basis, dan dioda yang kedua dibentuk oleh Basis-Kolektor. Pengujian
transistor dibedakan menjadi dua, yaitu tipe NPN dan tipe PNP. Gambar 3.16 nampak
bahwa pada transistor tipe NPN, Basis berfungsi sebagai Anoda (+) terhadap Emiter dan
Kolektor sebagai Katoda (-), sementara pada transistor tipe PNP, Emiter dan Kolektor
berfungsi sebagai Anoda (+) terhadap Basis sebagai Katoda (-). Tabel 3.1 memperlihatkan
hasil pengujian transistor yang dinyatakan baik.

Transistor NPN Transistor PNP


Gambar 3.16. Dua tipe transistor

Tabel 3.1. Hasil pengujian transistor yang dinyatakan baik


Pengujian Transistor
Tabel 3.7. Hasil pengujian Transistor
TRANSISTOR
NPN PNP
No. Jarum Jarum
Kabel colok Kabel colok
Pos Neg Multimete Pos Neg Multimete
r r
1. B C Tidak Terbaca B C 16,62 M Ω
2. B E Tidak Terbaca B E Tidak Terbaca
3. C B 22,10 M C B Tidak Terbaca
4. E B Tidak Terbaca E B Tidak Terbaca
5. C E 21,08 M C E Tidak Terbaca
6. E C Tidak Terbaca E C 14,50 M Ω
Kesimpulan:
Transistor NPN : Rusak
Transistor PNP : Rusak
PRAKTIK FUNDAMENTAL PS D3 PERAWATAN
ELECTRIC SYSTEM ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK
MESIN

1. Pemeriksaan Secara Visual


 Pemeriksaan pada kondisi kotak baterai untuk mengetahui apakah terdapat
keretakan, mengembang atau kebocoran. Keretakan pada baterai dapat
mengakibatkan jumlah elektrolit berkurang. Jika elektrolit keluar melalui lubang
yang retak dan mengenai bagian sepeda motor dapat mengakibatkan korosi.

 Pemeriksaan sel baterai dari kemungkinan mengembang akibat overcharging,


terjadi kristalisasi, rontok akibat getaran atau karena usia sudah tua dan kualitas
baterai yang jelek.

 Pemeriksaan korosi pada terminal baterai karena uap elektrolit atau panas akibat
konektor kendor atau kotor.

 Pemeriksaan jumlah elektrolit, elektrolit berkurang bisa disebabkan akibat


overcharging sehingga terjadi penguapan berlebihan. Jumlah elektrolit harus
berada diantara level lower dan upper. Elektrolit yang kurang menyebabkan sel
baterai cepat rusak. Elektrolit berlebih menyebabkan tumpah saat baterai panas
akibat pengisian atau pengosongan berlebih. Jika elektrolit berkurang drastis
periksa dan setel arus pengisian.

 Pemeriksaan pada kabel akibat menurunnya elastisitas kabel, isolator pecah dan
terkelupas karena panas terutama pada bagian di dekat terminal baterai. Kabel
baterai biasa digunakan untuk mengaliri arus ke motor starter dengan arus berkisar
250-500 Ampere tergantung motor yang digunakan.

 Pemeriksaan pada pemegang baterai, pastikan kondisi pemegang baterai dalam


kondisi memegang baterai dengan kuat agar tidak terjadi goncangan berlebiha

Kesimpulan :
Kondisi baterai pada dozer baik, tidak terdapat masalah. Kondisi baterai pada genset,
terdapat bekas terbakar pada kutub positif.
PRAKTIK FUNDAMENTAL PS D3 PERAWATAN
ELECTRIC SYSTEM ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK
MESIN

2. Pemeriksaan Elektrolit
Alat yang digunakan untuk mengukur berat jenis baterai adalah hidrometer. Berat jenis
baterai pada suhu 20⁰C bisa dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel : Kondisi Berat Jenis Baterai Pada suhu 20⁰C

Langkah-langkah dalam pengukuran berat jenis elektrolit :


 Lepas terminal negatif.
 Lepas tutup ventilasi baterai.
 Tempatkan pada wadah agar tidak tercecer.
 Masukan ujung hidrometer melalui lubang baterai.
 Pompa hidrometer sampai elektrolit masuk ke dalam hidrometer dan pemberat
terangkat.
 Tanpa mengangkat hidrometer baca berat jenis elektrolit dan temperatur elektrolit
baterai.
 Lakukan hal yang sama untuk sel baterai yang lain
Hasil pengukuran elektrolit harus dikoreksi agar sesuai dengan berat jenis pada suhu
20⁰C, rumus yang digunakan adalah :

Kesimpulan :
Pada pemeriksaan elektrolit pada baterai generator disetiap selnya ada yang sudah tidak sesuai
dengan standar dan berat jenisnya telah tertera dalam tabel sesuai pengukuran yang sudah dilakukan.
PRAKTIK FUNDAMENTAL PS D3 PERAWATAN
ELECTRIC SYSTEM ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK
MESIN

Tindakan yang diambil setelah melakukan pengukuran elektrolit dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel : Hasil Pengukuran Berat Jenis Baterai dan Tindakan

Kesimpulan :
Setelah melakukan pengukuran elektrolit tidak ada tindakan yang dilakukan terhadap baterai.
Seharusnya ada sebagian penambahan air accu pada sel baterai karena ada sel yang air accunya
sudah berkurang.
PRAKTIK FUNDAMENTAL PS D3 PERAWATAN
ELECTRIC SYSTEM ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK
MESIN

3. Pemeriksaan Tegangan
Gunakan multitester untuk mengukur tegangan baterai.

Tidak ada tindakan √

Ada tindakan, yaitu jumping starting atau


melakukan charging pada baterai √

Kesimpulan :
Jika baterai dalam kondisi bermuatan penuh maka tidak ada tindakan jumping starting/charging
karena tegangan yang dimiliki baterai dapat menstarting unit.Sedangkan jika muatan baterai
kurang dari tegangan yang diperlukan maka harus dilakukan tindakan jumping starting/charging.

4. Pengujian Beban
Alat yang digunakan adalah baterai load tester. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
memberi beban baterai sebesar 200A selama 15 detik.

Tidak ada tindakan √

Perlu tindakan dengan cara melakukan √


jumping starting

Perlu tindakan,segera ganti dengan baterai yang


baru √

Kesimpulan :
Bila baterai sudah tidak memungkinkan untuk dipakai di unit, maka ganti baterai dengan tegangan
yang memadai agar pada saat unit di starting tidak lagi memerlukan jumper.
PRAKTIK FUNDAMENTAL PS D3 PERAWATAN
ELECTRIC SYSTEM ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK
MESIN

PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK

Percobaan rangakain seri :

Gambar Percobaan rangkaian seri

Percobaan Rangkaian Paralel :


Gambar Percobaan rangkaian paralel
Percobaan Rangkaian Seri-Paralel :
PRAKTIK FUNDAMENTAL PS D3 PERAWATAN
ELECTRIC SYSTEM ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK
MESIN

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Manual. Basic Automotive Electrical Trainer. 2008. Labtech.


2. Buku Manual. Basic Electrical and Electronic Trainer. 2008. Labtech.
3. Buku Manual. Electricity and Electronics Fundamentals Trainer. 2008. Labtech.
4. Cooper, William D. 1991. Instrumentasi Elektronik dan Teknik Pengukuran. Alih
bahasa Sahat Pakpahan. Jakarta: Erlangga.
5. Linsley, Trevor. 2004. Instalasi Listrik Dasar. Alih bahasa oleh Mirza
Satriawan. Jakarta: Erlangga.
6. https://www.google.co.id/books/edition/KELISTRIKAN_OTOMOTIF/LUMyD
wAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=dasar+kelistrikan&printsec=frontcover
DOKUMENTASI
 Pengukuran Resistansi

 Pengukuran Dioda

Anda mungkin juga menyukai