Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada Undang-Undang No.5 Tahun 2014 pasal 1 tentang Aparatur Sipil Negara

(ASN), ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan

perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. Aparatur Sipil Negara memiliki

kedudukan dan peranan penting dalam setiap organisasi pemerintah, sebab ASN

merupakan tulang punggung pemerintahan dalam melakukan pembangunan nasional.

Sebagai abdi negara dan abdi masyarakat, ASN dituntut untuk memberikan pelayanan

yang terbaik bagi masyarakat. Untuk mencapai hal tersebut, maka setiap calon pegawai

negeri sipil diwajibkan untuk mengikuti pelatihan dasar. Pelatihan Dasar dilakukan

secara terintegrasi yang bertujuan untuk membangun membangun integritas moral,

kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian

yang unggul dan bertanggung jawab, dan memperkuat profesionalisme serta

kompetensi bidang. Sesuai dengan peraturan LAN RI No.1 Tahun 2021, pelatihan dasar

dapat dilaksanakan dalam bentuk pelatihan klasikal atau blended learning.

Sesuai dengan peraturan tersebut selama mengikuti pelatihan dasar, Calon

Pegawai Negeri Sipil diwajibkan menyusun dan melaksanakan kegiatan aktualisasi.

Aktualisasi pada pelatihan dasar merupakan sebuah proses perencanaan strategis yang

berawal dari pemecahan isu pada masing-masing unit kerja. Adapun selama masa

orientasi di unit kerja UPTD Puskesmas Bakunase Kota Kupang diperoleh beberapa isu

pada Program Kesehatan Ibu dan Anak yang aktual antara lain: 1) Belum optimalnya

pemantauan kesehatan Ibu dan Anak melalui penggunaan aplikasi e-kohort di UPTD

Puskesmas Bakunase; 2) Belum terisinya kantong persalinan di UPTD Puskesmas

Bakunase; 3) Belum optimalnya pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada kartu ibu

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH 1


PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
di UPTD Puskesmas Bakunase. Dari tiga isu tersebut berkaitan dengan tugas pokok dan

fungsi sebagai Bidan di UPTD Puskesmas Bakunase ditetapkan satu isu utama (core

issue) menggunakan metode analisis APKL (Aktual, Problematik, Kekhalayakan, dan

Layak) yaitu belum optimalnya pemantauan kesehatan Ibu dan Anak melalui

penggunaan aplikasi e-kohort di UPTD Puskesmas Bakunase. Isu tersebut diangkat

berdasarkan bukti bahwa penggunaan aplikasi e-kohort masih belum optimal sesuai

dengan jumlah data Ibu yang terpantau hanya 139 orang pada bulan Januari – Agustus,

sedangkan jumlah K1 (kunjungan pertama) Ibu hamil pada laporan sebanyak 608 orang.

Dari data tersebut masih banyak Ibu hamil yang belum terpantau menggunakan aplikasi.

Sehingga instansi terkait kesulitan mendapat data yang terbaru, valid, dan kesulitan

untuk merespon pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

HK.01.07/MENKES/150/2020 tentang kelompok kerja percepatan penurunan Angka

Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) salah satunya adalah penguatan

tata kelola. Penguatan tata kelola yang dimaksud adalah upaya promotif dan preventif,

pencatatan-pelaporan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak, dan pemantauan

implementasi regulasi. Penguatan tata kelola tersebut menghasilkan data kesehatan ibu

dan anak yang menjadi dasar bagi Pemerintah Daerah hingga Pemerintah Pusat untuk

merumuskan Standar Pelayanan Minimal (SPM), Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD), Sustainable Development Goals (SDGs), Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), Rencana Strategis Kementerian

Kesehatan (RENSTRA KEMKES). Aplikasi e-kohort merupakan digitalisasi kohort

manual yang dikembangkan pada Tahun 2021 yang diserahkan oleh Project USAID

Jalin kepada Direktorat Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan untuk membantu

tenaga kesehatan, pengelola program serta pengambil keputusan di tingkat fasilitas

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH 2


PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
kesehatan, kabupaten/kota, provinsi, dan nasional dalam meningkatkan respon

pelayanan kesehatan, serta pengelolaan data dan informasi kesehatan. Tujuan dari

aplikasi tersebut untuk mempermudah pengisian, pengelolaan dan respon, serta diakses

secara langsung. Jika pengisian aplikasi e-kohort belum berjalan optimal maka akan

sulit bagi tenaga kesehatan khususnya Bidan untuk melakukan pemantauan kesehatan

serta mendapatkan data riwayat kesehatan pada Ibu dan Anak.

Sebagai seorang Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dengan jabatan Bidan

Pelaksana pada UPTD Puskesmas Bakunase Kota Kupang untuk menyikapi isu utama

tersebut diperoleh gagasan pemecah isu yaitu Optimalisasi Pemantauan Kesehatan Ibu

dan Anak Melalui Penggunaan Aplikasi E-Kohort di UPTD Puskesmas Bakunase Kota

Kupang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam Aktualisasi

selama Habituasi adalah Bagaimana mengoptimalkan pemantauan kesehatan Ibu dan

Anak melalui penggunaan aplikasi e-kohort di UPTD Puskesmas Bakunase Kota

Kupang?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan

• Mengoptimalkan pemantauan kesehatan Ibu dan Anak melalui penggunaan

aplikasi e-kohort.

• Menginternalisasikan nilai-nilai dasar ASN BerAKHLAK dalam menjalankan

tugas, melaksanakan kegiatan aktualisasi, dan habituasi di UPTD Puskesmas

Bakunase.

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH 3


PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
2. Manfaat

a) Bagi Pimpinan

Pimpinan dapat melakukan monitoring dan evaluasi dengan menggunakan

data pada e-kohort sebagai acuan.

b) Bagi Stakeholder

1) Bidan dapat melakukan pendataan dan pendokumentasian pelayanan

asuhan kebidanan secara optimal.

2) Bidan dapat memaksimalkan penggunaan aplikasi e-kohort sebagai alat

pemantau kesehatan Ibu dan Anak.

3) Data pada aplikasi sebagai dasar acuan membantu Bidan dalam

melaksanakan pelayanan.

c) Bagi Masyarakat

Masyarakat (Ibu dan Anak) mendapatkan pelayanan kesehatan / intervensi

masalah kesehatan sesuai dengan kebutuhan.

d) Bagi Pemerintah

Pemerintah dapat menyusun rencana pembangunan khususnya bidang

kesehatan dengan menggunakan data pada e-kohort sebagai acuan.

D. Ruang Lingkup Kegiatan Aktualisasi

Ruang lingkup kegiatan aktualisasi ini adalah tugas pokok dan fungsi Bidan

Pelaksana/Terampil yaitu pendataan sasaran melalui penggunaan aplikasi e-kohort,

adapun kegiatan yang dilaksanakan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Bakunase antara

lain:

1. Melakukan konsultasi kepada Pimpinan

2. Membuat draft SOP (Standar Operasional Prosedur) penggunaan aplikasi e-

kohort

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH 4


PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
3. Merevisi isian pada kartu ibu

4. Melakukan sosialisasi pengisian kartu ibu

5. Melakukan sosialisasi penggunaan aplikasi e-kohort

6. Melakukan evaluasi dan pelaporan hasil kegiatan

E. Nilai-Nilai Dasar PNS (BERAKHLAK)

1. Berorientasi Terhadap Pelayanan

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

mengamanatkan bahwa tujuan didirikan Negara Republik Indonesia, antara lain adalah

untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Amanat

tersebut mengandung makna negara berkewajibaan memenuhi kebutuhan setiap warga

negara melalui suatu sistem pemerintahan yang mendukung terciptanya

penyelenggaraan pelayanan publik yang prima dalam rangka memenuhi kebutuhan

dasar dan hak sipil setiap warga negara atas barang publik, jasa publik dan pelayanan

administrative sebagaimana tercantum dalam penjelasan atas Undang- Undang Nomor

25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum dalam pasal 4

Undang-Undang Pelayanan Publik yaitu:

a. Kepentingan umum

b. Kepastian hukum

c. Kesamaan hak

d. Keseimbangan hak dan kewajiban

e. Keprofesionalan

f. Partisipatif

g. Persamaan perlakuan/tidak diskriminatif

h. Keterbukaan

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH 5


PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
i. Akuntabilitas

j. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan

k. Ketepatan waktu

l. Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan

Panduan perilaku atau kode etik dari berorientasi pelayanan sebagai pedoman

bagi ASN dalam melaksanakan tugas sehari-hari adalah sebagai berikut:

a. Memahami dan Memenuhi Kebutuhan Masyarakat Nilai dasar ASN yang

dapat diwujudkan dengan panduan perilaku berorientasi pelayanan

memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat diantaranya :

1) Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia

2) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak

3) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian

4) Menghargai komunikasi, konsultasi dan kerja sama

b. Ramah, Cekatan, Solutif dan Dapat Diandalkan Niali dasar ASN yang dapat

diwujudkan dengan panduan perilaku berorientasi pelayanan ramah,

cekatan, solutif dan dapat diandalkan diantaranya :

1) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur

2) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan

program pemerintah

3) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,

tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna dan santun.

c. Melakukan Perbaikan Tiada Henti Niali dasar ASN yang dapat diwujudkan

dengan panduan perilaku berorientasi pelayanan melakukan perbaikan tiada

henti diantaranya :

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH 6


PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
1) Mempertanggung jawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik

2) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.

2. Akuntabel

Akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab terhadap

seseorang/ organisasi yang meberikan amanat. Dalam konteks ASN 12

akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala tindak

dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina dan lebih

luasnya kepada publik. Terdapat beberapa aspek-aspek akuntabilitas adalah

sebagai berikut :

a. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a

relationship)

b. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is result-oriented)

c. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers

reporting)

d. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaning

less without consequences)

e. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves

performance)

3. Kompeten

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2017, pengembangan

kompetensi dapat dilaksanakan sebagai berikut:

a. Mandiri oleh internal instansi pemerintah yang bersangkutan.

b. Bersama dengan instansi pemerintah lain yang memiliki akreditasi

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH 7


PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
untuk melaksanakan pengembangan kompetensi tertentu.

c. Bersama dengan lembaga pengembangan kompetensi yang

independen.

d. Terdapat dua pendekatan pengembangan yang dapat dimanfaatkan

pegawai untuk meningkatkan kompetensinya, yaitu klasikal dan non

klasikal. Optimalisasi hak akses pengembangan kompetensi dapat

dilakukan dengan pelatihan non klasikal, diantaranya e-learning, job

enrichment, dan job enlargement termasuk coaching dan mentoring.

4. Harmonis

Pola harmonis merupakan sebuah usaha untuk mempertemukan berbagai

pertentangan dalam masyarakat. Hal ini diterapkan pada hubungan sosial ekonomi

untuk menunjukkan bahwa kebijaksanaan sosial ekonomi yang paling sempurna

hanya dapat tercapai dengan meningkatkan permusyawaratan antara anggota

masyarakat. Suasana harmoni dalam lingkungan bekerja akan membuat kita secara

individu menjadi tenang, menciptakan kondisi yang memungkinkan untuk saling

kolaborasi dan bekerja sama, meningkatkan produktivitas bekerja serta

meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat.

5. Loyal

Secara etimologis, istilah "loyal" diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu

"Loial” yang artinya mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal berarti setia, atau

suatu kesetiaan. Kesetiaan ini timbul tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari

kesadaran sendiri pada masa lalu. Dalam Kamus Oxford Dictionary kata loyal

didefinisikan sebagai "giving or showing firm and constant support or allegiance

to a person or institution” (tindakan memberi atau menunjukkan dukungan dan

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH 8


PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
kepatuhan yang teguh dan konstan kepada seseorang atau institusi).

Salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang ASN adalah sifat loyal

atau setia kepada bangsa dan negara. Sifat dan sikap loyal terhadap bangsa dan

negara dapat diwujudkan dengan sifat dan sikap loyal ASN kepada pemerintahan

yang sah sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Setiap ASN

harus senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah dan martabat

pegawai negeri sipil serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara daripada

kepentingan sendiri, seseorang atau golongan sebagai wujud loyalitas terhadap

bangsa dan negara

6. Adaptif

Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk

bertahan hidup dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang

timbul. Dengan demikian adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri sesuai

dengan keadaan lingkungan tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan

keadaan (keinginan diri). Sejatinya tanpa beradaptasi akan menyebabkan makhluk

hidup tidak dapat mempertahankan diri dan musnah pada akhirnya oleh perubahan

lingkungan. Sehingga kemampuan adaptif merupakan syarat penting bagi

terjaminnya keberlangsungan kehidupan.

Setidaknya terdapat 9 elemen budaya adaptif menurut Management

Advisory Service UK yang perlu menjadi fondasi ketika sebuah organisasi akan

mempraktekkannya, yaitu :

a) Purpose

Organisasi beradaptasi karena memiliki tujuan yang hendak dicapai. Demikian

pula dengan organisasi pemerintah, yang mempunyai tujuan-tujuan penyelenggaraan

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH 9


PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
fungsinya yang sudah ditetapkan oleh peraturan perundangan. Penetapan tujuan

organisasi menjadi elemen budaya adaptif pertama yang diperlukan, dimana

pencapaiannya akan sangat dipengaruhi oleh variabel lingkungan. Perubahan

lingkungan tidak serta merta mengubah tujuan organisasi, tetapi adaptasi akan

menyesuaikan cara organisasi bekerja agar pencapaian tetap dilakukan.

b) Cultural values

Organisasi pemerintah mengemban nilai-nilai budaya organisasional yang sesuai

dengan karakteristik tugas dan fungsinya. Demikian pula dengan ASN sebagai

individu yang mempunyai nilai-nilaiyang tersemat dalam budaya kerjanya, sehingga

dituntut untuk mengaplikasikannya agar dapat memberikan pelayanan yang maksimal

dan berkualitas kepada masyarakat.

c) Vision

Menjelaskan apa yang hendak dituju yang tergambar dalam Kerangka pikir dan

diterjemahkan dalam kerangka kerja yang digunakan dalam organisasi.

d) Corporate values

Seperti halnya nilai budaya organisasi di atas, makan ilai-nilai korporat juga

menjadi fondasi penting dalam membangun budaya adaptif dalam organisasi.

e) Coporate strategy

Visi dan values menjadi landasan untuk dibangunnya strategi- strategi yang

lebih operasional untuk menjalankan tugas dan fungsi organisasi secara terstruktur,

efisien dan efektif.

f) Structure

Struktur menjadi penting dalam mendukung budaya adaptif dapat diterapkan di

organisasi. Tanpa dukungan struktur, akan sulit budaya adaptif dapat berkembang

dan tumbuh pada sebuah organisasi.

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH 10


PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
g) Problem Solving

Budaya adaptif ditujukan untuk menyelesaikan persoalan yangtimbul dalam

organisasi, bukan sekedar untuk mengadaptasi perubahan. Penyelesaian masalah

harus menjadi tujuan besar dari proses adaptasi yang dilakukan oleh organisasi.

h) Partnership working

Partnership memiliki peran penguatan budaya adaptif, karena dengan

partnership maka organisasi dapat belajar, bermitra dan saling menguatkan

dalam penerapan budaya adaptif.

i) Rules

Aturan main menjadi salah satu framework budaya adaptif yang penting dan

tidak bisa dihindari. Adaptif merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam core

value ASN yang memiliki panduan perilaku sebagai berikut:

1) Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan

2) Terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas

3) Bertindak proaktif

7. Kolaboratif

Dalam melaksanakan tugas, kolaborasi antar setiap pegawai harus

dilaksanakan. Bersinergi dan memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk

berkontribusi, terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah dan

menggerakkan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan bersama.

F. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI

Dalam mewujudkan birokrasi yang professional dalam menghadapi tantangan-

tantangan global, pemerintah melalui UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil

Negara telah bertekad untuk mengelola aparatur sipil negara menjadi semakin

professional. Kedudukan atau status jabatan PNS dalam sistem birokrasi selama ini

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH 11


PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
dianggap belum sempurna untuk menciptakan birokrasi yang profesional. Untuk dapat

membangun profesionalitas birokrasi, maka konsep yang dibangun dalam UU ASN

tersebut harus jelas. Berdasarkan jenisnya, pegawai ASN terdiri atas Pegawai Negeri Sipil

(PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat

sebagai pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki

jabatan pemerintahan, memiliki nomor induk pegawai secara nasional. Sedangkan PPPK

adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat oleh

pejabat pembina kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan

instansi pemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas

pemerintahan.

Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan

kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari

pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. Pegawai ASN dilarang

menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik. Selain itu untuk menjauhkan birokrasi

dari pengaruh partai politik, hai ini dimaksudkan untuk menjamin keutuhan, kekompakan

dan persatuan ASN, serta dapat memusatkan segala perhatian, pikiran dan tenaga pada

tugas yang dibebankan kepadanya. Oleh karena itu dalam pembinaan karir pegawai ASN,

khususnya di daerah dilakukan oleh pejabat berwenang yaitu pejabat karir tertinggi.

1. Manajemen ASN

Pengelolaan atau manajemen ASN adalah kebijakan dan praktek dalam

mengelola aspek manusia atau SDM dalam organisasi, baik untuk PNS maupun

PPK. Manajemen ASN akan membuat seorang ASN mengerti apa saja kedudukan,

peran, hak, kewajiban dan kode etik ASN.

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH 12


PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
a. Kedudukan ASN

Dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang Berdasarkan jenisnya, pegawai

ASN terdiri atas Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah

dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Pegawai ASN berkedudukan sebagai

aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan

instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua

golongan dan partai politik

b. Peran ASN

Untuk menjalankan kedudukan pegawai ASN, maka pegawai ASN

berfungsi dan bertugas sebagai berikut:

1) Pelaksana kebijakan publik untuk itu ASN harus mengutamakan

kepentingan publik dan masyarakat luas dalam menjalankan fungsi

dan tugasnya, serta harus mengutamakan pelayanan yang

berorientasi pada kepentingan publik.

2) Pelayan publik dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan

sesuai peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara

dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan administratif

yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik

dengan tujuan kepuasan pelanggan.

3) Perekat dan pemersatu bangsa ASN berfungsi, bertugas dan

berperan untuk mempererat persatuan dan kesatuan NKRI. ASN

senantiasa setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945,

negara dan pemerintah. ASN senantiasa menjunjung tinggi

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH 13


PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
martabat ASN serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara

daripada kepentingan diri sendiri, seseorang dan golongan.

c. Hak dan Kewajiban ASN

Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam Undang-Undang ASN,

keduanya berhak memperoleh:

1) Sebagai PNS: Gaji, Tunjangan, Cuti, Jaminan Pensiun dan Hari

Tua, Pengembangan Kompetensi

2) Sebagai PPPK: Gaji, Tunjangan, Cuti, Perlindungan,

Pengembangan Kompetensi

Sedangkan kewajiban Aparatur Sipil Negara yang disebutkan

dalam Undang-Undang antara lain:

1) Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik

Indonesia, dan pemerintahyang sah;

2) Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;

3) Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat

pemerintah yang berwenang;

4) Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;

5) Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian,

kejujuran,kesadaran, dan tanggung jawab;

6) Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku,

ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di

luar kedinasan;

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH 14


PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
7) Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia

jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

8) Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

d. Kode Etik dan Kode Perilaku ASN

UU ASN menyebutkan bahwa ASN sebagai profesi berlandaskan pada

kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan

untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku

berisi pengaturan perilaku agar ASN:

1) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan

berintegritas tinggi;

2) Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;

3) Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;

4) Melaksnakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

5) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau

Pejabat yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan

ketentuan peraturan perundang- undangan dan etika

pemerintahan;

6) Menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara;

7) Menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara

bertanggung jawab,efektif, dan efisien;

8) Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam

melaksanakan tugasnya;

9) Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH 15


PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait

kepentingan kedinasan;

10) Tidak menyalah gunakan informasi intern negara, tugas,

status, kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau

mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk

orang lain;

11) Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi

dan integritas ASN;

12) Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan

mengenai disiplin Pegawai ASN.

e. Konsep Sistem Merit

Kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi,

kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar tanpa membedakan latar

belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status

pernikahan, umur atau kondisi kecatatan. Manfaat Sistem Merit:

1) Bagi Organisasi; mendukung keberadaan penerapan prinsip

akuntabilitas, dapatmengarahkan SDM untuk dapat mempertanggung

jawabkan tugas dan fungsinya, Instansi pemerintah mendapatkan

pegawai yang tepat dan berintegritas untuk mencapai visi dan misinya;

2) Bagi Pegawai; Menjamin keadilan dan ruang keterbukaan dalam

perjalanan karir seorang pegawai, memiliki kesempatan yang sama

untuk meningkatkan kualitas diri.

2. Smart ASN
Membekali peserta dengan kemampuan kecakapan digital dasar pada

perspekti literasi digital smart ASN. Literasi digital adalah lingkungan yang

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH 16


PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
kaya akan informasi. Transformasi digital disektor pendidikan Indonesia

muncul berbagai perbincangan, regulasi pendukung dan upaya konkret

menerapkan transormasi digital di lingkungan perguruan tinggi dan semua

tingkat sekolah di Indonesia. Terjadinya pandemi justru memberikan dampak

yang sangat luar biasa dalam aspek ini. Masyarakat yang modern saat ini

hidupnya sangat dipengaruhi oleh internet. Perubahan media komunikasi yang

digunakan dalam masyarakat Indonesia tidak terlepas dengan perubahan

tekhnologi komunikasi. ASN dituntut dapat mengoperasikan dan

memanfaatkan aplikasi-aplikasi produk IT termasuk dapat dengan bijak

memanfaatkan internet yang digunakan dalam meningkatkan efektifitas dan

efisiensi untuk meningkatlkan kinerja dalam rangka meningkatkan kualitas

tugas dan fungsinya dalam pelayanan dan pengabdian kepada masyarakat.

Guna mendukung percepatan transformasi digital, ada 5 langkah yang harus

dijalankan, yaitu:

a. Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital

b. Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor- sektor strategis, baik di

pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor

kesehatan, perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran

c. Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan

d. Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.

e. Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan

transformasi digital dilakukan secepat-cepatnya.

Literasi digital lebih dari sekadar masalah fungsional belajar bagaimana

menggunakan komputer dan keyboard, atau cara melakukan pencarian online.

Terdapat lima instruksi Presiden Republik Indonesia terkait literasi digital di

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH 17


PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Indonesia yaitu sebagai berikut :

a. Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital pada berbagai wilayah di

dalam negeri;

b. Persiapkan roadmap transportasi digital di sektor-sektor strategis, baik di

pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor

kesehatan, perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran;

c. Percepat integrasi Pusat Data Nasional;

d. Siapkan kebutuhan SDM talenta digital;

e. Skema pendanaan dan pembiayaan transformasi digital segera disiapkan

secepat- cepatnya.

Menyikapi instruksi Presiden Republik Indonesia tersebut maka dalam

roadmap literasi digital 2021-2024 Kementrian Kominfo membuat empat pilar

literasi untuk mendukung transformasi digital yaitu sebagai berikut :

a. Digital skill berkaitan dengan kemampuan individu dalam mengetahui,

memahami, dan menggunakan perangkat keras, perangkat lunak serta sistem

operasi digital dalam kehidupan sehari-hari;

b. Digital culture merupakan bentuk aktivitas masyarakat di ruang digital dengan

tetap memiliki wawasan kebangsaan, nilai-nilai Pancasila, dan kebhinekaan;

c. Digital ethics adalah kemampuan menyadari mempertimbangkan dan

mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-

hari;

d. Digital safety sebagai kemampuan masyarakat untuk mengenali, menerapkan,

meningkatkan kesadaran perlindungan data pribadi dan keamanan digital.

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH 18


PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Anda mungkin juga menyukai