Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

“Keterlibatan Limfosit T dalam Respon Imun Humoral”

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah imunologi veteriner

Disusun Oleh :

Natasya Putri Salsabila (2002101010112)

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. drh. Mahdi Abrar, M.Sc.

PENDIDIKAN KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tubuh manusia dilengkapi dengan sederetan mekanisme pertahanan yang bekerja untuk
mencegah masuk dan menyebarnya agen infeksi yang disebut sebagai sistem imun. Sistem imun
diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan
berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Sistem imun merupakan sistem yang sangat komplek dengan
berbagai peran ganda dalam usaha menjaga keseimbangan tubuh. Sistem imun yang bertugas
mengatur keseimbangan, menggunakan komponennya yang beredar diseluruh tubuh, supaya dapat
mencapai sasaran yang jauh dari pusat, mengeliminasi komponen-komponen dan sel-sel tubuh yang
sudah tua dan mengenal juga menghancurkan sel-sel tubuh yang mengalami mutasi.

Pertahanan imun terdiri atas sistem imun alamiah atau non spesifik (natural/innate/native) dan
didapat atau spesifik (adaptive/acquried). Sistem imun alamiah merespon lebih cepat dan bertindak
sebagai pertahanan awal, seperti mekanisme batuk dan bersin, asam lambung, sistem komplemen, dan
pertahanan selular berupa proses fagositosis. Kemampuan pertahanan yang lebih spesifik dimiliki
oleh sistem imun adaptif berupa sistem imun humoral oleh limfosit B dan sistem imun seluler oleh
limfosit T. Sistem imun spesifik memberikan perlindungan lebih baik terhadap antigen yang sudah
pernah terpajan sebelumnya. Limfosit merupakan sel imun spesifik yang dapat mengenali dan
membedakan berbagai macam antigen serta berperan dalam dua respon adaptif imun, yaitu spesifitas
dan memori. Limfosit T dan B yang matur disebut sebagai naive limfosit dan teraktivasi oleh adanya
antigen melalui antigen presenting cell (APC).

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apa itu respon imun?
1.2.2. Apa itu limfosit ?
1.2.3. Bagaimana keterlibatan limfosit T dalam respon imun humoral?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Respon Imun

Respon imun terbagi atas dua, yaitu respon imun non spesifik dan respon imun spesifik.
Respon imun non-spesifik mumnya merupakan imunitas bawaan (innate immunity), dalam
artian bahwa respons terhadap zat asing dapat terjadi walaupun tubuh sebelumnya tidak
pernah terpapar oleh zat tersebut. Respon imun humoral merupakan sistem imun yang telah
dimiliki hospes sejak dilahirkan, sistem imun ini bersifat non spesifik karena komponen
sistem imun yang sama dapat menanggulangi berbagai macam benda asing (mikroorganisme)
yang berbeda. Sistem imun ini dapat memberikan respons langsung terhadap benda asing
yang masuk ke dalam tubuh, artinya tidak memerlukan waktu untuk mengenal antigen
terlebih dahulu sebelum dapat memberikan responsnya. Pertahanan humoral non spesifik
berupa komplemen, interferon, protein fase akut dan kolektin. Komplemen terdiri atas
sejumlah besar protein yang bila diaktifkan akan memberikan proteksi terhadap infeksi dan
berperan dalam respon inflamasi. Komplemen juga berperan sebagai opsonin yang
meningkatkan fagositosis yang dapat menimbulkan lisis bakteri dan parasit. Tidak hanya
komplemen, kolektin merupakan protein yang berfungsi sebagai opsonin yang dapat mengikat
hidrat arang pada permukaan kuman.

Respon imun spesifik adalah adalah suatu sistem yang dapat mengenali suatu substansi
asing yang masuk ke dalam tubuh dan dapat memacu perkembangan respon imun yang
spesifik terhadap substansi tersebut. Fungsi utama sel imun spesifik adalah untuk pertahanan
terhadap bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur, parasit, dan keganasan. Sistem imun
spesifik disebut juga dengan sistem imun yang didapat (adaptive immunity) diperankan oleh
limfosit (sel T dan sel B) yang merupakan salah satu jenis sel leukosit. Kemampuan sel T dan
sel B untuk mengenali struktur spesifik oligomer pada suatu bahan pathogen dan membentuk
progeny juga merupakan stukrut yang dikenali, dan membuat sistem imun mampu merespons
lebih cepat dan efektif ketika terpapar kembali dengan bahan pathogen tersebut.

Sistem imun Spesifik diklasifikasi menjadi 2, yaitu : Sistem imun spesifik humoral, dan
sistem imun spesifik seluler. Sistem imun spesifik humoral diperankan oleh limfosit B (sel B)
yang menghasilkan antibodi. Antibodi sebagian besar terdapat di dalam cairan darah dan
sebagian kecil terdapat dalam berbagai cairan tubuh lain seperti mukus, air-mata, dan air
susu. Fungsi utama antibodi adalah pertahanan terhadap infeksi ekstra seluler virus dan
bakteri serta netralisasi toksinnya. Bila sel B dirangsang oleh benda asing maka sel tersebut
akan berproliferasi dan berkembang menjadi sel plasma yang dapat membentuk zat anti atau
antibody. Sistem imun spesifik seluler Diperankan oleh limfosit T (sel T) yang menghasilkan
limfokin (sitokin / interleukin). Fungsi utama sistem imun spesifik seluler adalah untuk
pertahanan terhadap bakteri dan virus intra seluler, jamur, parasit dan tumor. Limfosit T
merupakan sel yang terbentuk jika sel induk dari sumsum tulang pindah ke kelenja Timus,
mengalami pembelahan dan pematangan. Didalam kelenjar Timus Limfosit T belajar
membedakan bahan asing (non self) dengan bahan bukan asing (self). Limfosit T dewasa
akan meninggalkan kelenjar timus , masuk ke dalam kelenjar getah bening dan berfungsi
sebagai bagian pengawasan sistem imun tubuh.

2.2. Limfosit
2.2.1 Morfologi Limfosit
Limfosit memainkan peran mendasar dalam sistem imunitas tubuh karena
pengaruhnya terhadap respons imun, seperti mikroorganisme infeksius dan benda asing
lainnya. Limfosit berperan dalam sistem imunitas spesifik untuk melindungi tubuh dari
mikroorganisme serta tumor (misalnya myeloma multipel), dan menyebabkan graft
rejection (penolakan jaringan setelah transplantasi organ). Limfosit didapatkan di darah
dan limfe (cairan tak berwarna di pembuluh limfatik yang menghubungkan nodus
limfatikus di tubuh satu sama lain melalui aliran darah). Limfosit juga didapatkan pada
organ limfoid, seperti timus, nodus limfatikus, limpa, dan apendiks (pada manusia).
Semua sel T berasal dari sel progenitor di sumsum tulang, yang terikat pada garis
keturunannya timus. Sel T sangat penting sebagai limfosit untuk membunuh bakteri dan
membantu tipe sel lain dalam sistem imun. Umumnya limfosit yang berukuran kecil
merupakan limfosit T, sedangkan limfosit yang berukuran besar pada umumnya
merupakan limfosit B. Namun untuk memastikan kelas limfosit dengan pasti
diperlukan petanda yang telah disebutkan sebelumnya.

2.2.2 Regulasi Limfosit


Fungsi utama limfosit adalah untuk meregulasi sistem imun. Apabila selsel asing
(antigen eksogen, antigen endogen yang mengalami alterasi, sel- sel maligna, dan
sebagainya) ditelan, didegradasi, atau dieliminasi sepenuhnya oleh fagosit, maka tidak
ada sistem imun yang akan dibangkitkan. Sedangkan, apabila respon tersebut tidak
terjadi, fragmen antigen ditransportasikan menuju sinus subkapsuler limfonodi. Pada
bagian medula, antigen terfiksasi pada bagian eksterior, dan kemudian terbawa menuju
ke lisozim makrofag. Selain itu antigen juga dibawa oleh sel dendritik untuk
dipresentasikan kepada limfosit B. Sel dendritik dapat melepaskan sitokin yang
memfasilitasi diferensiasi limfosit B menjadi sel yang dapat memproduksi antibodi.
Ketika terjadi diferensiasi ini, terjadi proliferasi yang intens selama 48 jam. Makrofag
akan melepaskan IL-1, 11 sedangkan limfosit T meningkatkan produksi dan aktivasi
antigen specific CD8+ T cells. Kerja faktor diferensiasi limfosit sitotoksik akan
mengembangkan kloning dari limfosit B untuk antigen spesifik dan limfosit T
sitotoksik. Dalam kerjanya, limfosit sitotoksik membutuhkan aktivasi awal dan antigen
MHC kelas I. Limfosit T mengeluarkan beberapa soluble factors yang mengaktivasi sel
limfosit sitotoksik. Sebagai umpan balik, sel supresor meredam respon imun spesifik
dan menghambat kerja limfosit T yang sudah teraktivasi.
A) Limfosit B
Sel B merupakan komponen humoral pada imunitas adaptif yang berfungsi
mensekresikan antibodi serta berperan sebagai antigen presenting cell (APC) dan
mensekresikan sitokin. Dewasa ini diketahui bahwa ada beberapa jenis sel B dan
bahwa sel B2 menghasilkan antibodi spesifik selama respons adaptif; merupakan sel
B hasil sintesis sumsum tulang yang memenuhi plasma darah dan jaringan sistem
limfatik dan tidak memiliki kemampuan untuk berproliferasi.. Limfosit B memiliki
fungsi menghasilkan antibodi, internalisasi antigen, memproses antigen, dan
mempresentasikan antigen kepada limfosit T untuk meningkatkan respon imun..
B) Limfosit T
Sel T atau limfosit memainkan peran sentral dalam imunitas seluler. Sel T
mengalami proses maturasi dalam timus dari timosit, meskipun beberapa sel T
maturasi dalam tonsil telah dilaporkan. Adanya reseptor sel T pada permukaan sel
telah digunakan untuk membedakan sel T dari sel B dan natural killer cells. Pada
manusia, penataan ulang sebagian besar sel T rantai alfa dan beta pada reseptor sel
untuk membentuk sel T alfa beta T (αβ T cells), yang terlibat dalam sistem imun
adaptif telah ditunjukkan. Pada ruminansia, sel T gamma delta khusus, yang
memiliki reseptor sel T invarian dengan keragaman terbatas untuk presentasi
antigen efektif bagi sel T lainnya telah dilaporkan, dan dianggap sebagai bagian dari
sistem imunitas innate (Prakoeswa, 2020).
Proses yang diduga terlibat dalam pembentukan sel T dalam timus meliputi
pemilihan beta (melibatkan pembentukan rantai β fungsional dan rantai α
fungsional) untuk akhirnya menghasilkan reseptor sel T αβ fungsional; seleksi
positif (yang melibatkan produksi sinyal oleh prekursor ganda-positif yang
mengekspresikan reseptor terbatas Major Histocompatibility (MHC) kelas I atau II)
dan seleksi negatif (melibatkan penghilangan thymocytes yang mampu memicu
autoimunitas). Aktivasi sel T terjadi melalui keterlibatan simultan reseptor sel T dan
molekul ko-stimulator (seperti CD28) pada sel T oleh peptida MHC II dan molekul
ko-stimulator pada sel penyaji antigen.
2.3. Keterlibatan Limfosit T dalam Respon Imun Humoral

Respon imun terbagi dua, yaitu respon imun seluler dan respon imun humoral. Respon imun
seluler adalah telah banyak diketahui bahwa mikroorganisme yang hidup dan berkembang biak
secara intra seluler, antara lain didalam makrofag sehingga sulit untuk dijangkau oleh antibody.
Fungsi utama respon imun seluler yaitu pertahanan tubuh terhadap bakteri, virus , jamur dan
benda asing lainnya di intra seluler. Secara umum, sel sel yang terlibat dalam system imun adalah
sel T dan sel B yang masing-masing dihasilkan oleh timus dan sumsum tulang belakang. Pada
proses perkembangan sel-sel tersebut dapat dilakukan stimulasi dengan suatu imunostimulan
(Baratawidjaja and Rengganis, 2012). Untuk melawan mikroorganisme intraseluler tersebut
diperlukan respons imun seluler, yang diperankan oleh limfosit T. Subpopulasi sel T yang disebut
dengan sel T penolong (T-helper) akan mengenali mikroorganisme atau antigen bersangkutan
melalui major histocompatibility complex (MHC) kelas II yang terdapat pada permukaan sel
makrofag. Sinyal ini menyulut limfosit untuk memproduksi berbagai jenis limfokin, termasuk
diantaranya interferon, yang dapat membantu makrofag untuk menghancurkan mikroorganisme
tersebut. Sub populasi limfosit T lain yang disebut dengan sel T-sitotoksik (T-cytotoxic), juga
berfungsi untuk menghancurkan mikroorganisme intraseluler yang disajikan melalui MHC kelas I
secara langsung (cell to cell). Selain menghancurkan 9 mikroorganisme secara langsung, sel T-
sitotoksik, juga menghasilkan gamma interferon yang mencegah penyebaran mikroorganisme
kedalam sel lainnya.

Respon imun humoral adalah imunitas dengan pembentukan antibodi oleh sel plasma yang
berasal dari limfosit B, sebagai akibat sitokin yang dilepaskan oleh limfosit CD4+ yang
teraktivasi. Sitokin IL-2, BCGF (B cell growth factors) dan BCDF (B cell differentiation factors)
akan merangsang limfosit B tumbuh dan berdifferensiasi menjadi sel Plasma. Dengan adanya
antibody diharapkan akan meningkatkan daya fagositosis dan daya bunuh sel makrofag dan
neutrofil melalui proses opsonisasi. Respons imun humoral, diawali dengan deferensiasi limfosit
B menjadi satu populasi (klon) sel plasma yang melepaskan antibody spesifik ke dalam darah.
Pada respons imun humoral juga berlaku respons imun primer yang membentuk klon sel B
memory. Setiap klon limfosit diprogramkan untuk membentuk satu jenis antibody spesifik
terhadap antigen tertentu (Clonal slection). Antibodi ini akan berikatan dengan antigen
membentuk kompleks antigen – antibodi yang dapat mengaktivasi komplemen dan
mengakibatkan hancurnya antigen tersebut. Supaya limfosit B berdiferensiasi dan membentuk
antibody diperlukan bantuan limfosit T-penolong (T-helper), yang atas sinyal-sinyal tertentu baik
melalui MHC maupun sinyal yang dilepaskan oleh makrofag, merangsang produksi antibody.
Selain oleh sel T- penolong, produksi antibody juga diatur oleh sel T penekan (T-supresor),
sehingga produksi antibody seimbang dan sesuai dengan yang dibutuhkan.
Interaksi antara respons imun seluler dengan humoral disebut dengan antibody dependent cell
mediated cytotoxicity (ADCC), karena sitolisis baru terjadi bila dibantu oleh antibodi. Dalam hal
ini antibodi berfunsi melapisi antigen sasaran, 10 sehingga sel natural killer (NK), yang
mempunyai reseptor terhadap fragmen Fc antibodi, dapat melekat erat pada sel atau antigen
sasaran. Perlekatan sel NK pada kompleks antigen antibody tersebut mengakibatkan sel NK dapat
menghancurkan sel sasaran. Respons imun spesifik (adaptif) dapat dibedakan dari respons imun
bawaan, karena adanya cirri-ciri umum yang dimilikinya yaitu; bersifat spesifik, heterogen dan
memiliki daya ingat atau memory. Adanya sifat spesifik akan membutuhkan berbagai populasi sel
atau zat yang dihasilkan (antibodi) yang berbeda satu sama lain, sehingga menimbulkan sifat
heterogenitas tadi. Kemampuan mengingat, akan menghasilkan kualitas respons imun yang sama
terhadap konfigurasi yang sama pada pemaparan berikutnya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sel T adalah sejenis limfosit yang berkembang di timus. Mereka juga disebut limfosit T. Sel-
sel ini terutama diproduksi di sumsum tulang dan bermigrasi ke timus untuk pematangan.Sel B
adalah jenis limfosit lain yang diproduksi dan berkembang di sumsum tulang. Sel B juga disebut
limfosit B. Mereka memediasi imunitas humoral atau antibody mediated (AMI). Itu berarti sel B
menghasilkan antibodi antigen spesifik (Ig) atau antibody yang diarahkan melawan patogen yang
diinvasi. Baik sel T dan sel B terlibat dalam mengenali patogen dan bahan asing berbahaya lainnya
di dalam tubuh seperti bakteri, virus, parasit , dan sel mati. Dua jenis sel T adalah sel T pembantu
dan sel T sitotoksik.
Fungsi utama sel T pembantu adalah untuk mengaktifkan sel T sitotoksik dan sel B. Sel T
sitotoksik menghancurkan patogen oleh fagositosis. Sel B memproduksi dan mensekresikan
antibodi, mengaktifkan sistem kekebalan untuk menghancurkan patogen. Perbedaan utama antara
sel T dan sel B adalah bahwa sel T hanya dapat mengenali antigen virus di luar sel yang terinfeksi
sedangkan sel B dapat mengenali antigen permukaan bakteri dan virus.
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A.K. and Lichtman, A.H. (2007). Cellular and Molecular Immunology, 6th ed. WB Saunders
Company Saunders, Philadelphia.

Hidayati, T. (2009). Imunitas seluler malaria. Mutiara Medika, 5(1) : 36-46.

Pagaya, L. dan , Que, B.J. (2018). Respons imun seluler dan humoral terhadap infeksi HIV. Molucca
Medica, 11(2) : 41-49.

Prakoeswa, F. R. S. (2020). Peranan sel limfosit dalam imunologi. Jurnal Sains dan Kesehatan, 2 (4) :
525-537.

Anda mungkin juga menyukai