Anda di halaman 1dari 2

Cara dugong membesarkan anaknya

Betina bersifat poliovular dan polioestrus dan dapat menjalani sejumlah siklus steril sebelum
hamil. terdapat beberapa corpus luteum (hingga 90) selama setiap kehamilan, bertahan hingga
cukup bulan. Masa kehamilan diperkirakan sekitar 12 – 14 bulan. Jantan berkembang biak
secara asinkron aktivitas gonad dugong jantan dewasa juga tampak bervariasi, sehingga
tidak menghasilkan spermatozoa secara terus menerus atau serentak. Meskipun ada
beberapa pejantan yang aktif bereproduksi sepanjang tahun pada daerah tropis. proporsi hewan
yang aktif bereproduksi secara signifikan lebih besar antara bulan Juni dan Januari.

Kelahiran terjadi di perairan yang sangat dangkal, dengan kejadian yang diketahui di mana
induknya hampir berada di pantai. Segera setelah anaknya lahir, induknya mendorongnya ke
permukaan untuk menarik napas. Bayi baru lahir sudah memiliki panjang 1,2 meter (4 kaki)
dan berat sekitar 30 kilogram (65 lb).

Dugong betina menginvestasikan banyak waktu dan energi untuk membesarkan anak nya dan
menjadi pengasuh utama anak mereka. Induk dan anak dugong membentuk ikatan yang
diperkuat selama periode panjang menyusui anaknya, yaitu hingga 18 bulan, serta sentuhan
fisik yang terjadi selama berenang dan menyusui. Setiap betina menghabiskan sekitar 6 tahun.
Selama 1,5 tahun pertama, induk akan menyusui anaknya dan mengajarkan cara untuk
memakan lamun. 4,5 tahun berikutnya, atau sampai anaknya mencapai usia dewasa,
dihabiskan untuk makan bersama. Di penangkaran diamati bahwa anak dugong mengisap sirip
mereka sebagai cara untuk meminta diberi makan. Pada tahun-tahun awal mereka, anak
dugong tidak melakukan perjalanan jauh dari induknya karena mereka mudah dimangsa oleh
hiu, paus pembunuh, dan buaya.

Perilaku Dugong

Dugong adalah spesies yang sangat sosial dan ditemukan dalam kelompok yang bervariasi dari
2 hingga 200 individu. Kelompok yang lebih kecil biasanya terdiri dari sepasang ibu dan
anaknya. Dugong adalah spesies semi-nomaden. Mereka mungkin bermigrasi jarak jauh untuk
menemukan padang lamun tertentu, tetapi mereka juga dapat menghuni satu kisaran untuk
sebagian besar hidup mereka. Hal ini didorong oleh kuantitas dan kualitas sumber makanan
utama mereka, yaitu lamun. Jika padang lamun tertentu habis, mereka pindah ke yang
berikutnya.

Komunikasi dan Persepsi

Dua metode komunikasi utama yang digunakan spesies ini adalah suara dan penglihatan. Sama
seperti lumba-lumba, dugong menggunakan kicauan, peluit, gonggongan, dan suara lain yang
bergema di bawah air untuk berkomunikasi. "cicit-cicit" memiliki frekuensi antara 3 dan 18
kHz dan berlangsung selama sekitar 60 ms. "Kicauan" ini diamati pada dugong yang mencari
makan di dasar laut untuk tumbuh-tumbuhan dan saat berpatroli di wilayah. Gonggongan
digunakan dalam perilaku agresif dan getar dalam gerakan yang tampaknya ditampilkan.
Untuk mendengar rentang suara, dugong telah mengembangkan pendengaran yang luar biasa,
yang mereka gunakan lebih dari sekadar penglihatan.

Komunikasi visual adalah sumber komunikasi yang berguna ketika dugong berada dalam
kontak dekat. Selama musim kawin, jantan melakukan perilaku lekking, tampilan fisik di
lokasi tertentu untuk menarik betina untuk kawin. Penglihatan duyung, sangat buruk dan
mereka mengandalkan indera lain untuk membuat peta mental di sekitar mereka.

Duyung juga memanfaatkan indra penciumannya. Ini dapat digunakan untuk mendeteksi
dugong lain, atau kemungkinan besar, untuk mencari makan. Mereka dapat mencium tanaman
air oleh karena itu dapat menentukan di mana tempat mencari makan berikutnya atau ke mana
harus melanjutkan alur makan mereka.

Sentuhan adalah indera lain yang dugong gunakan untuk berkomunikasi. Mereka memiliki
bulu sensorik di sekujur tubuhnya, termasuk banyak di bibir, yang membantu mendeteksi
getaran dari sekelilingnya. Hal ini memungkinkan dugong untuk mencari makan dengan lebih
efisien karena mereka dapat merasakan lamun di bulunya. Ini sangat berguna karena
melengkapi penglihatan mereka yang buruk. Induk dan anak dugong terlibat dalam
komunikasi fisik, seperti menyentuh hidung atau mencium yang memperkuat hubungan
mereka. Induk hampir selalu melakukan kontak fisik dengan anaknya, anak dugong berenang
di bawah induknya dengan sirip atau menunggang di atasnya.

Burgess, E. A., Lanyon, J. M., & Keeley, T. (2012). Testosterone and tusks: maturation and
seasonal reproductive patterns of live, free-ranging male dugongs (Dugong dugon) in
a subtropical population. Reproduction, 143(5): 683-697.

Macnoland, N. 2011. Dugong dugon https://animaldiversity.org/accounts/Dugong_dugon/, 30


Maret 2023

Anda mungkin juga menyukai