Anda di halaman 1dari 4

A.

Buaya muara
1. Perilaku makan
Buaya memiliki otak paling berkembang dibandingkan reptil lainnya. Mereka dapat
mempelajari pola dan kebiasaan mangsa (Morpurgo et al., 1993). Pada buaya dewasa
kemampuan ini telah berkembang sehingga Monti dan Buaya dapat mengingat jam makan
mereka. Pemberian pakan dengan treatment rutin akan menyebabkan buaya menjadi terbiasa
untuk tidak menangkap mangsanya dengan strategi tertentu. Pemberian pakan aritmik
bertujuan agar buaya tidak mengingat kapan ia akan diberi makan sehingga buaya terbiasa
hidup mencari makan dengan oportunis seperti saat di habitat alaminya. Dari jenis makanan
yang dimakan, ternyata untuk Buaya lebih aktif mencari makan dari pada Monti, dengan
memakan kelelawar yang banyak terbang di sekitar kandang, ikan dan katak. Perilaku Buaya
saat makan ternyata juga lebih sering dengan strategi menerkam tibatiba mangsanya di
perairan. Buaya menunggu mangsa dalam air dan berkamuflase dengan mata telinga dan
nostril tetap di permukaan air lalu menerkam mangsa ketika lengah untuk kemudian ditarik
masuk ke dalam air hingga tenggelam. Pada Monti strategi memangsanya dengan menyelam
dan menerkam tiba-tiba, lalu mangsa di lempar ke udara (dengan bantuan gravitasi) dan
perlahan mangsa pun ditelan. Gigi yang tajam, otot perut dan asam pencernaan yang kuat
membuat buaya tidak perlu menguyah makanannya.
2. Perilaku Reproduksi
Buaya muara yang berada di penangkaran melakukan reproduksi dengan cara ovipar.
Kopulasi dilakukan di dalam air dan berlangsung hanya beberapa menit saja pada siang hari.
Buaya betina akan mempersiapkan sarang untuk bertelur yang letaknya tidak jauh dari kolam.
Proses reproduksi dimulai dari pemilihan bibit, penentuan jenis kelamin, pengaturan kawin,
musim bertelur dan penetasan telur (Ripai dan Kamarubayana, 2016).
3. Pertahanan diri
Buaya melakuan pertahanan diri dari pemangsa atau hewan lainnya dimana dalam bertahan,
buaya menggunakan segenap tenaga dan seluruh badannya untuk menyerang dan
mempertahankan diri. Mulai dari kepala, ekor, sampai kulit bisa dia gunakan sebagai senjata
atau alat pertahanan diri.
4. Komunitas
Buaya memiliki suatu hierarki dominansi baik itu populasi yang terdapat di alam liar maupun
populasi yang terdapat di dalam penangkaran. Suatu individu yang dominan ditentukan dari
ukuran dari buaya tersebut. Apabila buaya tersebut memiliki ukuran yang paling besar,
individu buaya tersebut merupakan individu buaya yang paling dominan (Morpurgo et al.,
1993). Individu jantan yang dominan memiliki kekuasaan dalam mengontrol kesempatan
kawin, perolehan makanan dan ruang gerak, sedangkan individu betina cenderung
memperlihatkan dominansinya saat melakukan pemilihan letak sarang (Ross, 1989).
Berdasarkan pengamatan dapat dilihat bahwa baik Monti maupun Buaya perilaku sosial yang
paling besar frekuensinya adalah dominansi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perkelahian.
Perkelahian pada buaya dapat terjadi ketika dalam wilayah kekuasaan buaya dominan tersebut
dimasuki oleh buaya lain. Hanya individu tertentu yang boleh masuk wilayahnya.
B. Iguana
1. Perilaku makan
Iguana hijau adalah omnivora ketika mereka masih muda tetapi beralih ke pola makan yang
hampir seluruhnya herbivora saat dewasa. Iguana hijau muda kebanyakan makan serangga
dan siput dan beralih ke makan buah, bunga, dan daun saat dewasa. Mereka memiliki gigi
tajam yang memungkinkan mereka mencabik-cabik daun. Iguana hijau juga hidup tinggi di
kanopi pohon dan mendiami ketinggian yang lebih tinggi seiring bertambahnya usia. Fakta
menarik lainnya tentang iguana adalah mereka dapat melepaskan ekornya saat dalam
bahaya dan menumbuhkannya kembali nanti.
2. Reproduksi
Iguana umumnya mencapai usia kematangan seksual pada 2 hingga 3 tahun dan dapat bertelur
mulai dari 5 hingga 40 telur per kopling tergantung pada spesiesnya. Untuk iguana hijau,
jantan membuat pasangan kawin dengan betina selama musim hujan dan meninggalkan pucuk
pohon untuk membuahi telur selama awal musim kemarau.
Sebagian besar spesies iguana menggali liang di daerah yang cerah untuk bertelur di dalam
dan menutupinya. Kisaran suhu ideal untuk inkubasi telur ini adalah antara 77 hingga 89
derajat Fahrenheit. Setelah 65 hingga 115 hari, tergantung pada spesiesnya, anak-anak muda
ini menetas pada waktu yang bersamaan. Setelah menggali liangnya, iguana yang baru
menetas memulai hidup mereka sendiri.
3. Pertahanan diri
Iguana biasanya hidup berkelompok, terutama saat berumur saat usia anakan. Satwa eksotis
ini memiliki cakar tajam yang digunakan untuk mencengkram ketika berlari, menangkap
mangsa dan membela diri.
4. Komunitas
bergantung pada spesiesnya, iguana hidup di berbagai habitat termasuk gurun , daerah
berbatu, rawa, hutan hujan, dan dataran rendah. Iguana hijau ditemukan di seluruh Meksiko
hingga Amerika Tengah, Kepulauan Karibia, dan Brasil selatan. Spesies iguana yang
menghuni pulau-pulau Karibia secara kolektif dikenal sebagai iguana batu. Iguana gurun
ditemukan di AS barat daya dan Meksiko, sementara dua genera iguana laut mendiami
Kepulauan Galapagos.
C. Ular Piton
1. Perilaku makan
Berdasarkan Gow (1989) secara umum ular membunuh hewan lain atau mangsanya dengan
menggunakan tiga macam cara, yaitu bisa, lilitan (biasanya dilakukan dalam keadaan terpaksa
jika lawan mengadakan perlawanan) dan memakan hidup-hidup mangsanya yang akhirnya
akan mati oleh getah digestif. Sewaktu tikus dimasukan ke kandang, ular Piton hijau akan
melirik, menyerang dan menggigit tikus sebelum tikus terkena gigitan ular Piton hijau akan
terus-menerus menyerang tikus sampai terkena gigitan. Setelah terkena gigitan baru ular akan
membelit sampai mati, kemudian menelannya dalam kondisi yang utuh.
2. Reproduksi
Reproduksi. Piton adalah ular ovipar, atau dengan kata lain, berkembangbiak dengan
bertelur. musim kawin Piton kembang berlangsung dari September hingga Maret. Piton
kembang dapat bertelur 10-100 butir (rata-rata 24 butir) dalam sekali bertelur yang akan
dierami induknya sampai menetas kira-kira selama 80-90 hari, bahkan kadang-kadang sampai
lebih dari 100 hari.
3. Pertahanan diri
Ualr piton memiliki pertahanan diri dengan mengandalkan ukurannya yang besar serta
kemampuannya dalam melilit mangsa atau objek yang mematikan.
4. Komunitas
Kebanyakan ular piton, seperti umumnya hewan, takut terhadap manusia dan berusaha
menghindarinya.Ular ini juga tidak seketika menyerang manusia yang ditemuinya, tanpa ada
provokasi sebelumnya.Kenyataan bahwa ular ini cukup banyak yang ditemui di sekitar
permukiman manusia, sementara jarang orang yang tergigit olehnya, menunjukkan bahwa
ular kobra tak seagresif seperti yang disangka.

D. Kura-kura
1. Perilaku makan
Kura-kura Termasuk dalam jenis hewan berdarah dingin dan jenis hewan omnivora yaitu
hewan pemakan segala atau hewan pemakan tumbuh tumbuhan dan daging. Waktu makan
bagi parakura-kura ialah pada pagi hari ketika matahari terbit pukul 07.00 atau 07.30 WIT.
Kura-kura akan langsung mencari sumber air untuk minum dan mengurangi rasa haus atau
dehidrasi mereka selama tidur. Setelah minum, maka Kura-kura akan langsung mencari
makan.
2. Reproduksi
Kura-kura berkembang biak seperti halnya satwa lainnnya yaitu sang jantan lebih banyak
melakukan gerak-gerik dengan tujuan menarik perhatian sang betina. Menurut pengamatan,
Kura-kura jantan biasanya hanya berdiam diri di suatu tempat yang tenang dan bahkan lebih
sering istirahat(siang) atau tidur(malam). Namun, ketika musim kawin tiba perilaku Kura-
kura jantan menjadi lebih agresif atau aktif dari biasanya. Kura-kura jantan menjadi tidak
tenang dan lebih sering berjalan-jalan di sekitar wilayah teritorinya. Perilaku berjalan-jalan
Kura-kura jantan ialah dengan mengikuti Kura-kura betina, kemudian Kura-kura jantan
mengeluarkan kepala dan lehernya untuk mencium bagian ekor Kura-kura betina, bahkan
sampai kepala Kura-kura jantan masuk ke bagian bawah plastron dari Kura-kura betina.
3. Perlindungan diri
Kura-kuran melakukan perlingdungan diri dengan cangkang dimana angkang ini memberikan
perlindungan yang kuat terhadap predator alami mereka. Kura-kura juga dapat memasukkan
tubuh mereka sepenuhnya ke dalam cangkang mereka untuk melindungi diri saat merasa
terancam.
4. Komunitas
Semua satwaliar biasanya menandai daerah atau wilayah teritorinya dengan urine, sama
halnya dengan Kura-kura. Kura-kura melakukan aktivitas harian mereka di daerah atau
wilayah teritori mereka dan juga di luar atau sekitar wilayah teritori mereka. Biasanya
wilayah teritori tersebut ditandai dengan urine, feses (kotoran), dan juga jejak kaki atau cakar
Kura-kura. Daerah atau wilayah teritori dari Kura-kura salah satunya adalah tempat untuk
tidur. Tempat untuk tidur Kura-kura biasanya tempat yang gelap, sedikit lembab, dan
tersembunyi di bawah dedaunan atau semak belukar.

SUMBER :

Sumber :

Muharromi, A. F., Prihantono, S., Qurniawan, T. F., Nugraha, A. P., & Eprilurahman, R. (2010).
Perilaku Harian Buaya Muara (Crocodylus porosus, Schneider 1801) di Pusat Penyelamatan Satwa
Jogja. Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati, 188-194.

Kustiarto, H. A., Priyono, A., & Ginoga, L. N. (2002). Petumbuhan dan Perilaku Makan Ular Piton
Hijau (Chondropython viridis) di Kandang Penangkaran.

Marida, W., & Radhi, M. (2019). Perilaku Satwa Liar Pada Kelas Reptilia. Tugas Mandiri
Mahasiswa, 1, 1-11.
Stefanny, L. P. E. K. Y., & Ginantra, I. K. PERILAKU HARIAN DAN PREFERENSI MAKAN
LEMUR EKOR CINCIN (Lemur catta) DI BALI ZOO, GIANYAR DAILY BEHAVIOUR AND
EATING PREFERENCES OF RINGTAILED LEMUR (Lemur catta) AT BALI ZOO, GIANYAR.

Anda mungkin juga menyukai