Anda di halaman 1dari 2

 Senyawa xenobiotik bukan dari zat gizi (non organik cth obat2an, parasit, bakteri,

protozoa, virus) keberadaannya tidak boleh terlalu lama di dalam tubuh karena dapat
berdampak pada 3 hal yaitu kerusakan jaringan, penurunan sistem imun, dan mutasi
gen. Ketika zat asing tsb masuk ke dalam tubuh respon yang diberikan dapat
berlebihan atau makanan dianggap sebagai senyawa asing (hipersensitivitas) reaksi yg
timbul seperti gatal2, bintik2, yang merupakan bentuk perlawanan terhadap benda
asing.
 Hipersensitivitas merupakan respon imun yang aktif (sitokin pro-inflamasi) ketika
tidak ada paparan zat asing atau stimulus secara terus menerus (sistem imun tubuh
bekerja). Resikonya adalah sitokin pro inflamasi akan memberikan dampak ruam2
merah, bintik2 yang menandakan sistem imun tubuh sedang bekerja tetapi tidak ada
paparan apapun dari mikroba, virus, dll.
 Hipersensitivitas ada 4 tipe berdasarkan waktu (seberapa lama sensitivitasnya atau
seberapa jauh paparannya). Tipe yg ke-4 disebut autoimun di mana organ target akan
mengalami kerusakan (dihancurkan oleh sitokin).
 Beberapa contoh penyakit akibat hipersensitivitas adalah penyakit ginjal.
 Protein tubuh ada 2: protein struktural (stand-by 24 jam cth di rambut, kuku, kolagen,
keratin dll), protein fungsional (diaktivasi saat ada paparan cth. Hormon, enzim,
sitokin (sistem imun)). Contoh ketika makan ayam, maka enzim amilase tidak akan
berfungsi karena mencerna protein bukan karbo.
 Sitokin: Pro-Inflamasi (bersifat merusak) dan Anti-inflamasi (untuk memperbaiki
jaringan tubuh yang rusak)
 Respon terhadap luka:
1) tahap dini belum ada aktivasi (masih dingin), ketika dimasukkan antigen ke dalam
tubuh, maka suhu tubuh, konsumsi energi, co2 akan dingin karena ada serangan
dan terjadi shock.
2) Tubuh mulai beradaptasi dan berlanjut ke tahap siaga yaitu mulai ada aktivasi dan
muncul protein fungsional (teraktivasi). Apabila tubuh lemah, maka tubuh
memobilisasi energi dari asam amino melalui katabolisme, Setelah ada asupan
makanan dari aktivasi, baru melalui anabolisme (jaringan-jaringan tubuh yang
rusak, cadangan2 energi yang terkuras).
 Dalam keadaan istirahat (basal) tidak ada injury, tidak ada paparan antigen, kondisi
normal, komposisi energi yaitu energi 25% untuk kerja fisik, termogenesis 10%, dan
kecepatan metabolisme basal 65%. Tapi saat ada injury, 24 jam pasca bedah mayor
maka suhu tubuh, termogenesis, dan kecepatan metabolisme basalnya meningkat
sebanyak 70% karena ada mobilisasi makanan.
 Saat ada injury suhu tubuh meningkat karena ada mobilisasi makanan.
 Protein tubuh cadangannya di otot. Saat tidak ada asupan, cadangan di otot dipecah
menjadi asam amino (glikolisis) mobilisasi asam amino utk pembentuk interleukin di
hati, Apbila kita kurang makan maka terjadi pengambilan energi dari bukan
karbohidrat yg dimulai dari glikolisis kemudian glukoneogenesis. (Kondisi alami
ketika terdapat paparan)

 HV I: atau tipe segera (bekerja segera walaupun tidak ada paparan tetapi tidak lama)
biasanya berhubungan dengan pertahanan tubuh non-spesifik dan bersifat lokal (tidak
sampai masuk ke peredaran darah). Gejala mulai dari ketidaknyamanan hingga
kematian. Diperantarai oleh Ig E. Ig E aktif tetapi tidak ada zat asing. Ig E hanya
dapat ditemukan pada mamalia dan aktif saat alergi yg merespon cacing parasit.
 Basofil: granulosit yg ada di sel darah putih. Saat teraktivasi akan mengeluarkan
senyawa2 dan sitokin.
 Diagnosis HV di kulit (tes tusukan): untuk melihat apakah ada peningkatan kadar Ig E
dalam darah. Apabila ada Ig E maka mengalami HV
 Pengobatan HV I menggunakan histamin, Ig G, dan hyposensitization (utk alergi).
 HV II disebabkan oleh Ig G dan Ig M terhadap virus.
 HV dapat melibatkan molekul komplemen yg berikatan dgn antibodi sel sehingga
menimbulkan kerusakan jaringan. Cth. Pemfigus
 Pemfigus: penyakit autoimn berupa bula besar mengandung serum pada kulit.
 Sindrom Goodpasture: Penyakit autoimun menyebabkan inflamasi pd glomerulus
ginjal dan alveolus paru2 dpt menyebabkan perdarahan paru2 dan gagal ginjal.
 HV III (Kompleks imun) masuk ke dalam jaringan. Pengendapan kompleks antigen-
antibodi ke dalam jaringan. Fagosit tidak bisa memakan bakteri, virus, dll, sehingga
mengendap dan menyebar hingga masuk ke dalam jaringan (fagosit tidak bekerja
karena terlalu kenyang -> biasanya terjadi pada pengidap obesitas). Menimbulkan
penyakit serum sickness yg memicu artritis, glomerulonefritis.
 Tubuh mempunyai batasan untuk membersihkan antigen/xenobiotik -> apabila
merokok maka antigen menumpuk atau antibodi berkurang. Apabila asupan
xenobiotik berlebihan maka xenobiotik dianggap sebagai zat asing dan enzim p145
tidak bekerja melainkan antibodi yg terlalu sensitif atau tidk berfungsi secara optimal
utk membersihkan dan akhirnya kelelahan dan tidak bekerja.
 HV IV: Diperantarai sel tipe lambat yg nantinya akan menghantam jaringan tubuh.
Dikategorikan menjadi 3 kategori berdasarkan waktu timbulnya gejala, serta
penampakan klinis dan histologis.
 HV disebabkan oleh asupan xenobiotik berlebihan maka xenobiotik dianggap sebagai
zat asing dan enzim p145 tidak bekerja melainkan antibodi yg terlalu sensitif atau tidk
berfungsi secara optimal utk membersihkan dan akhirnya kelelahan dan tidak bekerja
serta mutasi gen dari protein fungsional (posisi asam amino berubah sehingga
antibodi tidak dapat mengenali dan antoibodi mengenali benda lain yg serupa),
Paparan pro-oksidan sehingga saat ingin berubah menjadi protein fungsional asam
amino terpotong karena kodenya tertukar karena adanya oksidan. Senyawa BTP/xeno
jika berlebihan di dalam tubuh jaringan rusak (injury cell), sistem imun lemah, mutasi
gen (karena dia akan menjadi reaktif). Fagosit tidak bekerja secara optimal karena
terlalu banyak makan (obese).

Anda mungkin juga menyukai