Anda di halaman 1dari 3

ANAK TUNA DAKSA

1.1 Pengertian
Anak –anak tuna daksa sebenarnya tidak selamanya memilki ketebelakangan mental.
Ada yang mempunyai kemampuan daya piker lebih tinggi dibandingkan anak normal.
Bahkan tidak jarang kelainan yang dialami seorang anak tuna daksa tidak mempengaruhi
perkembangan jiwa dan pertumbuhan fisik serta kepribadiannya. Demikian pula ada pula
diantara anak tuna daksa hanya mengalami sedikit hambatan sehingga mereka dapat
mengikuti pendidikan ssebagaimana anak normal lainnya.
Secara umum perbedaan antara anak tuna daksa dengan anak normal terutama dapat dalam
tingkat kemampuannya. Namun hal ini Juga sangat tergantung dari berat ringannya
ketunaan yang mereka sandang
Dengan adanya ketunaan dalam diri seseorang seringkali eksistensinya sebagaimanusia
‘terganggu’. Sebagai akibat dari ketunaan dan pengalaman pribadi anak maka dibutuhkan
keterampilan sesuai dengan kemampuan dirinya. Oleh karena itu orang-orang yang terlibat
didalam pendidkan bagi ‘anak luar biasa’ harus mempunyai keterampilan dalam
mengungkapkan dalam kebutuhan-kebutuhan personal paihologis yang dibutuhkan anak
luar biasa. Layanan bimbingan dan konseling sangat diperlukan bagi anak luar biasa
Definisi tuna daksa menurut situs tesni direktorat pembinaan sekolah luar biasa, adalah
tuna daksa berasal dari kata “tuna” yang berarti rugi, kurang, dan “daksa” berarti tubuh.
Dalam banyak literature cacat tubuh atau kerusaklan tubuh tidak terlepas dari pern bahasan
tentang kesehatan sehingga sering dijumpai judul “ physical and health impairments”
(kerusakan ganngguan fisik dan kesehatan).sebagai contoh : otak, adalah pusat kotrol
seuruh rubuh manusia, apabila ada sesuatu yang siah pada otak ( luka atau infeksi ), dapat
mengakibatkan sesutu pada fisik/tubuh, emosi atau temadap fungsi –fungsi mental.
Termansyah mendefinisikan “Tuna daksa adalah istilah lain dari tuna fisik; yang
dimaksud disisni adalah berbagai jenis gangguan fungsi fisiska, yang berhubungan dengan
kemampuan motorik dan beberapa gejala penyerta yang mengakibatkan seseorang
mengalmi hambatan dalam mengikuti pendidikan normal, serta dalam proses penyesuaian
diri dengan lingkungan. Anak tuna daksa ini mudah diketahui karena ketunaannya tampak
secara jelas.
Sementara, Slamet Riadi Dkk, mendefinisikan “Isstilah lain dari tuna daksa adalah
kelainnan tubuh, cacat tubuh, cripple. Masing-masing ahli memilih istilah yang disukai
dengan alasan sendiri-sendiri.

1.2 Karakterisik Anak tunadaksa


Karakteristik anak tuna daksa mempengaruhi kemampuan penyesuainan diri dengan
lingkungan. Kecenderungan untuk bersifat pasif demikianlah pada halnya dengan tingkah
laku anak tuna daksa sangat dipengaruhi oleh jenis dan derajat ketunaannya.
Jenis kecacatan itu akan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai
kompensasi akan kekurangan atau kecacatan. Ditinjau dari aspek psikologis anak tuna
daksa cenderung merasa malu, rendah diri dan sensitiva serta memisahkan diri dari
lingkungan. Derajat keturunan akan mempengaruhi kemampuan penyesuaian diri dengan
lingkungan, kecenderungan untuk bersifat pasif.
Adapun beberapa macam kelompek tuna daksa, diidentifikasi oleh Djaja
Rahardja sebagai berikut:
 Tuna daksa murni, golongan ini umumnya atidak mengalami gangguan mental
atau kecerdasan, seperti poliomyelitis serta cacat ortopedis lainnya.
 Tuna daksa kombinasi, golongan ini masih ada yang normal namun kebanyakan
mengalami gangguan mental, sepeti anak cerebal palsy.
Namun terdapat pula yang berpendapat bahwa tuna daksa dibedakan menjadi 3
( tiga ) golongan yaitu :
 Tuna daksa taraf ringan, yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah tuna daksa murni
dan tuna daksa kombinasi ringan. Ini umumnya hanya mengalami sedikit gangguan
mental dan kecerdasannya cenderung normal. Kelompok ini lebih banyak disebabkan
adanya kelainan anggota tubuh saja, seperti lumpuh, anggota tubun berkurang
(buntung ) dan cacat fisik lainnya.
 Tuna daksa taraf sedang,yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah tua akibat cacat
bawaan, palcy ringan dan polio ringan. Kelompok ini banyak dialami dari tuna akibat
cerebal palcy ( tuba mental ) yang disertai dengan menurunnya daya ingat walau
tidaksampai jauh dibawah normal.
 Polio
Yang lebih lengakap disebut polio meningitis.pada umumnya bila penderita sudah
parah sulit untuk disembuhkan, penyebab penyakit ini adalah baksil atau virus.
Kebanyakan yang terserang penyakit polio ini adlah anak yang berusia 2-6 tahun.
Okeh karena itulah disebut sebagai penyakit lumpuh anak-anak. beberapa jenis
penyakit poilo itu adalah hemiplegia, tubercoluse tulang dan muscle dystophie.
 Cercbal Palsy
Menurut artinya dari cerebal atau cerebrum berarti otak. Plasy artinya kekakuan. Jadi
cerebal palsy berarti kekakuan otak yang disbabkan kelainan didalam otak. Oleh
karena itu cerebal palsy merupakan cacat sejak lahir yangsifatnya gangguan-gangguan
atau kerusakan-kerusakan dari fungsi otot dan urat saraf.
 Cacat tubuh lain
Dengan sendirinya semua kelainan fisika yang tidak termasuk dalam kategori polio
dan cerebal palsy termasuk didalam ketunaan /cacat tubuh lain.
1.3 masalah pada anak tuna daksa
disamping karakteristik tersebut terdapat beberapa problema penyerta bagi anak tuna
daksa antara lain:
 kelainan perkembangan/intelektual
 gangguan pendengaran
 gangguan penglihatan
 gangguan tajtik dan kinestetik
 gangguan persepsi
 gangguan emosi
kebutuhan merupakan sesuatu yang dapat mendorong munculnya aktifitas seseorang
aatau individu untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan juga merupakan prasyarat yang
harus dipenuhi apabila ingin menciptakan sesuatu yang ideal atau yang dikehendaki.
Manusia yang ideal adalah manusia yang dapat mengembangkan potensi diri dan sosialnya
sesuai dengan kemampuan yang tersedia didalam dirinya. Kebutuhan manusia bukan haya
mencakup kebutuhan dasar dan pemenuhan kebutuhan fisik tetapi juga fisiologis.
Kebutuhan fisiologis bagi anak lluar biasa tentu saja sangat memerlukan bantuan orang lain
didalam memenuni kebutuhan hidup dan bathinnya, bahkan bantuan orang lain itu dapat
saja berlangsung sepanjang hidupnya sebagai akibat dari beratnya keluarbiasaan yang
diandang oleh anak tuna.
Ditinjau dari aspek psikologis anak tuna daksa cenderung merasa apatis, malu rendah
diri, sensitivae dan kadang – kadang pula muncul sikap egois terhadap lingkungannya.
Keadaan seperti ini mempengaruhi kemampuan dalam hal sosialisasi dan interaksi sosial
terhadap lingkungan sekitarnya atau dalam pergaulan sehari – seharinya. Keluarbiasaan
jenis apapunyang disandang anak tuna daksa merupakan pengalaman personal. Ini berarti
siapapun yang bberada diluar dirinya tidak akan dapat merasakan tanpa ia mengerti,
memahami dan mengalaminya. Anak tuna daksa yang satu dengan yang lain belum tentu
sama apa yang dirasaklan seseorang sama dengan yang dirasakan anak tuna-tuna lainnya
Dengan adanya keluarbiasaan dalam diri seseorang sering eksistensi nya sebagai
makhluk sosial dapat saja terganggu. Sebagai akibat dari ketunaan dan pengalaman pribadi
anak itu maka efek psikologis yang ditimbulkannya juga tergantung dari seberapa berat
ketunaan yang disandangnya itu, kapan saat terjadiny kecacatan, seberapa besar kualitas
kecacatan dan karakterisrik susunan kejiwaan anak atau siswa terssebut dapat sangat
mempengaruln kondisi psikologinya.
Menurut Tarmansyah jenis masalah psikologis,seperti:
1) masalah psikologis taraf ringan anak tuna daksa
Ini terjadi oleh gangguan lateralisasi. Beberapa anak tuna daksa hanya kesulitan untuk
menggunakan anggota tubuh saja, ini sebagai akibat oleh kerusakan yang terdapat pada
hemisper dominannya. Dalam hal ini anak mengalami gangguan anggota tubuh secara
psikologi berlangsung normal sebagaimana permasalahan anak normal.
2) Masalah psikologis taraf sedang anak tuna daksa
Disebabkan sebaagai akibat kerusakan pusat syaraf, sehingga anak seringakali
mengalmi kesulitan untuk mengolah rangsangan visual, ssehingga mereka mengalami
kesulitan dalam konsep bentuk, kesseimbangan, posisi, ruang warna, perasa, bunyi dan
pearaba. Gangguan motorik berakibat pula terhadap kondisi jiwa, termasuk didalamnya
adalah emosi, misalnya rasa rendah diri, mudah tersinggung dan keras kepala, tetapi
intelegensinya tidak jauh berbeda dengan anak normal.
3) Masalah psikologis taraf berat anak tuna daksa
Pada umumnya sebagai akibat retanlaasi mental. Retardsi mental anak tuna daksa
mencakup sebagian besar fungsai mental dan intelektual. Problema ini sebagai akibat
dari kondisi ketidakmapuan untuk belajar dan berlatih, kesukaran untuk bergaul
maupun barmain, kurang cepat Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan
kemampuan dinilai lebih rendah bila dibandindkan dengan anak normal diusianya.
Dangan demikian maka sikap anak atau siswa luar biasa, khususnya tuna daksa, akan
tampak perbedaan sikap dari masing-mamsing anak ketika ia merespon sesuatu. Ada yang
bersifat kekanak- kanakan atau infantile walaupun secara umur sudah bukan anak lagi. Jadi
sikap anak luar biasa kadang-kadang tidak sesuai dengan kondisi fisik dan umurnya.
Bahkan ada juga yang bersikap apatis atau acuh taj acuh terhadap kehadiran orang lain,
sikap pasif atau sikap menentang perintah ( negativistic ). Dalam sikap itu tersimpul
didalamnya suatu kecenderungan corak perasaan dan kemauan. Corak perasaan dan
kemauan seseorang tampak pada tingkah laku seseorang,namun tingkah laku biasanya
didahului dengan usaha persiuapan, yaitu proses berpikir.
Masalah fisik akan ber pengaruh terutama pada saat seseorang memasuki usia remaja.
Pada masa remaja ini kondisi fisik merupakan bagian yang penting dalam membentuk
dirinya yang baru. Remaja sering bertinkgkah laku tertentu yang kadang-kadang oleh orang
dewasa dipandang hanya menghabiskan waktu.tingkah laku tersebut seperti dudul berlama-
lama dideopan cermin hanya untuk merapikan penampilasnnya, khawatir secara berlebihan
akan jerawat yang ada, berusaha melangsingkan tubuh, serta hal-hal lain yang dinilai ideal
oleh masyarakat. Penampilan diri yang tidak sesuai dengan harapan biasanya mengganggu
usaha untuk memperluas ruang gerak pergaulan. Pada masa remaja ini, para remaja
mempunyai minat besar terhadap pandidikan. Besarnya minat remaja terhadap pendidikan
sangat dipengaruhi oleh minar remaja pada pekerjaan.
Menurut Sunatyo ( 1995 ) pada umumnya bagi penyandang tuna daksa sulit untuk
menapai prestasi, baik dalam bidang pendidikan maupun bidang lainnya dan hal ini sering
menimbulkan masalah psikologis, karena dengan kekurangan fisiknya itu remaja
pennyandang tuna daksa akan marasa dirinya tidak berdaya dan tidak berguna dalam
menjadi anggota masyarakat. Para remaja yang kurang berminat pada pendidikan biasanya
menjadi orang yang berprestasi rendah, seperti, bekerja dibawah kemampuannya pada mata
pelajaran yang tidak disukai, sering membolos, dan berhenti sekolah. Untuk menumbuhkan
minat pada prestasi dibutuhkan adanya motivasi berprestasi tinggi yang bersfat akademik
yang berkaitan dengan pelajaran-pelajaran sekolah sebagai ssesuatu yang harus ada dan
penting untuk mencapai keberhasilan ( Gunarsa, 2000 ).
Dengan adanya motivasi berprestasi tinggi, remaja mempunyai keinginan untuk meraih
sukses, memiliki tanggung jawab, berani mengambil keputusan dan menaggung resikonya,
memiliki tujuan realistic dan selslu mencari kesempatan untuk mewujudkan cita-cita
( McClelland dalam Mangkunegara, 2004 )
Berdasarkan fenomena tersebut penulis ingin meneliti bagaimana motivasi berprestasi
remaja penyandang tuna daksa, dan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan dan
mempengaruhi motivasi berprestasi, serta bagaiman proses perkembangan motivasi
berprestasi subjek penyandang tuna daksa. Subjek penelitian ini ada tiga orang yang terdir
seorang penyandang tuna daksa sebagai subjek dan dua orang lagi sebsgai signifikant other.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan studi kasus,
dimana dimana didalamnya menggunakan metode observers dan wawancara. Observers
tidak dilakukan oleh peneliti karena subiek meengalami sakit, yang seharusnya observersi
dilakukan disekolah subjek. Dan wawancara berlangsung iv ditempat yang disepakati oleh
Subjek dan penulis, dimana sebelumnya dibuat pedoman observers dan wawancara terlebih
dahulu oleh tunadaksa. Melalui pendidikan yang dapat dipertanggung jawabkan. Anak-
anak tunadaksa diharapakan memiliki masa depan yang tidak selalu bergantung pada orang
tua dan masyarakat.

1.4 impilkasi pendidikan Anak Tuna Daksa.


Dalam dunia

Anda mungkin juga menyukai