Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan Lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan atau

gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas

lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia biologi, maupun sosial. Pasal 16

PP No. 66 Tahun 2014, menyebutkan bahwa standar baku mutu kesehatan

lingkungan dan persyaratan kesehatan lingkungan ditetapkan pada media lingkungan

salah satunya yaitu udara. Udara ambien pada unsur fisik terutama partikel debu

dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan seperti Infeksi Saluran

Pernapasan Akut (PP NO 66 TAHUN 2014, n.d.).

Hasil Ekstrapolasi data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001

menunjukkan bahwa angka kematian balita akibat penyakit sistem pernafasan adalah

4,9/1000 balita, yang berarti ada sekitar 5/1000 balita yang meninggal setiap tahun

akibat Pneumonia begitu besarnya masalah ISPA, sehingga bisa disebut sebagai

wabah atau penyakit menular (N. S. Wahyuni, 2022). Salah satu dari kelompok umur

yang rentan terhadap ISPA adalah balita. Sebagian besar 80%-90% waktu balita

setiap harinya berada di dalam rumah, dimana terdapat pajanan polusi udara dalam

rumah diantaranya adalah PM2,5.

Menurut laporan Environmental Protection Agency (EPA) pada tahun 2017,

konsentrasi pencemaran udara luar ruangan lebih rendah daripada konsentrasi

pencemaran dalam ruangan. Dengan asumsi bahwa PM2,5 terdapat pada saluran

pernapasan bagian alveoli dengan risiko terkena ISPA. Permenkes No. 2 Tahun

2023 tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah, menyatakan

bahwa di dalam rumah batas konsentrasi debu PM2,5 yang diperbolehkan sebesar

1
2

25 µg/ m³ (PMK No. 2 Th 2023 Ttg Peraturan Pelaksanaan PP No. 66 Th 2014 Ttg

Kesehatan Lingkungan, 2023).

Menurut data Riskesdas tahun 2018, prevalensi ISPA di Indonesia mencapai

4,4% dari diagnosa yang dilakukan oleh dokter (Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia, 2022). Pada tahun 2014 tingkat ISPA di Kabupaten Purbalingga sebesar

22,3%, meningkat menjadi 28,2% pada tahun 2015. Dinas Kesehatan Purbalingga

menyebut kasus ISPA pada balita pada tahun 2019 terdapat 1.171 kasus atau 54,7%

dari jumlah perkiraann kasus dan presentase balita adalah 100,00% dari jumlah

kasus yang ditemukan. Pada tahun 2020 terdapat 245 kasus atau 6,9% dari jumlah

perkiran kasus dan presentase balita adalah 100% dari jumlah kasus yang

ditemukan. Pada tahun 2021 terdapat 407 kasus atau 19,5% dari jumlah perkiraan

kasus dan presentase balita adalah 100% dari jumlah kasus yang ditemukan.

Berdasarkan data penyakit tahun 2020 hingga 2022 di Puskesmas Rembang jumlah

kasus ISPA pada balita yaitu 54 kasus, diantaranya tahun 2020 tidak ada kasus,

tahun 2021 terdapat 18 kasus, dan tahun 2022 terdapat 36 kasus (Fabiana Meijon

Fadul, 2019).

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang

masih terjadi hingga saat ini. ISPA masih menjadi penyakit utama faktor kematian

bayi dan balita di Indonesia. Berdasarkan World Health Organization (WHO) ISPA

merupakan salah satu penyakit menular dan mematikan yang paling serius di Dunia.

Hampir 4 juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun (Dhayanithi & Brundha,

2020).

Desa Bodaskarangjati merupakan daerah dimana terdapat beberapa industri

pengolahan kayu salah satunya yaitu Pertukangan Kayu Bodas Kusen. Selain itu,

industri tersebut sangat dekat dengan permukiman dan dimana jalan raya di sekitar

kelurahan Bodaskarangjati sering dilewati transportasi. Ada banyaknya industri,

transportasi, dan jalan raya berkontribusi terhadap kontaminasi partikel, termasuk

polutan seperti partikulat dan Total Suspended Particulate (TSP). Pada TSP, PM10
3

dan PM2,5 yang dapat masuk ke paru-paru (Hayati, 2017). Berdasarkan hal tersebut,

maka perlu dilakukan suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memastikan

bahwa ada tidaknya Hubungan kadar debu PM2,5 dengan kejadian ISPA di Desa

Bodaskarangjati sekitar Pertukangan Kayu Bodas Kusen Kecamatan Rembang.

B. Rumusan Masalah

Penyakit ISPA masih menjadi masalah kesehatan bagi negara berkembang

terutama di Indonesia. Balita merupakan kelompok umur yang banyak mengalami

gejala penyakit tersebut. Keluhan ISPA yang sering muncul adalah batuk, pilek, dan

demam. Kejadian ISPA di daerah Bodaskarangjati dapat dipengaruhi oleh faktor

agen, host, dan lingkungan. Terutama pada faktor fisik berupa kadar debu PM2,5

dapat menjadi faktor risiko terjadinya ISPA, dikarenakan daerah Bodaskarangjati

berada dekat dengan industri salah satunya Pertukangan Kayu Bodas Kusen dan

jalan raya yang dapat meningkatkan risiko warga sekitar mengalami masalah

kesehatan pernapasan. Sehingga berdasarkan latar belakang hubungan kadar debu

PM2,5 terhadap keluhan ISPA di sekitar Pertukangan Kayu Bodas Kusen Kecamatan

Rembang Tahun 2023.

C. Tujuan

a. Tujuan Umum

Untuk menganalisis Hubungan kadar debu PM2,5 terhadap keluhan

ISPA di sekitar Pertukangan Kayu Bodas Kusen Kecamatan Rembang Tahun

2023.

b. Tujuan Khusus

1) Mengukur kadar debu PM2,5 di sekitar Pertukangan Kayu Bodas Kusen

Kecamatan Rembang Tahun 2023.

2) Mengukur parameter fisik yaitu suhu, kelembapan, di sekitar Pertukangan

Kayu Bodas Kusen Kecamatan Rembang selama Tahun 2023.


4

3) Menganalisis Hubungan kadar debu PM2,5 terhadap keluhan ISPA pada

balita di sekitar Pertukangan Kayu Bodas Kusen Kecamatan Rembang

D. Manfaat

1. Bagi Peneliti

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat menambah

wawasan dan pengalaman bagi penulis mengenai Hubungan kadar debu PM2,5

terhadap penyakit ISPA.

2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat dan

keluarga balita tentang paparan debu terhadap penyakit ISPA.

3. Bagi Poltekkes Kemenkes Semarang

Untuk menambah referensi bagi kampus sebagai bahan informasi kepada

mahasiswa.

4. Bagi Dinas Kesehatan Purbalingga

Untuk memberikan informasi kepada Dinas Kesehatan Purbalingga

mengenai Hubungan paparan debu terhadap kejadian ISPA terutama pada

kawasan industri.
5

E. Penelitian Sejenis

Tabel 1. 1 Penelitian Sejenis

No Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil

A. Muhammad Kasus ISPA Saat Penelitian Hasil penelitian diperolh


Sultan, Ratno Pandemi Covid- observasional 70% responden memiliiki
Adrianto, dan 19 Pada dengan luas ventilasi yang tidak
Alvie Magda Masyarakat di rancangan case memnuhi syarat, 60%
Lesiwal (2021) Sekitar Hauling control study. responden dengan
Batubara Jumlah sampel kepadatan hunian dalam
62 responden kamar tidak memnuhi
terdiri dari 31 syarat, dan 25% responden
penderita ISPA terpapar dalam jangka
dan 31 bukan waktu yang tidak normal
ISPA. berada di jalur hauling.
Luas ventilasi (p value
0,011, OR 01,8, kepadatan
hunian (p vaue 0,009, OR
0,5), dan lama terpapar (p
value 0,009, OR 0,2).
Terdapat hubungan antar
luas ventilasi, kepadatan
hunian, dan lama terpapar
dengan ISPA saat pandemi
Covid-19 pada masyarakat
yang bermukim di sekitar
jalan hauling batubara.
2. Dwi Wahyuni, Pengaruh Penelitian Hasil univariat pegawai laki-
Yuyun Penggunaan Alat menggunakan laki sebanyak 84%, 100%
Kurniawati Pelindung Diri observasional Responden menggunakan
(2021) Terhadap analitik dengan APD masker (79%
Terjadinya Gejala pendekatan menggunakan masker kain,
Infeksi Saluran cross sectional 10% menggunakan masker
Pernafasan Akut study. Teknik bedah, 2% menggunakan
(ISPA) pada pengambilan masker N95% dan 9%
Pegawai Dinas sampel secara masker lainnya), lama
Perhubungan Non-Probability pajanan < 8 jam/hari
Kota Jakarta Sampling sebanyak 99%, masa kerja
Timur. dengan metode > 5tahun sebanyak 4,5%,
Purposive responden yang mengalami
Sampling. gejala-gejala ISPA selama
14 hari sampai 1 bulan
terakhir 2,24% yang
mengalami batuk saat
bekerja, 1,5% mengalami
tenggorokan terasa sakit,
5,22% mengalami
pilek/hidung
tersumbat/berair dan 0,7%
mengalami batuk dengan
pernafasan cepat
(>50/mnt).
6

3. Andi Putri Hubungan Penelitian ini Hasil rata-rata pengukuran


Fildzana Dwi Konsentrasi menggunakan PM10 di 7 titik di dalam
Annisa F, Kadar Debu studi cross- gedung bangunan dan di
Umar Fahmi PM10 Dengan sectional luar gedung adalah 159,43
Acmadi (2018) Kejadian Ispa atau potong μg/m3. Umur pekerja di
(Infeksi Saluran lintang yaitu proyek konstruksi tersebut
Pernapasan Akut) mengukur rata-rata 35 tahun dengan
Pada Pekerja variabel inde- umur termuda 21 tahun dan
Proyek Kontruksi penden yaitu yang tertua adalah 65
X Di Depok pajanan tahun. Pada umumnya para
Tahun 2018. particulate pekerja bekerja selama 12
matter 10 dan jam setiap harinya dan rata-
variabel rata sudah menjadi pekerja
dependen yaitu di proyek tersebut selama 1
gejala infesksi tahun. Jumlah pekerja yang
saluran memiliki kebiasaan
pernapasan akut merokok di proyek
secara konstruksi sebanyak 65
bersamaan. orang (65,7%) dan 34
orang (34,3%) yang tidak
memiliki kebiasaan
merokok. Pekerja yang
mengalami gejala ISPA ada
80 orang (80,8%) dan 19
orang (19,2%) yang tidak
mengalami gejala ISPA.

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya

yaitu variabel, lokasi dan waktu. Variabel penelitian yang akan dilakukan yaitu kadar

debu PM2,5, yang pengukuranya dilakukan di Desa Bodaskarangjati sekitar

Pertukangan Kayu Bodas Kusen.

Anda mungkin juga menyukai