Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia biologi, maupun sosial. Pasal 16
salah satunya yaitu udara. Udara ambien pada unsur fisik terutama partikel debu
menunjukkan bahwa angka kematian balita akibat penyakit sistem pernafasan adalah
4,9/1000 balita, yang berarti ada sekitar 5/1000 balita yang meninggal setiap tahun
akibat Pneumonia begitu besarnya masalah ISPA, sehingga bisa disebut sebagai
wabah atau penyakit menular (N. S. Wahyuni, 2022). Salah satu dari kelompok umur
yang rentan terhadap ISPA adalah balita. Sebagian besar 80%-90% waktu balita
setiap harinya berada di dalam rumah, dimana terdapat pajanan polusi udara dalam
pencemaran dalam ruangan. Dengan asumsi bahwa PM2,5 terdapat pada saluran
pernapasan bagian alveoli dengan risiko terkena ISPA. Permenkes No. 2 Tahun
bahwa di dalam rumah batas konsentrasi debu PM2,5 yang diperbolehkan sebesar
1
2
25 µg/ m³ (PMK No. 2 Th 2023 Ttg Peraturan Pelaksanaan PP No. 66 Th 2014 Ttg
4,4% dari diagnosa yang dilakukan oleh dokter (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2022). Pada tahun 2014 tingkat ISPA di Kabupaten Purbalingga sebesar
22,3%, meningkat menjadi 28,2% pada tahun 2015. Dinas Kesehatan Purbalingga
menyebut kasus ISPA pada balita pada tahun 2019 terdapat 1.171 kasus atau 54,7%
dari jumlah perkiraann kasus dan presentase balita adalah 100,00% dari jumlah
kasus yang ditemukan. Pada tahun 2020 terdapat 245 kasus atau 6,9% dari jumlah
perkiran kasus dan presentase balita adalah 100% dari jumlah kasus yang
ditemukan. Pada tahun 2021 terdapat 407 kasus atau 19,5% dari jumlah perkiraan
kasus dan presentase balita adalah 100% dari jumlah kasus yang ditemukan.
Berdasarkan data penyakit tahun 2020 hingga 2022 di Puskesmas Rembang jumlah
kasus ISPA pada balita yaitu 54 kasus, diantaranya tahun 2020 tidak ada kasus,
tahun 2021 terdapat 18 kasus, dan tahun 2022 terdapat 36 kasus (Fabiana Meijon
Fadul, 2019).
masih terjadi hingga saat ini. ISPA masih menjadi penyakit utama faktor kematian
bayi dan balita di Indonesia. Berdasarkan World Health Organization (WHO) ISPA
merupakan salah satu penyakit menular dan mematikan yang paling serius di Dunia.
Hampir 4 juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun (Dhayanithi & Brundha,
2020).
pengolahan kayu salah satunya yaitu Pertukangan Kayu Bodas Kusen. Selain itu,
industri tersebut sangat dekat dengan permukiman dan dimana jalan raya di sekitar
polutan seperti partikulat dan Total Suspended Particulate (TSP). Pada TSP, PM10
3
dan PM2,5 yang dapat masuk ke paru-paru (Hayati, 2017). Berdasarkan hal tersebut,
maka perlu dilakukan suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memastikan
bahwa ada tidaknya Hubungan kadar debu PM2,5 dengan kejadian ISPA di Desa
B. Rumusan Masalah
gejala penyakit tersebut. Keluhan ISPA yang sering muncul adalah batuk, pilek, dan
agen, host, dan lingkungan. Terutama pada faktor fisik berupa kadar debu PM2,5
berada dekat dengan industri salah satunya Pertukangan Kayu Bodas Kusen dan
jalan raya yang dapat meningkatkan risiko warga sekitar mengalami masalah
PM2,5 terhadap keluhan ISPA di sekitar Pertukangan Kayu Bodas Kusen Kecamatan
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
2023.
b. Tujuan Khusus
D. Manfaat
1. Bagi Peneliti
wawasan dan pengalaman bagi penulis mengenai Hubungan kadar debu PM2,5
2. Bagi Masyarakat
mahasiswa.
kawasan industri.
5
E. Penelitian Sejenis
yaitu variabel, lokasi dan waktu. Variabel penelitian yang akan dilakukan yaitu kadar