Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Klinik dan Riset Kesehatan 2022; 2(1): 253-259

Tersedia di www.jk-risk.org

Jurnal Klinik dan Riset Kesehatan

RSUD Dr. Saiful Anwar Malang


e-ISSN: 2809-0039 p-ISSN: 2809-2678

Laporan Kasus
Aspergilosis Kutis Primer dengan Gambaran Klinis Menyerupai Tuberkulosis
Verukosa Kutis
Primary Cutaneous Aspergillosis with Clinical Presentation Mimicking Tuberculosis
Verrucosa Cutis

Adinda Amalia Dani1, Dhelya Widasmara1


1 Departemen Dermatologi dan Venereologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya / RSUD dr. Saiful Anwar, Malang, Indonesia

Diterima 11 April 2022; direvisi 21 Februari 2022; publikasi 25 Oktober 2022

INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK


Penulis Koresponding: Pendahuluan: Aspergilosis kutis primer (AKP) adalah infeksi jamur invasif pada
Adinda Amalia Dani, Departemen kulit yang jarang terjadi namun dapat mengancam jiwa. Penyakit ini disebabkan
Dermatologi dan Venerologi, Faku- oleh Aspergillus spp dan termasuk ke dalam mikosis profunda (subkutan).
tas Kedokteran, Universitas Brawi- Laporan kasus: Seorang laki-laki berusia 63 tahun datang dengan keluhan luka
jaya, RSUD Dr. Saiful Anwar Malang pada kulit di kaki kanan sejak 5 tahun yang gatal, nyeri dan bernanah. Pemeriksaan
Email: adinda.ama- dermatologis menunjukkan papul dan plak eritematosa multipel, permukaan
liadani@gmail.com verukosa sebagian tertutup krusta kuning kecoklatan, xerosis dan beberapa ulkus
adinda.amaliadani@gmail.com dengan pus. Diagnosis banding yang diajukan adalah Tuberkulosis verukosa kutis,
Kromoblastomikosis dan Misetoma. Hasil kultur jaringan menunjukkan
Aspergillus niger. Hasil biopsi menunjang diagnosis mikosis profunda. Pasien
kemudian didiagnosis sebagai Aspergilosis kutis primer, diberikan terapi dosis
denyut Itrakonazol dan mengalami perbaikan klinis dalam 2 minggu.
Kesimpulan: Gambaran klinis atipikal pada pasien ini memberikan tantangan di-
agnostik bagi dermatologis. Pentingnya penegakan diagnosis pada pasien dengan
mikosis profunda adalah untuk mengidentifikasi penyebab, menentukan
tatalaksana tepat dan mencegah komplikasi.

Kata Kunci: Aspergilosis kutis primer; mikosis profunda; tuberkulosis verukosa kutis.

ABSTRACT
Background: Primary cutaneous aspergillosis (PCA) is a rare invasive fungal
infection of the skin that can be life-threatening. This disease is caused by Aspergillus
spp and belongs to the deep mycosis (subcutaneous) group.
Case report: A 63-year-old man came with complaint of wound that feels itchy,
painful and exudative on right lower leg since 5 years ago. Dermatological
examination showed multiple erythematous papules and plaques with verrucous
surface partially covered in brownish yellow crust accompanied by xerosis and some
ulcers with pus. The proposed differential diagnoses are Tuberculosis verrucosa cutis,
Chromoblastomycosis and Mycetoma. The result of tissue culture showed Aspergillus
niger. Biopsy result supports the diagnose of deep mycosis. The patient then
diagnosed as primary cutaneous aspergillosis, treated with pulse dose Itraconazole
and improved clinically within 2 weeks.
Conclusion: Atypical manifestation in this patient gives diagnostic challenge for der-
matologist. The importance of establishing diagnosis in patient with deep mycoses
are to identify the cause, determine the appropriate treatment and prevent
cimplication.

Keywords: Primary aspergillosis cutis; deep mycosis; tuberculosis verrucosa cutis.

Dani A,, Widasmara D. Aspergilosis Kutis Primer dengan Gambaran Klinis Menyerupai Tu-
berkulosis Verukosa Kutis. JK-RISK. 2022;2(1):253-259. DOI: 10.11594/jk-risk.02.1.8

| 253
Dani AA, Widasmara D

PENDAHULUAN fungsi, seringkali pada ekstremitas.[7]


Mikosis didefinisikan sebagai infeksi Gambaran klinis dari tuberkulosis kutan
jamur pada kulit yang disebabkan organisme bervariasi dan banyak diantaranya sangat
eumycotic yang oportunistik dan patogenik, mirip dengan dermatosis di negara tropis.[8]
seperti: Dermatophytes spp., Candida spp., Laporan kasus ini membahas
Aspergillus spp., dan beberapa spesies fungi mengenai temuan kasus AKP yang
lainnya.[1] Mikosis terdiri dari mikosis disebabkan Aspergillus niger dengan
superfisialis, intermedia dan profunda.[2] gambaran klinis menyerupai TVC. Kasus ini
Mikosis profunda dibagi lebih lanjut menjadi diangkat karena termasuk kasus yang jarang
mikosis subkutan dan sistemik, dimana terjadi dan penegakkan diagnosisnya cukup
manifestasi kulit selalu ditemui pada sulit karena memiliki beberapa kemiripan
mikosis subkutan.[2,3] dengan diagnosis banding secara klinis.
Aspergilosis pada manusia yang
disebabkan oleh Aspergillus spp. (90% kasus LAPORAN KASUS
A. fumigatus, kasus lain disebabkan A. flavus, Seorang laki-laki berusia 63 tahun
A. nidulans, A. niger, dan A. Terreus) dapat dirujuk dari RS swasta ke poliklinik
berupa penyakit sistemik atau berupa dermatologi dan venereologi RSUD Dr. Saiful
Aspergilosis kutis. Aspergilosis kutis cukup Anwar (RSSA) Malang dengan keluhan
jarang terjadi, dapat berupa Aspergilosis adanya luka-luka di kaki kanan bawah sejak
kutis primer (AKP) dan Aspergilosis kutis 5 tahun yang lalu. Awalnya pasien
sekunder (AKS).[4] Aspergilosis kutis primer merasakan gatal pada tumit kaki kanan, lalu
(AKP) biasanya terjadi pada lapisan dermis muncul bercak kecil berwarna merah muda.
dan hipodermis melalui kulit yang maserasi Bercak-bercak tersebut kemudian menebal
atau trauma. Manifestasi klinisnya dapat sebagian menjadi benjolan, melebar dan
berupa makula eritema, papula, plak, bula jumlahnya bertambah banyak. Beberapa
hemoragik, nekrosis dan eskar. Dapat pula ruam mengeluarkan nanah dan terasa nyeri.
terjadi pembengkakan, indurasi dan nyeri Bercak menyebar ke area pergelangan kaki.
disertai panas badan.[5] Saat ini pasien merasakan nyeri lebih
Tuberkulosis verukosa kutis dominan daripada gatal, dengan VAS (Visual
(Tuberculosis Verrucosa Cutis = TVC) meru- Analogue Scale) nyeri 8/10 dan VAS gatal
pakan infeksi Mycobacterium tuberculosis 5/10. Keluhan demam, nyeri kepala, nyeri
ekstra paru. Sebagian besar kasus TVC sendi, sesak nafas, mual, muntah, dan lemas
disebabkan oleh infeksi ulang eksogen pada disangkal.
individu dengan hipersensitivitas kulit yang Pasien belum pernah mengalami
ditandai adanya imunitas yang baik. Lesi keluhan serupa sebelumnya. Adanya
TVC terjadi pada area tubuh yang mengalami penyakit kronis, batuk lama maupun
trauma atau terpapar dahak yang terinfeksi. penurunan berat badan yang drastis
Di Eropa, lesi paling sering terjadi di tangan disangkal. Pasien pernah mendapatkan
sedangkan di Asia seringkali lesi ditemukan salep dari puskesmas 1 tahun yang lalu
pada lutut, pergelangan kaki, dan pantat. namun bercak makin melebar. Pasien
Hampir 90% kejadian TVC terjadi pada berobat ke rumah sakit swasta 3 bulan yang
tungkai bawah.[6] lalu dan didiagnosis eksim, mendapatkan
Manifestasi klinis dari mikosis obat minum dan salep (lupa namanya)
profunda, terutama kromoblastomikosis namun tidak ada perbaikan. Pasien
sangat mirip dengan TVC. Yakni, papul dan kemudian berobat kembali ke RS tersebut
plak verukosa atau nodul padat yang 1,5 bulan yang lalu, didiagnosis infeksi
tumbuh di kulit pada lokasi implantasi jamur, mendapatkan salep Ketokonazol

JK-RISK • Vol 2 • Nomor 1 • Oktober 2022 | 254


Aspergilosis Kutis Primer dengan Gambaran Klinis menyerupai Tuberkulosis Verukosa Kutis

namun tidak ada perbaikan kemudian darah lengkap didapatkan penurunan


pasien dirujuk ke RSSA. Pasien menyangkal hemoglobin (11,30 g/dL), hematokrit
adanya konsumsi obat herbal maupun jamu. (38,0%), MCV (69,6 fL), MCH (20,7 pg),
Riwayat menggunakan oles-olesan lain MCHC (29,7g/dL) yang menandakan adanya
disangkal. anemia hipokromik mikrositer. Leukositosis
Tidak ada keluhan serupa maupun (10.800µL), eosinofilia (9,4%), lim-
riwayat keganasan pada keluarga pasien. fositopenia (15,2%), dan monositosis (8%).
Pasien tinggal dengan istrinya dan memiliki Pemeriksaan lain seperti gula darah
3 orang anak. Pasien bekerja sebagai petani, sewaktu, SGOT, SGPT, Ureum dan Kreatinin
mengumpulkan rumput dari sawah untuk dalam batas normal.
makanan ternak dan seringkali tidak Pemeriksaan Gram dari ulkus
memakai alas kaki saat bertani. Pada didapatkan sel PMN (+) dan coccus (+).
pemeriksaan fisik secara umum pasien Pemeriksaan KOH dari skuama pada pedis
tampak sakit ringan, tekanan darah 130/80 kanan tidak didapatkan hifa maupun spora.
mmHg, nadi 80 x / menit, laju pernapasan 18 Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
x / menit, suhu 36,6C dan berat badan 59 dan pemeriksaan penunjang, pasien didiag-
kg. Tidak ditemukan konjungtiva anemis nosis banding dengan TVC, Kromoblas-
maupun ikterik. Pemeriksaan jantung dan tomikosis dan Misetoma. Untuk penegakkan
paru dalam batas normal. Tidak ditemukan diagnosis dilakukan pemeriksaan GeneXpert
pembesaran kelenjar getah bening leher, dari jaringan, biopsi plong dan kultur
aksila maupun inguinal. jaringan.
Pemeriksaan GenExpert negatif, dan
pemeriksaan kultur jaringan menunjukkan
adanya pertumbuhan fungi Aspergillus Niger
pada media Saboroud Dextrose Agar (SDA)
(Gambar 2). Pemeriksaan histopatologi
menunjukkan lapisan epidermis dengan
hiperkeratosis dan kumpulan sel radang
netrofil pada stratum korneum. Lapisan
dermis menunjukkan adanya infiltrasi padat
sel radang limfosit, sel plasma, netrofil.
1A 1B
Kesimpulan mengarah ke diagnosis mikosis
Gambar 1. Regio cruris dan pedis kanan. (1A) profunda dan diperlukan korelasi dengan
Terdapat papul plak eritematosa, multipel, batas tegas, kultur untuk spesies (Gambar 3).
tepi ireguler, bentuk dan ukuran bervariasi, sebagian
permukaan verukosa, sebagian tertutup krusta kuning
kecoklatan, teraba padat, nyeri tekan (+), xerosis (+).
(1B) Terdapat ulkus dengan pus (→).
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Pemeriksaan dermatologis regio
kruris dan pedis kanan didapatkan papul
plak eritematosa, multipel, batas tegas, tepi
ireguler, bentuk dan ukuran bervariasi,
2A 2B
sebagian permukaan verukosa, sebagian
tertutup krusta kuning kecoklatan, terdapat Gambar 2. Gambaran kultur jaringan. (2A) Tampak
gambaran makroskopis kultur pada SDA. (2B) Tampak
ulkus dengan pus, teraba padat, nyeri tekan gambaran mikroskopis menunjukkan konidia (→) dan
(+), xerosis (+) pada kulit sekitarnya hifa (→) Aspergillus Niger (Perbesaran 400x).
Sumber: Dokumentasi Pribadi
(Gambar 1). Pemeriksaan laboratorium

JK-RISK • Vol 2 • Nomor 1 • Oktober 2022 | 255


Dani AA, Widasmara D

3A 3B 3C

Gambar 3. Gambaran histopatologi. (3A) Lapisan epidermis dengan hiperkeratosis (}) (Pengecatan HE, perbesaran
40x). (3B) Lapisan dermis dengan infiltrasi padat sel radang limfosit (→), sel plasma (→), netrofil (Pengecatan HE,
perbesaran 400x). (3C) Tampak sel radang limfosit (→), sel plasma, dan netrofil (→) (Pengecatan HE, perbesaran
400x). Sumber: Dokumentasi Pribadi

Pasien kemudian didiagnosis DISKUSI


sebagai Aspergilosis kutis primer (AKP) dan Aspergilosis kutis merupakan
diberi terapi Itrakonazol 2 x 200 mg (dosis penyakit langka yang seringkali terjadi pada
denyut) selama 7 hari dan diulang di bulan pasien imunokompromais dan jarang
berikutnya. Pasien kemudian dievaluasi 2 ditemui pada individu imunokompeten.
minggu setelah terapi pertama. Keluhan Aspergilosis kutis primer (AKP) terjadi
nyeri dan gatal dirasakan berkurang, dengan ketika lesinya berasal dari inokulasi
VAS gatal 3/10 dan VAS nyeri 5/10. langsung spesies Aspergillus pada kulit.[9]
Infeksi dapat terjadi melalui kulit yang
maserasi, area trauma seperti luka bakar,
luka bedah, dekat tempat kateter intravena,
kateter endovaskuler, dan pada daerah yang
tertutup pembalut oklusif.[4]
Manifestasi klinis AKP dapat berupa
makula eritema, papula, plak, bula
hemoragik, nekrosis dan eskar. Selain itu,
dapat disertai pembengkakan, indurasi,
nyeri dan demam.[5] Maserasi kulit akibat
4A 4B
paparan lingkungan lembab dan hangat
Gambar 4. Regio cruris dan pedis kanan pasca terapi.
dalam waktu lama, disertai jumlah spora
(4A) Tampak papul plak eritematosa, multipel, batas Aspergillus yang tinggi di lingkungan dapat
tegas, tepi ireguler, bentuk dan ukuran bervariasi, menjadi penyebab AKP. Sumber utama
permukaan verukosa membaik, krusta (-), nyeri tekan
(-), xerosis membaik. (4B) Ulkus (-) pus (-). Aspergillus umumnya berasal dari tanaman
Sumber: Dokumentasi Pribadi yang membusuk, biji-bijian, dan tanah. Hal
ini diketahui banyak menyebabkan
Pemeriksaan dermatologis regio
Aspergilosis pada petani seperti pada pasien
cruris dan pedis kanan 2 minggu pasca
dalam laporan kasus ini.[9]
terapi menunjukkan papul plak eritematosa,
Dalam kasus ini, pasien bekerja
permukaan verukosa membaik, multipel,
sebagai petani yang sering bekerja di sawah
batas tegas, tepi ireguler, bentuk dan ukuran
tanpa menggunakan alas kaki. Kaki
bervariasi, krusta (-), ulkus (-), nyeri tekan (-
merupakan tempat paling sering terjadinya
), xerosis membaik, pus (-) (Gambar 4).
trauma, sehingga sangat memungkinkan bila
Terapi Itrakonazol 2 x 200 mg (dosis denyut)
terdapat luka terbuka atau mikrolesi pada
selama 7 hari dilanjutkan untuk bulan
kaki pasien. Ruam papul dan plak verukosa
kedua.
hanya terbatas di kaki kanan dan tidak
menyebar ke regio lain. Secara klinis,

JK-RISK • Vol 2 • Nomor 1 • Oktober 2022 | 256


Aspergilosis Kutis Primer dengan Gambaran Klinis menyerupai Tuberkulosis Verukosa Kutis

aspergilosis kutis dapat muncul sebagai seharusnya menunjukkan hifa Aspergillus,


papula, plak, nodul eritematosa atau ulkus nekrosis dermal ekstensif dikelilingi leukosit
nekrotik.[10] Namun pasien ini menunjukkan PMN dalam jumlah sedang. Nekrosis dermal
gambaran papul plak verukosa yang dapat terjadi superfisial atau lebih dalam.[4]
menyerupai gambaran klinis Tuberkulosis Hasil biopsi pasien ini tidak menunjukkan
verukosa kutis (TVC). Lesi awal TVC dapat gambaran hifa maupun sitoplasma jamur.
berupa papul atau plak tanpa adanya gatal Tampak dermis dengan infiltrasi padat sel
maupun nyeri. Pertumbuhan yang lambat radang limfosit, sel plasma dan netrofil
dan ekstensi lesi yang tidak teratur dengan kesimpulan dapat ditemukan pada
menyebabkan involusi sentral dengan skar kasus mikosis profunda.
atrofi atau fisura. Lesi TVC biasanya soliter Pemeriksaan kultur pada kasus AKP
tanpa limfadenopati regional dan dapat dapat menunjukkan koloni granuler
ditemukan pus.[11] berwarna hijau, kuning kehijauan, kuning
Pemeriksaan laboratorium darah kecoklatan atau hitam tergantung spe-
lengkap menunjukkan anemia hipokromik siesnya. Gambaran morfologi koloni dapat
mikrositer, dengan sedikit leukositosis, bervariasi, tergantung pada media yang
eosinofilia, limfositopenia dan monositosis. digunakan.[4] Hasil kultur pada pasien ini
Pemeriksaan Gram dari ulkus pada pedis didapatkan Aspergillus niger dengan
kanan didapatkan sel PMN (+) dan coccus gambaran makroskopis permukaan kehi-
(+) yang menunjukkan adanya infeksi taman pada media SDA. Secara mikroskopis
sekunder. Pemeriksaan KOH dari skuama tampak konidia, konidiofor dan hifa dari
pada pedis kanan tidak didapatkan hifa dan Aspergillus niger.
spora. Dari hasil anamnesis, pemeriksaan Aspergilosis dapat diobati dengan 3
fisik dan penunjang di poli, pasien didiag- kelas anti fungal : poliena, azol, dan
nosis banding dengan TVC, Kromo- echinocandin. Terapi intravena dengan
blastomikosis dan Misetoma. Penegakkan amfoterisin B dan itrakonazol oral adalah
diagnosis membutuhkan pemeriksaan agen lini pertama yang umum digunakan,
GeneXpert, biopsi plong dan kultur jaringan. meski resistensi telah dilaporkan. Sebuah
Membedakan TVC dari granuloma tinjauan oleh van Burik et al menyarankan
kulit lainnya (sarkoidosis, kusta, jamur, atau Itrakonazol sebagai terapi lini pertama
infeksi mikobakterium non-tuberkulosis) untuk aspergilosis kutis primer terlokalisir.
termasuk sulit karena sedikitnya BTA yang Bila terdapat tanda-tanda kegagalan terapi
ditemukan dalam jaringan. Seringkali juga secara klinis, harus segera dialihkan ke
disertai hasil pemeriksaan mikroskop, amfoterisin B intravena. Kasus aspergilosis
histopatologi dan tes Mantoux negatif. kutis primer pada pasien imunokompeten,
Sehingga, diperlukan lebih dari satu biasanya mengalami perbaikan klinis dalam
prosedur untuk menegakkan diagnosis. Tes 2 minggu dan resolusi dalam 3 bulan pasca
GeneXpert Mikobakterium Tuberkulosis terapi.[5]
(MTB) berdasarkan real time PCR telah Saat ini tersedia tiga formulasi
terbukti efektif dengan sensitivitas tinggi Itrakonazol yang memiliki indikasi berbeda.
pada TB paru.[12] Pada pasien ini Bentuk solusio oral digunakan untuk terapi
pemeriksaan GeneXpert menunjukkan hasil kandidiasis faring / esofagus, bentuk kapsul
negatif sehingga dapat menyingkirkan untuk terapi aspergilosis, blastomikosis,
diagnosis banding TVC. histoplasmosis, dan onikomikosis sedang-
Diagnosis aspergilosis kutis mem- kan bentuk tablet untuk terapi onikomikosis
butuhkan penunjang biopsi kulit dan kultur kuku.[11] Pasien didiagnosis sebagai asper-
jamur.[10] Pemeriksaan histopatologis AKP gilosis kutis primer (AKP) dan diberikan

JK-RISK • Vol 2 • Nomor 1 • Oktober 2022 | 257


Dani AA, Widasmara D

terapi Itrakonazol dosis denyut 2 x 200 mg DAFTAR PUSTAKA


selama 7 hari dan diulang pada bulan 1. Kazemi A. An Overview on the Global Frequency
berikutnya. of Superficial / Cutaneous Mycoses and Deep
Mycoses. Jundishapur J Microbiol. 2013.
Angka kesembuhan Itrakonazol
6(3):202-04.
berkisar antara 15 - 80%. Itrakonazol https://doi.org/10.5812/jjm.10725
bekerja dengan menghambat biosintesis 2. Hay RJ. Deep Fungal Infections. Dalam: Kang S,
membran sel ergosterol melalui demetilase Amagai M, Bruckner AL, dkk penyunting.
14-sterol, suatu koenzim sitokrom P450 Fitzpatrick's Dermatology. Edisi ke 9. McGraw-
Hill Education. 2019. 2965-88.
oksidase. Hilangnya ergosterol mengaki- 3. Carrasco-Zuber JE, Navarrete-Dechent C, Bonifaz
batkan membran sel rusak dan kehilangan A, Fich F, Vial-Letelier V, Berroeta-Mauriziano D.
fluiditas serta permeabilitas. Keberhasilan Cutaneous involvement in the deep mycoses: a
terapi Itrakonazol juga dilaporkan selama literature review. Part I—subcutaneous my-
coses. Actas Dermo-Sifiliográficas (English Edi-
periode 6-12 bulan dosis denyut per bulan
tion). 2016. 107(10):806-15.
dengan pemberian 400 mg per hari. https://doi.org/10.1016/j.adengl.2016.05.026
Sayangnya, uji klinis komparatif untuk 4. Ramali LM. Aspergilosis. Dalam: Bramono K,
mendukung terapi ini masih kurang.[13] Suyoso S, Widaty S, Ramali LM, Siswati AS,
Evaluasi 2 minggu pasca terapi pada Ervianti E, penyunting. Mikosis Profunda:
Pedoman untuk Dokter dan Mahasiswa
pasien ini menunjukkan perbaikan keluhan Kedokteran. Edisi pertama. Surabaya : Airlangga
nyeri maupun gatal. Pemeriksaan derma- University Press. 2019. 101-13.
tologis regio cruris dan pedis kanan 5. Robinson A, Fien S, Grassi MA. Nonhealing scalp
menunjukkan papul dan plak eritematus wound infected with Aspergillus niger in an el-
derly patient. Cutis. 2011. 87(4):197-200.
dengan sebagian permukaan verukosa, mul-
6. Sudarshan R, Nayak K, Kumar P, Kadilkar U. Rare
tipel, batas tegas, tepi ireguler, bentuk dan Case of Multifocal Cutaneous Tuberculosis
ukuran bervariasi, krusta kuning minimal, Verrucosa Cutis: Posing Clinical and
ulkus (-), nyeri tekan (-), terdapat xerosis Histopathological Diagnostic Dilemma. Br J Med
dengan skuama putih tipis. Secara umum Med Res. 2018. 16:1-5.
https://doi.org/10.9734/BJMMR/2016/26186
pasien menunjukkan respon yang baik 7. Bandyopadhyay A, Majumdar K, Gangopadhyay
terhadap terapi Itrakonazol. M, Banerjee S. Cutaneous Chromoblastomycosis
Mimicking Tuberculosis Verrucosa Cutis: Look
SIMPULAN for Copper Pennies. Turk Patoloji Derg. 2015.
31(3):223-25.
Infeksi Aspergillus pada kulit https://doi.org/10.5146/tjpath.2013.01197
memberikan tatangan diagnosis tersendiri 8. Manjumeena D, Sundaramoorthy S. Tuberculosis
karena memiliki kemiripan gambaran klinis verrucosa cutis masqerading as
dengan berbagai diagnosis banding. chromoblastomycosis – a case report. Our
Dermatol. Online. 2018. 9(3):275-78.
Pemeriksaan penunjang GeneXpert, histo-
https://doi.org/10.7241/ourd.20183.10
patologi dan kultur jaringan berguna untuk 9. Neki NS, Singh A, Shergill GS, Sidhu PB, Pannu JS,
membantu penegakkan diagnosis. Terapi Singh T. Cutaneous Aspergillosis in an immuno-
AKP menggunakan dosis denyut Itrakonazol competent patient. Int. j. med. health res. 2016.
400 mg / hari selama 7 hari memberikan 2(12):57-58.
10. Rocha P, Pinto R, Rodrigues S, Rodrigues M,
hasil yang baik selama pengamatan 2 Sudhakaran A, Mahajan K. Cytodiagnosis of pri-
minggu pasca terapi tanpa adanya efek mary cutaneous aspergillosis in an immunocom-
samping. Pentingnya penegakan diagnosis petent host. J Cytol. 2016. 33(1):59-
pada pasien ini terutama untuk meng- 60.https://doi.org/10.4103/0970-9371.175532
11. Oak ASW, Baddley JW, Elewski BE. Systemic An-
identifikasi penyebab, menentukan tata-
tifungals. Dalam: Yamauchi PS, penyunting. Bio-
laksana yang tepat dan mencegah kom- logic and Systemic Agents in Dermatology.
plikasi. Springer, Cham. 2018. 425–450.

JK-RISK • Vol 2 • Nomor 1 • Oktober 2022 | 258


Aspergilosis Kutis Primer dengan Gambaran Klinis menyerupai Tuberkulosis Verukosa Kutis

https://doi.org/10.1007/978-3-319-66884- 13. Queiroz-Telles F, de Hoog S, Santos DW, Salgado


0_40 CG, Vicente VA, Bonifaz A, dkk. Chromoblastomy-
12. Belgaumkar VA, Chavan RB, Suryataley PR, cosis. Clin microbiol rev. 2017. 30(1):233-76.
Salunke AS, Patil PP, Borade SM. Tuberculosis https://doi.org/10.1128/CMR.00032-16
verrucosa cutis: case report of a diagnostic chal-
lenge. Int J Res Dermatol. 2018. 4(2):265.
http://dx.doi.org/10.18203/issn.2455-
4529.IntJResDermatol20181833

JK-RISK • Vol 2 • Nomor 1 • Oktober 2022 | 259

Anda mungkin juga menyukai