Anda di halaman 1dari 23

PENYEBARAN ISLAM

DI INDONESIA
Penyebaran Islam merupakan salah satu
tahapan yang sangat penting dalam sejarah
peradaban Indonesia.
Sumber sejarah dari Dinasti Tang pada tahun
674 Masehi memberikan petunjuk bahwa
memang pada masa-masa awal
pertumbuhan Islam, saudagar-saudagar
muslim dari Arab sudah memasuki wilayah
Nusantara.
Dorongan kuat bagi saudagar-saudagar Arab
pada masa-masa awal Islam untuk
menyebarkan Islam sampai ke wilayah
Nusantara tersebut didorong oleh hadits
Nabi SAW :

‫ رواه‬- ‫عنَّ ْي َولَ ْو آ َية‬


َ ‫َب ِّلغُ ْوا‬
‫البخارى‬
Artinya: Sampaikanlah dariku walaupun satu
ayat (HR. Bukhari)
Langkah strategis dalam mengembangkan
ajaran Islam di Nusantara

Adamul
Tadrij
Haraj

Tidak
bertahap
menyakiti
Dakwah Periode Pra Walisanga
Keluarga Lor

Keluarga Jawani

Keluarga Syiah

Keluarga Rumai
Dakwah Periode Pra Walisanga

Keluarga Lor

Keluarga yang datang ke Nusantara pada zaman Raja


Nashirudin bin Badr yang memegang pemerintahan di
wilayah Lor, Persia pada tahun 300 H/912 M.

Keluarga Lor ini tinggal di Jawa dan mendirikan sebuah


perkampungan dengan nama Loran atau Leran, yang artinya
adalah tempat tinggal orang Lor.
Keluarga Jawani

Keluarga Jawani adalah keluarga yang datang pada


zaman Jawani al-Kurdi yang memerintah Iran pada
kurun waktu tahun 301 H/913 M.

Keluarga ini menetap di Pasai, Sumatera Utara.


Keluarga inilah yang menyusun khat Jawi, yang artinya
tulisan Jawi yang diambilkan dai nama Jawani, Sultan
Iran waktu itu.
Keluarga Syiah

Keluarga yang datang ke Nusantara pada masa


pemerintahan Ruknuddaulah bin Hasan bin Buwaih ad-
Dailami pada kurun waktu 357 H/969 M.

Keluarga ini tinggal di bagian tengah Sumatera Timur,


dan mendirikan perkampungan dengan nama Siak,
yang kemudian berkembang menjadi Negeri Siak.
Keluarga Rumai

Keluarga yang datang dari Puak Sabankarah yang


menetap di utara dan timur Sumatera.

Penulis-penulis Arab, kemudian memberikan sebutan


untuk pulau Sumatera dengan nama Rumi, al-Rumi,
Lambri atau Lamuri.
Terdapat bukti sejarah dari arkeologi petilasan Islam
di Nusantara yaitu keberadaan makam Fatimah binti
Maimun bin Hibatallah, yang berada di Dusun Leran,
Desa Pesucian, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik,
Jawa Timur. Dalam prasasti makam tersebut
menunjukkan tahun 475 H/1082 M.
Secara arkeologis, makam Fatimah binti Maimun yang
terletak di Desa Leran, 12 kilometer di sebelah barat
kota Gresik dianggap sebagai satu-satunya bukti
sejarah tertua di Nusantara, yang sepertinya
berhubungan dengan peristiwa migrasi Suku Lor asal
Persia yang datang ke tanah Jawa pada abad ke-10 M.
Periode Walisanga

Waliyullah
Waliyyul Amri

Sunan
Mursyid
Walisanga
Sunan Gresik – Maulana Malik Ibrahim
Sunan Ampel – Raden Rahmat (1401)
Sunan Bonang – Raden Makdum Ibrahim (1465) - Tuban
Sunan Drajat – Raden Qasim/Syarifuddin (1470)
Sunan Giri – Raden Paku/Ainul Yaqin (1442)

Sunan Kalijaga – Raden Said (1450)


Sunan Muria – Raden Umar Said – Raden Prawoto
Sunan Gunung Jati – Syarif Hidayatullah (1450)

Sunan Kudus – Ja’far Shadiq (1500)


Sunan Gresik – Maulana Malik Ibrahim (1404)

• dikenal dengan sebutan Syekh Maghribi


• Maghribi - Maroko
• mengubah kastanisasi
• membangun pondok pesantren di Desa Leran
Sunan Ampel – Raden Rahmat (1401)

• Putra dari Sunan Gresik


• Makam di Ampel Surabaya
• Hidup pada masa Kerajaan Majapahit
• Raja Hayam Wuruk memanggil Raden Rahmat untuk
membantu mengatasi kemunduran Majapahit
• Mengenalkan istilah:
 tempat ibadah dari SANGGAR menjadi LANGGAR
 orang yg membaca kitab suci dari SHASTRI menjadi
SANTRI
 mengganti istilah sholat dengan SEMBAHYANG
 mengenalkan MOH LIMO (moh main, moh ngombe, moh
maling, moh madat, moh madon)
Sunan Bonang – Raden Makdum Ibrahim (1465)

• Putra dari Sunan Ampel


• Makam di Tuban
• Dinamakan Sunan Bonang karena media dakwahnya
adalah gamelan berupa bonang
• Mengenalkan syair dalam bantuk prosa, puisi
bernuansa Islam yang dinamakan SULUK yang
dilantunkan dengan alat musik bonang
• Diantara suluk yang sampai saat ini masih kita dengan
adalah suluk TAMBA ATI
• Tokoh yang menentang Sunan Bonang tersebut
bernama Ki Buto Locaya dan Nyai Plencing
Sunan Drajat – Raden Qosim atau Syarifuddin (1470)

• Merupakan saudara dari Sunan Bonang


• Makam di Desa Drajat, Lamongan
• Mengenalkan tembang PANGKUR (Pangudi Isine
Qur’an)
• Mengenalkan CATUR PIWULANG:
1) Paring teken marang wong kang kalunyon lan
wuto
2) Paring pangan marang wong kang kaliren
3) Paring sandhang marang wong kang kawudan
4) Paring payung marang wong kang kodanan
Sunan Kudus – Sayyid Ja’far Shadiq (1500)

• Lahir di Jipang Panolan Blora


• Makam di Kudus
• Membuat 8 pancuran tempat wudhu di Masjid
Menara Kudus yang diambil dari ajaran agama
Budha Asta Sanghika Marga
Sunan Giri – Raden Paku/Raden Ainul Yaqin (1442)

• Lahir di Blambangan (sekarang Banyuwangi)


• Keponakan Sunan Gresik (Ayahnya bernama
Maulana Ishaq saudara kandung Sunan Gresik)
• Makam di Desa Giri Gresik
• Turut membidani berdirinya Kerajaan Demak
Bintoro
• Ahli politik ketatanegaraan
Sunan Kalijaga – Raden Said (1450)

• Lahir di Tuban
• Makam di Kadilangu Demak
• Bersama para wali yang lain mendirikan Masjid
Agung Demak
• Wali paling muda dan yang paling pandai
• Mahir memainkan wayang kulit
• Dalam berpakaian tidak memakai jubah, namun
berpakaian sebagaimana rakyat kebanyakan
Sunan Muria – Raden Umar Said atau Raden Prawoto

• Putra dari Sunan Kalijaga


• Makam di Gunung Muria Kudus
• Hidup pada masa Kesultanan Demak
• Menciptakan tembang Sinom dan Kinanthi
Sunan Gunung Jati – Syarif Hidayayullah (1450)

• Putra dari Sunan Kalijaga


• Makam di Cirebon
• Posisinya sebagai ulama mendapat gelar Waliyullah dan
kapasitasnya sebagai kepala negara memperoleh gelar
Sayyidin Panatagama
• Metode dakwah Sunan Gunung Jati:
1) Metode mauidlah hasanah: nasihat-nasihat yang baik
2) Metode al-hikmah: menggunakan cara-cara yang
bijaksana
3) Metode tadarruj: berjenjang
4) Metode ta’awun:saling tolong menolong
5) Metode musyawarah
6) Metode kader da’i
Matur Nuwun

Anda mungkin juga menyukai