3 - Arsitektur Tradisional Bali
3 - Arsitektur Tradisional Bali
Gunung berapi:
Gunung Batur dan Gunung
Agung (3.148 m – tertinggi)
Penduduk:
• Bali Aga/Bali Mula – tinggal di pegunungan
• Bali Dataran – keturunan Majapahit – bagian terbesar suku Bali
ARSITEKTUR BALI
KONSEP DASAR ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI
1. Tri Hita Karana: harmoni dan keseimbangan 3 unsur kehidupan, yaitu: atma (manusia),
angga (alam), dan khaya (para dewa)
2. Tri Angga: penataan hierarki bangunan dengan alam lain: Konsep hirarki ruang.
3. Konsep orientasi kosmologi, Nawa Sanga atau Sanga Mandala
4. Keseimbangan Kosmologi, Manik Ring Cucupu
5. Arga Segara: garis axis suci dari gunung dan lautan
6. Asta Kosala Kosali: 8 pedoman desain arsitektur tentang simbol, tahapan, dan satuan
pengukuran (Konsep dimensi, didasarkan pada proporsi dan skala manusia)
Tri Hita Karana
Landasan Utama: Falsafah hidup masyarakat Bali Tri Hita Karana yang memuat tiga
unsur pembangun keseimbangan dan keharmonisan hubungan antara manusia dengan
Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya. Tri Hita Karana
menjadi sumber kesejahteraan, kedamaian, dan kebahagiaan bagi kehidupan manusia.
Gunung Agung
KELOD
1 2 3
Sanga Mandala Paling
sakral
6 5 4
Gunung Agung
7 8 9
Paling UTARA
profan
3 2 1
Paling
sakral SELATAN
4 5 6
9 8 7
Paling
profan
Nawa Sanga/Sanga Mandala dan Tri Angga
dalam Arsitektur
3 2 1
UTAMA
4 5 6
MADYA
9 8 7
NISTA
Rumah adat Bali
=Gapura Candi Bentar sebagai rumah adat
=Rumah biasa sebagai hunian.
Balinese compound
Organized with the cosmic rules of
the Nawa Sanga
Bagian Rumah Adat Bali a. Angkul-angkul
c Pintu masuk utama yang salah satunya menuju ke
d dalam rumah. Fungsinya sama dengan Gapura Candi
Bentar pada pura.
b. Aling-aling
Pembatas antara angkul-angkul dengan pekarangan.
d. Bale Meten
Ruang tidur kepala keluarga, anak gadis, serta
pasangan yang baru saja menikah.
e. Bale Dauh
Tempat untuk bekerja, menggelar pertemuan, dan
tempat tidur anak laki-laki.
f. Bale Sekapat/Delod
Serupa dengan gazebo, bagian ini mempunyai 4 tiang untuk
paviliun, kamar anak, dan bersantai. Bangunan ini hanya
berbentuk segi empat dengan atap limasan.
g. Bale Dangin g
Bangunan ini digunakan untuk tempat upacara adat dan istirahat. i
Bale dangin berbentuk persegi atau segi empat tergantung pada
jumlah tiangnya.
j. Natah (courtyard)
Sanggah/Pamerajan
Bale Dangin
Puri
TIGAWASA BAYUNGGEDE
Tenganan Village
CHANGES IN
PHYSICIAL ELEMENTS
CHANGES IN
LOCAL CULTURE
CHANGES IN
VILLAGE LANDSCAPE
People involve in tourism activities
Changing of settlement spatial lay out
caused by some new buildings built by the government: Information Center, Photograph
Gallery, main gate, Bale Bengong, souvenir kiosks, public toilets, and big parking lot.
➢ Replaced the traditional border wall and main gate area of the settlement that
initially had certain philosophy and characters,
➢ Use green areas for parking lot.
➢ The modern architecture style of new buildings is not in harmony with the character of
traditional houses of Tenganan.
Changing of building facade
Facade of many houses along the awangan has changed, adjusted with the new function
of houses as souvenir art-shops.
Original facade
New facade
Changing of house function
Many private rooms for family gathering (Bale Tengah) and Natah (open space inside the house) have
changed their functions into rooms for displaying arts
House that formerly functions as a place to live, has changed mostly as a commercial uses.
Changing of public open space design (awangan)
The original material of awangan ground cover (river stones) was changed into grass pattern
The new material and design of awangan has reduced the traditional character and
atmosphere of the old village of Tenganan.
Original design of awangan and the new design with grass material
Thank you