Anda di halaman 1dari 22

Teori Sosiologi I

MAX WEBER
Nilai dalam Ilmu-Ilmu Sosial
Tipe Ideal

AB. Widyanta
Sosiolog Dalam Tilikan Historis
.
Tokoh Sosiologi Modern
Trinitas Sosiologi & Tokoh Sosiologi Modern
Formasi Awal Sosiologi:
Titik Tolak
 Sosiologi muncul sebagai suatu refleksi kritis atas
perubahan sosial masif yang diakibatkan oleh
industrialisasi dan pertumbuhan kapitalisme [DI EROPA].
 Sosiologi terlahir sebagai sebuah upaya untuk melahirkan
terminologi-terminologi/ pemahaman intelektual atas
destabilisasi yang dipicu oleh
1. Reformasi otoritas/absolutisme gereja;
2. Dorongan institusi-institusi sosial Abad Pencerahan yang
mendorong munculnya kesadaran kritis dan rasional;
3. Kekacauan dan cara-cara hidup yang baru yang
disebabkan oleh Revolusi Industri
4. Problem-problem sosial dan politik yang disebabkan
perubahan sosial paska Revolusi Perancis.
Empat Perubahan Revolusioner
di Eropa
 Sosiologi muncul dari tiga Revolusi yang kendati terpisah
tetapi memiliki kesalingterkaitan , yaitu:
1) REFORMASI AGAMA (Church Reformation)
 Reformasi Gereja Katholik Roma oleh Kristen
Protestant
2) REVOLUSI ILMIAH (The Scientific Revolution)
 Tumbuhnya kepercayaan pada Ilmu Pengetahuan
mulai mengganti bentuk-bentuk otoritas tradisional
3) REVOLUSI “EKONOMI” (Industrial Revolution)
 Munculnya Industrialisasi dan Kapitalisme merubah
pola-pola relasi ekonomi
4) REVOLUSI POLITIK (The Political Revolution)
Tumbuhnya nilai-nilai yang lebih demokratis dan
berbagai standar nilai lain yang diterapkan
Marx, Durkheim, Weber
• Marx, Durkheim, dan Weber adalah saksi mata
perubahan-perubahan revolusioner dalam lanskap
sosio-kultural, politik, dan ekonomi Eropa.
• Berbeda dengan kehidupan tradisional sebelumnya,
mereka menyaksikan munculnya peradaban industrial
modern.
• Mereka menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk
mendokumentasikan dan menginterogasi berbagai
kontradiksi dan irasionalitas dari era-era modern.
Kontribusi terbesar mereka dalam tradisi pemikiran
sosiologis adalah penekanan mereka pada patologi-
patologi masyarakat modern.
• Marx, Durkheim, and Weber menjelaskan tentang
persoalan-persoalan kehidupan modern dan
mendiagnosis kondisi-kondisi modern.
Trinitas Sosiologi
MAX WEBER
Max Weber
• Modern – Rasionalitas – • Tipe-tipe tindakan sosial
Sosiologi
• Pendekatan Metodologis • Etika Protestas
Weber • Etika Protestan dan
• Sosiologi Interpretatif: Kapitalisme
Verstehen
• Nilai-nilai dalam Ilmu Sosial • Agama Cina dan non-
• Tipe-tipe Ideal pembangunan kapitalisme
• Birokrasi • Agama India dan
• Tujuan Kekuasaan dan kapitalisme modern
Otoritas • Judaisme dan
• Tindakan Sosial Perkembangan Kapitalis
Nilai dalam Ilmu-Ilmu Sosial
 Weber menerima bahwa nilai memainkan suatu bagian dalam
penyeleksian suatu persoalan. Namun tugas ilmu sesungguhnya
adalah konstruksi dan menguji hipotesis dan proses ini harus
bebas nilai (value free).
 Weber menunjukkan perbedaan antara ilmu alam dan ilmu-ilmu
sosial. Perbedaan itu bukan saja soal metode-metode
penelitiannya saja melainkan juga perbedaan dalam
kepentingan-kepentingannya dan tujuan-tujuannya. Ahli ilmu
alam berkepentingan dalam memformulasikan hukum-hukum
peristiwa alam yang bersifat abstrak. Sedangkan ilmuwan sosial
berkepentingan dalam mencari generalisasi-generalisasi
perilaku manusia, ia juga tertarik pada kepentingan dalam
aktor-aktor manusia dan makna yang mereka terima dari
tindakan-tindakan sosial mereka.
Nilai dalam Ilmu-Ilmu Sosial
 Weber berargumen bahwa penyeleksian persoalan dan berbagai macam
penjelasan bergantung pada nilai-nilai dan kepentingan peneliti.
Penyeleksian persoalan selalu berkaitan dengan nilai (value relevant).
“Tidak ada kondisi obyektif yang absolut dalam ‟analisis ilmiah atas
budaya atau… fenomena sosial”. Fenomena sosial yang diseleksi, diorganisr,
dan dianalisis bergantung pada perspektif si peneliti. Penyeleksian
persoalan oleh peneliti selalu memiliki elemen nilai (keterkaitan nilai).
 Weber menekankan pentingnya obyektivitas dalam ilmu-ilmu sosial.
Weber menyatakan bahwa, “Pastilah tidak bahwa nilai ditarik dari diskusi
ilmiah semata-mataka karena… karena mereka berada dalam gagasan-
gagasan tertentu dan karenanya bersifat subyektif pada asal mulanya…
 Weber menekankan pentingnya obyektivitas dalam ilmu-ilmu sosial ketika
itu esensial bagi ilmuwan sosial untuk sejelas mungkin tentang nilai-nilai
mereka sendiri dan relevansinya dengan pekerjaan mereka. Metodologi
ilmu-ilmu sosial harus menentukan limitasi dalam berbagai penelitian
ilmiah untuk menghindari subyektivitas.
Nilai dalam Ilmu-Ilmu Sosial
 Batas-batas ini dapat dipahami dengan menggunakan istilah “Orientasi
Nilai” (Value Orientation), yang berarti bahwa seorang peneliti dengan
seperangkat nilai-nilainya menganggap sebagai suatu persoalan,
peneliti lain dengan seperangkat nilai lain mungkin tidak. Kompleksitas
pemahaman orientasi nilai dapat digapai dengan mengatakan bahwa
orientasi nilai merupakan suatu batas bagi ilmu-ilmu sosial sekaligus
menjadi faktor yang memungkinkan keterkaitan nilai haris di bedakan
dari netralitas nilai.
 Netralitas nilai atau netralitas etis mengimplikasikan bahwa suatu
waktu peneliti menyeleksi persoalan dengan mengkaitkannya dengan
nilai-nilai yang diacunya, ia harus menjadi obyektif nilai itu harusnya
tidak mengganggu pengumpulan data dan analisisnya. Nilai-nilai
peneliti seharusnya tidak memandu penelitian. Karenanya, netralitas
nilai merujuk pada norma-norma, sehingga seseorang yang memiliki
ilmu harus dipandu dengan etos keilmuan dalam peran mereka sebagai
ilmuwan.
Tipe-Tipe Ideal
 Kontribusi penting dan orisinal Weber pada analisis ilmiah adalah konsep
“tipe ideal”. Konsep ini membantu merealisasikan rasionalitas sosiologis.
Seperti telah didiskusikan sebelumnya, sosiologi Weber memiliki landasan
metodologis yang berbasis dalam suatu konsepsi yang jelas tentang
keterkaitan antara makna dan tindakan. Hal ini berarti bahwa setiap
diskripsi sosiologis merupakan metodologi interpretatif Weber berbasis
pada verstehen. Sosiologi verstehen memuat konstruksi dan menggunakan
tipe-tipe ideal, yang memungkinkan pemahaman subyektif dan
penjelasan obyektif.
 Tipe-tipe ideal merupakan abstraksi konseptual yang dapat digunakan
untuk mengkaji kompleksitas kehidupan sosial. Totalitas fenomena sosial
dapat dipahami dengan mengkaji pola-pola perilaku yang memuat
sejumlah elemen-elemen yang saling kait satu dengan lainnya dari
fenomena sosial (misalnya kapitalisme atau Protestanisme) yang tersusun
dari sejumlah elemen-elemen normatif atau struktural.
Tipe-Tipe Ideal
 Menurut metodologi Weber untuk mengkaji suatu fenomena sosial, penting
untuk memilih salah satu dan “melebih-lebihkan” (exaggerate) ciri-ciri dasar
tertentu misalnya “aksentuasi satu sisi‟ dari karakteristik-karakteristik
tertentu. Tipe ideal kapitalisme misalnya tidak sama sekali merepresentasikan
sesuatu yang riil. Melainkan suatu versi yang dipersangat (an exaggerated
version), mirip seperti gambar karikatur seorang kartunis yang meskipun
gambarnya nampak melebih-lebihkan namun masih bisa dikenali/dipahami.
Itulah tipe-tipe ideal hanya semacam “realitas sosial hampiran” (approximate
social reality), dan bukan realitas sosial itu sendiri.
 Weber mengusulkan bahwa tipe ideal harus digunakan sebagai semacam
meteran/tolok ukur untuk mengkomparasikan dan mengevaluasi kasus-kasus
empiris. Perbedaan antara tipe ideal dan faktual dari suatu fenomena sosial
adalah dari kepentingan teoritis si sosiolog yang menggunakannya.
 Weber mengingatkan bahwa tipe ideal bukanlah sesuatu yang ideal
berdasarkan penilaian moral (baik dan buruk) melainkan seperangkat
karakteristik-karakteristik yang ada dalam pikiran dari si peneliti dalam suatu
penelitian. Ini hanyalah suatu alat, suatu alat bantuan dalam penelitian.
Karenanya, suatu fenomena sosial, perilaku atau institusi, bisa memiliki suatu
tipe ideal.
Tipe-Tipe Ideal
 Weber menyatakan bahwa tipe ideal bisa memuat seperangkat karakteristi… “ini
hanyalah satu fungsi dalam suatu penelitian empiris.” Fungsi tersebut adalah
komparasi dengan realitas empiris untuk menetapkan berbagai perbedaan atau
kemiripannya… dan untuk memahami dan menjelaskannya secara kasual.
 Weber memahami bahwa penyeleksian elemen-elemen yang menyusun tipe ideal
itu bisa berubah-ubah (arbitrary). Karakteristik-karakteristik yang dipersangat
tersebut dan yang dimainkankan akan bergantung pada tipe persoalan yang
diteliti/dikaji. Karenanya suatu tipe ideal bukan soal benar atau salah. Satu macam
penelitian akan memuat seperangkat karakteristik dan bagi penelitian lainnya
memiliki seperangkat karakteristik yang berbeda yang mungkin lebih dianggap
tepat. Pendek kata, Weber berupaya mengatakan bahwa realitas sosial dapat
dikonstruksi atau direpresentasikan dalam berbagai cara yang berbeda.
 Weber menerapkan konsep tipe ideal tentang etika protestan dan kapitalisme
ketika ia mengkonstruksikan suatu gambar yang digagas secara dipersangat (an
idealized exaggerated picture) dari fenomena dan diperbandingkan dengan apa
yang secara aktual ditemukan. Weber mencoba menunjukkan bahwa hubungan
kausal antara “Protestant Ethics‟ dan “Spirit of Capitalism‟ yang akan membantu
mencapai suatu hukum-hukum umum yang bersifat ilmiah
Sosiologi Agama
 RELIGION OF CHINA AND NON-DEVELOPMENT OF CAPITALISM
 RELIGION OF INDIA AND MODERN CAPITALISM
 ANCIENT JUDAISM AND CAPITALIST DEVELOPMENT
 Weber membuat kajian yang rinci tentang agama-agama dunia: agama China, India,
dan kemudian Judaisme kuno. Ia meyakini bahwa kapitalisme barat merupakan
satu aspek dari proses historis umum dari rasionalisasi. Kajian Weber tentang
agama-agama dunia menunjukkan bahwa perbedaan mendasar antara peradaban-
peradaban barat dan timur adalah dalam “rasionalisasi”. Sikap rasional mendorong
perkembangan kapitalisme, maka absennya sikap rasional akan menghalangi
pertumbuhan kapitalisme.
 Dalam kajian tentang agama-agama dunia, Weber menunjukkan bahwa praktik
agama China dan India menghambat perkembangan kapitalisme. Dua masyarakat
ini memiliki aspek tertentu bisa mendorong perkembangan kapitalisme. Namun
agama dalam bentuk tradisionalisme dan praktik-praktik religius-magis
menghambat perkembangan kapitalisme.
Sosiologi Agama
 Hampir sama dengan dua kasus terdahulu, meskipun Judaism menunjukkan
Kristianitas sebagai sumber yang memiliki dampak besar pada peradaban barat dan
namun ritualisme dan ketaatan yang kuat pada perilaku “in-group” dan “out-group”
telah menghambat perkembangan kapitalism.
 Mudah untuk disimpulkan di sini bahwa non-development of capitalism dalam
masyarakat-masyarakat ini adalah kurangnya etika religius yang mendorong
perkembangan kapitalis. Namun orang harus mempertimbangkan peringatan
Weber. Weber sendiri memahami bahwa di sana ada begitu banyak variable dan isu-
yang sangat kompleks dan karenanya suatu penjelasan sederhana akan nampak
lebih mendekati realitas sosial mereka masing-masing.
Referensi
BAHASA INGGRIS
• Royce, Edward. Classical Social Theory and Modern Society_ Marx, Durkheim,
Weber-Rowman _ Littlefield Publishers (2015)
• Cuff, E.C. W. W. Sharrock, D. W. Francis, E. C. Cuff, Dave W. Francis-Perspectives in
Sociology_ Classical and Contemporary-Routledge (1998)
• Ritzer, George. The Blackwell Companion to Major Classical Social Theorists -Wiley-
Blackwell (2003)
• Ritzer, George. Jeffrey Stepnisky (editors)-The Wiley-Blackwell Companion to Major
Social Theorists, Volume I_ Classical Social Theorists (Blackwell Compani
• Hamilton, Peter. Knowledge and Social Structure_ An Introduction to the Classical
Argument in the Sociology of Knowledge-Routledge (2014)
• Lowith, Karl. Professor Bryan S Turner, Bryan S. Turner-Max Weber and Karl Marx-
Routledge (1993)
• Alexander, Jeffrey C. Theoretical Logic in Sociology, Vol. 2 The Antinomies of Classical
Thought Marx and Durkheim-University of California Press (1982)
• Alexander, Jeffrey C. Theoretical Logic in Sociology, Vol. 3 The Classical Attempt at
Theoretical Synthesis Max Weber-University of California Press (1983)
• Kon, Igor. (Editor)-A History of Classical Sociology (Student's Library)-Progress
Publishers (1990)
Referensi
• Lewis A. Coser , Masters of Sociological Thought: Ideas in Historical and Social Context,
New York : Harcourt Brace Jovanovich, 1971
• Anthony Giddens, Sociology, Cambridge: Polity, 2009 (6th edition)
• Henry L. Tischler, Introduction to Sociology, Belmont: Wadsworth Publishing, 2010 (10th
Edition )
• Bryan S. Turner, Classical Sociology Sage: London, 1999
• William E. Thompson & Joseph V. Hickey, Society in Focus: An Introduction to Sociology,
Prentice Hall (2011)
• Georg Ritzer, The Blackwel Companion to Major Classical Social Theorists , New Jersey:
Blackwell Publishing, 2003

BAHASA INDONESIA
• Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi: Klasik dan Modern, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1994.
• Anthony Giddens, Kapitalisme dan Teori Sosial Modern, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1994.
• Georg Ritzer & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi: Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai
Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodernism, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010
(cetakan kelima)

Anda mungkin juga menyukai