Sejarah Patti
Sejarah Patti
DISUSUN OLEH :
Puji Syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala rahmat yang diberikan-Nya,
sehingga makalah yang berjudul “ MAKALAH SEJARAH DINAMIKA POLITIK EKONOMI
PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN ” ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini
saya buat guna memenuhi tugas Sejarah Indonesia.
Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini dan
saya mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena
kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita
sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya
Semoga dengan dibuatnya makalah ini dapat bemanfaat bagi masyarakat luas, dan dapat
menambah wawasan pembaca. Pada akhirnya kritik dan saran yang pembaca berikan untuk
mewujudkan kesempurnaan makalah ini, kami sangat hargai.
Penulis
II
DAFTAR ISI
III
BAB I
PENDAHULUAN
Demokrasi merupakan suatu sitem Negara yang dimana kewenagan berada ditangan
rakyat, sehingga suatu pemerintahan tidak mempunyai kewenangan penuh terhadap
keputusan pemerintahan. Demokrasi terbentuk menjadi suatu system pemerintahan sebagai
respon kepada masyarakat umum yang ingin menyuarakan pendapat mereka. Dengan adanya
system demokrasi, kekuasaaan absolute satu pihak melalui tirani, kediktatoran dan
pemerintahan otoriter lainnya dapat dihindari. Demokrasi memberikan kebebasan
berpendapat bagi rakyat.
Indonesia telah mengalami enam kali pergantian kepala Negara dan beberapa kali
pergantian sistem pemerintahan. Kita bisa menilik berbagai macam periodesasi sejarah di
Indonesia dan membandingkannya satu sama lain. Dari berbagai macam perbandingan
tersebut tentunya kita bisa menilai masa mana yang paling demokratis meskipun penilaian
kita entah bersifat subjektif atau objektif. Perbandingan bisa dilakukan antara Orde Lama
(demokrasi liberal dan demokrasi terpimpin), Orde Baru, dan masa reformasi.
1.2 Tujuan
1. Memahami perkembangan politik pada masa Demokrasi Terpimpin mulai dari Menuju
Demokrasi Terpimpin, dan Peta Kekuatan Politik Nasional
2. Memahami Kebijakan dam sistem ekonomi pada masa Demokrasi Terpimpin terkait
dengan Dewan Perancang Nasional, Devaluasi Mata Uang, dll.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Kehidupan sosial politik Indonesia pada masa Demokrasi Liberal (1950 hingga
1959) belum pernah mencapai kestabilan secara nasional. Kabinet yang silih berganti
membuat program kerja kabinet tidak dapat dijalankan sebagaimana mestinya. Partai-
partai politik saling bersaing dan saling menjatuhkan. Mereka lebih mengutamakan
kepentingan kelompok masing-masing.
Di sisi lain, Dewan Konstituante yang dibentuk melalui Pemilihan Umum 1955
tidak berhasil menyelesaikan tugasnya menyusun UUD baru bagi Republik Indonesia.
Padahal Presiden Soekarno menaruh harapan besar terhadap Pemilu 1955, karena bisa
dijadikan sarana untuk membangun demokrasi yang lebih baik. Hal ini seperti yang
diungkapkan Presiden Soekarno bahwa “era ‘demokrasi raba-raba’ telah ditutup”. Namun
pada kenyataanya, hal itu hanya sebuah angan dan harapan Presiden Soekarno semata.
2
Pokok-pokok pemikiran yang terkandung dalam konsepsi tersebut, pertama, dalam
pembaruan struktur politik harus diberlakukan sistem demokrasi terpimpin yang
didukung oleh kekuatan-kekuatan yang mencerminkan aspirasi masyarakat secara
seimbang. Kedua, pembentukan kabinet gotong royong berdasarkan imbangan kekuatan
masyarakat yang terdiri atas wakil partai-partai politik dan kekuatan golongan politik
baru yang diberi nama oleh Presiden Soekarno golongan fungsional atau golongan karya.
Upaya untuk menuju Demokrasi Terpimpin telah dirintis oleh Presiden Soekarno
sebelum dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Langkah pertama adalah
pembentukan Dewan Nasional pada 6 Mei 1957. Sejak saat itu Presiden Soekarno
mencoba mengganti sistem demokrasi parlementer yang membuat pemerintahan tidak
stabil dengan demokrasi terpimpin. Melalui panitia perumus Dewan Nasional, dibahas
mengenai usulan kembali ke UUD 1945.Presiden Soekarno mengumumkan dekrit yang
memuat tiga hal pokok yaitu :
3
Dampak Diberlakukannya Dekrit Presiden 15 Juli 1959
1. Dampak Positif :
Menyelamatkan negara dari perpecahan dan krisis politik berkepanjangan.
Memberikan pedoman yang jelas, yaitu UUD 1945 bagi kelangsungan
negara.
Merintis pembentukan lembaga tertinggi negara, yaitu MPRS dan lembaga
tinggi negara berupa DPAS yang selama masa Demokrasi Parlemen
tertertunda pembentukannya.
2. Dampak Negatif :
Ternyata UUD 1945 tidak dilaksanakan secara murni dan konsekuen.
UUD yang harusnya menjadi dasar hukum konstitusional penyelenggaraan
pemerintahan pelaksanaannya hanya menjadi slogan-slogan kosong
belaka.
Memberi kekuasaan yang besar pada presiden, MPR, dan lembaga tinggi
negara. Hal itu terlihat pada masa Demokrasi terpimpin dan berlanjut
sampai Orde Baru.
Memberi peluang bagi militer untuk terjun dalam bidang politik. Sejak
Dekrit, militer terutama Angkatan Darat menjadi kekuatan politik yang
disegani. Hal itu semakin terlihat pada masa Orde Baru dan tetap terasa
sampai sekarang.
Dengan berlakunya UUD 1945 dan Demokrasi Terpimpin, Presiden Soekarno langsung
memimpin pemerintahan & segera mengambil kebijakan-kebijakan sebagai berikut :
Kabinet Kerja
Pada 10 Juli 1959, Soekarno mengumumkan kabinet baru yang disebut
Kabinet Kerja. Dalam kabinet ini Soekarno bertindak selaku perdana menteri, dan
Djuanda menjadi menteri pertama dengan dua orang wakil yaitu dr. Leimena dan
4
dr. Subandrio. Program kabinet yang dicanangkan meliputi penyelenggaraan
keamanan dalam negeri, pembebasan Irian Barat, dan melengkapi sandang
pangan rakyat.
Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS)
Pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) yang
langsung diketuai oleh Presiden Soekarno, dengan Roeslan Abdulgani sebagai
wakil ketuanya. Lembaga ini dibentuk berdasarkan Penetapan Presiden No. 3
tahun 1959 tertanggal 22 Juli 1959.
5
mengakibatkan Presiden membubarkan lembaga tersebut berdasarkan penetapan
Presiden No. 3 Tahun 1960, tanggal 5 Maret 1960. Pada tanggal 24 Juni 1960
DPR diganti dengan DPR-GR yang anggotanya berasal dari tiga partai besar
(PNI, NU, PKI). Ketiga partai ini dianggap telah mewakili semua golongan
seperti nasional, agama dan Komunis yang sesuai dengan konsep Nasakom.
Tugas pokok DPR-GR melaksanakan Manipol, merealisasikan amanat
penderitaan rakyat dan melaksanakan demokrasi terpimpin.
FRONT NASIONAL
Membentuk lembaga negara baru yang disebut Front Nasional
berdasarkan Penetapan Presiden No. 13 tahun 1959. Front Nasional adalah suatu
organisasi massa yang memperjuangkan cita-cita Proklamasi dan cita-cita yang
terkandung dalam UUD 1945. Front Nasional langsung diketuai oleh Presiden
Soekarno.
6
menteri yang mewakili MPRS, DPR-GR, Departemen-departemen, angkatan dan
para pemimpin partai politik Nasakom.
Antara tahun 1960-1965, kekuatan politik pada waktu itu terpusat di tangan
presiden soekarno. Presiden soekarno memegang seluruh kekuasaan Negara dengan TNI
AD dan PKI di sampingnya. TNI, yang sejak cabinet Djuanda diberlakukan S.O.B.
kemudian pemberontakan PRRI dan Permesta pada tahun 1958, mulai memainkan
peranan penting dalam bidang politik. Dihidupkannya UUD 1945 merupakan usulan dari
TNI dan didukung penuh dalam pelaksanaannya. Menguatnya pengaruh TNI AD,
membuat Presiden Soekarno berusaha menekan pengaruh TNI AD, terutama Nasution
dengan dua taktik, yaitu Soekarno berusaha mendapat dukungan partai – partai politik
yang berpusat di Jawa terutama PKI dan merangkul angkatan–angkatan bersenjata
lainnya terutama angkatan udara.
Kekuatan politik baru lainnya adalah PKI. PKI sebagai partai yang bangkit
kembali pada tahun 1952 dari puing–puing pemberontakan Madiun 1948. PKI kemudian
muncul menjadi kekuatan baru pada pemilihan umum 1955. Dengan menerima penetapan
Presiden No. 7 1959, partai ini mendapat tempat dalam konstelasi politik baru. Kemudian
dengan menyokong gagasan Nasakom dari Presiden Soekarno, PKI dapat memperkuat
kedudukannya. Sejak saat itu PKI berusaha menyaingi TNI dengan memanfaatkan
dukungan yang diberikan oleh Soekarno untuk menekan pengaruh TNI AD.
PKI berusaha mendapatkan citra yang positif di depan Presiden Soekarno. Pki
menerapkan strategi “menempel” pada Presiden Soekarno. Secara sistematis, PKI
berusaha memperoleh citra sebagai pancasilais dan pendukung kebijakan–kebijakan
Presiden Soekarno yang menguntungkannya. Seperti yang diungkapkan D.N. Aidit
bahwa melaksanakan Manipol secara konsekuen, sama halnya dengan melaksanakan
program PKI. Hanya kaum Manipolis munafik dan kaum reaksionerlah yang berusaha
menghambat dan menyabot manipol. Apa yang diungkapkan Aidit ini merupakan upaya
untuk memperoleh citra sebagai pendukung Soekarno.
7
PKI memanfaatkan ajaran Nasakom ciptaan Soekarno dengan baik, karena lewat
Nasakom PKI mendapat tempat yang sah dalam konstelasi politik Indonesia. Kedudukan
PKI dan respektabilitasnya sebagai kekuatan politik menjadi semakin kuat, terlihat ketika
Presiden Soekarno akan membubarkan partai melalui penetapan presiden. Konsep aal
adalah membubarkan partai yang memberontak. Namun pada keputusan final, Presiden
Soekarno merubahnya menjadi “sedang memberontak”, sehingga rumusan berbunyi
“sedang memberontak karena para pemimpinnya turut dalam pemberontakan…” .
sehingga calon partai yang dibubarkan hanya Masyumi dan PSI, sedangkan PKI yang
memberontak pada tahun 1948 terhindar dari pembubaran.
8
disetujui oleh Presiden Soekarno dan memerintahkan segala keputusan dicabut kembali.
Presiden Soekarno melarang Peperda mengambil tindakan politis terhadap PKI.
Pada akhir tahun 1964, PKI disudutkan dengan berita ditemukannya dokumen
rahasia milik PKI tentang Resume Program Kegiatan PKI Dewasa ini. Dokumen tersebut
menyebutkan bahwa PKI akan melancarkan perebutan kekuasaan. Namun pimpinan PKI,
Aidit, menyangkal dengan berbagai cara dan menyebutnya sebagai dokumen palsu.
Peristiwa ini menjadi isu politik besar pada tahun 1964. Namun hal ini diselesaikan
Presiden Soekarno dengan mengumpulkan para pemimpin partai dan membuat
kesepakatan untuk menyelesaikan permasalahan diantara unsur-unsur di dalam negeri
diselesaikan secara musyawarah karena sedang menjalankan proyek Nekolim,
konfrontasi dengan Malaysia.
Kesepakatan tokoh-tokoh partai politik ini dikenal sebagai Deklarasi Bogor.
Namun PKI melakukan tindakan sebaliknya dengan melakukan sikap ofensif dengan
melakukan serangan politik terhadap Partai Murba dengan tuduhan telah memecah belah
persatuan Nasakom, dan akan mengadakan kudeta serta akan membunuh ajaran dan
pribadi Presiden Soekarno. Upaya-upaya PKI ini membawa hasil dengan ditangkapnya
tokohtokoh Murba, diantaranya Soekarni dan partai Murba dibekukan oleh Presiden
Soekarno.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Demokrasi secara umum merupakan system pemerintahan yang segenap rakyat turut
serta memerintah dengan perantara wakil-wakilnya. Namun ada juga yang menyatakan suatu
system politik yang dimana kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-
wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang
didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminya
kebebasan politik.
Dalam demokrasi kebijakan rakyat menjadi prioritas suatu sistem, di Indonesia sistem
demokrasi yang digunakan adalah demokrasi pancasila dengan mengedepankan adanya
prinsip musyawarah. Dengan bermusyawarah diharapkan dapat memuaskan semua pihak
yang berbeda pendapat, suatu harapan yang sebenarnya sangat sulit dapat diwujudkan dalam
praktek berbangsa dan bernegara.
3.2 Saran
Belajar Sejarah Demokrasi Terpimpin penting bagi kesadaran bangsa Indonesia untuk
memahami salah satu bentuk demokrasi dan sistem ekonomi yang pernah diterapkan di negeri
ini. Pemahaman dan pengalaman kita akan kehidupan berdemokrasi diharapkan menjadi
semakin kaya. Tentu dengan kesadaran akan kekurangan dan kelebihan yang ada.
10
Daftar Pustaka
11