Anda di halaman 1dari 32

PENGARUH PEMBERIAN JAHE TERHADAP KEJADIAN MUAL MUNTAH DAN ASUPAN

ENERGI PADA IBU HAMIL

ANALISIS JURNAL
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
Stase keperawatan maternitas

Oleh

MILA DJURIATI PANIGORO


NIM : 841719042

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS OLAH RAGA DAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU PROFESI NERS
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Analisi jurnal yang berjudul Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Pengeluaran


Sputum Pada Anak Dengan Penyakit Gangguan Pernafasan Di Poli Anak

Oleh

MILA DJURIATI PANIGORO

MENGETAHUI

PRECEPTOR AKADEMIK PRECEPTOR KLINIK

(Ns. Wirda Dulahu, S.Kep., M.Kep) (Ns. Noerhayati Matoka, S.Kep)

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.....................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..........................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................iv
BAB 1 : PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................1
1.2 Tujuan..................................................................................................3
1.3 Manfaat................................................................................................3
BAB 2 : METODE DAN TINJAUAN TEORITIS.......................................5
2.1 Metode Pencarian.................................................................................5
2.2 Konsep Tentang Tinjauan Teori..........................................................5
2.2.1 Jenis-jenis Penyakit gangguan pernafasan.................................5
2.2.2 Anatomi system pernafasan........................................................7
2.2.3 Patofisiologi penyakit ganguan pernafasan................................7
2.2.4 Manifestasi Klinis.......................................................................8
2.2.5 Etiologi penyakit ganguan pernafasan........................................8
2.2.6 Pentalaksanaan penyakit ganguan pernafasan............................9
2.2.7 Fisioterapi Dada........................................................................10
2.2.8 SOP sederhana Fisioterapi dada anak dan bayi........................16
BAB 3 : HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................18
3.1 Hasil...................................................................................................18
3.2 Pembahasan........................................................................................22
3.1 Implikasi Keperawatan......................................................................26
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN....................................................27
4.1 Kesimpulan........................................................................................27
4.2 Saran...................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................28

iii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Kata Kunci Dan Hasil Penelitian .....................................................5
Tabel 3.1 Hasil Analisis Jurnal ......................................................................18

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pernafasan..........................................................8

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mual dan muntah dalam kehamilan merupakan hal yang fisiologis dalam

kehamilan, hal ini merupakan gejala umum yang terjadi pada awal

kehamilan.Kejadian mual muntah berkisar 50% sampai 90% dari wanita-wanita yang

hamil.Mual dan muntah pada kehamilan timbul pada minggu ke 4 dan berakhir pada

minggu ke 16 (Mitayani, 2009).

Manifestasi mual dan muntah yang lebih berat dalam kehamilan adalah

Hiperemesis Gravidarum (HEG), suatu kondisi mual dan muntah yang berlebihan

selama kehamilan.Mual muntah yang berlebihan ini dapat menyebabkan penurunan

berat badan, dehidrasi, asidosis akibat kelaparan, alkalosis akibat keluarnya asam

hidroklorida dalam muntah dan hipokalemia. Pada sebagian kasus dapat terjadi

disfungsi hati sementara. HCG merupakan kasus yang jarang, sekitar 0,5-3% atau 5-

20 kasus dari 1000 kehamilan, namun dapat menyebabkan komplikasi bahkan

mortalitas pada ibu dan janin jika tidak tertangani dengan baik (Wiknjosastro, 2010).

Menurut WHO, di Indonesia kurang lebih terdapat 48.000 kasus HEG per

tahun dan masalah ini menimbulkan banyak kerugian biaya dan ketidaknyamanan

penderita. Hiperemesis yang berat dapat menyebabkan komplikasi maternal seperti

kerusakan hati dan ginjal, robekan pada esophagus, pneumothoraks, neuropati perifer,

ensefalopati wernicke dan kematian. Pada janin dengan ibu yang menderita HEG

berkepanjangan dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, bahkan kematian.

1
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI di

Indonesia tergolong masih cukup tingggi yaitu mencapai 359 per 100.000 kelahiran

hidup dimana masih jauh dari target Millenium Developmenet Goals (MDG’s) yaitu

102 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes, 2011). Salah satu Penyebab AKI adalah

patologi dalam kehamilan dimana HEG sebagai salah satu pemicunya.

Mengingat masih tingginya angka kejadian HEG pada ibu hamil maka ibu

tersebut harus memperoleh penanganan yang tepat.Hal ini dikarenakan bahaya dari

HEG tidak hanya bagi ibu tetapi juga berdampak terhadap janinya.Untuk itu tenaga

kesehatan seperti perawat sebagai pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan

mampu bertindak dengan cermat, tanggap serta memiliki kompetensi yang cukup.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik mengambil judul “Pengaruh

Pemberian Jahe Terhadap Kejadian Mual Muntah Dan Asupan Energi Pada Ibu

Hamil”

1.2 Tujuan

Untuk menganalisis jurnal Pengaruh Pemberian Jahe Terhadap Kejadian Mual

Muntah Dan Asupan Energi Pada Ibu Hamil.

1.3 Manfaat

Analisis jurnal ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan tentang

keperawatan khususnya kepada para ibu hamil yang mengalami gangguan pada

proses kehamilannya.

1.3.2 Manfaat Praktis

2
a. Bagi Program Studi Profesi Ners

Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan teori dan bahan

bacaan tentang keperawatan mengenai pemberian fisioterapi dada terhadap

pengeluaran sputum pada anak dengan penyakit gangguan pernafasan di poli

anak.

b. Bagi Perawat

Analisis jurnal ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi

perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan

pernafasan.

c. Bagi Pasien dan Keluarga

Analisis jurnal ini diharapkan dapat menambah wawasan, memperluas

pemikiran dan menerapkan cara untuk menggunakan fisioterapi dada

terhadap anak yang mengalami gangguan pernafasan.

3
BAB II
METODE DAN TINJAUAN TEORITIS

2.1 Metode Pencarian

Analisis jurnal ini menggunakan 1 (satu) media atau metode pencarian jurnal,

yaitu sebagai berikut :

1. Google Cendekia dengan alamat situs: https:/scholar.google.co.id

Tabel 2.1 Kata Kunci dan Hasil Pencarian

Kata Kunci Hasil Pencarian


Fisioterapi dada 756.000 Hasil
Penyakit Gangguan Pernafasan 120.000 Hasil
Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap
Pengeluaran Sputum Pada Anak Dengan
6 hasil
Penyakit Gangguan Pernafasan Di Poli
Anak

2.2 Konsep Tentang Tinjauan Teori

2.2.1 Jenis-jenis Penyakit gangguan pernafasan

Penyakit yang diderita oleh anak dan sering terjadi adalah gangguan sistem

pernafasaan beberapa penyakit gangguan pernafasaan diantaranya adalah ISPA,

Pneumonia, Asma dan TB.

A. ISPA

4
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dibedakan menjadi dua,

ISPA atas dan bawah menurut Nelson (2002). Infeksi saluran pernapasan

atas adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri termasuk

nasofaringitis atau common cold, faringitis akut, uvulitis akut, rhinitis,

nasofaringitis kronis, sinusitis. Sedangkan, infeksi saluran pernapasan akut

bawah merupakan infeksi yang telah didahului oleh infeksi saluran atas yang

disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder, yang termasuk dalam

penggolongan ini adalah bronkhitis akut, bronkhitis kronis, bronkiolitis dan

pneumonia aspirasi.

B. Pneumonia

Pneumonia adalah peradangan akut pada parenkim paru, bronkiolus

respiratorius dan alveoli, menimbulkan konsolidasi jaringan paru sehingga

dapat mengganggu pertukaran oksigen dan karbon dioksida di paru-paru.

Pada perkembangannya , berdasarkan tempat terjadinya infeksi, dikenal dua

bentuk pneumonia, yaitu pneumonia-masyarakat (community-acquired

pneumonia/CAP), apabila infeksinya terjadi di masyarakat; dan pneumonia-

RS atau pneumonia nosokomial (hospital-acquired pneumonia/HAP), bila

infeksinya didapat di rumah sakit.

C. Asma

Asma adalah jenis penyakit jangka panjang atau kronis pada saluran

pernapasan yang ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran

napas yang menimbulkan sesak atau sulit bernapas. Selain sulit bernapas,

5
penderita asma juga bisa mengalami gejala lain seperti nyeri dada, batuk-

batuk, dan mengi. Asma bisa diderita oleh semua golongan usia, baik muda

atau tua.

D. TB Paru

Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksius, yang

terutama menyerang penyakit parenkim paru. Nama tuberkulosis berasal dari

tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem

kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru. Tb paru ini

bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan

menimbulkan nekrosis jaringan. Tb paru dapat menular melalui udara, waktu

seseorang dengan Tb aktif pada paru batuk, bersin atau bicara.

2.2.2 Anatomi sistem pernafasan

Gambar 2.1 Anatomi sistem pernafasan (Corwin, 2009)

6
2.2.3 Patofisiologi penyakit ganguan pernafasan

Pada kondisi normal, saluran pernafasan mempunyai mekanisme yang

efektif untuk melindungi diri dari infeksi oleh bakteri atau mikroba lain. Partikel

besar pertama kali disaring di jalan nafas. Ketika partikel kecil terhirup, sensor

sepanjang saluran nafas terpicu adanya reflek bentuk atau bersin yang melawan

partikel tersebut untuk keluar lagi. Bakteri dan agen infeksi lain akan dilawan di

kantung alveoli oleh sistem imun tubuh, magrofag dan sel darah putih. Sistem

pertahanan ini pada keadaan normal menjaga paru-paru agar tetap steril, tetapi

jika system ini lemah atau rusak, maka bakteri, virus dan negatif lain penyebab

penyakit saluran pernafasan akan masuk, menginfeksi dan menyebabkan

terjadinya inflamasi di bagian dalam system pernafasan (Astuti, 2010).

2.2.4 Manifestasi Klinis

Tanda serta gejala yang sering terjadi dan dijumpai pada kasus penyakit

gangguan pernafasan adalah demam yang cukup tinggi, batuk berdahak (lendir

berwarna kehijauan atau nanah), nyeri dada, sesak nafas, sakit kepala, nafsu

makan berkurang, kekakuan sendi, kekakuan otot, kulit lembab, batuk berdarah

(Corwin, EJ 2009).

2.2.5 Etiologi penyakit ganguan pernafasan

Penyakit gangguan pernafasan yang ada di masyarakat pada umumnya,

disebabkan oleh bakteri, virus atau mikoplasma (bentuk pemeliharaan antara

bakteri dan virus) (Maryunani, A 2010). Pada kondisi normal, saluran pernafasan

7
mempunyai mekanisme yang efektif untuk melindungi diri dari infeksi oleh

bakteri atau mikroba lain. Partikel besar pertama kali disaring di jalan nafas.

Ketika partikel kecil terhirup, sensor sepanjang saluran nafas terpicu adanya

reflek bentuk atau bersin yang melawan partikel tersebut untuk keluar lagi.

Bakteri dan agen infeksi lain akan dilawan di kantung alveoli oleh sistem imun

tubuh, magrofag dan sel darah putih. Sistem pertahanan ini pada keadaan normal

menjaga paru-paru agar tetap steril, tetapi jika system ini lemah atau rusak, maka

bakteri, virus dan negatif lain penyebab penyakit akan masuk, menginfeksi dan

menyebabkan terjadinya inflamasi di bagian dalam paru-paru.

2.2.6 Pentalaksanaan penyakit ganguan pernafasan

Pada umumnya, penyakit gangguan pernafasan seperti asma, pneumonia,

ISPA, maupun TB paru memiliki pengobatan yang hampir sama dalam

penanganannya. Terapi Non-farmakologis

 Memperbanyak Minum

 Kompres Hangat

 Irigasi Nasal

 Fisioterapi dada

Terapi Farmakologis

Terapi farmakologis umumnya bersifat suportif untuk meringankan gejala

beberapa diantaranya yakni :

8
 Terapi Simptomatik

Dekongestan oral

Antihistamin oral

Guaifenesin

 Antiviral

 Terapi Antibiotik

 Terapi Inhalasi

2.2.7 Fisioterapi Dada

A. Pengertian

Fisioterapi Dada adalah suatu usaha untuk mengeluarkan sekret dari

dalam paru–paru atau trakea untuk mempertahankan fungsi – fungsi otot

pernafasan. Fisioterapi dada merupakan kumpulan teknik atau tindakan

pengeluaran sputum yang digunakan, baik secara mandiri maupun kombinasi

agar tidak terjadi penumpukan sputum yang mengakibatkan tersumbatnya

jalan napas dan komplikasi penyakit lain sehingga menurunkan fungsi

ventilasi paru-paru. (Soemarno, S, Astuti, D 2016).

B. Tujuan

a) Untuk mempertahankan, memperbaiki, dan mencapai keefektifan dari

seluruh bagian paru termasuk relaksasi otot pernafasan.

b) Untuk mencegah kolaps dari bagian paru yg disebabkan terhambatnya

sekresi sekret.

9
c) Menghindarkan terjadi Broncho pneumonia dan komplikasi lainnya

C. Indikasi

a) Penyakit gangguan pernafasan

b) Pasca Op thorak, kardiovaskuler

c) Bebaring lama

d) Neuromuskulair dg refleks batuk menurun

e) Klien yg terpasang alat ventilasi

D. Kontraindikasi

a) Kelainan faal hemostasis

b) Klien dengan tekanan intrakranial meningkat

c) Pre Op carsinoma paru

d) Haemoptoe

E. Macam Fisioterapi Dada

a) Latihan Pernafasan ( Breathing Excersice )

b) Menepuk - nepuk dada ( Clapping )

c) Menggetarkan ( Vibrating )

d) Posisi Drainage (Postural Drainage)

1. Breathing Excersice

1) Tujuan

10
Membantu melancarkan pengeluaran pernafasan sekret dan

merangsang tjd batuk serta mendapatkan pengembangan yg maksimal pd

bagian paru yg terkena penyakit

2) Bentuk Latihan

- Pernafasan Diafragma

 Tujuannya untuk melatih pasien bagaimana caranya bernafas dalam

dengan menggunakn diafragma.

 Caranya :

* Pasien disuruh menarik nafas lewat hidung, kemudian disuruh

menghembuskan nafas lewat mulut scr pelan – pelan.

* Pasien disuruh bernafas dalam seperti tadi dg frekwensi 5 – 20 kali

tarikan nafas / hembusan nafas, lalu dibatukkan.

* Latihan nafas dilakukan setiap 1 – 2 jam

- Batuk Efektif

 Tujuannya untuk mengeluarkan benda asing dari dalam saluran

pernafasan secara efesien termasuk mengeluarkan skret dari traktus

respiratorius.

 Faktor yang mempengaruhi :

- SSP yg baik

- Kemampuan menarik nafas dalam dan menghembuskan keluar

dengan

11
cepat

- Fungsi glotis yg normal

- Kekuatan otot dinding depan abdomen yg cukup

2. Clapping

1) Tujuan

Utk membantu mendorong dalam mengeluarkan sekret di dlm paru yg

diharapkan dpt keluar secara gaya gravitasi. Teknik ini dilakukan dg

menepuk – nepukkan tangan dlm posisi telungkup.

2) Caranya :

 Menepuk – nepuk pada dinding thorak klien (+ 30 mnt satu kali

fisioterapi nafas)

 Penepukan dapat membuat sekret terlepas, sehingga udara dapat

masuk ke paru & sekret dapat keluar ke arah broncus/trakea, lalu klien

disuruh batuk.

 Pada waktu penepukan perhatikan KU klien dan reaksi klien.

3. Vibrating

1) Tujuan

* Merangsang terjadinya batuk

* Membantu lancarkan pengeluaran sekret

Caranya :

 Klien disuruh bernafas diafragma

12
 Letakkan kedua tangan diatas dinding toraks pd waktu klien

mengeluarkan nafas, kita lakukan tindakan menggetarkan tangan

( vibrating ).

 Setelah dilakukan vibrasi sebanyak 2 – 3 kali, lalu klien disuruh batuk.

Perhatikan :

 Tindakan ini dpt dilakukan dg menggunakan alat vibrator ( memakai

tenaga listrik )

 Cegah terjadinya kerusakan tulang iga dan organ didalamnya.

 Perhatikan klien jangan sampai kesakitan.

4. Posisi Drainage

1) Tujuan

Dengan posisi drainage, tidak akan terjadi penimbunan sekret di dlm

paru- paru. Mencegah terhambatnya saluran bronkus. Dengan demikian

mencegah kolaps dari paru.

2) Macam – macam posisi postural drainage

 Semi-fowler bersandar ke kanan, ke kiri Lobus / bronkus apikal

 Tegak dg sudut 45 drjt membungkuk ke depan Bronkus Posterior

 Berbaring dg bantal di bawah lutut Bronkus Anterior

 Trendelenburg dg sudut 30 drjt, miring kekiri Bronkus lateral dan medial

13
 Trendelenburg dg sudut 30 drjt, miring kekanan Bronkus Superior dan Inferior

 Condong dg bantal dibwh panggul Bronkus Apikal

 Trendelenburg dg sdt 45 drjt, samping kanan Bronkus Medial

 Trendelenburg dg sdt 45 drjt, samping kiri Bronkus Lateral

 Trendelenburg condong dg sdt 45 drjt Bronkus Posterior

Kapan dan bilamana fisioterapi dada bayi dan anak dilakukan?

Pada umumnya untuk kasus batuk pilek yang ringan hanya dibutuhkan 1-2

kali fisioterapi tapi untuk kasus yang berat bisa dibutuhkan sampai 7 kali, bahkan

lebih. Penghematan biaya  terhadap pengeluaran fisioterapi tersebut sangat bisa

dilakukan jika orang tua mengerti teknik fisioterapi sederhana untuk kemudian

mempraktikkannya sendiri di rumah.

Fisioterapi dada bayi dan anak yang sederhana dapat dilakukan di rumah. 

Hanya saja untuk melakukan fisioterapi pada bayi, orang tua umumnya tidak

memiliki rasa percaya diri. Wajar saja, karena tubuhnya masih begitu mungil.

Apalagi memang ada beberapa teknik fisioterapi untuk bayi yang hanya bisa

dilakukan fisioterapis profesional, misalnya untuk mengeluarkan lendir setelah

proses inhalasi dengan nebulizer.

Kondisi yang mengizinkan fisioterapi:

14
·Dokter menyarankan anak menjalani fisioterapi.

·Batuk-pilek ringan (tidak disertai demam dan lamanya belum lebih dari 3 hari).

Hindari fisioterapi bila:

·Kondisi batuk pilek yang dialami anak tergolong berat atau disertai demam.

·Anak mengalami sesak nafas yang parah karena dengan fisioterapi malah bisa

menambah sesaknya.

·Anak baru saja menghabiskan makannya karena dapat mengakibatkan muntah.

2.2.8 SOP sederhana Fisioterapi dada anak dan bayi

Jika bayi atau anak mengalami hidung tersumbat dan batuk berdahak, bisa

mencoba teknik tepukan yang dinamakan percussion. Caranya mudah, Perhatikan

step-step berikut :

1) Pastikan bayi dalam posisi tengkurap dan letakkan bantal di bawah perut,

pastikan bantal itu tidak terlalu tebal.

2) Kemudian condongkan sedikit posisi bantal dengan kedudukan kepala bayi ke

bawah dan kaki di atas, pastikan kaki tetap lurus.

3) Bentuk telapak tangan seperti cupping (lubang di tengah) dan gunakan

kekuatan dari pergelangan tangan untuk menepuk perlahan di punggung atau

dada bayi atau anak.

4) Tepukkan telapak tangan kurang lebih 15 menit dan berpindah posisi di kiri

dan kanan tubuh bayi  atau anak. Tujuan menepuk-nepuk ini adalah

15
memfasilitasi mengalirnya sekresi lendir dari saluran paru yang sempit ke

saluran paru yang lebih besar. Reaksi yang biasa timbul pada bayi atau anak

akan terbatuk-batuk dan terkadang muntah sekresi lendir. Jika sekresi lendir

tertelan bayi atau anak, hal itu tidak apa-apa, karena sekresi lendir tetap keluar

dari paru dan masuk ke saluran pencernaan selanjutnya akan dikeluarkan

lewat kotoran.

5) Kalau di rumah ada sinar infra merah, sebelum dilakukan fisioterapi bisa

disinari dulu dengan alat itu, adapun fungsi sinar infra merah untuk

memberikan efek relaksasi pada otot pernafasan, sehingga bayi atau anak akan

lebih nyaman untuk dilakukan fisioterapi dada. Kalaupun tidak ada, anda bisa

menggunakan sinar matahari pagi sembari melakukan fisioterapi dada

sederhana. Tindakan tersebut bisa menjadikan tindakan preventif terjadinya

sakit penyakit yang lebih buruk.

16
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Tabel 3.1 Hasil Analisis Jurnal

Author Tahun Judul Metode Hasil Source


Chella 2015 Pengaruh quasi Hasil analisis secara paired sample t-test Google
Aryayuni Fisioterapi Dada experimental didapatkan p value 0,000 < α 0,025, dapat scholar
Ns.Tatian Terhadap design dengan diartikan ada pengaruh fisioterafi dada
a Siregar, Pengeluaran pendekatan terhadap pengeluaran sputum pada anak
S.Kep., Sputum Pada one group deegan penyakit gangan pernafasan di
M.M Anak Dengan pretest RSUD Kota Depok; serta ada perbedaan
Penyakit posttes antara pengeluaran sputum sebelum dan
Gangguan sesudah dilakukan fisioterafi dada dibuktikan
Pernafasaan Di dengan perbedaan mean antara ada sputum
Poli Anak RSUD dan tidak ada sputum adalah sebesar -0,73
Kota Depok yang mempunyai perbedaan range antara
lower sebesar -1,04107 (tanda negative
berarti pengeluaran sputum sebelum
fisioterapi dada lebih kecil dari sesudah
tindakan fisioterapi dada) sampai upper yaitu
-0,41347

Marlina 2019 Pengaruh Penelitian Hasil penelitian mendapatkan karakteristik Google


Lumbanto Fisioterapi Dada menggunakan responden menurut umur, mayoritas berumur scholar

17
ruan, Terhadap Quasi ≤59 tahun, berjenis kelamin laki-laki.
Saruza, Frekuensi Experiment Mayoritas responden memiliki frekuensi
Hestin Pernafasan Pada dengan desain pernafasan tidak normal sebelum dilakukan
Damaris Pasien Tb Paru Di One-group fisioterapi dada, dan mayoritas frekuensi
Lase, Elis Rsu. Royal Prima pre-testpost- pernafasan normal setelah dilakukan
Anggeria Medan test design fisioterapi dada. Berdasarkan pengaruh
fisioterapi dada terhadap frekuensi
pernafasan pada pasien TB Paru,
menggunakan uji Wilcoxon didapat nilai
signifikan (p) = 0,00 maka Ho ditolak,
artinya ada pengaruh fisioterapi dada
terhadap peningkatan frekuensi pernafasan
pada pasien TB paru di RSU Royal Prima
Medan tahun 2019. Kesimpulannya adalah
ada pengaruh fisioterapi dada terhadap
frekuensi pernafasan pada pasien TB Paru.
Maidartati 2014 Pengaruh Desain Data yang diperoleh dianalisa dengan Google
Fisioterapi Dada penelitian menggunakan univariat dan bivariat, hasil uji scholar
Terhadap adalah quasi statistik menunjukan terdapat perbedaan
Bersihan Jalan eksperimen. bermakna rerata frekwensi bersihan jalan
Nafas Pada Anak post group nafas sebelum dan sesudah fisioterapi yaitu
Usia 1-5 Tahun pre & postest, nilai P-value 0000. sedangkan untuk uji beda
Yang Mengalami pengambilan bersihan nafas sebelum dan sesudah
Gangguan sampel fisioterapi didapatkan hasil P-value 0.225.
Bersihan Jalan dengan cara fisioterapi dada dapat diusulkan sebagai
Nafas Di purposive tindakan rutin di Poli dalam terapi supportif
Puskesmas Moch. sampling bagi anak yang mengalami gangguan
Ramdhan dengan bersihan jalan nafas.
Bandung jumlah

18
sampel 17
orang.
Vincent 2016 Effectiveness of Quasi- Hasil penelitian menunjukan fisioterapi Google
Gajdos, Chest Experimental memiliki efek signifikan pada bayi yang scholar
Sandrine Physiotherapy in dirawat di rumah sakit dengan bronchiolitis.
Katsahian, Infants
Nicole Hospitalized with
Beydon. Acute
Bronchiolitis: A
Multicenter,
Randomized,
Controlled Trial
Laura 2018 Ectiveness Of Quasi- ANOVA test digunakan untuk menganalisis Google
Vagnoli, Chest Experimental, hipotesis penelitian. Diamati bahwa efek scholar
Alessandr Physiotherapy In post group kombinasi terapi antibiotic dan fisioterapi
a, Elena, The Management pre & postest dada berpengaruh signifikan terhadap
Salvatore, Of Bronchiectasi pembersihan jalan nafas, mengurangi
Andrea kekambuhan dan peningkatan dyspnea, suara
nafas , PEFR, pengurangan jumlah dahak
dan peningkatan SpO2 (Nilai P <0,05)

19
20
3.2 Pembahasan

Pada jurnal ini, peneliti mengambil 5 penelitian terdahulu yang melakukan

penelitian tentang pelaksanaan fisioterapi dada. Setelah melakukan analisis terhadap

beberapa penelitian terdahulu, maka didapatkan populasi dalam penelitian ini adalah

sama yakni, menggunakan pasien atau klien yang mengalami penyakit gangguan

pernafasan khususnya pada penyakit yang terdapat sputum yang mengakibatkan

tersumbatnya jalan nafas. Dimana untuk sampel yang digunakan dalam masing-

masing penelitian berbeda satu sama lain, penelitian yang dilakukan oleh Chella

Aryayuni,dkk. dilakukan pada 11 klien anak di RSUD Kota Depok yang memiliki

sputum pada saluran nafasnya, penelitian yang dilakukan oleh Marlina Lumbantoruan

berjumlah 30 klien yang merupakan penderita TB Paru dan penlitian yang dilakukan

oleh Maidartati sebanyak 17 klien anak usia 1-5 tahun yang mengalami gangguan

bersihan jalan nafas di Puskesmas Moch. Ramdhan Bandung sedangkan pada Vincent

Gajdos dan Laura Vagnoli pada anak penderita bronchiolitis dan bronkioktasi.

Berdasarkan ke 5 penelitian terdahulu masing-masing melakukan intervensi

yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh fisioterapi dada terhadap pengeluaran

sputum pada anak dengan penyakit gangguan pernafasan, intervensi yang diberikan

terkait fisioterapi dada pada intinya sama yaitu diberikan tindakan fisioterapi dada

untuk melihat apakah sputumnya berkurang atau tidak.

Pada penelitian Chella Aryayuni,dkk. dilakukan pendekatan one group pretest

posttest. Pemilihan responden dilakukan dengan teknik purposive sampling dan di

*dapatkan sampel sebanyak 11 anak. Instrumen yang digunakan adalah lembar

21
observasi dan metode pengumpulan data dengan cara pengamatan sputum pada anak

dan wawancara pada orang tua serta pengisian angket. Pada penelitian ini peneliti

menilai karakteristik penyakit pernafasan dan frekuensi pengeluaran sputum.

Hasilnya penyakit terbanyak yang diderita adalah TB Paru sebanyak 6 orang (54,5%).

Anak yang mengeluarkan sputum sebelum fisioterapi dada sebanyak 8 orang, dan

setelah fisioterapi dada pengeluran sputum terjadi pada 11 anak (100%). Hasil

analisa bivariat terlihat nilai p Value 0,000 < α 0,025 maka Ho ditolak dapat

disimpulkan bahwa pengeluaran sputum sebelum dan sesudah fisioterapi dada

relative tidak sama atau fisioterapi dada efektif dalam mengeluarkan sputum.

Lain halnya pada penelitian Marlina Lumbantoruan, dkk. Peneliti melakukan

Quasi Experiment dengan design menggunakan pendekatan one-group pre-test-post-

test design. Penelitian ini, sebelum dilakukan fisioterapi dada diukur menggunakan

SPO2 (pre-test), kemudian setelah dilakukan fisioterapi dada selama 10 menit diukur

kembali SPO2 (post-test). Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan alat

ukur SPO2 dan menggunakan instrumen observasi dan pengamatan. Data terbagi atas

dua bagian yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dari penelitian ini adalah

data dari hasil peningkatan frekuensi nafas sebelum dan sesudah dilakukan fisioterapi

dada. Data sekunder dari penelitian ini adalah data jumlah penderita TB paru yang

diambil dari Rekam Medik RSU Royal Prima dengan jumlah sampel 30 anak. Hasil

penelitian frekuensi nafas pada pasien TB Paru sebelum dilakukan fisioterapi dada di

RSU Royal Prima Medan tahun 2019 bahwa semua responden memiliki pernafasan

yang tidak normal. Hasil penelitian frekuensi nafas pada pasien TB Paru setelah

22
dilakukan fisioterapi dada di RSU Royal Prima Medan tahun 2019 didapatkan bahwa

mayoritas responden memiliki pernafasan normal sebanyak 25 orang (83%), dan

minoritas pernafasan tidak normal sebanyak 5 orang (17%). Frekuensi pernafasan

dapat berubah dengan adanya terapi fisioterapi dada pada pasien TB Paru.

Pada penlitian yang dilakukan oleh Maidartati juga sama yakni menggunakan

Quasi Eksperiment dengan jenis One Group Pretest-Posttes dan cara pemilihan

responden pada penelitian ini juga Purposive Sampling dengan sampel sebanyak 17

anak. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah

dengan lembar observasi untuk mengevaluasi efektivitas pemberian fisioterapi dada

yaitu, Respirasi Rate (RR) pasien, PCH dan Retraksi Interkostal. Hasil penelitian

diketahui bahwa sebelum dilakukan fisioterapi dada seluruh responden anak yaitu 17

orang mengalami gangguan bersihan jalan nafas dengan indikator respirasi rate >40

kali/menit, PCH(+) dan RIC(+). Sedangkan setelah dilakukan fisioterapi didapatkan

hasil bahwa terjadi terhadap frekwensi nafas menjadi menurun, begitu juga dengan

pernafasan cuping hidung dan ratraksi.

Selanjutnya, pada penelitian Vincent Gajdos metode penelitiannya

menggunakan Quasi-Experimental dengan kelompok control dimana menggunakan

para ahli fisioterapis untuk melakukan fisioterapi dada pada bayi-bayi yang sedang

dirawat di rumah sakit dengan diagnose bronkiolitis. Semua bayi mendapatkan

perlakuan yang sama selama 3 kali sehari 10-15 menit. Hasil penelitian menunjukan

fisioterapi memiliki efek signifikan pada bayi yang dirawat di rumah sakit dengan

bronchiolitis.

23
Pada penelitian Laura Vagnoli, data dikumpulkan dari Rumah Sakit Dada,

Lahore. Uji Coba Kontrol Acak (RCT) metode penelitian digunakan pada 20 pasien

yang dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok I: Pada kelompok ini pasien dirawat

dengan Anti-biotik. Kelompok II: Pada kelompok ini pasien dirawat dengan

fisioterapi dada. Kelompok III: Pada kelompok ini pasien dirawat dengan anti biotik

bersama dengan fisioterapi dada. Pasien dinilai secara rinci menggunakan kuesioner

yang telah disiapkan untuk meniliai skala Dyspnea Borg yang Dimodifikasi, Sputum

Quantity, Breath Sounds, dan SpO 2. Kemudian pasien ini menjalani fisioterapi dada

secara intensif di departemen dan tindak lanjut rutin kunjungan ke departemen dan

penilaian akhir dilakukan pada akhir empat minggu dengan menggunakan kuesioner

yang sama dan peningkatan yang dihasilkan ditunjukkan dalam hasil setelah

penyelesaian. Berdasarkan hasil ANOVA test yang digunakan untuk menganalisis

hipotesis penelitian. Diamati bahwa efek kombinasi terapi antibiotic dan fisioterapi

dada berpengaruh signifikan terhadap pembersihan jalan nafas, mengurangi

kekambuhan dan peningkatan dyspnea, suara nafas , PEFR, pengurangan jumlah

dahak dan peningkatan SpO2 (Nilai P <0,05)

Berdasarkan ke 5 penelitian tersebut ada beberapa perbedaan yang didapatkan

dimana jika dilihat dari segi waktu pemberian fisioterapi dada dimana pada penelitian

Chella Aryayuni,dkk. Dilakukan selama 5-10 menit setiap kunjungan anak di poli,

penelitian yang dilakukan Marlina Lumbantoruan fisioterapi dada diberikan 2 kali

sehari salama 5 sampai 10 menit, selain itu pada penelitian Maidartati menggunakan

24
waktu selama 10 menit sedangkan pada Vincent Gajdos 3 kali sehari sekali selama 5

sampai 10 menit dan Laura Vagnoli selama 10 menit.

Selain itu dari segi manfaat yang diberikan walau pada intinya sama untuk

mengeluarkan sputum, namun pada penelitian yang dilakukan oleh Laura Vagnoli

tidak hanya pengeluaran sputum saja namun juga dapat mengurangi kekambuhan dan

peningkatan dyspnea, suara nafas , PEFR, pengurangan jumlah dahak dan

peningkatan SpO2.

Berdasarkan hasil ke 5 penelitian terdahulu dapat disimpulkan ke-limanya

memberikan dampak positif terhadap masalah bersihan jalan nafas yang dirasakan

pada penderita penyakit gangguan pernafasan dimana efektifitas dari pemberian

fisioterapi dada salah satunya mengurangi produksi sputum berlebih, walaupun

dengan waktu dan kualitas yang masing-masing berbeda namun hasil dan tujuan yang

didapatkan tetap sama untuk mengurangi dampak akibat sputum yang berlebihan.

3.3 Implikasi Keperawatan

Pemberian fisioterapi dada dapat dijadikan penatalaksanaan untuk mengurangi

prodksi sputum yang bisa dilakukan oleh perawat sebagai salah satu teknik non-

farmakologi sesuai dengan manfaat dari terapi fisioterapi dada sehingga penanganan

pasien dengan gangguan pernafasan dapat diatasi khususnya pada anak yang berada

di poli anak.

25
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Hasil analisis jurnal ini menunjukkan bahwa Fisioterapi dada merupakan

tambahan yang berguna untuk membantu mengurangi produksi sputum pada anak

dengan penyakit gangguan pernafasan.

4.2 Saran

4.2.1 Bagi Program Studi Profesi Ners

Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan teori dan bahan

bacaan tentang keperawatan anak.

1.2.2 Bagi Perawat

Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan sebagai bahan masukkan

bagi perawat dalam asuhan keperawatan anak.

1.2.3 Bagi Instansi

Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi masukan bagi rumah sakit

dalam melaksanakan penatalaksanaan asuhan keperawatan anak.

26
DAFTAR PUSTAKA

Ariasti 2010, pengaruh fisioterapi dada terhadap kebersihan jalan napas pada pasien
ISPA di Desa Pucung Eromoko Wonogiri, Jakarta

Astuti, & Rahmat AS 2010, Asuhan Keperawatan anak dengan gangguan sistem
pernafasaan, Trans Info Media, Jakarta

Chella Aryayuni dkk. 2015. “Pengaruh Fisioterapi dada terhadap pengeluaran sputum
pada anak dengan penyakit gangguan pernafasan di poli anak RSUD Kota
Depok” Jurnal Keperawatan Widya Gentari Vol.2 No.2/Desember 2015

Corwin, EJ 2009, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta

Departemen Kesehatan, 2016, Tuberculosis, diakses 18 November


download.portalgaruda.or g/article.php?

Madiarti. 2014. “Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Bersihan Jalan Nafas Pada
Anak Usia 1-5 Tahun Yang Mengalami Gangguan Bersihan Jalan Nafas Di
Puskesmas Moch. Ramdan Bandung” Jurnal Ilmu Keperawatan Vol.11 No.2

Marlina Lumbartoruan, dkk. 2019. “Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Frekuensi


Pernafasan Pada Pasien TB Paru Di RSU Royal Prima Medan” Jurnal
Keperawatan Vol.9 No.2

Maryunani, A 2010, Ilmu kesehatan anak dalam kebidanan, Trans Info Media,
Jakarta

Purnomo, 2006, Managemen pengeluaran dahak (fisioterapi dada) dengan ispa di


keluarga Tn. M khususnya An. A di desa karang malang RT 01/ RW 07 batu
sari kecamatan meranggan, demak

Rabiya Noor, dkk. “Effectiveness of Chest Physiotherapy In The Management of


Bronchiectatis” Vol. 20 Issue 3

Soemarno, S, Astuti, D 2016, “ Pengaruh penambahan mwd pada terapi inhalasi,


chest, fisioterapi (postural drainage, huffing, coughing, tapping dan clapping)
dalam meningkatkan volume pengeluaran sputum pada penderita asma
bronchiale”, vol. 5, no. 3, April 2015, hlm. 56-65

27

Anda mungkin juga menyukai