Analisis Jurnal Maternitas
Analisis Jurnal Maternitas
ANALISIS JURNAL
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
Stase keperawatan maternitas
Oleh
Oleh
MENGETAHUI
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.....................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..........................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................iv
BAB 1 : PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................1
1.2 Tujuan..................................................................................................3
1.3 Manfaat................................................................................................3
BAB 2 : METODE DAN TINJAUAN TEORITIS.......................................5
2.1 Metode Pencarian.................................................................................5
2.2 Konsep Tentang Tinjauan Teori..........................................................5
2.2.1 Jenis-jenis Penyakit gangguan pernafasan.................................5
2.2.2 Anatomi system pernafasan........................................................7
2.2.3 Patofisiologi penyakit ganguan pernafasan................................7
2.2.4 Manifestasi Klinis.......................................................................8
2.2.5 Etiologi penyakit ganguan pernafasan........................................8
2.2.6 Pentalaksanaan penyakit ganguan pernafasan............................9
2.2.7 Fisioterapi Dada........................................................................10
2.2.8 SOP sederhana Fisioterapi dada anak dan bayi........................16
BAB 3 : HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................18
3.1 Hasil...................................................................................................18
3.2 Pembahasan........................................................................................22
3.1 Implikasi Keperawatan......................................................................26
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN....................................................27
4.1 Kesimpulan........................................................................................27
4.2 Saran...................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................28
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kata Kunci Dan Hasil Penelitian .....................................................5
Tabel 3.1 Hasil Analisis Jurnal ......................................................................18
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pernafasan..........................................................8
v
BAB 1
PENDAHULUAN
kehamilan, hal ini merupakan gejala umum yang terjadi pada awal
kehamilan.Kejadian mual muntah berkisar 50% sampai 90% dari wanita-wanita yang
hamil.Mual dan muntah pada kehamilan timbul pada minggu ke 4 dan berakhir pada
Manifestasi mual dan muntah yang lebih berat dalam kehamilan adalah
Hiperemesis Gravidarum (HEG), suatu kondisi mual dan muntah yang berlebihan
berat badan, dehidrasi, asidosis akibat kelaparan, alkalosis akibat keluarnya asam
hidroklorida dalam muntah dan hipokalemia. Pada sebagian kasus dapat terjadi
disfungsi hati sementara. HCG merupakan kasus yang jarang, sekitar 0,5-3% atau 5-
mortalitas pada ibu dan janin jika tidak tertangani dengan baik (Wiknjosastro, 2010).
Menurut WHO, di Indonesia kurang lebih terdapat 48.000 kasus HEG per
tahun dan masalah ini menimbulkan banyak kerugian biaya dan ketidaknyamanan
kerusakan hati dan ginjal, robekan pada esophagus, pneumothoraks, neuropati perifer,
ensefalopati wernicke dan kematian. Pada janin dengan ibu yang menderita HEG
1
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI di
Indonesia tergolong masih cukup tingggi yaitu mencapai 359 per 100.000 kelahiran
hidup dimana masih jauh dari target Millenium Developmenet Goals (MDG’s) yaitu
102 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes, 2011). Salah satu Penyebab AKI adalah
Mengingat masih tingginya angka kejadian HEG pada ibu hamil maka ibu
tersebut harus memperoleh penanganan yang tepat.Hal ini dikarenakan bahaya dari
HEG tidak hanya bagi ibu tetapi juga berdampak terhadap janinya.Untuk itu tenaga
mampu bertindak dengan cermat, tanggap serta memiliki kompetensi yang cukup.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik mengambil judul “Pengaruh
Pemberian Jahe Terhadap Kejadian Mual Muntah Dan Asupan Energi Pada Ibu
Hamil”
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
keperawatan khususnya kepada para ibu hamil yang mengalami gangguan pada
proses kehamilannya.
2
a. Bagi Program Studi Profesi Ners
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan teori dan bahan
anak.
b. Bagi Perawat
Analisis jurnal ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
pernafasan.
3
BAB II
METODE DAN TINJAUAN TEORITIS
Analisis jurnal ini menggunakan 1 (satu) media atau metode pencarian jurnal,
Penyakit yang diderita oleh anak dan sering terjadi adalah gangguan sistem
A. ISPA
4
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dibedakan menjadi dua,
ISPA atas dan bawah menurut Nelson (2002). Infeksi saluran pernapasan
atas adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri termasuk
bawah merupakan infeksi yang telah didahului oleh infeksi saluran atas yang
pneumonia aspirasi.
B. Pneumonia
C. Asma
Asma adalah jenis penyakit jangka panjang atau kronis pada saluran
napas yang menimbulkan sesak atau sulit bernapas. Selain sulit bernapas,
5
penderita asma juga bisa mengalami gejala lain seperti nyeri dada, batuk-
batuk, dan mengi. Asma bisa diderita oleh semua golongan usia, baik muda
atau tua.
D. TB Paru
tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem
bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan
6
2.2.3 Patofisiologi penyakit ganguan pernafasan
efektif untuk melindungi diri dari infeksi oleh bakteri atau mikroba lain. Partikel
besar pertama kali disaring di jalan nafas. Ketika partikel kecil terhirup, sensor
sepanjang saluran nafas terpicu adanya reflek bentuk atau bersin yang melawan
partikel tersebut untuk keluar lagi. Bakteri dan agen infeksi lain akan dilawan di
kantung alveoli oleh sistem imun tubuh, magrofag dan sel darah putih. Sistem
pertahanan ini pada keadaan normal menjaga paru-paru agar tetap steril, tetapi
jika system ini lemah atau rusak, maka bakteri, virus dan negatif lain penyebab
Tanda serta gejala yang sering terjadi dan dijumpai pada kasus penyakit
gangguan pernafasan adalah demam yang cukup tinggi, batuk berdahak (lendir
berwarna kehijauan atau nanah), nyeri dada, sesak nafas, sakit kepala, nafsu
makan berkurang, kekakuan sendi, kekakuan otot, kulit lembab, batuk berdarah
(Corwin, EJ 2009).
bakteri dan virus) (Maryunani, A 2010). Pada kondisi normal, saluran pernafasan
7
mempunyai mekanisme yang efektif untuk melindungi diri dari infeksi oleh
bakteri atau mikroba lain. Partikel besar pertama kali disaring di jalan nafas.
Ketika partikel kecil terhirup, sensor sepanjang saluran nafas terpicu adanya
reflek bentuk atau bersin yang melawan partikel tersebut untuk keluar lagi.
Bakteri dan agen infeksi lain akan dilawan di kantung alveoli oleh sistem imun
tubuh, magrofag dan sel darah putih. Sistem pertahanan ini pada keadaan normal
menjaga paru-paru agar tetap steril, tetapi jika system ini lemah atau rusak, maka
bakteri, virus dan negatif lain penyebab penyakit akan masuk, menginfeksi dan
Memperbanyak Minum
Kompres Hangat
Irigasi Nasal
Fisioterapi dada
Terapi Farmakologis
8
Terapi Simptomatik
Dekongestan oral
Antihistamin oral
Guaifenesin
Antiviral
Terapi Antibiotik
Terapi Inhalasi
A. Pengertian
B. Tujuan
sekresi sekret.
9
c) Menghindarkan terjadi Broncho pneumonia dan komplikasi lainnya
C. Indikasi
c) Bebaring lama
D. Kontraindikasi
d) Haemoptoe
c) Menggetarkan ( Vibrating )
1. Breathing Excersice
1) Tujuan
10
Membantu melancarkan pengeluaran pernafasan sekret dan
2) Bentuk Latihan
- Pernafasan Diafragma
Caranya :
- Batuk Efektif
respiratorius.
- SSP yg baik
dengan
11
cepat
2. Clapping
1) Tujuan
2) Caranya :
fisioterapi nafas)
masuk ke paru & sekret dapat keluar ke arah broncus/trakea, lalu klien
disuruh batuk.
3. Vibrating
1) Tujuan
Caranya :
12
Letakkan kedua tangan diatas dinding toraks pd waktu klien
( vibrating ).
Perhatikan :
tenaga listrik )
4. Posisi Drainage
1) Tujuan
13
Trendelenburg dg sudut 30 drjt, miring kekanan Bronkus Superior dan Inferior
Pada umumnya untuk kasus batuk pilek yang ringan hanya dibutuhkan 1-2
kali fisioterapi tapi untuk kasus yang berat bisa dibutuhkan sampai 7 kali, bahkan
dilakukan jika orang tua mengerti teknik fisioterapi sederhana untuk kemudian
Fisioterapi dada bayi dan anak yang sederhana dapat dilakukan di rumah.
Hanya saja untuk melakukan fisioterapi pada bayi, orang tua umumnya tidak
memiliki rasa percaya diri. Wajar saja, karena tubuhnya masih begitu mungil.
Apalagi memang ada beberapa teknik fisioterapi untuk bayi yang hanya bisa
14
·Dokter menyarankan anak menjalani fisioterapi.
·Batuk-pilek ringan (tidak disertai demam dan lamanya belum lebih dari 3 hari).
·Kondisi batuk pilek yang dialami anak tergolong berat atau disertai demam.
·Anak mengalami sesak nafas yang parah karena dengan fisioterapi malah bisa
menambah sesaknya.
Jika bayi atau anak mengalami hidung tersumbat dan batuk berdahak, bisa
step-step berikut :
1) Pastikan bayi dalam posisi tengkurap dan letakkan bantal di bawah perut,
4) Tepukkan telapak tangan kurang lebih 15 menit dan berpindah posisi di kiri
dan kanan tubuh bayi atau anak. Tujuan menepuk-nepuk ini adalah
15
memfasilitasi mengalirnya sekresi lendir dari saluran paru yang sempit ke
saluran paru yang lebih besar. Reaksi yang biasa timbul pada bayi atau anak
akan terbatuk-batuk dan terkadang muntah sekresi lendir. Jika sekresi lendir
tertelan bayi atau anak, hal itu tidak apa-apa, karena sekresi lendir tetap keluar
lewat kotoran.
5) Kalau di rumah ada sinar infra merah, sebelum dilakukan fisioterapi bisa
disinari dulu dengan alat itu, adapun fungsi sinar infra merah untuk
memberikan efek relaksasi pada otot pernafasan, sehingga bayi atau anak akan
lebih nyaman untuk dilakukan fisioterapi dada. Kalaupun tidak ada, anda bisa
16
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
17
ruan, Terhadap Quasi ≤59 tahun, berjenis kelamin laki-laki.
Saruza, Frekuensi Experiment Mayoritas responden memiliki frekuensi
Hestin Pernafasan Pada dengan desain pernafasan tidak normal sebelum dilakukan
Damaris Pasien Tb Paru Di One-group fisioterapi dada, dan mayoritas frekuensi
Lase, Elis Rsu. Royal Prima pre-testpost- pernafasan normal setelah dilakukan
Anggeria Medan test design fisioterapi dada. Berdasarkan pengaruh
fisioterapi dada terhadap frekuensi
pernafasan pada pasien TB Paru,
menggunakan uji Wilcoxon didapat nilai
signifikan (p) = 0,00 maka Ho ditolak,
artinya ada pengaruh fisioterapi dada
terhadap peningkatan frekuensi pernafasan
pada pasien TB paru di RSU Royal Prima
Medan tahun 2019. Kesimpulannya adalah
ada pengaruh fisioterapi dada terhadap
frekuensi pernafasan pada pasien TB Paru.
Maidartati 2014 Pengaruh Desain Data yang diperoleh dianalisa dengan Google
Fisioterapi Dada penelitian menggunakan univariat dan bivariat, hasil uji scholar
Terhadap adalah quasi statistik menunjukan terdapat perbedaan
Bersihan Jalan eksperimen. bermakna rerata frekwensi bersihan jalan
Nafas Pada Anak post group nafas sebelum dan sesudah fisioterapi yaitu
Usia 1-5 Tahun pre & postest, nilai P-value 0000. sedangkan untuk uji beda
Yang Mengalami pengambilan bersihan nafas sebelum dan sesudah
Gangguan sampel fisioterapi didapatkan hasil P-value 0.225.
Bersihan Jalan dengan cara fisioterapi dada dapat diusulkan sebagai
Nafas Di purposive tindakan rutin di Poli dalam terapi supportif
Puskesmas Moch. sampling bagi anak yang mengalami gangguan
Ramdhan dengan bersihan jalan nafas.
Bandung jumlah
18
sampel 17
orang.
Vincent 2016 Effectiveness of Quasi- Hasil penelitian menunjukan fisioterapi Google
Gajdos, Chest Experimental memiliki efek signifikan pada bayi yang scholar
Sandrine Physiotherapy in dirawat di rumah sakit dengan bronchiolitis.
Katsahian, Infants
Nicole Hospitalized with
Beydon. Acute
Bronchiolitis: A
Multicenter,
Randomized,
Controlled Trial
Laura 2018 Ectiveness Of Quasi- ANOVA test digunakan untuk menganalisis Google
Vagnoli, Chest Experimental, hipotesis penelitian. Diamati bahwa efek scholar
Alessandr Physiotherapy In post group kombinasi terapi antibiotic dan fisioterapi
a, Elena, The Management pre & postest dada berpengaruh signifikan terhadap
Salvatore, Of Bronchiectasi pembersihan jalan nafas, mengurangi
Andrea kekambuhan dan peningkatan dyspnea, suara
nafas , PEFR, pengurangan jumlah dahak
dan peningkatan SpO2 (Nilai P <0,05)
19
20
3.2 Pembahasan
beberapa penelitian terdahulu, maka didapatkan populasi dalam penelitian ini adalah
sama yakni, menggunakan pasien atau klien yang mengalami penyakit gangguan
tersumbatnya jalan nafas. Dimana untuk sampel yang digunakan dalam masing-
masing penelitian berbeda satu sama lain, penelitian yang dilakukan oleh Chella
Aryayuni,dkk. dilakukan pada 11 klien anak di RSUD Kota Depok yang memiliki
sputum pada saluran nafasnya, penelitian yang dilakukan oleh Marlina Lumbantoruan
berjumlah 30 klien yang merupakan penderita TB Paru dan penlitian yang dilakukan
oleh Maidartati sebanyak 17 klien anak usia 1-5 tahun yang mengalami gangguan
bersihan jalan nafas di Puskesmas Moch. Ramdhan Bandung sedangkan pada Vincent
Gajdos dan Laura Vagnoli pada anak penderita bronchiolitis dan bronkioktasi.
sputum pada anak dengan penyakit gangguan pernafasan, intervensi yang diberikan
terkait fisioterapi dada pada intinya sama yaitu diberikan tindakan fisioterapi dada
21
observasi dan metode pengumpulan data dengan cara pengamatan sputum pada anak
dan wawancara pada orang tua serta pengisian angket. Pada penelitian ini peneliti
Hasilnya penyakit terbanyak yang diderita adalah TB Paru sebanyak 6 orang (54,5%).
Anak yang mengeluarkan sputum sebelum fisioterapi dada sebanyak 8 orang, dan
setelah fisioterapi dada pengeluran sputum terjadi pada 11 anak (100%). Hasil
analisa bivariat terlihat nilai p Value 0,000 < α 0,025 maka Ho ditolak dapat
relative tidak sama atau fisioterapi dada efektif dalam mengeluarkan sputum.
test design. Penelitian ini, sebelum dilakukan fisioterapi dada diukur menggunakan
SPO2 (pre-test), kemudian setelah dilakukan fisioterapi dada selama 10 menit diukur
kembali SPO2 (post-test). Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan alat
ukur SPO2 dan menggunakan instrumen observasi dan pengamatan. Data terbagi atas
dua bagian yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dari penelitian ini adalah
data dari hasil peningkatan frekuensi nafas sebelum dan sesudah dilakukan fisioterapi
dada. Data sekunder dari penelitian ini adalah data jumlah penderita TB paru yang
diambil dari Rekam Medik RSU Royal Prima dengan jumlah sampel 30 anak. Hasil
penelitian frekuensi nafas pada pasien TB Paru sebelum dilakukan fisioterapi dada di
RSU Royal Prima Medan tahun 2019 bahwa semua responden memiliki pernafasan
yang tidak normal. Hasil penelitian frekuensi nafas pada pasien TB Paru setelah
22
dilakukan fisioterapi dada di RSU Royal Prima Medan tahun 2019 didapatkan bahwa
dapat berubah dengan adanya terapi fisioterapi dada pada pasien TB Paru.
Pada penlitian yang dilakukan oleh Maidartati juga sama yakni menggunakan
Quasi Eksperiment dengan jenis One Group Pretest-Posttes dan cara pemilihan
responden pada penelitian ini juga Purposive Sampling dengan sampel sebanyak 17
anak. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah
yaitu, Respirasi Rate (RR) pasien, PCH dan Retraksi Interkostal. Hasil penelitian
diketahui bahwa sebelum dilakukan fisioterapi dada seluruh responden anak yaitu 17
orang mengalami gangguan bersihan jalan nafas dengan indikator respirasi rate >40
hasil bahwa terjadi terhadap frekwensi nafas menjadi menurun, begitu juga dengan
para ahli fisioterapis untuk melakukan fisioterapi dada pada bayi-bayi yang sedang
perlakuan yang sama selama 3 kali sehari 10-15 menit. Hasil penelitian menunjukan
fisioterapi memiliki efek signifikan pada bayi yang dirawat di rumah sakit dengan
bronchiolitis.
23
Pada penelitian Laura Vagnoli, data dikumpulkan dari Rumah Sakit Dada,
Lahore. Uji Coba Kontrol Acak (RCT) metode penelitian digunakan pada 20 pasien
yang dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok I: Pada kelompok ini pasien dirawat
fisioterapi dada. Kelompok III: Pada kelompok ini pasien dirawat dengan anti biotik
yang telah disiapkan untuk meniliai skala Dyspnea Borg yang Dimodifikasi, Sputum
Quantity, Breath Sounds, dan SpO 2. Kemudian pasien ini menjalani fisioterapi dada
secara intensif di departemen dan tindak lanjut rutin kunjungan ke departemen dan
penilaian akhir dilakukan pada akhir empat minggu dengan menggunakan kuesioner
yang sama dan peningkatan yang dihasilkan ditunjukkan dalam hasil setelah
hipotesis penelitian. Diamati bahwa efek kombinasi terapi antibiotic dan fisioterapi
dimana jika dilihat dari segi waktu pemberian fisioterapi dada dimana pada penelitian
Chella Aryayuni,dkk. Dilakukan selama 5-10 menit setiap kunjungan anak di poli,
sehari salama 5 sampai 10 menit, selain itu pada penelitian Maidartati menggunakan
24
waktu selama 10 menit sedangkan pada Vincent Gajdos 3 kali sehari sekali selama 5
Selain itu dari segi manfaat yang diberikan walau pada intinya sama untuk
mengeluarkan sputum, namun pada penelitian yang dilakukan oleh Laura Vagnoli
tidak hanya pengeluaran sputum saja namun juga dapat mengurangi kekambuhan dan
peningkatan SpO2.
memberikan dampak positif terhadap masalah bersihan jalan nafas yang dirasakan
dengan waktu dan kualitas yang masing-masing berbeda namun hasil dan tujuan yang
didapatkan tetap sama untuk mengurangi dampak akibat sputum yang berlebihan.
prodksi sputum yang bisa dilakukan oleh perawat sebagai salah satu teknik non-
farmakologi sesuai dengan manfaat dari terapi fisioterapi dada sehingga penanganan
pasien dengan gangguan pernafasan dapat diatasi khususnya pada anak yang berada
di poli anak.
25
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
tambahan yang berguna untuk membantu mengurangi produksi sputum pada anak
4.2 Saran
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan teori dan bahan
Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi masukan bagi rumah sakit
26
DAFTAR PUSTAKA
Ariasti 2010, pengaruh fisioterapi dada terhadap kebersihan jalan napas pada pasien
ISPA di Desa Pucung Eromoko Wonogiri, Jakarta
Astuti, & Rahmat AS 2010, Asuhan Keperawatan anak dengan gangguan sistem
pernafasaan, Trans Info Media, Jakarta
Chella Aryayuni dkk. 2015. “Pengaruh Fisioterapi dada terhadap pengeluaran sputum
pada anak dengan penyakit gangguan pernafasan di poli anak RSUD Kota
Depok” Jurnal Keperawatan Widya Gentari Vol.2 No.2/Desember 2015
Madiarti. 2014. “Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Bersihan Jalan Nafas Pada
Anak Usia 1-5 Tahun Yang Mengalami Gangguan Bersihan Jalan Nafas Di
Puskesmas Moch. Ramdan Bandung” Jurnal Ilmu Keperawatan Vol.11 No.2
Maryunani, A 2010, Ilmu kesehatan anak dalam kebidanan, Trans Info Media,
Jakarta
27