Anda di halaman 1dari 44

PERBEDAAN RATA-RATA SKOR PERIODONTAL

PASIEN PNEUMONIA DAN TIDAK MENDERITA


PNEUMONIA DI TIGA RUMAH SAKIT
MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi


syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:
HANDINI NAIBAHO
NIM: 090600100

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2013

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/
Kesehatan Gigi Masyarakat
Tahun 2013

Handini Naibaho
Perbedaan rata-rata skor periodontal pasien pneumonia dan tidak menderita
pneumonia di tiga rumah sakit Medan.
ix + 24 halaman
Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru yang dapat
terjadi akibat aspirasi bahan-bahan yang terdapat di nasofaring dan orofaring. Gigi
dan jaringan periodontal dapat berperan sebagai tempat bermulanya infeksi
pernafasan. Bakteri anaerob penyebab pneumonia banyak ditemukan pada plak
dental, khususnya pada pasien dengan penyakit periodontal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rata-rata skor periodontal pasien
pneumonia dan tidak menderita pneumonia dan untuk mengetahui perbedaan rata-rata
skor periodontal pasien pneumonia dan tidak menderita pneumonia. Rancangan
penelitian adalah kasus kontrol. Populasi pada penelitian ini adalah pasien pneumonia
yang sedang berobat di Poli Paru dan bukan pneumonia di Poli Mata RSUD dr.
Pirngadi, RSUP H.Adam Malik dan RS Martha Friska. Pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik purposive sampling, diambil sesuai kriteria inklusi dan
eksklusi. Jumlah responden adalah 66 orang yakni 33 responden penderita pneumonia
(kasus) dan 33 responden yang tidak menderita pneumonia (kontrol). Pengumpulan
data dilakukan dengan cara pemeriksaan klinis menggunakan Indeks Periodontal oleh
Ramfjord. Analisis perbedaan rata-rata skor periodontal pasien pneumonia dan tidak
menderita pneumonia dilakukan dengan uji t tidak berpasangan (t-test unpaired).
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor periodontal pasien penderita
pneumonia adalah 2,73 ± 0,48 dan rata-rata skor periodontal pasien yang tidak
menderita pneumonia adalah 1,37 ± 0,89. Rata-rata skor periodontal pasien yang
menderita pneumonia lebih tinggi dari rata-rata skor periodontal pasien yang tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


menderita pneumonia. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor periodontal pasien pneumonia dan
tidak menderita pneumonia (p=0,014).
Daftar Rujukan: 30 (1988-2012)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan


dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 5 September 2013

Pembimbing: Tanda tangan

Prof.Lina Natamiharja, drg., SKM .......................................


NIP: 130 353 780

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji


pada tanggal 5 September 2013

TIM PENGUJI

KETUA : Prof.Lina Natamiharja, drg., SKM

ANGGOTA : 1. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D

2. Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmatNya skripsi
ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana
Kedokteran Gigi.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort., selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D., selaku Ketua Departemen Ilmu
Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara dan dosen penguji atas segala saran, dukungan dakn
keluangan waktu sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
3. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM., selaku dosen pembimbing atas
bimbingan, keluangan waktu, saran, dukungan, dan motivasi kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
4. Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes selaku dosen penguji atas segala saran,
dukungan, dan keluangan waktu sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
5. Taqwa Dalimunthe, drg., Sp.KGA., selaku penasehat akademik yang
banyak memberikan motivasi dan arahan selama penulis menjalani masa pendidikan
di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga penulis persembahkan
kepada orangtua penulis, Ayah T.Naibaho dan Ibu L.Sianipar, kakak penulis Tresna
Naibaho,S.Sc dan adik Dewi Naibaho dan Ingrid Clairine Naibaho atas segala doa,
kasih sayang, dukungan, dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis.
Sahabat-sahabat tersayang penulis Epifeni, Debora, Sri Fitria, Sri Dewi,
Febryana, Beatrice, Rachel, Romauli, Dameria, Maria, Dewi, Yohana, Melinda, Ruth,
Tellia, Jane, Joice, Devi, Nana, Widya, Fransiska, Freddy, Welf, Erick, dan kakak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tersayang Iiyani serta teman-teman stambuk 2009 lainnya yang tidak dapat
disebutkan satu per satu atas bantuan, doa, dan dukungan selama penulis melakukan
penelitian dan penulisan skripsi ini.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan
sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan peningkatan
mutu kesehatan gigi masyarakat.

Medan, 5 September 2013


Penulis,

(Handini Naibaho)
NIM.090600100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ............................................................

KATA PENGANTAR .....................................................................................

DAFTAR ISI .................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
1.4 Hipotesis ..................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Penyakit Periodontal ................................................................... 5
2.1.1 Gingivitis.................................................................................. 5
2.1.2 Periodontitis ............................................................................. 6
2.1.3 Faktor Risiko Penyakit Periodontal ......................................... 6
2.2 Pneumonia ................................................................................. 8
2.2.1 Pneumonia Aspirasi .................................................................. 8
2.2.1.1 Etiologi Pneumonia Aspirasi.................................................. 9
2.2.1.2 Diagnosis Pneumonia Aspirasi .............................................. 9
2.2.1.3 Komplikasi dan Mortalitas ..................................................... 9
2.3 Indeks Penyakit Periodontal ....................................................... 10
2.4 Landasan Teori ........................................................................... 10
2.5 Kerangka Konsep ........................................................................ 12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................... 13
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 13
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................... 13
3.4 Variabel dan Definisi Operasional .............................................. 14
3.5 Metode Pengumpulan Data ......................................................... 14
3.6 Pengolahan dan Analisis Data .................................................... 16

BAB 4 HASIL PENELITIAN


4.1 Karakteristik Responden ............................................................. 17
4.2 Persentase Penyakit Periodontal ................................................. 18
4.3 Perbedaan Rata-Rata Skor Periodontal Pasien Pneumonia dan
Tidak Menderita Pneumonia ....................................................... 18

BAB 5 PEMBAHASAN ................................................................................ 20

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 22

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Persentase karakteristik responden pasien pneumonia dan bukan


pneumonia di RSUD dr. Pirngadi, RSUP H.Adam Malik dan RS
Martha Friska (n=66) .............................................................................. 17

2. Persentase penyakit periodontal pada pasien pneumonia dan tidak


menderita pneumonia di RSUD dr. Pirngadi, RSUP H.Adam Malik
dan RS Martha Friska ............................................................................ 18

3. Hasil uji statistik perbedaan rata-rata skor periodontal pasien


pneumonia dan tidak menderita pneumonia di RSUD dr. Pirngadi,
RSUP H.Adam Malik dan RS Martha Friska ...................................... .. 19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1. Perhitungan besar sampel
2. Kuesioner perbedaan rata-rata skor periodontal pasien pneumonia dan tidak
menderita pneumonia di Poli Paru tiga rumah sakit Medan
3. Kuesioner perbedaan rata-rata skor periodontal pasien pneumonia dan tidak
menderita pneumonia di Poli Mata tiga rumah sakit Medan
4. Surat persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan
5. Surat Keterangan pelaksanaan penelitian dari RSUD dr.Pirngadi Medan
6. Surat Keterangan pelaksanaan penelitian dari RSUP H.Adam Malik Medan
7. Surat Keterangan pelaksanaan penelitian dari RS Martha Friska Medan
8. Output analisis perhitungan statistic

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi
penduduk yang mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut adalah sebesar 23,4%.1
Epidemiologi penyakit periodontal menunjukkan bahwa prevalensi dan keparahan
penyakit periodontal dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, faktor lokal rongga mulut,
dan faktor sistemik.2 Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa keparahan penyakit
periodontal akan sejalan dengan bertambahnya usia.3,4,5 Menurut penelitian
Situmorang, prevalensi penyakit periodontal tertinggi dan terparah adalah pada usia
45-65 tahun yakni sekitar 18,75%, sedangkan prevalensi penyakit periodontal yang
paling rendah adalah usia 25-34 tahun sebesar 6,12%.3
Penyebab utama penyakit periodontal adalah plak. Plak merupakan deposit
lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak dan melekat
erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Diperkirakan bahwa 1mm3 plak
gigi dengan berat 1 mg mengandung 200 juta sel mikroorganisme.6 Plak dalam
jumlah sedikit dapat ditolerir oleh individu yang sehat tanpa menimbulkan penyakit
gingiva atau penyakit periodontal karena peranan mekanisme pertahanan pejamu
(host). Apabila seseorang tidak melakukan prosedur oral higiene, maka bakteri yang
ada dalam plak akan meningkat jumlahnya secara signifikan dan memproduksi faktor
virulensi yang melampaui daya ambang individu.6 Faktor-faktor virulensi yang
dihasilkan bakteri dalam plak akhirnya dapat menyebabkan gingivitis (peradangan
pada gusi). Gingivitis adalah bentuk penyakit periodontal yang ringan, biasanya
gingiva berwarna merah, membengkak dan mudah berdarah. Penyakit ini bersifat
reversible yaitu jaringan gusi dapat kembali normal apabila dilakukan pembersihan
2,4,5,7
plak dengan sikat gigi secara teratur. Apabila plak penyebab gingivitis tidak
dibersihkan dalam waktu 48 jam, akan menjadi suatu deposit yang keras yang disebut
kalkulus.6,8 Sejalan dengan waktu, toksin yang dihasilkan bakteri akan terus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


mengiritasi gingiva sehingga merusak jaringan pendukungnya. Gingiva menjadi tidak
melekat lagi pada gigi dan membentuk saku yang akan bertambah dalam sehingga
semakin banyak tulang dan jaringan pendukung yang rusak. Keadaan ini
menunjukkan bahwa gingivitis telah berkembang menjadi periodontitis. 5,6
Beberapa studi epidemiologis menunjukkan bahwa infeksi rongga mulut,
khususnya periodontitis dapat menjadi faktor risiko penyakit sistemik (fokal infeksi).
Salah satunya adalah pneumonia9,10 Pneumonia merupakan peradangan pada saluran
nafas bawah yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang
mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi
jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.11 Penyakit saluran nafas ini
menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan yang tinggi di seluruh dunia. Di
Amerika, ada 200.000 kasus pneumonia dengan angka kematian 15.000 per
tahunnya.12 Berdasarkan penelitian Awano, et al. di Jepang, selama empat tahun
periode Maret 1998 sampai Maret 2002 ada 22 kematian akibat pneumonia, 16 orang
diantaranya pria dan 6 orang wanita.13 Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi
saluran nafas bawah akut di parenkim paru yang serius dijumpai sekitar 15-20%.11
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah
mikroorganisme. Mikroorganisme dapat masuk ke saluran nafas bawah dengan cara
inhalasi langsung dari udara, penyebaran secara hematogen, dan aspirasi bahan-bahan
yang terdapat di nasofaring dan orofaring. Bakteri rongga mulut dari plak gigi masuk
ke saliva dan kemudian akan masuk ke saluran nafas bawah, terjadi kegagalan
mekanisme pertahanan pejamu (host) untuk mengeliminasi benda asing yang masuk.
Hal ini menyebabkan terjadinya multiplikasi mikroorganisme dan menyebabkan
kerusakan jaringan paru.6,9
Bakteri penyebab pneumonia adalah bakteri anaerob. Plak dental menjadi
sumber utama mikroorganisme ini, khususnya pada pasien dengan penyakit
periodontal. Pada penyakit periodontal dijumpai sekitar 500 spesies mikroorganisme
yang didominasi oleh bakteri anaerob gram negatif. Beberapa bakteri periodontal
yang dapat menyebabkan pneumonia antara lain Actinomyces
actinomycetemcomitans, Actinomyces israelii, Capnocytophaga sp, Eikenella

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


corrodens, Prevotella intermedia, Porphyromonas gingivalis dan Streptococcus
constellatus.9,11,14-21
Menurut Paju dan Scannapieco, ada hubungan oral higiene dengan
pneumonia, seseorang dengan oral higiene yang buruk memiliki risiko mengalami
infeksi paru-paru seperti pneumonia.13,18 Azarpazooh dan Leake melaporkan pada 4
studi kohort prospektif dan 1 studi kasus kontrol diperoleh bahwa pneumonia
berhubungan dengan status oral higiene.14 Margareth dalam penelitiannya pada 358
subjek usia di atas 55 tahun menyatakan rata-rata skor periodontal subjek penderita
pneumonia 2,5±0,5 dan subjek yang tidak menderita pneumonia 2,3±0,7.12 Oral
higiene yang baik dapat mengurangi insiden pneumonia hingga 40%.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui perbedaan
rata-rata skor periodontal pasien pneumonia dan tidak menderita pneumonia di RSUD
dr. Pirngadi, RSUP H.Adam Malik dan RS Martha Friska. Rumah sakit ini dipilih
karena jumlah pasien rawat jalan dan inap penderita pneumonia usia 30-50 tahun
banyak dan mudah ditemui.

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan pada penelitian ini adalah apakah ada perbedaan rata-rata skor
periodontal pasien pneumonia dan tidak menderita pneumonia?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui rata-rata skor periodontal pasien pneumonia dan tidak
menderita pneumonia.
2. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata skor periodontal pasien pneumonia
dan tidak menderita pneumonia.

1.4 Hipotesis
Ada perbedaan rata-rata skor periodontal pasien pneumonia dan tidak
menderita pneumonia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat:
1. Bagi Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi
Masyarakat Universitas Sumatera Utara sebagai bahan referensi tentang keadaan
periodontal pada pasien pneumonia.
2. Bagi rumah sakit sebagai bahan masukan untuk menekankan pentingnya
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut kepada pasien sehingga morbiditi dan
mortaliti pneumonia akibat keadaan jaringan periodontal yang buruk dapat diperkecil.
3. Bagi masyarakat untuk menambah kesadaran masyarakat tentang
pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
4. Bagi peneliti untuk memberikan pengalaman meneliti.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Periodontal


Penyakit periodontal adalah infeksi yang telah mengenai jaringan pendukung
gigi. Penyakit periodontal terjadi bila racun bakteri dan enzim merusak jaringan
pendukung gigi dan tulang.2,8 Plak yang melekat pada gigi jika tidak dibersihkan
dalam waktu 48 jam akan menjadi suatu deposit keras yang disebut kalkulus.
Kalkulus yang berada di bawah gusi akan menyebabkan infeksi dan inflamasi, proses
ini tidak menimbulkan rasa sakit sehingga seringkali seseorang tidak sadar jika dia
sudah terjangkit penyakit periodontal.8 Penyakit yang paling sering mengenai
jaringan periodontal adalah gingivitis dan periodontitis. 2,4,6

2.1.1 Gingivitis
Gingivitis merupakan peradangan pada gusi yang disebabkan oleh bakteri.
Gingivitis bersifat reversible yaitu jaringan gusi dapat kembali normal apabila
dilakukan pembersihan plak dengan sikat gigi secara teratur. Tanda klinis terjadinya
gingivitis adalah adanya perubahan warna lebih merah dari normal, gusi bengkak dan
berdarah pada tekanan ringan. Keparahan pendarahan dan mudahnya terjadi
pendarahan tergantung pada intensitas inflamasi. 2,4,8
Etiologi utama terjadinya gingivitis adalah plak dental. Plak dental adalah
deposit lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak dan
melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Komposisi utama plak
dental adalah mikroorganisme, yang mana 1 gram plak mengandung 2x10~ bakteri.
Dua bakteri yang mendominasi awal pembentukan plak adalah keluarga
Streptococcus dan Actinomyces. Kemampuannya untuk berikatan dengan bakteri lain
dan juga terhadap molekul pejamu menunjukkan bahwa Streptococcus memiliki
peranan penting dalam pembentukan plak gigi pada tahap awal. Meningkatnya
keragaman bakteri dan terdapatnya dominasi spesies tertentu dalam plak berkaitan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


erat dengan peradangan gingiva.6,15 Bakteri yang paling awal dijumpai dalam proses
perkembangan gingivitis adalah bakteri batang gram positif, kokus gram positif dan
kokus gram negatif. Spesies gram positif terutama Streptococcus sanguis,
Streptococcus mitis, Actinomyces viscosus, Actinomyces naeslundii, dan
Peptostreptococcus micros. Mikroorganisme gram negatifnya didominasi
Fusobacterium nucleatum, Prevotella intermedia, Veillonella parvula dan spesies
Haemophilus dan Champylobacter.6
Daerah penumpukan plak tersebut berkaitan sekali dengan berbagai proses
penyakit pada gigi dan periodonsium. Sebagai contoh, plak marginal berperan
penting dalam perkembangan gingivitis. Plak supragingiva dan subgingiva yang
berkaitan dengan gigi berperan dalam pembentukan kalkulus dan karies akar,
sedangkan plak subgingiva yang berkaitan dengan jaringan berperan dalam
penghancuran jaringan lunak pada berbagai bentuk periodontitis.6

2.1.2 Periodontitis
Periodontitis merupakan peradangan yang sudah sampai ke jaringan
pendukung gigi yang lebih dalam. Penyakit ini bersifat progresif dan irreversible.
Apabila tidak dirawat dapat menyebabkan kehilangan gigi.2,4,8 Periodontitis
merupakan kelanjutan dari gingivitis yang tidak dirawat, dimana plak yang menjadi
penyebab utama sudah terdapat dibagian subgingiva yang berkaitan dengan jaringan.
Pengamatan mikroskopis terhadap plak periodontitis menunjukkan persentase yang
tinggi dari spesies anaerob gram negatif.6
Bakteri yang terkultur dari lesi periodontitis dalam jumlah yang tinggi adalah
Porphyromonas gingivalis, Bacteroides forchytus, Prevotella intermedia,
Fusobacterium nucleatum, Actinomyces actinomycetemcomitans, dan spesies
Treponema dan Eubacterium.6

2.1.3 Faktor Risiko Penyakit Periodontal


Selain plak gigi sebagai penyebab utama penyakit periodontal, ada beberapa
faktor yang menjadi faktor risiko penyakit periodontal. Secara umum, faktor risiko

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


penyakit periodontal adalah umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, oral higiene
dan penyakit sistemik.5,6
1. Umur
Banyak penelitian yang menyatakan bahwa keparahan penyakit periodontal
akan meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Penyakit periodontal lebih
banyak dijumpai pada orang tua daripada kelompok yang muda.3,4,5 Menurut
penelitian Situmorang, prevalensi penyakit periodontal tertinggi dan terparah adalah
pada usia 45-65 tahun yakni sekitar 18,75%, sedangkan prevalensi penyakit
periodontal yang paling rendah adalah usia 25-34 tahun sebesar 6,12%.3
2. Jenis Kelamin
Faktor jenis kelamin masih diragukan, ada yang mengatakan kondisi
periodontal wanita lebih baik daripada pria dan sebaliknya. Walaupun demikian, bila
dibandingkan status kebersihan mulut pria dan wanita, maka dijumpai kebersihan
mulut wanita yang lebih baik daripada pria.5,25
3. Kebiasaan Merokok
Beberapa survei menunjukkan bahwa rerata oral higiene pada perokok lebih
buruk daripada yang tidak merokok. Oleh karena itu, tidak heran bila penyakit
periodontal lebih parah pada perokok daripada yang tidak merokok. Seorang perokok
mempunyai risiko menderita periodontitis 2-7 kali lebih besar daripada bukan
perokok.5,6,25,26
4. Oral Higiene
Beberapa ahli menyatakan bahwa penyakit periodontal dihubungkan dengan
kondisi oral higiene yang buruk. Loe et al. melaporkan bahwa pada individu yang
memiliki gingiva sehat akan segera mengalami gingivitis bila tidak melakukan
pembersihan rongga mulut selama 2-3 minggu. Sebaliknya, bila dilakukan
pemeliharaan kebersihan mulut maka peradangan akan hilang dalam waktu 1
minggu.5,6,27
5. Penyakit Sistemik
Selain kondisi rongga mulut, penyakit sistemik juga menjadi faktor risiko
seseorang menderita penyakit periodontal. Misalnya, pada seseorang yang menderita

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Diabetes Melitus (DM). Penderita DM lebih rentan terhadap infeksi terutama pada
penderita diabetes yang tidak terkontrol.5,25

2.2. Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveolus serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.11,16,28
Istilah pneumonia lazim dipakai bila peradangan terjadi oleh proses infeksi akut,
sedangkan istilah pneumonitis sering dipakai untuk proses non infeksi. Bila proses
infeksi teratasi, terjadi resolusi dan biasanya struktur paru normal kembali.11
Dulu, pneumonia diklasifikasikan sebagai pneumonia tipikal yang disebabkan
oleh Streptococcus pneumoniae dan atipikal yang disebabkan kuman atipik seperti
halnya M. pneumoniae. Ternyata manifestasi dari patogen lain seperti S. aureus dan
bakteri gram negatif memberikan sindrom klinik yang identik dengan pneumonia
oleh Streptococcus pneumoniae dan bakteri lain dapat menimbulkan gambaran yang
sama dengan pneumonia oleh M. pneumoniae.11,19,21,28 Pneumonia ada yang didapat
secara umum (community-acquired, CAP) dan dari rumah sakit (hospital-acquired,
HAP) atau disebut juga pneumonia nosokomial.5,7,13,16,17,19 Di samping kedua bentuk
utama ini, terdapat pula pneumonia bentuk khusus yang masih sering dijumpai, yakni
Pneumonia Aspirasi.

2.2.1 Pneumonia Aspirasi


Pneumonia aspirasi disebabkan oleh proses terbawanya bahan pada saat
respirasi ke saluran nafas bawah dan dapat menimbulkan kerusakan parenkim paru.
Kerusakan yang terjadi tergantung jumlah dan jenis bahan yang teraspirasi serta daya
tahan tubuh. Di Amerika, pneumonia aspirasi yang terjadi pada komunitas adalah
sebanyak 1200 per 100.000 penduduk per tahun, sedangkan pneumonia aspirasi
nosokomial sebesar 800 pasien per 100.000 pasien rawat inap per tahun. Pneumonia
aspirasi lebih sering dijumpai pada pria daripada perempuan, terutama usia anak atau
usia lanjut.11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.2.1.1 Etiologi Pneumonia Aspirasi
Infeksi terjadi secara endogen oleh bakteri orofaring yang biasanya
polimikrobial namun jenisnya tergantung kepada lokasi dan tempat terjadinya.21 Pada
CAP, bakteri patogen terutama berupa bakteri anaerob obligat (41-46%) yang
terdapat di sekitar gigi dan dikeluarkan melalui ludah, misalnya Peptococcus yang
juga dapat disertai Klebsiella pneumonia dan Staphylococcus sp, atau Fusobacterium
nucleatum, Bacteroides melaninogenicus dan Peptostreptococcus. Pada HAP, bakteri
berasal dari kolonisasi bakteri anaerob fakultatif, batang gram negatif, Pseudomonas,
dan S. aureus serta dapat disertai oleh bakteri anaerob obligat di atas.11,21,28,29

2.2.1.2 Diagnosis Pneumonia Aspirasi


Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang menunjukkan adanya
kemungkinan aspirasi yaitu pasien yang mendadak batuk dan sesak nafas sesudah
makan atau minum. Umumnya pasien datang 1-2 minggu setelah aspirasi dengan
keluhan demam menggigil, batuk, nyeri pleuritik, dan dahak purulen berbau (pada
50% kasus).11,28,30 Dapat juga ditemukan nyeri perut, anoreksia, dan penurunan berat
badan. Dengan pewarnaan gram terhadap bahan sputum saluran napas dijumpai
banyak neutrofil dan kuman campuran. Terdapat leukositosis dan Laju Endap Darah
(LED) meningkat. Pada foto toraks, terlihat gambaran infiltrat pada segmen paru
unilateral yang dependen.11,30 Lokasi tersering adalah lobus kanan tengah dan atau
lobus atas, dimana lokasi ini tergantung pada jumlah aspirat dan posisi badan pada
saat aspirasi.11 Pada beberapa kasus, perlu dilakukan pemeriksaan Blood Urea
Nitrogen (BUN) dan kreatinin, analisis gas darah, dan kultur darah.

2.2.1.3 Komplikasi dan Mortalitas Pneumonia Aspirasi.


Dapat terjadi gagal napas akut dengan atau tanpa disertai reaktif saluran
napas, empiema, abses paru dan superinfeksi paru. Angka mortalitas CAP adalah
sebesar 5% yang meningkat menjadi 20% pada HAP.11 Angka mortalitas pneumonia
yang tidak disertai komplikasi adalah sebesar 5%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.3. Indeks Penyakit Periodontal
Untuk dapat mengukur prevalensi penyakit periodontal, keparahannya serta
kaitannya dengan berbagai faktor yang mempengaruhi diperlukan suatu alat ukur
yang disebut dengan indeks. Ada beberapa indeks penyakit periodontal yang dapat
digunakan seperti Indeks Periodontal oleh Russel, Indeks Penyakit Periodontal oleh
Ramfjord, dan CPITN (Community Index of Periodontal Treatment Needs).22-24
Indeks Periodontal oleh Russel menunjukkan keadaan gingivitis, saku
periodontal, dan mobiliti gigi. Pengukuran dilakukan pada seluruh gigi dalam rongga
mulut sehingga membutuhkan waktu dalam melakukan pengukuran. Selain itu,
gambaran radiografi diperlukan untuk melakukan penilaian.22-24 Indeks Penyakit
Periodontal oleh Ramfjord merupakan modifikasi Indeks Periodontal oleh Russel.
Indeks ini digunakan sebagai ukuran keadaan serta keparahan penyakit periodontal.
Indeks ini mengukur derajat inflamasi gingiva dan pembentukan saku periodontal
akibat adanya kerusakan pada jaringan periodontal. Pengukuran hanya dilakukan
pada enam gigi indeks yaitu 16, 21, 24, 36, 41, dan 44.5,22,23 CPITN merupakan
indeks periodontal yang menunjukkan kebutuhan perawatan periodontal pada suatu
populasi. Indeks ini sangat berguna bila digunakan untuk survei epidemiologis karena
memungkinkan untuk melakukan pemeriksaan yang cepat pada suatu populasi dalam
menentukan kebutuhan perawatannya. Namun, kerugiannya adalah metode ini
membutuhkan alat khusus dan gigi yang diperiksa hanya 6-10 gigi.5,8,22-24

2.4. Landasan Teori


Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveolus serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.11,16,28
Pneumonia dapat terjadi akibat aspirasi bahan-bahan yang terdapat di nasofaring dan
orofaring ke saluran nafas bawah. Gigi dan jaringan periodontal dapat berperan
sebagai tempat bermulanya infeksi pernafasan. Hal ini disebabkan bakteri anaerob
yang menjadi penyebab pneumonia banyak ditemukan pada plak dental, khususnya
pada pasien dengan penyakit periodontal. Beberapa bakteri periodontal yang dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


menyebabkan pneumonia antara lain Actinomyces actinomycetemcomitans,
Actinomyces israelii, Capnocytophaga sp, Eikenella corrodens, Prevotella
intermedia, Porphyromonas gingivalis dan Streptococcus constellatus.9,11,14,15,17
Ada beberapa indeks yang digunakan untuk mengukur status periodontal,
yakni Indeks Periodontal oleh Russel, Indeks Penyakit Periodontal oleh Ramfjord,
dan CPITN. Untuk mengukur skor periodontal pada penelitian ini digunakan Indeks
Penyakit Periodontal oleh Ramfjord tahun 1959. Pengukuran indeks dilakukan pada 6
gigi yakni gigi 16, 21, 24, 36, 41, dan 44. Apabila salah satu gigi hilang maka gigi
disampingnya dapat dipakai sebagai pengganti yakni gigi 17, 11, 25, 37, 42, dan
45.5,8,22-24 Indeks ini dipilih karena:
1. Dapat digunakan sebagai ukuran keadaan serta keparahan penyakit
periodontal.
2. Pengukuran hanya dilakukan pada 6 gigi indeks saja sehingga waktu
yang dibutuhkan lebih sedikit.
3. Hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk merumuskan penilaian
terhadap status periodontal secara umum.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.5. Kerangka konsep

Pasien di RSUD
dr.Pirngadi, RSUP H.Adam
Malik dan RS Martha
Friska

Retrospektif Pneumonia (kasus)

Retrospektif Tidak menderita pneumonia


(kontrol)

Skor periodontal:
Indeks Periodontal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kasus kontrol yaitu penelitian non
eksperimental dalam rangka mempelajari korelasi antara faktor risiko dan efek yang
dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif. Pada penelitian ini faktor
risiko adalah skor periodontal dan efek adalah pneumonia.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di RSUD dr. Pirngadi, RSUP H.Adam Malik dan RS
Martha Friska. Rumah sakit ini dipilih karena jumlah pasien rawat jalan dan inap
penderita pneumonia usia 30-50 tahun banyak dan mudah ditemui.
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2012 dan selesai bulan September
2013. Penelitian dimulai dengan mempersiapkan proposal penelitian dan dilanjutkan
dengan pelaksanaan penelitian sampai penyusunan laporan akhir.

3.3 Populasi dan Sampel


Populasi penelitian ini adalah pasien pneumonia yang sedang berobat di Poli
Paru RSUD dr. Pirngadi, RSUP H.Adam Malik dan RS Martha Friska dan tidak
menderita pneumonia yaitu pasien pengunjung klinik mata di RSUD dr. Pirngadi,
RSUP H.Adam Malik dan RS Martha Friska pada bulan April 2013-Juni 2013.
Kriteria inklusi:
a. Umur 30-50 tahun
b. Tidak melakukan skeling selama 6 bulan terakhir
c. Bersedia menjadi sampel penelitian dengan menandatangani lembar
persetujuan setelah penjelasan.
Kriteria eksklusi adalah perokok, yakni seseorang yang merokok sedikitnya 10 batang
per hari selama sekurang-kurangnya 1 tahun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Perkiraan jumlah sampel yang minimal pada penelitian ini diambil
berdasarkan rumus uji hipotesis rasio odd dengan tingkat kepercayaan yang
dikehendaki sebesar 95% dan kekuatan uji sebesar 80%.

[ Z1-α/2 √2P(1-P) + Zβ √P1(1-P1) +P2(1-P2) ] 2


n=
(P1-P2) 2

Berdasarkan perhitungan diperoleh besar sampel 30 orang. Jumlah ini


ditambah 10% untuk menghindari apabila ada data responden yang terpilih tidak
lengkap sehingga harus dikeluarkan saat akan dilakukan perhitungan secara statistik.
Pada penelitian ini ditambah sebanyak 3 orang sampel menjadi 33 orang. Maka,
diperlukan 33 orang pasien pneumonia dan 33 orang pasien bukan pneumonia yang
berobat di klinik mata (Lampiran 1).

3.4 Variabel dan Definisi Operasional


1. Skor periodontal
Skor periodontal yang diukur adalah skor periodontal berdasarkan Indeks
Periodontal oleh Ramfjord.
2. Pneumonia
Pasien pneumonia adalah pasien yang menderita pneumonia berdasarkan
status yang ditetapkan oleh dokter dan sedang berobat di Poli Paru.
3. Umur
Umur pasien adalah usia terakhir responden, yakni 30-50 tahun.

3.5 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data karakteristik responden didapat dengan melakukan
wawancara menggunakan kuesioner. Pemeriksaan skor periodontal dilakukan dengan
menggunakan kaca mulut dan prob periodontal (WHO) yang mempunyai kalibrasi
dalam milimeter dan mempunyai batas warna hitam 3-6 mm. Pengukuran dilakukan
pada sisi vestibular di bagian tengahnya, sudut mesiovestibular pada daerah kontak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


interproksimal, bagian tengah permukaan oral dan sudut disto oral daerah kontak
interproksimal. Pada waktu pengukuran pada sudut mesio vestibular dan disto oral,
prob dalam keadaan berkontak dengan gigi. Gigi yang diperiksa adalah gigi 16, 21,
24, 36, 41, dan 44. Bila salah satu gigi ini hilang maka akan digantikan oleh gigi
disampingnya ( 17, 11, 25, 37, 42, 45). Indeks pengukuran penyakit periodontal yang
digunakan adalah Indeks Periodontal Ramfjord (1959).

Indeks Periodontal oleh Ramfjord (1959)


Skor Kriteria
0 Tidak ada tanda-tanda peradangan
1 Perubahan peradangan ringan sampai sedang pada gingival, tapi
belum mengelilingi gigi
2 Gingivitis ringan sampai sedang yang sudah mengelilingi gigi
3 Gingivitis yang parah ditandai dengan warna merah, pembengkakan
gingival tendensi mudah berdarah dan ulserasi
4 Pembentukan saku kurang dari 3 mm (warna hitam terlihat
semuanya)
5 Pembentukan saku 3-6 mm (warna hitam bagian atas diperbatasan)
6 Pembentukan saku lebih dari 6 mm (warna hitam tidak terlihat sama
sekali)

Jumlah Skor
Indeks Periodontal =
Jumlah gigi yang diperiksa (6)

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan dibantu 2 orang tenaga peneliti
lainnya. Untuk menghindari terjadinya kesalahan pengukuran maka kepada
pengumpul data dilakukan kalibrasi agar diperoleh interpretasi yang sama dan
konsisten.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.6 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dan tabulasi dilakukan dengan menggunakan program
komputer. Analisis data untuk melihat perbedaan rata-rata Indeks Penyakit
Periodontal Ramfjord pasien penderita pneumonia dan yang tidak menderita
pneumonia menggunakan uji t tidak berpasangan (t-test unpaired).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden


Dari 33 responden yang menderita pneumonia (kasus), persentase responden
laki-laki lebih banyak yaitu 54,55% dan perempuan 45,45%, persentase responden
yang berusia 41-50 tahun lebih banyak yaitu 87,88% dan yang berusia 30-40 tahun
sebanyak 12,12%.
Dari 33 responden yang tidak menderita pneumonia (kontrol), persentase
responden perempuan lebih banyak yaitu 60,61% dan laki-laki 39,39%, persentase
responden yang berusia 41-50 tahun lebih banyak yaitu 72,73% dan yang berusia 30-
40 tahun 27,27%. (Tabel 1).

Tabel 1.Persentase karakteristik responden pasien pneumonia dan tidak menderita


pneumonia di RSUD dr. Pirngadi, RSUP H.Adam Malik dan RS Martha
Friska (n=66)

Kelompok

Karakteristik Pneumonia Tidak Menderita Pneumonia


(kasus) (kontrol)

n % n %
Jenis Kelamin
Laki-laki 18 54,55 13 39,39
Perempuan 15 45,45 20 60,61
Usia (tahun)
30-40 4 12,12 9 27,27
41-50 29 87,88 24 72,73

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.2 Persentase Penyakit Periodontal
Dari 33 responden yang menderita pneumonia (kasus), persentase responden
yang mengalami periodontitis lebih banyak yaitu 81,82% dan gingivitis 18,18%. Dari
33 responden yang tidak menderita pneumonia (kontrol), persentase responden yang
mengalami periodontitis lebih banyak yaitu 72,73% dan gingivitis 27,27%. (Tabel 2)

Tabel 2. Persentase penyakit periodontal pada pasien pneumonia dan tidak menderita
Pneumonia di RSUD dr. Pirngadi, RSUP H.Adam Malik dan RS Martha
Friska

Kelompok
Penyakit Tidak Menderita Pneumonia
Periodontal Pneumonia (kasus)
(kontrol)
n % n %

Gingivitis
6 18,18 9 27,27
Periodontitis
27 81,82 24 72,73

4.3 Perbedaan Rata-Rata Skor Periodontal Pasien Pneumonia dan Tidak


Menderita Pneumonia
Rata-rata skor periodontal pasien yang menderita pneumonia adalah 2,73 ±
0,48 dan rata-rata skor periodontal pasien yang tidak menderita pneumonia adalah
1,37 ± 0,89. Hal ini menunjukkan rata-rata skor periodontal pasien yang menderita
pneumonia lebih besar dari rata-rata skor periodontal pasien yang tidak menderita
pneumonia dan berdasarkan uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan (p=0,014). (Tabel 3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 3. Hasil uji statistik perbedaan rata-rata skor periodontal pasien pneumonia dan
tidak menderita pneumonia di RSUD dr. Pirngadi, RSUP H.Adam Malik dan
RS Martha Friska

Rata-rata skor
Hasil uji
Kelompok n periodontal
statistik
(𝑥̅ ± SD)

Pneumonia 33 2,73 ± 0,48


t=7,668

Tidak Menderita Pneumonia 33 1,37 ± 0,89 p=0,014

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 5

PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata skor periodontal pada pasien
penderita pneumonia lebih tinggi yakni 2,73 ± 0,48 dari rata-rata skor periodontal
pasien yang tidak menderita pneumonia 1,37 ± 0,89. Hasil penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Margareth yang menunjukkan
kecenderungan yang sama, yaitu adanya peningkatan skor periodontal pada pasien
yang menderita pneumonia (rata-rata skor periodontal subjek penderita pneumonia
2,5±0,5 dan subjek yang tidak menderita pneumonia 2,3±0,7).12 Hal ini disebabkan
karena gigi dan jaringan periodontal dapat berperan sebagai tempat bermulanya
infeksi pernafasan. Pada seseorang dengan penyakit periodontal, terdapat enzim yang
dapat mempermudah melekatnya bakteri patogen paru dari udara. Bakteri anaerob
yang menjadi penyebab pneumonia banyak ditemukan pada plak dental. Bakteri ini
akan dikeluarkan dari plak gigi masuk ke sekresi saliva dan kemudian akan diaspirasi
ke dalam saluran pernafasan bawah. Apabila terjadi kegagalan mekanisme pertahanan
pejamu (host) untuk mengeliminasi bakteri-bakteri yang masuk, maka
mikroorganisme ini akan mengalami multiplikasi yang pada akhirnya dapat
menyebabkan pneumonia.5,18
Berdasarkan uji statistik, terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata
skor periodontal pasien yang menderita pneumonia dan pasien yang tidak menderita
pneumonia (p=0,014) (Tabel 3). Perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor
periodontal pasien yang menderita pneumonia dan pasien yang tidak menderita
pneumonia yang ditunjukkan pada penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Margareth pada 358 responden di atas usia 55 tahun (p<0,01).12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan:
1. Rata-rata skor periodontal pasien penderita pneumonia adalah 2,73 ± 0,48
dan rata-rata skor periodontal pasien yang tidak menderita pneumonia adalah 1,37 ±
0,89.
2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor periodontal pasien
pneumonia dan tidak menderita pneumonia (p=0,014).

6.2 Saran
1. Diharapkan pihak RSUD dr.Pirngadi, RSUP H.Adam Malik dan RS Martha
Friska dapat menginstruksikan pasien untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut
dengan menyikat gigi secara teratur agar terhindar dari penyakit periodontal dan
mengurangi terjadinya pneumonia.
2. Diharapkan masyarakat dapat melakukan pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut dengan sikat gigi secara teratur dan skeling minimal 6 bulan sekali untuk
mengurangi risiko menderita pneumonia akibat keadaan jaringan periodontal yang
buruk.
3. Diharapkan dokter gigi menggunakan masker dan sarung tangan pada saat
melakukan perawatan terhadap pasien untuk mengurangi risiko terjadinya infeksi
silang antara dokter gigi dan pasien.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI. Menkses hadiri peringatan seperempat abad Fakultas


Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahman Padang. http://www.depkes.go.id/
index.php/berita/press-release/1214-menkes-hadiri-peringatan-seperempat-abad-
fakultas-kedokteran-gigi-universitas-baiturrahmah-padang.html (17 September
2010).
2. Situmorang N. Dampak karises gigi dan penyakit periodontal terhadap kualitas
hidup. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap. Medan: Universitas
Sumatera Utara, 2005.
3. Herijulianti E, Svasti T, Artini S. Pendidikan kesehatan gigi. Jakarta: EGC, 2001:
117-8.
4. Situmorang N. Profil penyakit periodontal penduduk di dua kecamatan kota
Medan tahun 2004 dibandingkan dengan kesehatan mulut tahun 2010. Dentika
Dental Jurnal 2005; 9(2): 71-7.
5. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat: pencegahan dan
pemeliharaan. Medan: USU Press, 2010: 34-5; 71-3.
6. Dalimunthe SH. Periodonsia. Edisi ke-2. Medan: Bagian Periodonsia Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, 2008: 55-7; 106-15; 118-21; 155-6.
7. Lestari S. Hubungan perilaku dengan status kebersihan mulut dan karies gigi
pada lansia. JITEKGI 2011; 8(1): 32-5.
8. Alamsyah RM. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok dan
hubungannya dengan status penyakit periodontal remaja di Kota Medan tahun
2007. Tesis. Medan: Program Studi Magister Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan Sekolah Pasca Sarjana USU, 2009: 22-5.
9. Nayak S, Nayak P. Systemic diseases associated with oral infection. In: Indian
Journal of Dental Sciences. India, 2002: 20-5.
10. Attar M, Zaghloul MZ, Menoufy HS. Role of Periodontitis in Hospital-Acquired
Pneumonia . EMHJ 2010; 16(5): 563-9.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11. Dahlan Z. Pneumonia. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,
Setiati S. eds. Buku ajar ilmu penyakit dalam, edisi kelima, jilid III. Jakarta:
Interna Publishing, 2009: 2196-210.
12. Terpenning MS, Taylor GW, Lopatin DE, Kerr CK, Dominguez BL, Loesche
WJ. Aspiration pneumonia: dental and oral risk factors in an older veteran
population. J Am Geriatr Soc 2001; 49: 557-63.
13. Awano S, Ansai T, Takata Y, Soh I, Akifusa S, Hamasaki T, et al. Oral health
and mortality risk from pneumonia in the elderly. J Dent Res 2008; 87(4): 334-9.
14. Azarpazooh A, Leake JL. Systematic review of the association between
respiratory diseases and oral health. J Periodontal 2006; 77(9): 1465-82.
http://www.joponline.org/doi/abs/10.1902/annals.2003.8.1.38 (abstract) (2
Agustus 2012).
15. Emmanuel V, Masulili SL. Strategi komunikasi bakteri dalam menyebabkan
penyakit periodontal. JITEKGI 2010; 7(1): 17-21.
16. TMC. Pneumonia aspirasi. http://calvariatmc.blogspot.com/2011/01/ pneumonia-
aspirasi.html (11 Januari 2011).
17. Scannapieco FA. Pneumonia in nonambulatory patients: The role of oral bacteria
and oral hygiene. J Am Dent Assoc 2006; 137 (suppl 2): 21S-25S.
18. Paju S, Scannapieco FA. Oral biofilms, periodontitis and pulmonary infections.
Oral Disease 2007, 13(6): 508-12.
19. Munro CL, Grap MJ, Elswick R, McKinney J, sessler CN, Hummel RS. Oral
Health Status and Development of Ventilator-Associated Pneumonia: A
Descriptive Study. AJCC 2006; 15(5): 453-60.
20. Li X, Kolltveit KM, Tronstad L, Olsen I. Systemic diseases caused by oral
infection. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC88948.html (28 Januari
2012).
21. Limeback H. The relationship between oral health and systemic infections among
elderly residents of chronic care facilities: a review. Gerodontology 1988; 7(4):
131-7.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22. Manson JD, Eley BM. Periodontics. 5th ed. Philadelphia: Elsevier Limited, 2004:
124-6.
23. Perry DA, Beemsterboer PL. Periodontology for the dental hygienist. 3th ed.
Philadelphia: WB Saunders, 2007: 46-9.
24. Debnath T. Ashok’s public health and preventive dentistry. 2th ed. Delhi:
Chaudhary Offset, 2002: 49-51.
25. Lessang R. Penatalaksanaan faktor risiko untuk perawatan periodontal yang lebih
baik. http://www.mitrakeluarga.com/bekasibarat/penatalaksanaan-faktor-resiko-
untuk-perawatan-periodontal-yang-lebih-baik.html (30 Mei 2012).
26. Kasim E. Merokok sebagai faktor risiko terjadinya penyakit periodontal. J
Kedokter Trisakti 2001; 20(1): 9-15.
27. Koichiro. Preventing aspiration pneumonia by oral health care. JMAJ 2011;
54(1): 39-43.
28. Bourke SJ, Greenwood M. Textbook of human disease in dentistry. Singapore:
Blackwell Ltd., 2009: 98-109.
29. Janssens J, Krause K. Pneumonia in the very old. Lancet Infect Dis 2004; 4: 112-
24.
30. Evertsen J, Baumgardner D, Regnery A, Banerjee I. Diagnosis and management
of pneumonia and bronchitis in outpatient primary care practices. Primary Care
Respiratory Journal 2010; 19(3): 237-41.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Perhitungan Besar Sampel

[ Z1-α/2 √2P(1-P) + Zβ √P1(1-P1) +P2(1-P2) ] 2


n=
(P1-P2) 2

Keterangan rumus:
n: jumlah sampel
α: tingkat kemaknaan yang ditetapkan peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti
menentukan α = 0,05 sehingga Z1-α/2 penelitian ini sebesar 1,96.
β: kekuatan uji sebesar 80% sehingga Z1-β sebesar 0,84.
OR: besarnya nilai rasio odds berdasarkan penelitian sebelumnya
P1: proporsi subyek terpajan penyakit periodontal pada kelompok pneumonia
P2: proporsi subyek terpajan penyakit periodontal pada kelompok tanpa
pneumonia
P: rata-rata
Z: Z score

Proporsi pneumonia yang terpajan periodontal 41


OR = = = 0,21
Proporsi tidak pneumonia yang terpajan periodontal 193

P2 = 193/ 193+41 = 0,82

(OR) P2 (0,21) 0,82


P1 = = = 0,48
(OR) P2 + (1-P2) (0,21) 0,82 + (1-0,82)

P1 + P2 0,49 + 0,82
P = = = 0,65
2 2

Angka-angka di atas dimasukkan kembali ke rumus besar sampel:


[ 1,96 √ 2x0,65(1-0,65) + 0,84 √ 0,48(1-0,48) + 0,82 (1-0,82) ] 2
n= = 29,61 = 30
2
( 0,48-0,82 )

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/
KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

KUESIONER PERBEDAAN SKOR PERIODONTAL PASIEN PNEUMONIA


DAN TIDAK MENDERITA PNEUMONIA DI POLI PARU RSUD dr.
PIRNGADI, RSUP H.ADAM MALIK, DAN RS MARTHA FRISKA

Data Responden ( Kasus )

Pasien penderita pneumonia berdasarkan kartu pasien No……. Kolom


dibawah ini
jangan diisi

A. No.Responden : A.
Nama : ......................................
B. Umur : …………………tahun ( 30-50 thn ) B.
C. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki C.
2.Perempuan

1. Apakah Anda memiliki kebiasaan merokok? (merokok sedikit 1.


nya 10 batang per hari selama sekurang-kurangnya 1 tahun)
A. Ya
B. Tidak
*Bila dijawab ya, wawancara dihentikan.
2. Apakah Anda pernah membersihkan karang gigi (scaling) selama 2.
6 bulan terakhir?
A. Ya
B. Tidak
*Bila dijawab ya, wawancara dihentikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lembar Pemeriksaan Skor Periodontal oleh Ramfjord (1959)

16 21 24

44 41 36

Jumlah skor
Indeks Periodontal = = = 3.
Jumlah gigi yang diperiksa

Indeks Periodontal oleh Ramfjord (1959)

Skor Kondisi Klinis

0 Tidak ada tanda-tanda peradangan

Perubahan peradangan ringan sampai sedang pada gingival, tapi belum


1
mengelilingi gigi
2 Gingivitis ringan sampai sedang yang sudah mengelilingi gigi
Gingivitis yang parah ditandai dengan warna merah, pembengkakan
3
gingival tendensi mudah berdarah dan ulserasi
4 Pembentukan saku kurang dari 3 mm (warna hitam terlihat semuanya)
5 Pembentukan saku 3-6 mm (warna hitam bagian atas diperbatasan)
Pembentukan saku lebih dari 6 mm (warna hitam tidak terlihat sama
6
sekali)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/
KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

KUESIONER PERBEDAAN SKOR PERIODONTAL PASIEN PNEUMONIA


DAN TIDAK MENDERITA PNEUMONIA DI POLI MATA RSUD dr.
PIRNGADI, RSUP H.ADAM MALIK, DAN RS MARTHA FRISKA

Data Responden ( Kontrol )

Pasien penderita penyakit mata berdasarkan kartu pasien No……. Kolom


dibawah ini
jangan diisi

A. No.Responden : A.
Nama : ......................................
B. Umur : …………………tahun ( 30-50 thn ) B.
C. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki C.
2.Perempuan

1. Apakah Anda memiliki kebiasaan merokok? (merokok sedikit 1.


nya 10 batang per hari selama sekurang-kurangnya 1 tahun)
A. Ya
B. Tidak
*Bila dijawab ya, wawancara dihentikan.
2. Apakah Anda pernah membersihkan karang gigi (scaling) selama 2.
6 bulan terakhir?
A. Ya
B. Tidak
*Bila dijawab ya, wawancara dihentikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lembar Pemeriksaan Skor Periodontal oleh Ramfjord (1959)

16 21 24

44 41 36

Jumlah skor
Indeks Periodontal = = = 3.
Jumlah gigi yang diperiksa

Indeks Periodontal oleh Ramfjord (1959)

Skor Kondisi Klinis

0 Tidak ada tanda-tanda peradangan

Perubahan peradangan ringan sampai sedang pada gingival, tapi belum


1
mengelilingi gigi
2 Gingivitis ringan sampai sedang yang sudah mengelilingi gigi
Gingivitis yang parah ditandai dengan warna merah, pembengkakan
3
gingival tendensi mudah berdarah dan ulserasi
4 Pembentukan saku kurang dari 3 mm (warna hitam terlihat semuanya)
5 Pembentukan saku 3-6 mm (warna hitam bagian atas diperbatasan)
Pembentukan saku lebih dari 6 mm (warna hitam tidak terlihat sama
6
sekali)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Uji Normalitas
Descriptives

kode Statistic Std. Error


skor_periodontal pneumonia (kasus) Mean 2.7270 .08283
95% Confidence Lower Bound 2.5583
Interval for Mean Upper Bound
2.8957

5% Trimmed Mean 2.7658


Median 2.8300
Variance .226
Std. Deviation .47580
Minimum 1.00
Maximum 3.40
Range 2.40
Interquartile Range .50
Skewness -1.495 .409
Kurtosis 4.111 .798
bukan pneumonia Mean 1.3727 .15598
(kontrol) 95% Confidence Lower Bound 1.0550
Interval for Mean Upper Bound
1.6904

5% Trimmed Mean 1.3229


Median 1.3300
Variance .803
Std. Deviation .89602
Minimum .00
Maximum 4.17
Range 4.17
Interquartile Range .92
Skewness .827 .409
Kurtosis 1.720 .798

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
kode Statistic df Sig. Statistic df Sig.
skor_periodontal pneumonia (kasus) .119 33 .200(*) .894 33 .004
bukan pneumonia
.128 33 .189 .941 33 .075
(kontrol)
* This is a lower bound of the true significance.
a Lilliefors Significance Correction

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Uji t-test unpaired Perbedaan Skor Periodontal Pasien Pneumonia dan Tidak Menderita
Pneumonia

Group Statistics

Std. Error
kode N Mean Std. Deviation
Mean
skor_periodontal pneumonia (kasus) 33 2.7270 .47580 .08283
bukan pneumonia
(kontrol) 33 1.3727 .89602 .15598

Independent Samples Test

Levene's Test
for Equality of t-test for Equality of Means
Variances

95% Confidence
Interval of the
Sig. (2- Mean Std. Error Difference
F Sig. t df
tailed) Difference Difference
Lower Upper

skor_
periodon Equal variances assumed 6.447 .014 7.668 64 .000 1.35424 .17660 1.00144 1.70705
tal
Equal variances not
assumed 7.668 48.717 .000 1.35424 .17660 .99929 1.70919

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai