Anda di halaman 1dari 5

ASUHAN KEPERAWATAN 3S (SDKI, SLKI & SIKI)

1. UU (RS) No 44 Th 2009 → KARS → Standar Profesi


2. UU (NAKES) No 36 Th 2014 → Wajib Patuh Standar Profesi
3. UU Kep No 38 Th 2014 → Standar Profesi → Standar Asuhan Keperawatan
Tujuan Standarisasi Askep:
- Acuan penegakan diagnosis, penentuan luaran dan intervensi keperawatan
- Meningkatkan otonomi Perawat
- Meningkatkan mutu Askep
- Mengukur beban kerja dan reward Perawat
- Masuk ke sistem JKN → peningkatan mutu (target)
- Penghargaan, kesejahteraan serta perlindungan bagi Perawat (target)
ASUHAN KEPERAWATAN 3S (SDKI, SLKI & SIKI)

SDKI adalah Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia merupakan salah satu standar
yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan praktik keperawatan di Indonesia.
Menentukan prioritas masalah keperawatan:
1. Mengancam jiwa
2. Keamanan
3. Prioritas menurut klien
4. Prioritas menurut Perawat
5. Jika ditangani akan mengatasi diagnosis keperawatan lainnya
Diagnosis keperawatan terdiri dari:
1. Aktual: masalah (problem) b.d penyebab (etiology) d.d tanda/gejala (signs and
symptoms)
2. Risiko: masalah d.d faktor risiko
3. Promkes: masalah d.d tanda/gejala

SLKI adalah Standar Luaran Keperawatan Indonesia merupakan aspek-aspek yang


dapat diobservasi dan diukur meliputi kondisi, perilaku, atau pesepsi pasien keluarga
atau komunitas sebagai respon terhadap intervensi keperawatan. Luaran keperawatan
menunjukkan status diagnosis keperawatan setelah dilakukan intervensi keperawatan.
Luaran terdiri dari kriteria hasil. Jenis luaran ada 2 yaitu Positif (perlu ditingkatkan) dan
Luaran Negatif (perlu diturunkan). Penetapan luaran memenuhi prinsip SMART.
S = Spesifik (mengukur apa yang harus diukur)
M = Measurable (bisa diukur)
A = Attainable (bisa dicapai)
R = Realistic (realistis)
T = Timed (waktu)

SIKI adalah Standar Intervensi keperawatan Indonesia sebagai acuan pelaksanaan


rencana asuhan keperawatan dalam menetapkan intervensi yang sesuai dengan
masalah kesehatan/keperawatan klien berdasarkan diagnosis keperawatan yang telah
ditegakkan. SIKI terdiri dari observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi (OTEK).
CONTOH KASUS:

Seorang laki-laki berusia 43 th, dirawat di bangsal Paru dengan keluhan sesak
nafas yang semakin memberat. Hasil pengkajian didapatkan pasien batuk
disertai sputum berwarna putih kental, ronchi pada kedua baal paru,
RR=30x/mnt.
Klien terdiagnosis Penyakit Paru Obsrtuktif Kronis (PPOK). Klien terbiasa merokok
12 batang/hari, BB satu tahun yang lalu 70 kg, turun menjadi 44 kg dengan TB
165 cm.
Klien mengeluh mual dan nafsu makan menurun. Diet yang diberikan 2500 Kkal.
Pasien banyak bertanya tentang penyakitnya.

DO & DS ANALISA DATA MASALAH


KEPERAWATAN
DS: keluhan sesak Klien PPOK mengalami Bersihan jalan nafas tidak
nafas yang semakin produksi sputum dan tidak efektif
memberat mampu mengeluarkannya
DO: sehingga mengalami bersihan
- batuk berdahak jalan nafas tidak efektif
(sputum) putih
kental
- ronchi di kedua
basal paru
- RR= 30 kali/mnt
DS: mengeluh mual & Klien mengalami defisit nutrisi Defisit nutrisi
nafsu makan karena kurangnya asupan
menurun makanan akibat mual dan
DO: nafsu makan menurun
BB turun dari 70 kg Peningkatan kebutuhan
menjadi 44 kg dengan metabolisme akibat penyakit
TB = 165 cm, diet PPOK
makanan biasa 2500
Kkal
DS: Klien banyak Kurangnya informasi Defisit pengetahuan
bertanya mengenai mengenai manajemen tentang manajemen
penyakitnya & penyakit PPOK dan bahaya PPOK & perilaku
merokok 12 batang/hr merokok menyebabkan defisit merokok
DO: terdiagnosis pengetahuan
PPOK
No Diagnosis Keperawatan Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI)
(SDKI)

1 Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan 1. Latihan batuk efektif


efektif (masalah) intervensi - Identifikasi kemampuan batuk
berhubungan dengan (bd) keperawatan selama - Monitor adanya retensi sputum
hipersekresi jalan nafas, 3 jam, maka bersihan - Monitor adanya tanda gejala
sekresi yang tertahan, jalan nafas meningkat infeksi saluran nafas
merokok aktif (etiologi) dengan kriteria hasil: - Monitor input output cairan
dibuktikan dengan (dd)- Batuk efektif (Observasi)
batuk tidak efektif, sputum meningkat - Atur posisi fowler/semifowler
berlebih berwarna putih- Produksi sputum - Pasang perlak dan bengkok di
kental, ronchi kedua basal menurun pangkuan pasien
paru, sesak memberat dan- RR 12-20 kali/mnt - Buang sekret pada tempat
frekuensi nafas 30 kali/mnt- Sesak menurun sputum (Terapeutik)
(tanda gejala) - Jelaskan tunjuan dan prosedur
batuk efektif
- Anjurkan tarik nafas dalam
melalui hidung selama (4 detik),
di tahan selama (2detik)
kemudian keluarkan dari mulut
(bibir membulat) selama (8
detik)
- Anjurkan ulangi sebanyak 3 kali
- Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah Tarik nafas
dalam yang ketiga (Edukasi)
- Kolaborasi pemberian mukolitik
atau ekspektoran (Kolaborasi)
2. Manajemen jalan nafas
- Monitor jalan nafas
(frek,kedlman, usaha nafas
- Monitor bunyi nafas
- Monitor sptum (jumlah warna,
aroma)
- Posisikan semifowler/fowler
- Lakukan fisioterapi dada
- Anjurkan asupan cairan
2000ml/hr
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Kolaborasi pemberian mukolitik
atau ekspektoran (Kolaborasi)
3. Fisioterapi dada
- Identifikasi kontraindikasi FD
- Monitor status pernafasan dan
jantung
- Periksa sekmen paru yang
mengandung sekresi berlebih
- Monitor toleransi klien selama &
setelah prosedur
- Monitor jumlah & karakter secret
- Letakkan alat yang dibutuhkan
dekat klien
- Gunakan bantal untuk
pengaturan posisi
- FD setidaknya 2 jam sesudah
makan
- Hindari perkusi pd tul belakang
ginjal payudara wanita dan
tulang rusuk yang patah
- Jelaskan tujuan dan prosedur
- Anjurkan batuk efektif

Anda mungkin juga menyukai