Anda di halaman 1dari 4

MODEL MODEL TAFSIR

Penafsiran Al-Quran telah mengalami berbagai perkembangan dari zaman Nabi


Muhammad hingga zaman kontemporer. Berikut adalah beberapa model penafsiran
yang muncul selama periode ini:

1. Tafsir Bil Ma'thur: Model penafsiran ini muncul pada zaman Nabi Muhammad
dan generasi pertama umat Islam. Tafsir ini didasarkan pada penjelasan langsung
dari Nabi Muhammad atau para sahabatnya. Metode ini mengandalkan riwayat
hadis dan pengetahuan langsung mereka tentang konteks penurunan ayat-ayat
Al-Quran.
2. Tafsir Bi Al-Ra'yi: Model penafsiran ini mencakup penafsiran berdasarkan
pendapat dan penalaran pribadi. Pada masa setelah generasi pertama Islam,
muncul para ulama yang menggunakan penalaran logis dan pemahaman mereka
sendiri untuk menafsirkan Al-Quran. Meskipun dihargai, model ini juga memiliki
risiko penafsiran yang berlebihan dan bercabang.
3. Tafsir Ilmiah: Model penafsiran ini muncul pada masa berikutnya dan melibatkan
penggunaan metode ilmiah dalam memahami Al-Quran. Para mufassir
menggunakan disiplin ilmu seperti linguistik, sejarah, dan ilmu pengetahuan
lainnya untuk memahami makna ayat-ayat Al-Quran secara lebih mendalam.
4. Tafsir Sufi: Model penafsiran ini ditekankan pada dimensi mistis dan spiritual Al-
Quran. Para mufassir sufi menekankan pemahaman batin dan pengalaman
pribadi dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Quran. Mereka mencari makna-makna
esoteris dan simbolik dalam teks suci.
5. Tafsir Filosofis: Model penafsiran ini melibatkan penggunaan konsep dan metode
filsafat dalam memahami Al-Quran. Para mufassir filosofis menggunakan alat
pemikiran filosofis untuk memecahkan masalah filosofis dan ontologis yang
muncul dalam teks Al-Quran.
6. Tafsir Kontekstual: Model penafsiran ini muncul pada zaman kontemporer dan
menekankan pentingnya memahami konteks sosial, budaya, dan sejarah dalam
menafsirkan Al-Quran. Para mufassir menggunakan pendekatan sosial, feminis,
atau pembebasan dalam memahami ayat-ayat Al-Quran dengan
mempertimbangkan isu-isu modern yang relevan.
7. Tafsir Komparatif: Model penafsiran ini melibatkan perbandingan Al-Quran
dengan literatur dan agama-agama lain. Mufassir melakukan perbandingan
antara Al-Quran dengan teks-teks agama lain, filsafat, dan pemikiran global
untuk memperkaya pemahaman mereka tentang ayat-ayat Al-Quran.

Perlu dicatat bahwa model-model penafsiran ini tidak saling eksklusif, dan seringkali ada
perpaduan dan kombinasi di antara mereka dalam penafsiran Al-Quran. Setiap model
penafsiran ini membawa kontribusi uniknya sendiri dalam pemahaman Al-Quran dan
mencerminkan perbedaan dalam konteks historis, budaya, dan intelektual di setiap
zaman.

SANDARAN DALAM MENAFSIRKAN

Dalam menafsirkan Al-Quran, para mufassir telah mengacu pada berbagai sumber
referensi sebagai sandaran untuk memahami ayat-ayat Al-Quran. Berikut adalah
beberapa sumber referensi yang dijadikan acuan dalam setiap zaman:

1. Zaman Nabi Muhammad dan Para Sahabat: Pada zaman Nabi Muhammad dan
generasi pertama umat Islam, sumber referensi utama adalah Nabi Muhammad
sendiri. Para sahabatnya mendapatkan penjelasan langsung dari Nabi tentang
ayat-ayat Al-Quran dan praktek-praktek yang terkait. Hadis-hadis yang
meriwayatkan perkataan, perbuatan, atau persetujuan Nabi juga menjadi sumber
referensi penting.
2. Zaman Tabi'in: Setelah masa Nabi Muhammad, para Tabi'in, yaitu generasi yang
mengikuti generasi sahabat, menjadi sumber referensi. Mereka merujuk pada
pemahaman para sahabat dan pengalaman mereka dalam memahami dan
menjelaskan Al-Quran.
3. Zaman Ulama Klasik: Pada masa ini, para ulama klasik seperti Ibnu Abbas, Ibnu
Jarir al-Tabari, Ibnu Kathir, dan lain-lain, menjadi referensi penting dalam
penafsiran Al-Quran. Mereka menulis tafsir Al-Quran yang mendalam dengan
menggunakan metode-metode tafsir dan pengetahuan mereka tentang bahasa
Arab, ushul fiqh, hadis, sejarah, dan ilmu-ilmu terkait lainnya.
4. Zaman Ilmu Pengetahuan Modern: Pada zaman kontemporer, mufassir
menggunakan metode ilmiah dan berbagai disiplin ilmu pengetahuan dalam
menafsirkan Al-Quran. Mereka merujuk pada ilmu linguistik, sejarah, ilmu hadis,
ushul fiqh, studi budaya, dan ilmu pengetahuan lainnya untuk memperdalam
pemahaman mereka tentang ayat-ayat Al-Quran.
5. Tafsir Tradisional dan Kitab-kitab Tafsir: Kitab-kitab tafsir tradisional, seperti Tafsir
al-Tabari, Tafsir al-Qurtubi, dan Tafsir al-Jalalain, menjadi referensi utama dalam
menafsirkan Al-Quran di banyak komunitas Muslim. Kitab-kitab ini mengandung
penafsiran-penafsiran yang dihasilkan oleh para mufassir terdahulu dan diakui
keilmuannya.
6. Karya-karya Mufassir Kontemporer: Selain sumber-sumber klasik, karya-karya
mufassir kontemporer juga menjadi referensi penting dalam penafsiran Al-Quran.
Para mufassir kontemporer, seperti Sayyid Qutb, Muhammad al-Ghazali, Yusuf al-
Qaradawi, dan banyak lagi, memberikan pandangan dan penafsiran mereka
tentang Al-Quran yang relevan dengan konteks zaman sekarang.
Penting untuk mencatat bahwa sumber-sumber referensi ini saling berkaitan dan
memberikan kontribusi satu sama lain dalam pemahaman Al-Quran. Para mufassir
menggunakan warisan intelektual dan tradisi tafsir yang ada, sambil mengadopsi
pendekatan-pendekatan baru dan konteks zaman mereka untuk memberikan penafsiran
yang relevan dan bermanfaat bagi umat Muslim.

NAMA NAMA PENAFSIR

Berikut adalah beberapa nama mufassir terkenal berserta kitab tafsirnya dari masa klasik
hingga kontemporer:

1. Ibnu Abbas (wafat tahun 68 H): Beliau adalah sepupu Nabi Muhammad dan salah
satu sahabat terdekatnya. Meskipun tidak ada kitab tafsir yang dikarang secara
khusus oleh Ibnu Abbas, penafsirannya banyak terdokumentasi dalam karya-
karya mufassir berikutnya.
2. Ibnu Jarir al-Tabari (838-923 M): Kitab tafsir terkenalnya adalah "Jami' al-Bayan
'an Ta'wil ay al-Quran", yang juga dikenal sebagai "Tafsir al-Tabari". Tafsir ini
dianggap salah satu karya tafsir tertua dan paling komprehensif dalam sejarah.
3. Fakhruddin al-Razi (1149-1209 M): Kitab tafsirnya yang terkenal adalah "Al-Tafsir
al-Kabir" atau "Mafatih al-Ghayb". Tafsir ini mencakup penjelasan mendalam
tentang ayat-ayat Al-Quran dengan menggabungkan perspektif filosofis dan
teologis.
4. Ibn Kathir (1300-1373 M): Kitab tafsir terkenalnya adalah "Tafsir Ibn Kathir". Tafsir
ini menjadi salah satu karya tafsir paling populer di kalangan umat Muslim dan
memberikan penjelasan yang komprehensif mengenai ayat-ayat Al-Quran.
5. Al-Qurtubi (1214-1273 M): Kitab tafsir terkenalnya adalah "Al-Jami' li-Ahkam al-
Quran" atau "Tafsir al-Qurtubi". Tafsir ini memberikan penjelasan komprehensif
tentang ayat-ayat Al-Quran dengan pendekatan fikih dan hukum Islam.
6. Ibn Hajar al-Asqalani (1372-1449 M): Meskipun lebih dikenal sebagai ahli hadis,
Ibn Hajar juga memiliki karya tafsir yang terkenal, yaitu "Fath al-Bari fi Sharh
Sahih al-Bukhari". Karya ini adalah sebuah tafsir yang terkait dengan hadis-hadis
Nabi Muhammad yang terdapat dalam kitab Shahih al-Bukhari.
7. Syaikh Muhammad Abduh (1849-1905 M): Beliau adalah seorang ulama dan
pembaru dari Mesir. Salah satu karya tafsirnya yang terkenal adalah "Tafsir al-
Manar", yang mencakup penafsiran yang lebih kontekstual dan relevan dengan
zaman modern.
8. Sayyid Qutb (1906-1966 M): Sayyid Qutb adalah seorang intelektual dan pemikir
Islam terkenal. Karyanya yang terkenal adalah "Fi Zilal al-Quran" atau "In the
Shade of the Quran", yang merupakan tafsir berdasarkan pemahaman sosial dan
politik Islam.
9. Yusuf al-Qaradawi (1926-sekarang): Beliau adalah seorang ulama Sunni
terkemuka dan dikenal melalui program televisi Al-Jazeera, "Al-Sharīʿa wa al-
Ḥayāh" (Sharia and Life). Salah satu karyanya yang terkenal adalah "Fiqh al-
Quran", di mana beliau memberikan penjelasan fiqih berdasarkan ayat-ayat Al-
Quran.

Perlu dicatat bahwa ini hanya beberapa nama mufassir terkenal dan kitab tafsirnya.
Terdapat banyak lagi mufassir dan karya-karya tafsir yang berharga dari masa klasik
hingga kontemporer yang memberikan kontribusi berharga dalam memahami dan
menafsirkan Al-Quran.

Anda mungkin juga menyukai