12721643457naskah Akademik RUPM 2018 OKasasas
12721643457naskah Akademik RUPM 2018 OKasasas
PROVINSI RIAU
TAHUN 2019 - 2025
NASKAH AKADEMIS
Halaman
BAB III VISI DAN MISI RUPM PROVINSI RIAU ..................................... 271
3.1. Pendahuluan .............................................................................. 271
3.2. Visi ............................................................................................. 273
3.3. Misi ............................................................................................. 276
3.4. Tujuan ........................................................................................ 276
3.5. Sasaran ..................................................................................... 278
Halaman
Tabel 2.52 : Sifat Kimia Air Empat Sungai Utama Provinsi Riau
Tahun 2012-2016 .......................................................................... 93
Tabel 2.71 : Volume (M3) Dan Nilai Air Minum Yang Disalurkan
PDAM Di Kota Pekanbaru Tahun 2016 .................................. 126
Tabel 2.81 : Luas Kawasan Hutan Kabupaten Siak Tahun 2016 .......... 154
Tabel 2.100 : Potensi Sektor Perikanan Menurut Jenis Usaha ................. 204
Tabel 5.3 : Sasaran Strategi Penanaman Modal di Provinsi Riau ...... 337
Halaman
Gambar 2.28 : Kawasan Indutri dan Pelabuhan Tanjung Buton ............. 159
Gambar 5.1 : Analisis SWOT Matrik Internal dan Eksternal .................. 336
PENDAHULUAN
Dokumen RUPM Provinsi Riau ini selaras dengan RUPM Nasional yang
ditetapkan atur dalam Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi dan rencana Umum Penanaman
Modal Kabupaten/Kota dan visi jangka panjang Riau (Visi 2025). Untuk itu
Naskah Akademik Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi Riau Bab I - 2
perlu disusun suatu rumusan, strategi serta langkah-langkah yang perlu
dibuat oleh pemerintah Provinsi Riau dengan melibatkan berbagai pihak
terkait. Selain itu, sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 tahun
2007 tentang Penanaman Modal, Pemerintah telah berkomitmen untuk
mengembangkan strategi dan kebijakan penanaman modal di Indonesia
berdasarkan atas azas kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas,
perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara, kebersamaan,
efisiensi dan berkeadilan, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta keseimbangan antara kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional.
Seluruh isi materi naskah RUPM Provinsi Riau ini telah ditelaah dan
dibahas secara transparan dengan menggunakan kaidah yang logis,
akademis, dan kritis. RUPM Provinsi Riau ini juga diharapkan menjadi
panduan bagi segenap sivitas Badan Perijinan dan Penanaman Modal di level
Kabupaten/Kota dalam menyusun RUPMK untuk mencapai visi, misi dan
tujuan yang telah ditetapkan serta menjadi pedoman utama dalam menyusun
anggaran kerja setiap tahunnya.
15. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4817);
20. Peraturan Presiden Nomor 34 Tahun 2014 tentang Bidang Usaha yang
Tertutup dan Terbuka;
26. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2017 tentang Pemberian Insentif dan
Kemudahan Penanaman Modal (Lembaran Daerah Propinsi Riau Tahun
2017 Nomor:10)
30. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2018 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Riau Tahun 2018-2038 (Lembaran Daerah Propinsi
Riau Tahun 2018 Nomor:10);
10. Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang selanjutnya disngkat PTSP adalah
kegiatan penyelenggaraan perizinan dan non-perizinan berdasarkan
pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi
yang memiliki kewenangan perizinan dan non perizinan yang proses
pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap
terbitnmya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat;
13. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada
akhir periode perencanaan.
17. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih
kegiatan yang dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk
mencapai sasaran dan tujuan serta untuk memperoleh alokasi anggaran
atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah.
18. Evaluasi adalah suatu proses untuk mengukur pencapaian suatu tujuan
tertentu yang telah ditetapkan serat dilakukan secara sistematik dan
teratur, hasilnya digunakan sebagai umpan balik untuk perbaikan
pelaksanaan perencanaan selanjutnya.
Gambar 1.4
BAB III VISI DAN MISI RENCANA PENANAMAN MODAL PROVINSI RIAU
2.1. Potensi dan Kondisi Umum Penanaman Modal Provinsi Riau dan
Kabupaten Kota
2.1.1.1. Pendahuluan
Luas perairan laut yang dimiliki oleh Provinsi Riau 19,08% dari
keseluruhan luas wilayah Provinsi Riau. Riau juga memiliki garis pantai
yang relatif panjang sejak dari Kubu-Bangko hingga Kuala Enok di
Indragiri, dengan konfigurasi pulau di sepanjang pantai timur, yang
terletak dalam takungan Selat Malaka.
Seluruh wilayah perairan laut di Riau merupakan laut dangkal
karena masih merupakan bagian dari paparan benua. Rata-rata
kedalamannya hanya 25 meter, bahkan sekitar 25% mempunyai
kedalaman di bawah 10 meter. Perairan laut digunakan sebagai jalur
pelayaran lokal, nasional dan internasional.
Wilayah Provinsi Riau berada di jalur perdagangan
internasional, Selat Malaka, dekat dengan Malaysia, Singapura. Selain
itu, berada di segitiga pertumbuhan ekonomi tiga negara Indonesia,
Malaysia dan Thailand.
Secara administrasi Pemerintah Provinsi Riau terdiri dari 10
kabupaten dan 2 Kota serta 150 kecamatan dan 1500 desa/kelurahan.
Berdasarkan aspek perwilayahan Provinsi Riau berada pada wilayah
Timur Sumatera yang memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang.
Kesepuluh Kabupaten tersebut adalah Kabupaten Kuantan Singingi,
Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Pelalawan, Siak, Kampar, Rokan Hulu,
Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi Riau Bab II - 19
Bengkalis, Rokan Hilir dan Kepulauan Meranti. Dua Kota adalah Kota
Pekanbaru dan Dumai. Jarak antara ibukota kabupaten dengan ibukota
Provinsi Riau (Pekanbaru) dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2
Peta Jarak Antara Ibukota Kabupaten Dengan Ibukota Provinsi
Riau (Pekanbaru)
S ea
na
2°30'
2°30'
Chi
4° 00'
4° 00'
ut h
DI. Aceh Brunei Darussalam
So
Str
a it
of
Malaysia
Ma
Malaysia
Celebes Sea
la c
ca
Sumatera Utara
Singapore Kalimantan Timur
sar
Sumatera Barat
aka
2°00'
2°00'
Sulawesi Tengah
Str
M
Kalimantan Tengah
ai t
i t of
Jambi
of
ra
Ka
St
ri ma
Sulawesi Selatan
ta
Kalimantan Selatan
Sumatera Selatan
Irian Jaya
Bengkulu
Sulawesi Tenggara
Malaysia
Lampung
Java Sea
it Papua New
DKI. Jakarta
a Stra
und
S Jawa Barat
8°00'
8°00'
Jawa Tengah
DI Yogyakarta Jawa Timur
Bali Nusa TenggaraTimur
St
Nusa Tenggara Barat Timor Timur
INDIAN OCEAN
ra Timor Sea
1°00'
KAB. ROKAN HULU
KAB. SIAK
Kepulauan Riau
KOTA PEKANBARU
KAB. KAMPAR
KAB. PELALAWAN
KAB. INDRAGIRI HILIR
0°30'
N
KAB. INDRAGIRI HULU
W E
S
50 0 50 100 Kilometers
Jambi
Gambar 2.3
Tahun Rata-Rata
Komoditas Pertumbuhan/
2013 2014 2015 2016 2017* Tahun (%)
Produksi (ton)
1. Beras 272.382 241.847 247.144 234.356 234.357 (3,65)
2. Jagung 28.052 28.651 30.870 32.850 33.173 3,41
Konsumsi (ton)
1. Beras 641.929 647.929 662.990 679.351 695.751 1,38
2. Jagung 1.207 1.238 1.269 1.300 1.332 1,99
Perimbangan (ton)
1. Beras (369.547) (406,082) (415.8446) (444.995) (461.394) 4,65
2. Jagung 26.845 27.413 29.601 31.550 31.841 3,47
Rasio
1. Beras 0,42 0,37 0,37 0,34 0,34 (4,95)
2. Jagung 23,24 23,14 24,33 25,27 24,90 1,39
Sumber: BPS Provinsi Riau, Riau Dalam Angka, dan Data Olahan
*Data tahun 2017 (Angka Sementara)
Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa Produksi Beras Provinsi Riau
dari tahun 2013 sampai dengan 2017 cenderung menurun, dengan rata-rata
penurunan sebesar 3,65 persen. Terjadinya penurunan produksi beras selama
beberapa tahun terakhirnya ini, disebabkan semakin menurunnya luas tanam
dan luas panen padi di Provinsi Riau sebagai akibat dari tingginya alih fungsi
lahan dari lahan sawah ke penggunaan lainnya baik disektor pertanian
maupun keluar sektor pertanian, seperti perumahan, jalan, pertokoan dan
sebagainya. Sementara itu produksi komoditas Jagung cenderung meningkat,
dengan pertumbuhan 3,41 persen. Kebutuhan konsumsi beras penduduk Riau
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rasio produksi dan kebutuhan
beras Kabupaten Kuantan Singingi menunjukkan paling tinggi yaitu 86 persen,
artinya 86 persen kebutuhan konsumsi beras di Kabupaten Kuantan Singingi
dapat dipenuhi dari produksi lokal yang dihasilkan. Sedangkan rasio produksi
dan kebutuhan yang terendah berada di Kota Pekanbaru, karena Kota
Pekanbaru bukan merupakan daerah penghasil beras di Provinsi Riau, tapi
merupakan daerah perkotaan.
Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi Riau Bab II - 25
Rasio produksi dan kebutuhan jagung tertinggi terdapat di Kabupaten
Pelalawan dengan kemampuan memenuhi kebutuhan sendiri sebanyak 83,99
persen, sedangkan rasio terendah untuk komoditi jagung berada di Kabupaten
Bengkalis sebanyak 4,03 persen. Walaupun produksi jagung menunjukkan
trend meningkat, namun sesungguhnya produksi Jagung ini tidak terlalu besar
dibanding dengan daerah lain, hal ini juga disebabkan semakin berkurangnya
lahan kering yang merupakan basis untuk komoditi jagung.
Untuk komoditi sayur dan buah, kondisi juga tidak jauh berbeda dengan
beras dan jagung, untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.4 dibawah ini.
Hasil RISKESDAS 2010 – 2013 menunjukkan bahwa secara nasional
perilaku penduduk umur diatas 10 tahun yang kurang memakan sayur masih
diatas 90 %, kondisi ini sejalan dengan temuan hasil Survey Konsumsi
Makanan Individu (SKMI) dalam study diet total tahun 2014 bahwa konsumsi
penduduk terhadap sayur dan olahannya masih rendah dan untuk Provinsi
Riau secara rinci angka tersebut memang belum tersedia.
Tabel 2.4
Perkembangan Rasio Produksi dan Konsumsi Komoditi
Sayur-Sayuran dan Buah-BuahanProvinsi Riau Tahun 2012 – 2016
Tahun Pertumbuhan
Komoditas
2012 2013 2014 2015 2016 /Tahun (%)
Produksi (ton)
1. Sayuran 85.759 101.247 88.767 80.207 63.882 -7,10
2. Buah-Buahan 185.292 189.931 206.119 180.352 199.419 1,85
Konsumsi (ton)
1. Sayuran 286.972 293.822 243.206 278.519 176.277,2 -11,47
2. Buah-Buahan 186.769 190.049 120.675 171.299 156.891 -4,26
Perimbangan (ton)
1. Sayuran -201.213 -192.575 -154.439 -198.312 -112.395,2 -13,55
2. Buah-Buahan -1.477 -118 -12.671 9.053 42.528 11,00
Rasio
1. Sayuran 0,3 0,34 0,36 0,29 0,36 4,94
2. Buah-Buahan 0,99 1 0,94 1,05 1,27 6,39
Sumber: BPS Provinsi Riau (Riau Dalam Angka Tahun 2017)
Dari tabel di atas, bila dilihat dari rasio produksi dan konsumsi per
Kabupaten, maka Kabupaten Kampar memberikan kontribusi yang besar
dalam pemenuhan kebutuhan sayuran di Provinsi Riau, dimana Kabupaten
Kampar banyak menghasilkan sayuran semusim seperi Kangkung, bayam dan
cabe besar, dengan ratio 1,75. Sedangkan untuk komoditi buah-buahan kota
Dumai yang kontribusinya terbesar dengan ratio sebesar 7,13 yang didominasi
oleh buah nenas yang terdapat di Kec. Medang Kampai dan Bukit Timah.
Peningkatan produksi dan produktivitas sayuran dan buah-buahan
perkabupaten kota harus terus diupayakan dalam rangka meningkatkan rasio
produksi dan konsumsi terutama wilayah-wilayah yang berada dibawah rata-
rata rasio produksi dan konsumsi sayur-sayuran maupun buah-buahan
provinsi.
Besaran angka konsumsi bahan pangan yang dibahas diatas turut
mempengaruhi pengeluaran penduduk untuk konsumsi pangan secara
keseluruhan, yang intinya juga dipengaruhi oleh pendpatan keluarga.
Berdasarkan hasil survey BPS Provinsi Riau, bahwa pengeluaran penduduk
Riau untuk konsumsi pada Tahun 2014 sampai dengan 2016 meningkat
Sumber Buku Statistik Kesejahteraan Rakyat Riau Tahun 2014-2016 (BPS Provinsi Riau
Perkembangan tanaman tanaman pangan dan palawija di Provinsi Riau
dari tahun 2012-2016 mengalami penurunan pertumbuhan luas panen.
Penurunuan luas panen terbesar terdapat pada komoditi ubi jalar sebesar
14,87% diikuti kacang tanah sebesar 13,73% dan Kacang Kedelai sebesar
12,03%. Secara umum penurunan luas panen untuk tanaman pangan
dipengaruhi oleh tingginya alih fungsi lahan seluas 43,987 ha (rata-rata
pertahun 8.795 ha), faktor anomali iklim dan juga adanya aturan yang
mengatur larangan membuka lahan dengan membakar.
Tingginya penurunan luas panen dan produksi tanaman padi dan
palawija selama periode tersebut, maka diperlukan upaya peningkatkan
pemanfaatan lahan yang ada melalui program pengembangan komoditas
tersebut secara intensif dengan meningkatkan kapasitas penggunaan lahan
misalnya dengan cara intensifikasi. Peningkatan kapasitas penggunaan lahan
tentunya harus dibarengi dengan penyediaan infrastruktur (energi, pengairan
dan teknologi input baik peralatan, benih unggul dan pupuk serta perbaikan
manajemen usaha tani) pertanian yang dapat mendukung berjalannya
program tersebut.
Tabel 2.7
Luas Panen dan Produksi Padi dan Palawija Di Provinsi Riau, 2012-2016
Tahun Rata-Rata
Komoditas Pertumbuhan/
2012 2013 2014 2015 2016 Tahun (%)
Luas Panen (ha)
1. Padi Sawah 117.649 97.796 85.062 86.218 79.475,4 -9,34
2. Padi Ladang 26.366 20.722 20.975 21.328 19.955,0 -6,73
3. Jagung 13.284 11.748 12.057 12.425 13.205,4 -0,15
4. Ubi Kayu 3.642 3.863 4.038 3.578 3.535,7 -0,74
5. Kacang Tanah 1.732 1.325 1.194 1.081 959,5 -13,73
6. Ubi Jalar 1.137 1.028 981 793 597,1 -14,87
7. Kacang Kedelai 3.686 1.949 2.030 1.516 2.207,3 -12,03
8. Kacang Hijau 865 585 598 576 599,3 -8,77
Produksi (ton)
1. Padi Sawah 453.294 387.849 337.233 345.441 325.826,0 -7,92
2. Padi Ladang 58.858 46.295 48.242 48.476 47.710,0 -5,11
3. Jagung 31.433 28.052 28.651 30.870 32.850,0 -1,11
4. Ubi Kayu 88.577 103.070 117.287 103.599 105.992,0 4,59
5. Kacang Tanah 1.622 1.243 1.134 1.036 913,0 -13,38
6. Ubi Jalar 9.424 8.462 8.038 6.562 4.904,0 -15,07
7. Kacang Kedelai 4.182 2.211 2.332 2.145 2.654,0 -10,75
8. Kacang Hijau 920 619 645 598 650,0 -8,32
Produktivitas (Kw/ha)
1. Padi Sawah 38,5 39,7 39,6 40,1 41,0 1,59
2. Padi Ladang 22,3 22,3 23,0 22,7 23,9 1,75
3. Jagung 23,7 23,9 23,8 24,8 24,9 1,24
4. Ubi Kayu 243,2 266,8 290,5 289,5 299,8 5,37
5. Kacang Tanah 9,4 9,4 9,5 9,6 9,5 0,26
6. Ubi Jalar 82,9 82,3 81,9 82,7 82,1 -0,24
Jika dilihat dari luas panen dan produksi pada tabel 2.8 menunjukkan
bahwa ada beberapa daerah yang memiliki potensi besar terhadap
pengembangan tanaman padi di Provinsi Riau. Daerah yang memberikan
Sumber: Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau (Statistik Pertanian 2017)
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa luas baku lahan sawah
Provinsi Riau sebesar 96.912,5 Ha, baru dimanfaatkan seluas 72.151,2 Ha,
Tahun Pertumbuhan/
Komoditas
2012 2013 2014 2015 2016 Tahun (%)
Luas Panen (ha)
Cabe 3.488 3.105 3.222 3.088 2.954 -4,07
Produksi (ton)
Cabe 15.906 15.509 15.608 11.956 18.644 4,05
Produktivitas (ton/ha)
Cabe 4,56 4,99 4,84 3,87 6,31 8,46
Sumber: Data dan Informasi Pembangunan Provinsi Riau Tahun 2017 dan Data Olahan
Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi Riau Bab II - 34
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa luas panen tanaman
hortikultrura (sayuran semusim) di Provinsi Riau cenderung mengalami
penurunan setiap tahunnya terutama untuk sayuran lainnya yaitu sebesar
11,28%, penurunan luas panen ini disebabkan banyaknya petani yang beralih
menanam cabe dan bawang karena harga yang menjanjikan dan adanya
bantuan bibit dan pupuk dari pemerintah, terutama untuk Kabupaten Kampar
didukung program Pemerintah Kabupaten Kampar menjadikan Kampar
sebagai sentra Bawang Merah di Riau. Penurunan luas panen untuk tanaman
sayuran secara umum kecuali bawang merah juga disebabkan oleh faktor
anomali iklim dan hama penyakit. Menurunnya luas panen tanaman
hortikultura (sayuran semusim) berdampak terhadap penurunan produksi.
Berdasarkan Tabel 2.10 dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan luas
panen sayuran di Provinsi Riau untuk 5 (lima) tahun terakhir cenderung
mengalami penurunan, kecuali komoditi cabe dan bawang merah. Hal ini
disebabkan karena komoditi cabe dan bawang mempunyai harga yang cukup
baik dibandingkan komoditi lainnya, sehingga diminati oleh petani dan
didukung dengan adanya program pengembangan dari Pemerintah Pusat dan
Pemerinta Daerah.
Pengembangan sayur-sayuran agar dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat di Provinsi raiau maka diperlukan program pengembangan sayur-
sayuran agar produksi sayur-sayuran dapat ditingkatkan untuk memenuhi
kebutuhan di Provinsi Riau. Salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah
melaksanakan suatu sistem budidaya dengan model agribisnis terpadu
(integrated agribusiness) di mana kegiatan budidaya yang pada umumnya
dilaksanakan oleh para petani kecil terpadu dengan kegiatan proses
penanganan hasil dan distribusi yang dilaksanakan secara bersama
terintegrasi.
Suatu hal yang sangat penting dalam hal konsumsi pangan adalah
konsumsi kalori/kapita/hari dari setiap penduduk, karena konsumsi kalori
juga menggambarkan taraf hidup dan kesejahteraan penduduk terutama dari
sisi kecukupan gizi, khususnya kecukupan kalori dan protein. Tingkat
Pengadaan
Pengadaan Tahun (Ton) Penyaluran Sisa Stok Per 31
Tahun
No Kab/Kota Tahun 2013- Desember 2017
2013-2017
2017 (ton) (Ton)
2013 2014 2015 2016 2017 (Ton)
1 Kuantan Singingi - - - - - - - -
2 Indragiri Hulu - 100 - - - 100 40 60
3 Indragiri Hilir - 18 5 - - 23 - 23
4 Pelalawan - 23 - - - 23 - 23
5 Siak - - - - - - - -
6 Kampar - - - - - - - -
7 Rokan Hulu - - - - - - - -
8 Bengkalis - - 20 - - 20 - 20
9 Rokan Hilir - - - - - - - -
10 Kep. Meranti - 10 - - - 10 10 -
11 Pekanbaru - - - - - - -
12 Dumai - - - - - - -
13 Provinsi 112 252 115 - - 478 173 306
Total CPP Provinsi
+ Kab/kota 112 403 140 - - 654 223 431
Sumber : Data Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Riau
No
Kabupaten/Kota 2012 2013 2014 2015 2016
.
1. KuantanSingingi 42,612 41,186 41,383 41,776 41,393
2. Indragiri Hulu 54,044 52,685 53,411 54,425 54,385
3. Indragiri Hilir 95,244 92,052 92,541 93,546 92,831
4. Pelalawan 47,856 48,100 50,256 52,771 54,355
5. Siak 56,899 55,900 57,087 58,600 58,984
6. Kampar 103,283 101,162 103,007 105,412 105,807
7. RokanHulu 73,645 73,247 75,749 78,730 80,259
8. Bengkalis 73,133 70,888 71,428 72,311 71,825
9. RokanHilir 83,414 81,880 83,564 85,696 86,218
10. Kep. Meranti 25,005 24,014 23,967 24,073 23,715
11. Pekanbaru
134,942 132,220 134,754 137,995 138,598
12. Dumai 37,739 36,804 37,318 38,013 38,004
Jumlah 827,818 810,137 824,463 843,347 846,373
Sumber :Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Riau
Pada Tabel 2.22 dapat dilihat bahwa luas areal beberapa komoditi
perkebunan mengalami penurunan pada tahun 2016 jika dibandingkan tahun
2015. Komoditi yang mengalami penurunan antara lain kelapa sawit, kelapa,
karet, kopi dan sagu. Penurunan ini disebabkan oleh alih fungsi komoditi
terutama ke komoditi kelapa sawit, serta disebabkan oleh intrusi air laut pada
daerah pasang surut dan adanya kegiatan konservasi daerah pantai. Khusus
komoditi kelapa sawit penurunan luas lahan disebabkan adanya tanaman tua
dalam proses replanting.
1. Kuantan Singingi 130.487 431.387 3.632 2.759 1.863 818 144.414 88.515 1.053
2. Indragiri Hulu 117.820 424.022 4.057 1.828 446 327 61.392 44.421 1.250
3. Indragiri Hilir 227.806 721.084 4.239 440.696 359.397 1.188 5.364 4.108 1.393
4. Pelalawan 306.977 1.249.219 4.415 16.931 15.282 1.488 30.009 40.520 1.463
5. Siak 324.216 1.093.407 3.754 1.548 1.327 1.140 15.659 13.571 1.054
6. Kampar 396.623 1.178.672 3.218 1.718 528 427 94.005 58.975 970
7. Rokan Hulu 407.479 1.489.019 4.672 1.134 647 570 56.800 55.781 1.109
8. Rokan Hilir 281.531 807.920 3.492 5.182 4.248 1.125 24.595 22.184 1.059
9. Bengkalis 182.099 257.904 1.995 6.101 4.213 944 32.773 23.586 1.017
12. Dumai 37.795 78.306 3.179 1.586 868 749 2.448 1.660 1.296
Jumlah 2.423.761 7.762.159 3.710 510.950 416.212 1.176 491.025 363.734 1.100
Sumber: : Buku Statistik Perkebunan Dinas TPHBUN Prov Riau Tahun 2017
Gambar 2.5
Infrastruktur Jalan Provinsi Riau, 2014
Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi Riau Bab II - 71
Provinsi Riau memiliki jalan sepanjang 19.476,69 km, dengan status
1.134,46 km (4,26%) jalan nasional, 2.799,81 km (11,38%) jalan provinsi dan
22.486,48km (84,36%) jalan kabupaten kota. Peta jalan provinsi dapat dilihat
pada Gambar 2.5. Dimana permukaan jalan nasional yang beraspal sepanjang
1.031.14 km (90,89%), Rigit Pavement 63,17km (5,57%) dan krikil 40,16km
(3,54%). Sedangkan permukaan jalan provinsi yang beraspal sepanjang
1.391,73 km (49,45%), rigit pavement 440,30 km (15,72%), krikil 628,31 km
(22,44%) dan selebihnya merupakan jalan tanah. Sedangkan jika dilihat dari
kondisi jalan nasional hanya 828,65 km (73,04%) baik dan jalan provinsi
dalam kondisi baik hanya 931,10 km (37,95%) dan selebihnya dengan kondisi
sedang, rusak ringan dan berat. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.38
dan 2.39.
Tabel 2.38
Tabel 2.39
Tabel 2.40
Infrastruktur Jalan Nasional dan Provinsi Melintasi Kabupaten di
Provinsi Riau, 2014
Panjang Jalan Menurut Status Per Kabupaten Kota di Provinsi Riau, 2017
Kondisi jalan-jalan yang ada saat ini di Riau adalah sudah memiliki
stabilisasi perkuatan tanah dasar dan sebagian besar sudah diberi lapis
permukaan dengan perkerasan lentur (aspal) namun sebagian besar
mengalami kerusakan akibat kualitas pembangunannya yang rendah dan pada
daerah tertentu tanahnya yang labil. Strategi perbaikan jalan kedepan adalah
dengan mengganti seluruh sistem perkerasan lentur ini dengan membangun di
atasnya perkerasan rigid dari beton bertulang. Walaupun biaya pembangunan
jalan perkerasan kaku cukup tinggi tetapi biaya pemeliharaan yang rendah,
sehingga dalam jangka panjang (di atas 10 tahun), perkerasan kaku ini akan
menguntungkan karena terjadinya penambahan volume dan intensitas
penggunaan yang tinggi.
Tabel 2.41
2. Jaringan Irigasi
Salah satu faktor yang mempengaruhi luas panen adalah luas tanam
dimana penanaman sangat dipengaruhi oleh karakteristik lahan. Sebagian
besar lahan sawah di Riau adalah lahan sawah tadah hujan, dimana dalam
penanamannya sangat tergantung iklim yaitu adanya musim penghujan. Di
beberapa daerah sudah ada yang mulai menanam padi sebanyak dua kali
dalam setahun (Intensitas Pertanaman/IP=200) karena ditunjang dengan
saluran irigasi yang mulai berfungsi di wilayah tersebut.
Sumber air baku bagi penyediaan air bersih perkotaan oleh perusahaan
air minum di Provinsi Riau berasali dari air sungai, waduk, mata air dan
lainnya. Selama periode 2011-2015, sumber air baku terbesar yang digunakan
oleh perusahaan air minum adalah air sungai, tetapai dengan tren produksi
yang terus menurun sebesar 4,72% pertahun. Sumber air lainnya merupakan
sumber air baku kedua terbesar dengan tren produksi yang meningkat dengan
rata-rata peningkatan 71,42% per tahun. Selama periode 2011-2015, rata-rata
pertumbuhan produksi air minum oleh perusahaan air minum turun sebesar
1,77% per tahun. Selengkapnya lihat Tabel 2.42.
Tabel 2.42
Produksi Perusahaan Air Minum Menurut Sumber Air Yang Digunakan
di Provinsi Riau Tahun 2011 – 2015
Tahun Pertumbuhan/
Sumber Air
(m3)
2011 2012 2013 2014 2015 Tahun (%)
Tabel 2.43
Di Riau saat ini, belum ada kota yang pelayanan air minumnya bisa
dihandalkan, Kota Dumai, hingga saat ini, kebutuhan air minumnya masih
sangat tergantung kepada air hujan dan air yang dibeli dengan menggunakan
truk dan jerigen, terutama sekali pada musim kemarau tiba, karena air
tanah/sumur untuk kawasan yang dekat dengan laut/rawa tidak bisa
digunakan, Kabupaten Indragiri Hilir, Kepulauan Meranti, dan Rokan Hilir
adalah yang terparah dalam penyediaan air minum untuk warganya.
Tabel 2.44
Persentase Rumah Tangga Berdasarkan Pemenuhan Sumber Air Minum
Kabupaten Kota di Provinsi Riau, Tahun 2014
SumberAir Minum
Kabupaten Leding dan
Kota Sumur Sumur tak
Air Pompa Mata Air Lainnya
Terlindungi Terlindungi
Kemasan
Kuantan 31,55 8,20 39,76 15,87 1,70 2.93
Singingi
Indragiri 46,54 7,86 25,10 17,60 0,12 2,77
Hulu
Indragiri 15,13 0,52 2,03 2,19 0,17 79,95
Hilir
Pelalawan 59,23 11,27 8,67 15,50 1,47 3,87
Siak 54,58 16,26 14,66 4,70 0,26 9,55
Kampar 38,20 15,52 32,08 5,67 6,25 2,28
Rokan Hulu 33,10 10,66 43,25 8,70 3,22 1,08
Bengkalis 48,87 4,38 6,68 9,23 0,00 30,85
Rokan Hilir 37,34 10,05 17,61 8,47 0,36 26,18
Kep, 9,08 0,28 2,32 4,97 1,04 82,31
Meranti
Pekanbaru 79,64 16,42 3,16 0,48 0,31 0,00
Dumai 75,03 12,67 5,09 2,48 0,56 4,17
Jumlah 46,50 10,40 16,42 6,95 1,42 18,32
Sumber: BPS Provinsi Riau (Riau Dalam Angka Tahun 2017)
SumberAir Memasak
Kabupaten Leding &
Kota Sumur Sumur tak
Air Pompa Mata Air Lainnya
Terlindungi Terlindungi
Kemasan
Kuantan 5,17 11,53 54,10 20,42 2,51 6,27
Singingi
Indragiri 21,21 11,26 35,27 25,15 0,66 6,45
Hulu
Indragiri 4,35 0,71 1,83 2,35 0,17 90,59
Hilir
Pelalawan 22,94 26,58 18,72 19,20 3,09 9,47
Siak 23,09 28,37 21,84 7,42 0,77 18,52
Kampar 13,80 25,32 41,41 8,04 5,71 5,71
Rokan Hulu 8,06 11,87 63,63 11,42 3,88 1,13
Bengkalis 9,00 14,72 23,82 13,71 0,77 37,98
Rokan Hilir 8,77 16,99 24,04 14,25 0,55 35,39
Kep, 1,79 0,28 1,84 4,90 0,55 90,64
Meranti
Pekanbaru 26,42 56,51 7,57 3,41 0,81 5,28
Dumai 23,84 50,30 9,67 4,21 0,70 11,29
Jumlah 14,84 23,97 24,95 10,16 1,80 24,27
Sumber: BPS Provinsi Riau (Riau Dalam Angka Tahun 2017).
Sumber: BPS Provinsi Riau (Riau Dalam Angka Tahun 2011 – 2015)
Gambar 2.8
Jumlah Energi Listrik Yang Diproduksi, Dibeli dan Diterima Dari
Unit Lain di Provinsi Riau Tahun 2010 – 2015
Gambar 2.9
Rasio Eletrifikasi Per Kabupaten Kota Provinsi Riau Tahun 2015
Gambar 2.10
Kapasitas
No Jenis Energi Satuan Potensi
Terpasang
1. Hydro MW 678.90 114.00
2. Mikro Hydro*) MW 283.84 0.27
3. Bioenergi MW 7,383.92 27.00
4. Surya*) MWp 105.85 1.27
5. Angin*) MW 58.08 0
6. Air Pasang Surut*) MW 24,108.00 0
Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan,
Energi , Terbarukan, dan Konservasi Energi, 2017.
Tabel 2.50
Potensi Hydro Provinsi Riau
Kapasitas (Mw)
Kabupate
No Lokasi
n
2010 2014 2017
SEBARAN POTENSI
NO JENIS SATUAN JUMLAH POTENSI KETERANGAN
Kabupaten Lokasi
1 Minyak bumi*) juta barel 2.875,50 Belum teridentifikasi RUEN
2 Gas bumi*) Bcf 1.093,80 Belum teridentifikasi RUEN
3 Gas biogenik**) Bcf Belum teridentifikasi Belum teridentifikasi P3GL
Sungai Kuantan
135,00 Kuantan PT. PLN (Persero) dan JICA***)
4 Hydro MW (Lubuk Ambacang)
Singingi
57,90 Lubuk Jambi Belum dilakukan pra Feasibility Study (FS)
178,00 Sungai Kampar Kiri Belum dilakukan pra Feasibility Study (FS)
Kampar
16,00 Kampar Nan Gadang Belum dilakukan pra Feasibility Study (FS)
133,00 Sungai Rokan Kiri Belum dilakukan pra Feasibility Study (FS)
56,00 Rokan Hulu Sungai Rokan Kanan Belum dilakukan pra Feasibility Study (FS)
103,00 Koto Tengah Belum dilakukan pra Feasibility Study (FS)
5 Mikro hydro****) MW 283,84 Belum teridentifikasi Puslitbangtek KEBTKE
6 Bioenergi MW Belum teridentifikasi Belum teridentifikasi Belum teridentifikasi
7 Surya****) MW 105,85 Belum teridentifikasi Puslitbangtek KEBTKE
8 Angin****) MW 58,08 Belum teridentifikasi Puslitbangtek KEBTKE
9 Air pasang surut****) MW 24108,00 Belum teridentifikasi Puslitbangtek KEBTKE
Bio Diesel dari
10. MW Belum teridentifikasi Semua kabupaten/kota penghasil sawit Analisis ahli
cangkang sawit
Kawasan Pesisir (Rokan Hilir, Indragiri
Bio Diesel dari Belum
11. MW Hilir, Bengkalis, Siak dan Kepulauan Analisis ahli
Pohon Nipah Teridentifikasi
Meranti
*) Rencana Umum Energi Nasional (RUEN)
**) Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL)
***) Pre Feasibility Study oleh PT. PLN Jasa Engineering dan JICA, TEPSCO Jepang)
****) Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (Puslitbangtek KEBTKE)
Data Modal Sendiri, Modal Luar, Volumen Usaha dan SHU tidak
tersedia di OPD. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa 18,23%
koperasi berada di kota Pekanbaru dengan jumlah anggota 110.587
orang. Distribusi anggota koperasi diseluruh kabupaten/kota provinsi
Riau terlihat tidak merata, seperti di Kabupaten Kep. Meranti rata-rata
jumlah anggota per koperasi 19 orang sedangkan di Kota Pekanbaru
rata-rata jumlah anggota per koperasi 117 orang. Hal ini antara lain
disebabkan oleh masih kurangnya sosialiasi kepada masyarakat tentang
manfaat/keuntungan berkoperasi.
- Pelintung 2.158,00
- Lubuk Gaung
- Dock Yard 300,00
- Pelindo (BK)
115,00
Tahun
Uraian
2009 2010 2011 2012 2013
Unit 191 183 205 202 217
Usaha
Tenaga 48,202 51,015 72,903 59,470 64,002
Kerja
(Org)
Nilai 60.488.084.355 99.115.947.081 154.563.118.879 172.022.759.137 223.553.742.033
Output
(Rp)
Nilai 33.963.066.298 34.765.145.740 51.517.303.820 45.848.556.289 55.799.271.875
Tambah
(Rp)
NO/Tenag 1.254.887 1.942.879 2.120.120 2.892.597 3.492.918
a Kerja
NT/Tenag 704.598 681.469 706.655 770.952 871.836
a Kerja
Sumber Data Olahan, 2015
Perkembangan sektor industri dalam beberapa tahun terakhir
cukup menggembirakan, dimana terjadi peningkatan, terutama dari
Tahun
Uraian
2014 2015
Unit Usaha 219 250
Tenaga Kerja (Org) 61,002 69.754
Nilai Output (Rp) 215.874.357.150 229.872.381.591
Nilai Tambah (Rp) 108.722.504.166 97.464.507.488
NO/Tenaga Kerja 3.511.979,52 3.295.472.40
NT/Tenaga Kerja 1.768.765.93 1.397.260.48
Dari tabel diatas bahwa data nilai output dan nilai tambah
baik rupiah dan tenaga kerja tidak ada, karena perlu pengolahan
data lebih lanjut.
Sektor industri pengolahan masih memiliki peran strategis
dalam perekonomian nasional. Hal ini terlihat dari kontribusi sektor
industri terhadap serapan tenaga kerja, kesejahteraan masyarakat,
dan penerimaan negara. Berikut perkembangan sektor industry
pengolahan kabupaten/kota dan Provinsi Riau.
Tabel 2.66
Perkembangan Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Kota
Provinsi Riau Tahun 2014
Kinerja Industri
NT/Te
Kabupaten NO/Tenaga naga
Kota Unit Tenaga Nilai Output Nilai Tambah
Kerja Kerja
Usaha Kerja (Org) (Rp.000) (Rp.000)
(Rp.000) (Rp.00
0)
Kuantan - 2.428 1.267.493.926 395.282.338
Singingi 522.032 162.80
2
Indragiri 3.155 1.874.413.580 68.787.025
Hulu 29 594.109 21.803
Indragiri - - 2.023.198.240 655.984.069 - -
Hilir
Pelalawan - - 5.159.034.170 8.905.874.501 - -
Siak - - 15.981.109.050 4.737.329.624 - -
Kampar - 5.732 1.541.248.940 605.641.169
59.896 23.537
Rokan Hulu - - 2.217.540.726 943.478.241 - -
Bengkalis - 8.601 - - - -
Tabel 2.68
Perkembangan Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Kota
Provinsi Riau Tahun 2016
Kinerja Industri
Kabupaten Kota
Unit Usaha Tenaga Kerja (Org) Nilai Output (Rp.000)
Kuantan Singingi 698 2.283 785.518.942
Indragiri Hulu 994 2.763 10.658.638
Indragiri Hilir 517 2.428 57.462.327
Pelalawan 736 2.396 57.836.116
Siak 970 3.457 120.076.897.875
Kampar 459 2.175 111.316.403
Rokan Hulu 724 2.679 35.152.328
Bengkalis 874 1.353 18.887.910
Rokan Hilir 874 3.228 101.968.107
Gambar 2.12
Peta Wilayah Kota Pekanbaru
Gambar 2.13
Perkebunan Jagung
Meskipun berperan sebagal ibu kota provinsi. kota Pekanbaru juga
memiliki tahan untuk pertanian dengan basil tanaman lahan kering Data
Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi Riau Bab II - 126
pertanian ini diawali dengan luas lahan pertanian yang dirinci menurut
jenis. Selain dari pada itu disajikan pula data luas panen dan produksi
tanaman bahan rnacanan. sayur-sayuran dan buah-buahan selama tahun
2015. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel. 2.72
Luas Panen Tanaman Bahan Makanan Dirinci Menurut Jenis Tanaman
(Ha) di Kota Pekanbaru Tahun 2016
No Jenis Tanaman Jumlah
1. Padi Sawah 7
2. Padi Ladang 3
3. Ketela Pohon 643
4. Ketela Rambat 57
5. Kacang Tanah 129
6. Kedelai 17
7. Jagung 713
8. Kacang Hijau 18
9. Talas 25
Tabel 2.73
Luas Panen Buah-Buahan Menurut Jenis Buah (Pohon) Di Kota
Pekanbaru Tahun 2016
No Jenis Buahan Jumlah
1. Manga 3.512
2. Rambutan 5.530
3. Belimbing 1.636
4. Jeruk 320
5. Jambu 3.643
6. Durian 4.999
7. Duku 102
8. Papaya 104.778
9. Nanas 19.340
10. Pisang 20.359
11. Alpukat 1.530
12. Nangka 8.283
13. Sawo 2.543
14. Buah Naga 9.940
15. Manggis 520
16. Salak 0
17. Sirsak 346
18. Sukun 555
19. Melon 9.000
Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi Riau Bab II - 127
No Jenis Buahan Jumlah
20. Semangka 7.200
21. Melinjo 553
Gambar 2.14
Perkebunan Pepaya
2. Peternakan
3. Perikanan
C. Pariwisata
Pekanbaru memiliki sejumlah objek dan kegiatan wisata serte budaya
yang memiliki daya tarik tinggi bagi wisatawan. baik lokal masional, maupun
manca negara. Kawasan-kawasan yang potensiai untuk dikembangkan di Kota
Pekanbaru di antaranya adalah Danau Buatan/Bandar Khayangan,Lembah Sari
dan beberapa jenis bangunan wisata yang bisa dikerjasamakan dengan
investor, seperti kantin/ restoran, perkemahan, kolam renang, lapangan golf,
motel, cottage, bungalow, vila, pondok-pondok wisata, dan fasilitas perumahan
dengan konsep rumah kebun.
Objek lainnya atau kegiatan wisata serta budaya yang memniliki nilai
jual di Pekanbaru. di antaranya sebagai berikut:
Industri makanan,
Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit
Industri kayu dan barang dari kayu
Industri kimia den barang-bareng dari bahan kimia, minyak bumi, batu
bara, karet dan plastic
lndustri barang galian bukan logam kecuali minyak bumi dan batu bara
Gambar 2.17
Danau Wisata Buatan
Daya tampung pada danau buatan ini luas genangan airnya sekitar
250 ha pada kondisi permukaan air normal. Danau ini diasumsikan mampu
menampung air 5.25 juta m3 dan dalam sejarahnya danau ini belum pernah
mengalami kekeringan, meskipun di tangah musim kemarau yang
berkepanjangan.
Saat ini di tepian Danau Duatan sádah banyak fasilitas pariwisata
terutama yang terkait dengan wisata air. Disana sudah ditemui sepada air,
kapal boat yang siap mengelilingi danau, serta restoran terapung.Beberapa
fasilitas yang akan dibangun di danau ini antara lain bungalow, auditorium,
water park, children park and recreaion area, dan art plaza and fishing area.
Pada art plaza and fishing area ini akan dibangun antara lain:
Tester terbuka dengan kapasitas 200 pengunjung
Taman air seluas 1 ha
Rumah makan apung, dengan kapasitas 50 meja
Rekreasi air seperti sepeda air dan perahu kecil untuk mengitari danau
Gambar 2.19
Trasportasi Laut
Gambar 2. 20
Teluk Makmur memiliki luas 60 ha dan masih asli baik ditinjau dan
adat istiadatnya, budaya, serta alamnya yang sangat indah ditambah
dengan adanya rumah-rumah tua yang berarsitektur Melayu berpotensi
untuk dikembangkan menjadi kampong wisata layaknya seperti Kampung
Wisata Mortein yang ada di Malaka
Gambar 2.21
Jalan Tol Dumai-Pekanbaru
Gambar 2.22
Salah satu tenant di Kawsan Industri Dumai
e. Air
Tabel 2. 76
Persentase Rumah Tangga Yang Mendapatkan Akses Air Minum s/d
Tahun 2016
Tahun
No Uraian Satuan
2013 2014 2015 2016
1. Jumlah Rumah Tangga Unit 79.181 94.284 97.151 116.950
2. Jumlah Rumah Tangga Unit 55.532 57.201 58.998 68.535
Mendapatkan Air Minum
3. Akses Air Minum % 51,51 58,28 71,05 72,73
4. Jumlah SR Unit 6.138 7.322 8.392 9.537
5. Rumah Tangga Berakses SPAM % 7,75 7,76 8,64 8,15
Sumber :Siak Dalam Angka 2017
f. Jembatan
Untuk percepatan berinvestasi, Pemerintah Kab. Siak telah
membangun jembatan yang menghubungkan 14 kecamatan di Kabupaten
Siak dengan Total Panjang Jembatan yakni : 8.558,50 M.
g. Listrik
Kapasitas tenaga listrik yang tersedia saat ini di Kabupaten Siak
sebesar 34,9 MW yang terdiri dari :
Tabel 2. 77
Kapasitas Tenaga Listrik di Kabupaten Siak
b. Perkebunan
Perkebunan mempunyai kedudukan yang panting di dalam
pengembangan partanian baik di tingkat nasional maupun regional, demikian
juga dengan Kabupaten Siak dengan wilayah perkebunaanya yang luas dan
potensial. Tanaman perkebunan yang dikembangkan antara lain. Kepala
sawit, karet, kalapa, sagu, pinang, kopi dan kakao. Dari data luas dan
produksi perkebunan. memper1ihatkan bahwa komoditas kelapa sawit
memiliki nilai produkai dan luas lahan terbesar bila dibandingkan dengan
komoditas lainnya dan lahan perkebunan.
Gambar 2. 24
Perkebunan Sawit
Tabel 2.78
Luas Areal, Produktivitas, dan Produksi Kelapa Sawit
di Kabupaten Siak Tahun 2016.
Luas Areal (Ha) Produktivitas Produksi
No Kecamatan
TBM TM TTR Total (Kg/Ha) (Ton
1. Siak 50,8 1.228 - 1.278,8 3.420 4.200
2. Sungai Apit 881 2.475 35 3.391 3.385 8.380
3. Minas 3.404 38.237 60 41.701 3.877 148.231
4. Bunga Raya 221 3.648 - 3.869 3.780 13.789
5. Tualang 500 500 - 1.000 3.600 1.800
6. Dayun 2.243 19.052 - 21.295 3.750 71.445
7. Kerinci Kanan 578 21.742 - 22.320 3.420 74.358
8. Sungai Mandau 1.847 15.905 20 17.772 3.270 52.009
9. Kandis 11.639 56.418 11 68.068 3.120 176.024
10. Lubuk Dalam 207 6.871 - 7.078 3.420 23.449
c. Peternakan
Perkembangan populasi dan produksi ternak merupakan rangkaian
proses pembangunan peternakan yang sinergis dan berkelanjutan.
Pembangunan peternakan di Kabupaten Siak berorientasi pada
pengembangan kawasan dengan komoditas unggulan yang
mempertimbangkan dukungan sumber daya alam setempat. Peningkatan
populasi dan produksi ternak merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan
pembangunan peternakan, khususnya dalam rangka upaya pemenuhan
kebutuhan bahan makanan sumber protein asal ternak.
Gambar 2. 25
Peternakan Sapi
Saat ini Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan sedang melakukan
penataan kawasan pengembangan ternak. Penataan kawasan pengembangan
ternak tersebut berpedoman antara lain pada
Tabel 2. 79
Jumlah Populasi Ternak Masing-Masing Kecamatan di Kabupaten Siak
Tahun 2016
Jumlah Ternak (Ekor)
No Kecamatan
Sapi Potong Kerbau Kambing Ayam Buras
1. Siak 667 18 693 11.517
2. Sungai Apit 1.136 146 1.244 5.707
3. Minas 412 - 666 2.069
4. Bunga Raya 766 63 1.788 4.780
5. Tualang 515 2 659 1.176
6. Dayun 3.376 - 112 2.375
7. Kerinci Kanan 3.400 - 477 6.967
8. Sungai Mandau 950 - 873 2.236
9. Kandis 1.796 29 626 12.667
10. Lubuk Dalam 3.007 - 786 11.420
d. Perikanan
Dalam pengembangan perikanan budidaya, terutama pengembangan
budidaya pantai dan budidaya laut sampai saat ini di Kabupaten Siak belum
menggembirakan dan belum berkembang sebagaimana diharapkan. Hal ini
disebabkan antara lain :
Tabel 2. 80
Produksi Hasil Perikanan Budidaya Menurut Kecamatan Tahun 2016
e. Kehutanan
Hampir seluruh bagian & Kabupaten Siak ditutupi oleh hutan, yang
terdiri dari hutan produksi, hutan konservasi, dan hutan lindung. Luas
kawasan hutan yang dimiliki kabupaten ini pada tahun 2016 sebesar
660.927,09 hektare, meliputi kawasan hutan produksi seluas 578.122,26
hektare (87,47%). Kawasan konservasi seluas 69.880,83 hektare (10,57%,
dan kawasan lindung seluas 12.924 hektare (1,96%).
Sementara itu, dari tota] luas kawasan hutan produksi terdapat hutan
produkti tetap seluas 195.840,79 hektare (29,63%), hutan produksi terbatas
seluas 223.018,04 hektare (33.74%), dan hutan produksi konservasi atau
areal pengembangan lainnya seluas 159.263,43 hektare (24,10%).
Tabel 2.81
Luas Kawasan Hutan Kabupaten Siak Tahun 2016
No Kawasan Hutan Luas (Ha) Persentase (%)
kawasan Konservasi 69.880,83 10,57
1. a. Hutan Suaka Margasatwa 65.145,24 9,86
b. taman Hutan Raya 4.735,59 0,72
Kawasan Lindung 12.924 1,96
2. a. Hutan Lindung 6.103,48 0,92
b. Hutan Mangrove 6.820,53 1,03
Kawasan Hutan Produksi 578.122,26 87,47
a. Hutan Produksi Tetap 185.840,79 29,63
3
b. Hutan Produksi Terbatas 223.018,04 33,74
c. Hutan Produksi Konservasi 159.263,43 24,10
Total 1.169.168,53 100
Sumber :Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Siak Tahun 2017
Tour De Siak
Gambar 2. 28
Kawasan Industri Dan Pelabuhan Tanjung Buton
1. Kondisi Eksisting Kawasan Industri Dan Pelabuhan Tanjung Buton :
Sudah dibentuk BUMD PT. KITB sebagai pengelola Kawasan
Industri (Perda Kabupaten Siak Nomor 7 Tahun 2004 tentang PT.
KITB)
Gambar 2.29
Peta Wilayah Kabupaten Rokan Hulu
Kabupaten yang dijiluki Negeri Seribu Suluk ini memi1iki luas wilayah
seluas 7.448.85 km2, yaitu terdiri dari 86% daratan dan 14% rawa-rawa
serta perairan. Letak Geografis Kabupaten Rokan Hulu berada pada.
0O°25’20”-10°25’41” Lintang utara dan 1000°25’56”-1000°56’59” Bujur
Timur.
Lebih jelasnya, Kabupaten Rokan Hulu memiliki batas wilayah sebagai
berikut.
2016 28 000 185 791 495 149 777 978 30 790 3.447.745
b. Perkebunan
Perkebunan mempunyai kedudukan yang penting di dalam
pengembangan pertanian baik di tingkat nasional maupun regional.Tanaman
Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi Riau Bab II - 164
perkebunan yang merupakan tanaman perdagangan yang cukup potensial di
Kabupaten Rokan Hutu adalah kelapa sawit, karet dan kelapa. Berikut
ditunjukkan dalam tabel dibawah ini :
Tabel 2. 85
Potensi Sektor Perkebunan Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2016
Luas Lahan
No Komoditi Perkebunan Produksi (Ton)/Tahun
(Ha)
1. Karet 56.671,80 173.309,16
2. Kelapa Sawit 208.056,18 1.628.771,78
3. Kelapa 1.179,08 616,90
4. Kopi 71,70 110,70
5. Aren 12,34 2,74
6. Pinang 156,35 260,64
7. Gambir 111,00 26,64
8. Coklat 191,66 195,07
Sumber : Prospek dan peluang Investasi Kabupatern Rokan Hulu Tahun 2017
c. Perternakan
Pembangunan subsektor peternakan tidak hanya untuk meningkatkan
populasi dan produksi ternak dalam usaha memperbaiki gizi masyarakat.
tetapi juga untuk meningkatkan pendapatan peternak. Jenis hewan ternak
yang banyak diusahakan masyarakat Kabupaten Rokan Hu1u adalah sapi,
kerbau, kambing, domba, ayam butas, ayam ras dan itik. Berikut ditunjukkan
pada tabel
Tabel 2. 86
Produksi Populasi
No Jenis Ternak
2015 2016
1. Sapi 26.057 31.213
2. Kerbau 2.498 2.098
3. Kambing 15.619 16.267
4. Domba 1.005 1.021
5. Babi 3.492 3.494
6. Ayam Buras 231.500 410.967
7. Ayam Ras/ Petelur - -
8. Ayam Ras/ Pedaging 2.608 2.475
9. Itik 28.926 30.228
Jumlah 311.777 4.888.765
Sumber : Prospek dan peluang Investasi Kabupatern ROkan Hulu Tahun 2017.
Gambar 2.31
Peternakan Ayam Buras
Tabel 2.87
Potensi Sektor Perikanan Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2016
Produksi (Ton)
No Potensi Perikanan
2015 2016
1. Perairan Umum 1.881,60 1.887,00
2. Kolam 2.382,00 2.908,40
3. Keramba Jaring/Apung 129 27,78
Jumlah 4.392,60 4.823,18
Sumber : Prospek dan peluang Investasi Kabupatern Rokan Hulu Tahun 2017
Gambar 2.32
Pelepasan Bibit Ikan
Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi Riau Bab II - 167
e. Kehutanan
Hutan rnempunyat peranan yang penting bagi stabilitas keadaan
susunan tanah dan isinya. Luas Hutan di Kabupaten Rokan Hulu bila dirinci
menurut fungsinya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.88
Luas Hutan di Kabupaten Rokan Hulu Menurut Fungsinya
Gambar 2.33
Gambar 2.35
Penangkapan Ikan
e. Kehutanan
Hutan mempunyai peranan yang penting bagi stabilitas keadaan
susunan tanah dan isinya. Luas Hutan di Kabupaten Rokan Hilir adalah
923.182 hektare. Bila dirinci menurut fungsinya seluas 13.150 ha (1,42%)
merupakan hutan lindung; 6.056 ha (0,66%) hutan suaka alam; 408.304 ha
(44,23%) hutan produksi; 414.206 ha (44,87%) kawasan perkebunan,
pertanian, pariwisata, industri dan lain-lain. Pada tahun 2015 tercatat
produksi hasil hutan sebanyak 172.906,31 m3.
f. Industri
Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Rokan Hilir pada tahun 2015 terdapat 418 usaha industri,
terdiri dari 288 unit (68,90%) industri hasil pertanian dan kehutanan, 119
unit (28,47%) usaha industri logam, mesin dan kimia, serta sisanya 11 unit
(2,63%) industri aneka. Pada tahun 2015 industri di kabupaten ini
mengalami penambahan sebesar 46,41% dibandingkan tahun sebelumnya.
Usaha hasil pertanian dan kehutanan terbesar berada di sembilan
kecamatan Kabupaten Rokan Hilir. Sebagian besar usaha industri berada di
Gambar 2.37
Tradisi Bakar Tongkang
e. Bono
Bono merupakan gelombang yang sangat besar dengan menyatunya
gelombang laut, kemudian gelombang tersebut menghempas ke muara
Sungai Rokan serta melintas menyisir bibir Sungai Rokan. Bila kita lihat,
Bono mempunyai potensi yang amat besar. Dengan menjadikan Bono
sebagai wisata adventure, maka permainan dengan Bono merupakan
spesialisasi wisata. Bagi sebagian orang yang suka tantangan pasti memilih
berwisata dengan Bono, karena Bono merupakan jenis wisata minat khusus.
D. Peluang Investasi
a. Industri Kapal Kayu
Gambar 2.39
Peta Wilayah Kabupaten Pelalawan
Kabupaten Pelalawan terletak di pesisir pantai timur Pu]au
Sumatera pada 1025’ Lintang Utara hingga 00025’ Lintang Selatan dan
1000042’ Bujur Timur hingga 103028’ Bujur Barat, dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut.
Sebelah Utara :Kabupaten Siak dan Kabupaten Bengkalis
Gambar 2.40
Perkebunan Sawit di Pelalawan
Tanaman karet juga diusahakan di semua kecamatan yang ada.
Kecamatan. Pangkalan Kuras memiliki areal tanam karet terluas 5.078,00
ha. Total luas areal tanam karet mencapai 24.068,75 ha, dengan total
produksi karet sebesar 37.453.69 ton. Data jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 2.91
Luas Areal Perkebunan Menurut Kecamatan di Kabupaten Pelalawan
Tahun 2016
Luas Komoditas (Ha)
Kecamatan Aneka
Karet Kelapa Kelapa Sawit
Tanaman
Langgam 2.223,40 21,85 62.082,82 0
Pangkalan Kerinci 216 32,5 17.203,28 0
Bandar Sei Kijang 676 19,95 13.363,52 0
Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi Riau Bab II - 184
Luas Komoditas (Ha)
Kecamatan Aneka
Karet Kelapa Kelapa Sawit
Tanaman
Pangkalan Kuras 5.078,00 89,4 91.201,92 0
Ukui 828 43,2 48.839,91 0
Pangkalan Lesung 1.953,69 31 19.472,92 0
Bunut 3.092,70 20,2 21.872,60 0
Pelalawan 2.209,49 20,7 10.111,83 0
Bandar Petalangan 1.948,00 34 6.610,52 0
Kuala Kampar 236,9 14.391,92 2.215,42 2.435,87
Kerumutan 2.433,00 84 33.603,05 0
Teluk Meranti 9.173,57 1.589,66 8.020,58 0
2014 24.068,75 16.378,38 334.603,32 2.435,87
Jumlah
2015 23.097,70 16.239,52 188.026,66 1.480,81
Sumber :Pelalawan Dalam Angka 2017
Tabel 2.92
Produksi Perkebunan Menurut Jenis Tanaman Per Kecamatan Tahun
2016
Produksi (Ton)
Kecamatan Aneka
Karet Kelapa Kelapa Sawit
Tanaman
Langgam 3.459,83 41,52 321.007,83 0
Pangkalan Kerinci 336,12 52,17 68.488,90 0
Bandar Sei Kijang 1.052,23 37,91 50.235,32 0
Pangkalan Kuras 7.901,88 169,86 464.302,31 0
Ukui 1.288,45 82,08 239.633,23 0
Pangkalan Lesung 3.040,14 58,9 82.021,08 0
Bunut 4.812,55 38,38 75.023,23 0
Pelalawan 3.438,19 39,33 40.000,67 0
Bandar 3.031,28 64,6 23.723,59 0
Petalangan
Kuala Kampar 368,64 15.831,11 7.950,62 890,97
Kerumutan 3.785,99 159,6 121.685,45 0
Teluk Meranti 4.938,39 3.020,35 31.195,20 0
2014 37.453,69 19.595,81 1.525.336,45 890,97
Jumlah
2015 28.603,82 21.158,22 499.726,20 481,46
Sumber :Pelalawan Dalam Angka 2017
d. Perternakan
Pada tahun 2016 di Kabupaten Petalawan terdapat beberapa jenis
hewan ternak yang diusahakan antara lain adalan sapi, kerbau,
kambing,nayam dan itik. Jumlah populasi sapi yang diternakkan selama
tahun 2016 mencapai 6.269 ekor, kerbau 616 ekor, kambing 5.595 ekor,
domba 349 ekor dan babi 1.123 ekor.
Gambar 2.42
Objek Wisata Bono
b. Taman Nasional Tesso Nilo
Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo adalah blok hutan datarann
rendah yang masih tersisa di Pulau Sumatera. Luasnya sekitar 83.068 ha.
Kawasan taman nasional ini dikenal memliki keanekaragaman hayati yang
cukup tinggi baik flora maupin fauna.
Berdasarkan penelitian Andi Gilison pada tahun 2001. Tesso Nilo ini
memiliki 218 jenis tumbuhan Vascular (berpembuluh dalam petakan
200/m2). Dengan jumlah ini taman Tesso Nilo merupakan kawasan hutan
yang memiliki tingkat keanekaragaman tumbuhan tertinggi dibandingkan
dengan hutan daratan rendah lainnys di dunia.
Gambar 2.45
Peta Wilayah Kabupaten Kuantan Singingi
b. Penduduk
Penduduk Kabupaten Kuantan Singingi pada tahun 2016 tercatat
sebanyak 323.047 jiwa, yang terdiri dan 166.061 jiwa laki-laki dan 156.986
jiwa perempuan. Kecamatan yang paling hanyak penduduknya adalah
Kecamatan Kuantan Tengah, yaitu 50.006 jiwa dan kecamatan yang paling
sedikit penduduknya adalah kecamatan Hulu Kuantan. Yaitu 8.464jiwa.
Dilihat dan komposisinya. penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk
perempuan.
c. Transportasi
Sepanjang 2016 ini, Kabupaten Kuantan Singingi memiliki panjang
jalan nasional dengan jenis permukaan beraspal 124,54 km, jalan provinsi
77,66 km dan jalan kabupaten 451,82 km. Kondisi ini menunjukkan bahwa
kondisi jalan maupun jembatan di kabupaten ini cukup baik dan tidak
menjadi hambatan untuk jalur transportasi yang menghubungkan dalam
dan luar daerah dengara kabupeten.
Sementara itu untuk perhubungan sungai dan penyeberangan jalur
yang digunakan adalah jalur Sungai Kuantan dan Sungai Singingi dan
panjang jembatan 4.714,49 m
d. Telekomunikasi
Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi Riau Bab II - 192
Pelayanan telekomunikasi di Kabupaten Kuantan Singingi saat ini
mengalami perkembangan yang relative pesat sejalan dengan pekembangan
dan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Hal ini dibuktikan
dengan tumbuh dan berkembangnya provider di bidang telekomunikasi
yang mencakup sistem sambungan telepon rumah, sistem sambungan
telepon mobile (CDMA) dan sistem seluler (GSM) yang dikembangkan ke
generasi 3G, sistem telekomunikasi internet/WAP terdapat ratusan menara
BTS (Base Transmission Station) di seluruh kecamatan di Kabupaten
Kuantan Singingi.
e. Listrik dan Air Bersih
Pada saat ini energi listrik di Kabupaten Kuantan Singingi masih
bersumber dari sistem interkoneksi Sumatera Barat, yaitu PLTA Singkarak,
PLTA Koto Panjang dan PLTU Ombilin, serta sistem terpisah menggunakan
PLTD. Fasilitas yang tersedia sejauh ini bersumber dari PLTA dan PLTD
dengan 4.180 MW.
Kini pemerintah daerah setempat tengah berupaya meningkatkan
daya terpasang pembangkit tenaga listrik dan perluasan jaringan distribusi
agar tersedia tenaga listrik yang cukup dengan pelayanan yang baik. Hal itu
ditunjukan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendorong
lancarnya kegiatan ekonomi daerah.
Berkaitan dengan kebutuhan air bersih, kabupaten ini sebagian
besarnya masih mengandalkan air tanah dangkal (6o%) dan sumur
gali(40%). Penyediannya langsung dan PDAM yang dikelola pemerintah.
Di samping itu kabupeten ini juge memiliki potensi energi air terjun
yang dapat dimanfaatkan untuk Pembangkit Listrik tenaga Mikro Hidro
yang berada di Desa Kasang, Kecamatan Kuantan Mudik sebesar 136,6 kw.
Kemudian ada pula potensi energi biomassa yang berasal dari bahan baku
perkebunan kelapa sawit yang belum dapat dihitung besarannya.
B. Potensi Umum Daerah
a. Pertanian
Sektor pertanian memegang peranan besar sebagai sumber utama
penghasilan penduduk Kabupaten Kuantan Singingi. Berdasarkan data dari
Gambar 2.46
Perkebunan Karet
Sumber : Badan Penanaman Modal dan Promosi Daerah provinsi Riau 2017
Gambar 2.47
Gambar 2.48
Pacu Jalur Kuantan Singingi
Gambar 2.49
Air Terjun Guruh Gemurai
d. Danau Masjid Koto Kari
Objek wisata ini terletak dalam kawasan wisata Kenegarian Kari
Kecamatan Kuantan Tengah, Teluk Kuantan, berjarak kurang lebih 3 km
dari ibu Kota Kabupaten Kuantan Singingi (Teluk Kuantan). Danau ini
memiliki ukuran dengan panjang 800 m dan lebar 200 m dikelilingi oleh
pekebunan karet milik masyarakat sekitar. Di sanping untuk tempat wisata
Gambar 2.51
Jalan Lintas Pekanbaru Bangkinang
g. Listrik
Ketenaglistrikan, Sejauh ini fasilitas yang tersadia dan PLN Ranting
Bangkinang dengan beban puncak 23,05 KW dengan produksi 169.417.447
KW
Gambar 2.52
PLTA Koto Panjang
Perkebunan Sawit
Karet
Areal perkebunan karet saat ini seluas 195.039 ha, dengan hasil
produksi Karet mencapai 131.724 ton dan diolah melalui unit
pengolahan crumb rubber sebanyak empat unit.
1. Peluang Investasi : Industri pengolahan turunan karet sortasi, crumb
rubber, karet busa, bahan setengah jadi, ban mobil dan lain-lain.
2. Lokasi : Kecamatan Siak Hulu, Kecamatan Tambang dan Kecamatan
Kampar Kiri.
3. Deposit/ Potensi : Luas areal perkebunan karet 195.039
ha dengan kapasitas 131.724 ton/ tahun
Perkebunan Rakyat : 114.860 ha
Perkebunan Besar Negara : 14.659 ha
Perkebunan Besar Swasta : 2,20 ha
4. Tipe Investasi : PMDN dan PMA
b. Perikanan
Potensi daerah untuk sektor perikanan dan kelautan, 100 %
didominasi dengan usaha parikanan darat deran jumlah potensi yang
tersedia seluas 6.521,30 ton dengan nincian sebagai beriku:
Gambar 2.54
Budidaya Keramba Ikan
Sedangkan peluang investasi pengolahan dan menasaran hasil
perikanan dapat dilihat seperti tabel berikut.
Tabel 2.101
Peluang Investasi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan
Rata-Rata Rata-Rata
Rata-Rata Rende
Jenis Kebutuhan Kebutuhan Rata-Rata Jumlah
Kebutuhan men
Kebutuhan Konumsi Konsumis Kebutuhan Produk
Konsumsi Produk
Konsumsi Ikan Ikan Ikan Tikan (Ton) (Ton)
Ikan % (%)
Terendah Retinggi (%)
Konsumsi
Segar 31,42 23,88 32,62 17.276,15 100,00 7.276,15
Bahan Baku
Ikan Asap 26,75 16,12 28,27 14.708,37 35,00 5.147,93
Pengolahan 5,54 4,36 8,93 3.046,15 55,00 1.675,38
Nugget Ikan 1,75 1,38 2,63 962,23 60,00 577,34
Bakso Bakar 1,08 0,83 1,55 593,83 60,00 356,30
Abon Ikan 0,35 0,25 1,03 192,45 30,00 57,73
Kerupuk Ikan 1,29 1,22 2,00 709,30 35,00 248,26
Fillet Beku 1,07 0,68 1,72 588,33 55,00 323,58
Lainnya 3,23 2,55 3,64 1.776,00 50,00 888,00
Jumlah 66,94 46,91 73,46 36.806,68
Sisa yang
Tidak 33,06 53,09 26,54 18.177,90
Terserap (%)
Total 100,00 100,00 100,00 54.984,58
Sumber : Hasil Olahan Dara Primer dan Stakeholder 2015
c. Industri
Industri pengolahan kelapa sawit (TBS), yang ada sekarang berjumlah 31
PKS yang telah beroperasi sebanyak 28 PKS dengan kapasitas terpasang
1.295 ton / jam dan kapasitas terpakai 970 ton/jam. Bila dibandingkan
dengan jumiah produksi TBS sebesar 4.552.628 ton. maka masih
dibutuhkan 4 PKS (kapasitas 45 ton/jam).
lndustri pengolahan karet (crumb rubber), sebanyak 4 Unit. Bila
dibandingkan dengan produksi karet sebesar 44.042 ton maka masih
dibutuhkan minimal 1 pengolahan karet.
d. Pertambangan
Aktivitas Jenis usaha pertambangan yang dilakukan oleh masyarakat
dan swasta hingga saat ini adalah pertambangan galian c (pasir dan batu).
Sedangkan Potensi bahan galian dan peluang iventasi di sektor
pertambangan meliput:
Batu bara
Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi Riau Bab II - 208
Potensi bahan galian batubara di Kabupaten Kampar mencapai
6.264 ha dengan sumber daya (hipotetik) mencapa 236.862.867 ton.
Koalin
Deposait/ potensi koalin yang ada di Kabupaten Kampar mencap
seluas 4.649 ha dengan kapasitas sumber daya (hipotetik) 38.780.500
ton yang menyebar di enam wilayah kecamatan.
Bentonit
Deposit/ potensi bentonit di Kabupaten Kampar mencapai seluas
8 ha dengan kapasitas sumber days (hipotetik) 19.483.135 ton yang
terbesar di dua kecamatan.
Bentonit merupakan bahan pembilas lumpur pada proses
pemboran dan bahan penjernih dalam industri minyak sawit dan minyak
nabati.
Pasir Kuarsit
Pasir Kuarisit merupakan bahan urntuk industri gelas kaca dan
untuk gravel pack (bahan sementasi dalam pengeboran minyak dan gas).
Potensi pasir kuarsit tesebar pada area1 seluas 5.224.500 ha dengan
sumber daya (hipotetik) mencapa 19.500.000 ton di Kecamatan Siak
Hulu dan Kampar Kiri dengan kualitas menurut hasil analisis kimia
umumnva standar.
Batu Ganiping/ Kapur
Bahan tambang ini terbesar pada areal seluas 150 ha dengan
potensi sebanyak 15.186.000 ton, yaitu di Kecamatan Kampar Kiri Hulu
Desa Gama, Tanjung Belit. Batu gamping merupakan bahan baku semen,
pengeras jalan, bahan kimia dan pemutih.
Emas, Perak dan Timah Hitam
Potensi penambangan emas, perak dan timah hitam tersebar
padeareal seluas 900 ha dengan cadangan emas diperkirakan sebesar
3.308 ton dan timah hitam sebenyak 59.675,84 ton.
Granit
Potesi penambangan granit terdapat di Kecamatan Kampar Kiri
Hulu (Desa; Sei. Sarik, Batu Sasak, Tanjung Medan) dan Kecamatan XIII
Koto Kampar (Desa Kebun, Kayu aro, Batu sasa) dengan perkiraan
Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi Riau Bab II - 209
sumber daya (hipotetik) sebesar 54.375.000 ton untuk Kecamatan
Kampar Kiri Hulu dan 25.312.000 ton untuk Kecamatan XIII Koto
Kampar.
Lempung
Potensi bahan galian lempung mencapai seluas 578 ha dengan
sumber daya (hipoetik) sebesar 20.730.000 ton yang menyebar di
wilayah Kabupaten Kampar.
Andesit Basaltis
Potensi bahan galian andesit basaltia terdapat di wilayah
Kabupaten Kampar.
Batu pasir
Potensi Batupasir diperkirakan luasnya puluhan ribu ha dengan
sumber daya (hipotetik) mencapai puluhan juta Ton, yang menyebar di
wilayah kecamatan.
e. UMKM
Usah Micro Kecil Menengah di Kabupaten Kampar sudah berjumlah
53.307 UMKM yg tedri dari:
Usaha Mikro :41.886 UMKM
Usaha Kecil :10.885 UMKM
Usaha Menengah : 566 UMKM
Gambar 2.55
Gambar 2.56
Candi Muara Takus
b. Waduk PLTA Koto Panjang
Waduk ini berada 15 km dari Bangkinang dari 100 km dari
Pekanbaru. PLTA ini dibangun sebagai pembangkit tenaga listrik air dengan
luas lahan 12.400 hektare. PLTA Koto Panjang berada di lintasan
Pegunungan Bukit Barisan dengan pemandangan yang memikat.
c. Istana Gunung Sahilan
Gambar 2.57
Tabel 2.108
Luas Area dan Produksi Perkebunan di Kabupaten Kepulauan Meranti
Tahun 2016
Jenis
No TBM TTR Jumlah
Komoditi TM (Ha) Produksi (Ton)
(Ha) (Ha) (Ha)
1. Sagu 16.381 22.018 - 38.399 198.162
2. Kelapa 2.171 27.622 4.660 34.453 27.898
3. Karet 3.409 9.934 6.295 19.638 9.437
4. Kopi 356 684 135 1.175 1.282
5. Pinang 134,5 249,5 9 393 162,18
Jumlah 22.451,5 60.507,5 11.099 94.058 236.941,18
Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kepulauan Meranti 2017
Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan daerah penghasil sagu di
Provinsi Riau. Tanaman sagu banyak dijumpai disetiap kecamatan. Total
produksi sagu bulan Oktober-Desernber 2016 yang dihasilkan dari tujuh
kecamatan sebesar 17.405,35 ton dan 44 kilang sagu.
Gambar 2.60
Festival Lampu Colok
c. Wisata Budaya
Wisata budaya yang sudah populer di Kabupaten Kepulauan Meranti
hingga saat ini adalah budaya mendongkah atau salancar lumpur. Kegiatan
ini dilaksanakan di Pantai Anak Setatah dan Sendaur, Kecamatan Rangsang
Barat. Bentuk dan kegiatan ini menggambarkan bagaimana masyarakat
mengambil kerang dengan menggunakan perahu/ sampan kecil yang diberi
nama dengan dongkah.
d. Meranti Bardendang
Gambar 2.62
Gambar 2. 65
Budidaya Ikan Kakap Putih
Kondisi Eksisting :
Kabupaten Bengkalis memiliki kawasan pesisir dan laut dengan garis
pantai sepanjang 446 km serta memiliki banyak sungai dan danau.
Kabupaten Bengkalis memiliki potensi sumber daya perairan yang cukup
besar untuk usaha budidaya ikan, termasuk budidaya ikan Kakap Putih.
Namun usaha budidaya ikan kakap putih di daerah ini belum banyak
berkembang.
Produksi ikan kakap putih di Kabupaten Bengkalis sebagian besar
masih dihasilkan dari penangkapan di laut atau didatangkan dari daerah
lain dan hanya sedikit saja di antaranya yang telah dihasilkan dari usaha
pemeliharaan (budidaya). Dengan potensi sumber daya perairan yang
cukup besar yang dimiliki daerah ini dan sangat sesuai untuk kegiatan
Gambar 2.67
Selain itu, sagu juga merupakan alternatif pangan yang telah lama
dikenal dan memasyarakat di Kabupaten lndragiri Hilir. Potensinya yang
cukup besar dapat menjadi peluang yang baik dan perlu dimaksimalkan
dalam rangka penguatan ketahanan pangan dan energi (bioenergi dari kulit
sagu) yang menjadi isu pembangunan rasional.
Potensi lahan untuk pengembangan komoditas perkebunan adalah
seluas 722.806 ha dan yang telah dimanfaatkan sekitar 638 ha.
e. Pertambangan
Melalui penelitian geologi di dalam RUKP (Rencana Umum Kawasan
Pertambangan) Kabupaten Indragiri Hilir tahun 2016 dan dilihat dari
dataran tinggi Kabupaten Indragiri Hilir yang mempunyai luas sekitar
671.895 ha atau 5,79% dari luas daerah secara keseluruhan. Juga
ditemukan beberapa jenis bahan galian, seperti batu bara, granit, pasir,
pasir sungai(pasir timbun), pasir kuarsa, tanah liat,gambut dan tanah urug
kaolir., gambut dan tanah urug.
Tabel 2. 114
Potensi Sumber Daya Mineral di Kabupaten Indragiri Hilir
No Bahan Galian Lokasi Cadangan
1. Batu bara Desa selensen, Batu ampar, Air balui, 60.480.000 Ton
Kemuning tua dan Desa Tukjimun
2. Granit Desa Selensen dan Batu ampar 120.000.000 m3
3. Pasir Desa Talang Jangkang 30.000 m3
4. Pasir Sungai Desa teluk Jira, Terusan Mas, Pulau 35.500 m3
Palas, Mumpa dan Desan Pekan Tua
5. Pasir Kuarsa Desa Selencang 129.600 ton
6. Tanah Liat Desa Lubuk Besar 18.750 m3
7. Kaolin Desa Lubuk Besar 20.000 m3
Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi Riau Bab II - 245
No Bahan Galian Lokasi Cadangan
8. Gambut Tersebar di Beberapa kecamatan Jutaaan m3
9. Tanah Air Desa Air Balui 200.0
Balui
Gambar 2. 69
Pantai Solop
Pengembangan Wisata Bukit Berbunga, Air Terjun 86. Air Terjun Tembulon
Rusa di Kecamatan Kemuning dengan jarak tempuh 140 menit dari
Tembilahan
Kawasan Wisata Religi Situs Makam Syekh H.Abdurrahman Sidiq” di
Hidayat, Kecamatan Kuala Indragiri
Tugu Equator di Kecamatan Mandah
Upacara Sernah Kampong yaitu sebuah iven budaya tradisional masyarakat
nelayan di Desa Planduk, Kecamatan Mandah
Rumah Kuning; barlokasi di alun-alun Mandah
Gambar 2. 70
Peta Wilayah Kabupaten Indragiri Hulu
b. Kependudukan
Pendudukan Kabupaten indragiri Hulu pada tahun 2016 sebesar
739.799 jiwa, yang tersebar di 20 Kecamatan. Ke1urahan 203 desa.,
Kepadatan penduduk Indragiri Hulu tahun 2013 sebanyak 47
jiwa per kilometer persegi. Kepadatan penduduk tertinggi masih
terdapat di Kecamatan Pasir Penyu 168 jiwa per kilometer persegi. tetapi
kondisi ini juga dipengaruhi luas wilayah dan jumlah
penduduk yang tergabung dengan Kecamatan Sungai Lala dan Kecamatan
Lubuk Batu Jaya. Sementara itu, kepadatan penduduk terendah di
Kecamatan Peranap, yaitu 23 jiwa per kilometer persegi dengan kondisi
Dari tabel diatas dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 terjadi
penurunan kontribusi sektor industri terhadap PDRB, hal ini disebabkan
oleh turunnya harga komoditas seperti kelapa sawit dan karet, dan diikuti
juga bencana karhutla (kebakaran hutan dan lahan) yang terjadi di Provinsi
Riau. Namun pada tahun 2016 terjadi rebound (peningkatan) pada sektor
industri, karena pada tahun ini provinsi Riau telah bebas bencana karhutla
dan telah mulai membaiknya harga komoditas serta permintaan dari
Negara-negara mitra dagang.
Salah satu menyumbang dalam PDRB adalah sektor industri. Sektor
industri merupakan sektor yang banyak menyerap tenaga kerja. Dengan
laju pertumbuhan sektor industri yang positif maka kontribusinya terhadap
PDRB dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Berikut kontribusi
industri rumah tangga terhadap PDRB sektor industry di Provinsi Riau.
Tabel 2.119
Kontribusi Industri Rumah Tangga Terhadap
PDRB Sektor Industri
No Uraian 2012 2013 2014 2015 2016
1. Provinsi Riau 64,90 % 65,75% 69,60% 77,79% 78,82%
Sumber : BPS Provinsi Riau
Dari tabel diatas kecenderungan dari tahun 2012 sampai tahun
2016 kontribusi sub sektor industri rumah tangga terhadap PDRB sektor
industri terus meningkat, kenaikan ini disebabkan oleh tumbuh dan
berkembangnya jumlah industri rumah tangga di Provinsi Riau.
Pertumbuhan ekonomi negara-negara maju ditopang oleh sektor
industri yang maju, dengan demikian mau tidak mau dan suka tidak suka,
provinsi Riau harus mengalihkan sektor pertambangan dan pengalian yang
selama ini menjadi primadona ke sektor industri. Ini terlihat dari table
dibawah ini bahwa pertumbuhan sektor industri terus mengalami
peningkatan.
Gambar 2.72
Ruang Pelayanan Informasi
b. Loket Pelayanan
Gambar 2.73
Loket Pelayanan
Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi Riau Bab II - 259
c. Ruang Tunggu
Gambar 2.74
Ruang Tunggu
d. Ruang Laktasi
Gambar 2.75
Ruang Laktasi
Gambar 2.76
Ruang Bermain Anak
Gambar 2.77
Alur Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan DPMPTSP Provinsi
Riau
N Perkembangan
Investasi
o
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 PMDN
Proyek (Unit) 56 51 64 76 180 304 285
10.829,8
Nilai (Rp. Milyar) 7,462.60 5,450.43 4,874.27 7,707.55 9,943.04 6,613.70 0
Penyerapan TK 15,769 12,865 33,284 28,227 32,050 21,249 12,417
2 PMA
Proyek (Unit) 56 81 168 129 243 430 285
Nilai (US $. Juta) 212.34 1,152.85 1,304.95 1,369.56 653.39 869.10 1.061,10
3.1 PENDAHULUAN
3.2. VISI
Jadi teknologi yang digunakan sesuai dengan daya dukung SDA, tidak
ada degradasi lingkungan, secara ekonomi menguntungkan dan secara
sosial diterima oleh masyarakat.
Maksud dari visi diatas adalah suatu harapan bahwa Provinsi Riau
selama beberapa tahun kedepan akan berbuat sesuai dengan tugas dan
fungsi serta kewenanganya untuk menciptakan daya tarik bagi investasi
dunia yang sehat, yang berdampak positif bagi kualitas ekonomi, sosial, dan
lingkungan di Provinsi Riau.
3.3. MISI
3.4. TUJUAN
3.5. SASARAN
Gambar 4.1
Arah Kebijakan Perbaikan Iklim Penanaman Modal
(Diagram Kerangka Kerja Logis)
Sumber: Hasil analisis kebijakan tim penyusun RUPM Provinsi Riau 2018
Tabel 4.1
Cluster Pengembangan Komoditas Unggulan Perkebunan Provinsi Riau
Tabel 4.2
Cluster Pengembangan Komoditas Unggulan Pangan Provinsi Riau
Lokasi Kawasan Pengembangan
Komoditas Kebijakan
Dinas Arahan
Unggulan Hilirisasi Kebijakan Kementerian
No. Pertanian dan Lokasi
Pangan Produk Pertanian
Holtikultural
Provinsi Riau
1. Padi - Kabupaten Indragiri Hilir, Kabupaten Kabupaten
Kabupaten Kuantan Indragiri Hilir, Indragiri
Singingi, Kabupaten Rokan Kabupaten Hilir,
Hilir, Kabupaten Rokan Kuantan Kabupaten
Hulu, Kabupaten Singingi, Siak,
Pelalawan, Kabupaten Kabupaten Kabupaten
Kampar, dan Kabupaten Rokan Hulu, Rokan Hilir,
Siak. Kabupaten dan
Siak, dan Kabupaten
Kabupaten Kuantan
Rokan Hilir Singingi
2. Jagung - Indragiri Hilir, Kabupaten Kabupaten
Kabupaten Indragiri Hilir, Indragiri
Pelalawan,Kabupaten Kabupaten Hilir,
Kampar, Indragiri Pelalawan, Kabupaten
Hulu, dan Kota Kabupaten Pelalawan,
Pekanbaru. Indragiri Hulu, Kabupaten
Kabupaten Indragiri
Rokan Hulu, Hulu, dan
dan Kota Kabupaten
Pekanbaru Kampar
Gambar 4.2
Potensi Kawasan ekonomi Khusus Pariwisata Pulau Rupat
Gambar 4.3
Persebaran Penanaman Modal (Diagram Kerangka Kerja Logis)
Sumber: Hasil analisis kebijakan tim penyusun RUPM Provinsi Riau 2018
C. Terminal Wilayah
1) Terminal Penumpang Tipe A yang melayani kendaraan umum untuk
angkutan lintas batas negara, angkutan antar perkotaan antar provinsi,
angkutan dalam perkotaan, dan angkutan perdesaan. Kota-kota yang
klasifikasi terminal masuk dalam klasifikasi ini adalah Pekanbaru, Pematang
Reba, dan Dumai.
4.4.3. Energi
Energi memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi
melalui kontribusinya dalam menstimulasi kegiatan produksi. Disamping
itu, pertumbuhan ekonomi sangat tergantung pula pada faktor dukungan
4.4.4. Pariwisata
Pariwisata telah menjadi salah satu kebutuhan dasar manusia, untuk
itu pemenuhan kebutuhan untuk berwisata harus dihormati dan dilindungi
sebagai bagian dari hak asasi manusia. Perkembangan kepariwisataan dari
tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan sebagai
dampak peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Perkembangan
kepariwisataan yang berkelanjutan akan memberikan dampak positif
secara keseluruhan bagi peningkatan perekonomian masyarakat,
pelestarian budaya dan adat isitadat, serta pengembangan ekonomi kreatif.
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/
Kota bersama-sama dengan masyarakat dan Dunia Usaha wajib menjamin
dan mempromosikan agar berwisata sebagai hak setiap orang dapat
ditegakkan, sehingga mendukung tercapainya peningkatan harkat dan
martabat manusia, peningkatan kesejahteraan, serta persahabatan
antarbangsa dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia. Dalam
menghadapi perubahan global dan penguatan hak pribadi masyarakat
untuk menikmati waktu luang dengan berwisata, perlu dilakukan
Pengembangan Pariwisata yang bertumpu pada keanekaragaman,
keunikan, dan kekhasan bangsa dengan tetap menempatkan kebhinekaan
sebagai suatu yang hakiki dalam bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Pengembangan Pariwisata Daerah yang diatur dalam suatu
Peraturan Daerah diharapkan menjadikan penyelenggaraan pengembangan
kepariwisataan di wilayah Provinsi Riau memiliki landasan yuridis sehingga
memiliki jaminan kepastian hukum serta dapat dilakukan pengembangan
yang lebih sistematis meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, monitoring dan evaluasi.
Pariwisata menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting pada
abad ke-21. Dalam perekonomian suatu negara, bila dikembangkan secara
berencana dan terpadu, peran sektor pariwisata akan melebihi sektor
Gambar 4.4
Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur, Energi, dan Pariwisata
(Diagram Kerangka Kerja Logis)
Sumber: Hasil analisis kebijakan tim penyusun RUPM Provinsi Riau 2018
Gambar 4.6.
Arah Kebijakan & Strategi Pengembangan Penanaman Modal
Pengembangan UMKMK
Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi Riau Bab IV - 320
Berdasarkan gambar diatas, bahwa investasi yang diharapkan adalah
investasi yang mampu meningkatkan aksessibilitas sekaligus melibatkan
UMKMK kedalam aktivitas investasi itu sendiri, baik dari sisi hulu, proses,
maupun dari sisi hilir produksi. Dengan pertimbangan manfaat dari
multiplier effect yang ditimbulkannya terhadap keterlibatan UMKMK
tersebut, maka investasi semacam ini mendapat perhatian dan perlakuan
istimewa melalui dukungan paket fasilitas, kemudahan, dan atau insentif
4.7. PEMBERIAN FASILITAS KEMUDAHAN & INSENTIF PENANAMAN MODAL
Fasilitas kemudahan dan/atau insentif penanaman modal merupakan
suatu keuntungan/manfaat apapun (sosial, budaya, lingkungan, dan
sebagainya) yang dapat dikonversikan ke dalam manfaat ekonomi yang
diberikan kepada penanam modal jika melakukan investasinya sesuai dengan
kelembagaan yang ada dan sudah ditetapkan di Provinsi Riau.
Dalam memberikan kemudan dan insentif penanaman modal
Pemerintah Provinsi Riau telah mengeluarkan Peraturan Daerah Provinsi Riau
Nomor 10 Tahun 2017 Tentang Pemberian Insentif dan Kemudahan
Penanaman Modal. Menurut Perda No 10 Tahun 2017, pasal 2 menyatakan:
(1) Pemberikan insentif kepada penanaman modal dalam bentuk:
a. keringanan pajak; dan atau
b. keringanan retribusi.
(2) Pemberikan kemudahan kepada penanaman modal dapat diberikan antara
lain dalam bentuk:
a. penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal;
b. penyediaan sarana dan prasarana;
c. penyediaan lahan atau lokasi;
d. pemberikan bantuan teknis;
e. penyederhanaan dan percepatan pemberian perizinan; dan / atau
f. pelatihan peningkatan pengetahuan sertifikasi.
4.7.1. Kebijakan Pemberian fasilitas kemudahan dan insentif penanaman
modal
Isu strategis dalam kebijakan ini adalah, materi, fasilitas, kemudahan,
dan insentif yang belum terlembagakan secara komprehensif,
Gambar 4.8.
Pemberian Kemudahan, Fasilitas, dan Insentif Penanaman Modal
Berdasarkan Gambar 4.8 bahwa, bahwa arah kebijakan pemberian
Fasilitas, Kemudahan dan atau Insentif penanaman modal, merupakan
Gambar 4.9.
Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal
Berdasarkan Gambar 4.9 bahwa promosi merupakan sebuah
rangkaian proses yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi, sehingga
setiap tahapan kegiatannya akan mempengaruhi kegiatan pada tahap
berikutnya. Arah kebijakan promosi ini, lebih menekankan kepada
peningkatan kualitas pada setiap tahapan proses promosi.
5.1 Pendahuluan
Dalam hal ini Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi Riau akan
dilihat dari kekuatan sumberdaya yang dimilikinya, yaitu sumberdaya ekonomi,
atau dapat dikatagorikan sebagai sumberdaya alam, pola ruang, sumberdaya
sektoral (primer dan sekunder). Sumberdaya ini merupakan tujuan utama
investor menanamkan modalnya dengan pola “mengelola”. Sumberdaya ini akan
sangat bernilai jika memiliki potensi pengelolaan jangka panjang. Namun,
keberadaan sumberdaya ekonomi ini, akan menuntut ketersediaan sarana dan
prasarana (infrsatruktur) yang layak dan memadai.
Dalam hal ini Provinsi Riau akan dilihat dari kekuatan sosial yang
dimilikinya, yaitu sumberdaya manusia yang didalamnya termasuk dinamika
sosial dan ekonomi. Sumberdaya ini merupakan tujuan investasi bagi investor
yang akan melakukan usahanya dengan pola “membangun”. Dimana umumnya
pola seperti ini akan membutuhkan ruang yang cukup luas, untuk mengimport
produksi dari luar Provinsi Riau. Investasi dengan pendekatan seperti ini
berpotensi tidak akan bermanfaat signifikan bagi Provinsi Riau sebab memiliki
potensi enclave dan backwash effect.
Sehingga jika Provinsi Riau ingin melakukan investasi dengan pendekatan
seperti ini, maka harus melalukan beberapa strategi seperti penyiapan
sumberdaya manusia berikut dengan teknologinya.
Dalam hal ini Provinsi Riau akan dilihat dari aspek geostrategis yang
dimilikinya, yaitu sumberdaya alam yang dimilikinya. Sumberdaya ini
Berdasarkan aspek service area, dapat diketahui bahwa ada beberapa hal
penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah Provinsi Riau, yaitu;
b) Investasi seperti ini cenderung tidak mega investasi namun memiliki potensi
kapasitas transaksi yang cukup besar, sehingga perlu di mitigasi dengan
kebijakan yang aplikatif,
0,02 1 0,40
Kelemahan (W)
• Keunggulan wilayah masih bersifat komparatif 0,05 2 0,10
• Infrastruktur belum merata dan optimal
• Ketidak merataan investasi 0,10 2 0,20
• Tingginya biaya hidup (inflasi)
• Terbatasnya tenaga terampil 0,05 1 0,10
0,05 2 0,10
• Belum adanya informasi yang akuntabel terkait
0,05 2 0,10
dengan potensi wilayah pengembangan investasi;
• Masih lemahnya kajian terhadap aturan-aturan
0,05 2 0,10
kemudahan berinvestasi
0,03 1 0,10
1 IE 3,4
MS 1,6
Sumber ; Hasil Analisa
1 IE 2,9
MS 0,90
Sumber ; Hasil Analisa
Gambar 5.1.
Analisis SWOT Matrik Internal dan Eksternal
Untuk itu perlu disusun suatu arah dan strategi dengan melibatkan
berbagai pihak terkait. Selain itu, sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor
25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pemerintah telah berkomitmen untuk
mengembangkan strategi.
Kebijakan penanaman modal di Indonesia berdasarkan atas azas
kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, perlakuan yang sama dan tidak
membedakan asal negara, kebersamaan, efisiensi dan berkeadilan, berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan, kemandirian, serta keseimbangan antara kemajuan
dan kesatuan ekonomi nasional.
Asas tersebut menjadi kebijakan pengembangan investasi di Provinsi Riau
yang fokus pada lima sasaran strategis, yaitu :
Tabel 5.3.
Sasaran Strategi Penanaman Modal di Provinsi Riau
Faktor yang memberikan peluang untuk berkembangnya masih lebih besar jika
dibandingkan dengan faktor yang mengancam keberlangsungan penanaman
modal
Berdasarkan dari hasil matrik faktor ekternal dan internal maka disusun
stategi penenaman modal berdasarkan misi dari RUPM sebabai berikut:
1. Meningkatkan Pelayanan Penanaman Modal dengan strategi sebagai berikut :
a. Menciptakan pelayanan perizinan yang prima
b. Menciptakan persaingan usaha yang adil dan sehat
c. Meningkatkan peran DPMPTSP sebagai fasilitator, katalisator, problem
solving, yang membantu penanam modal.
Gambar 6.1
Persebaran Penanaman Modal
(Diagram Kerangka Kerja Logis)
Sumber: Hasil analisis kebijakan tim penyusun RUPM Provinsi Riau 2018
pangan
e. Pemberian fasilitas dan atau kemudahan dan atau insentif bagi penanaman
lingkungan.
Infrastruktur
Ketersediaan infrastruktur merupakan salah satu faktor kunci dalam
rangka menstimulasi pertumbuhan ekonomi, baik dalam jangka pendek melalui
penciptaan lapangan pekerjaan sektor konstruksi, serta jangka menengah dan
jangka panjang dalam mendukung peningkatan efisiensi dan produktifitas
kegiatan usaha penanaman modal. Pengembangan infrastruktur dilakukan
dengan menjaga kesinambungan penanaman modal pada sektor tersebut serta
memprioritaskan pembangunannya dalam rencana penanaman modal daerah
baik yang dilakukan oleh Pemerintah, Kerjasama Pemerintah-Swasta, maupun
oleh swasta.
Energi
Energi memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi melalui
kontribusinya dalam menstimulasi kegiatan produksi. Disamping itu,
pertumbuhan ekonomi sangat tergantung pula pada faktor dukungan
ketersediaan energi yang berkesinambungan, baik terkait jaminan pasokan,
stabilitas harga, maupun kemudahan untuk memperolehnya. Menyadari
urgensitas perlunya keseimbangan antara pasokan dan permintaan sumberdaya
energi, maka tujuan pengembangan penanaman modal energi adalah: (i) untuk
meningkatkan nilai tambah sumberdaya energi yang belum dioptimalkan untuk
memenuhi kebutuhan sumber energi dan penggunaannya sebagai bahan baku
industri di Provinsi Riau, serta (ii) menjaga keseimbangan neraca ekspor-impor
sumberdaya energi melalui diversifikasi penggunaan bahan baku energi selain
minyak bumi. Arah kebijakan pengembangan penanaman modal bidang energi
adalah sebagai berikut:
a. Optimalisasi potensi dan sumber energi baru serta mendorong penanaman
modal di bidang EBT.
b. Peningkatan pangsa sumberdaya energi baru dan terbarukan untuk
mendukung efisiensi, konservasi, dan pelestarian lingkungan hidup dalam
pengelolaan energi.
c. Pemberian fasilitas, kemudahan dan/atau insentif penanaman bagi investasi
dibidang energi baru dan terbarukan.
Pemerintah Provinsi Riau menetapkan sektor unggulan/prioritas sesuai
dengan potensi dan karakteristiknya. Dalam rencana pengembangan sektor
unggulan/prioritas daerah tersebut, Pemerintah Provinsi Riau tetap
memperhatikan rencana penyediaan energi dalam rangka mendukung
pengembangan sektor unggulan/prioritas daerah tersebut.
Pariwisata telah menjadi salah satu kebutuhan dasar manusia, untuk itu
pemenuhan kebutuhan untuk berwisata harus dihormati dan dilindungi
sebagai bagian dari hak asasi manusia. Perkembangan kepariwisataan dari
tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan sebagai
dampak peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Perkembangan
kepariwisataan yang berkelanjutan akan memberikan dampak positif secara
keseluruhan bagi peningkatan perekonomian masyarakat, pelestarian budaya
dan adat isitadat, serta pengembangan ekonomi kreatif.
Pariwisata menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting pada abad
ke-21. Dalam perekonomian suatu negara, bila dikembangkan secara berencana
dan terpadu, peran sektor pariwisata akan melebihi sektor minyak dan gas
Komoditas pangan 3. Mewujudkan 3.1. Meningkatkan 3.1. Mendorong penyebaran 1. Pemetaan lokus dan fokus 1. Pengembangan tanaman
belum diminati Penanaman Distribusi Aktivitas investasi sebagai pemicu pengembangan komoditas pangan berskala tertentu
investor, akibat masih Modal yang Ekonomi Produktif yang berkembangnya sector pangan yang diarahkan pada daerah
banyak masalah Inklusif dan inklusif di Seluruh Provinsi unggulan di Provinsi Riau 2. Perhitungan surplus dan penghasil pangan.
teknis/nonteknis Berkelanjutan Riau secara Proporsional. defisit pangan 2. Mendorong pengembangan
dalam proses 3. Pengkajian kebijakan kluster industri agribisnis di
kelembagaannya. penanganan daerah potensi pangan
surplus/defisit pangan 3. Pengembangan kerjasama
4. Penentuan alternatif antar daerah dalam
kebijakan pola investasi menyediakan bahan pangan
Gambar 7.1
Siklus Ekonomi (Investasi)
Tabel 7.3
Kontribusi Arah Kebijakan Penanaman Modal
Kebijakan Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur, Energi dan
Pariwisata
POTENSI KONDISI YANG POTENSI MANFAAT YANG
DIHINDARI DIHARAPKAN
• sebaiknya tidak bersifat cloning
• Investasi pada komoditas
teknologi produsen, setidaknya
pangan, umumnya berupa
Provinsi Riau terlibat dalam sistem
investasi consumer good
jalur produksi, distribusi, dan
(PMA) yang merupakan
industri pengolahan komoditas
clonning produsen negara
pangan sehingga dapat
asal dan bersifat backwash
meminimalisasi potensi backwash
effect
effect.
• Komoditas pangan yang
• Adanya penanam modal yang
dimaksud dalam RUPM
berinisiasi berinvestasi pada
belum diminati investor,
komoditas pangan meskipun
akibat masih banyak
melalui berbagai paket kebijakan,
masalah teknis/nonteknis
sehingga mampu memenuhi
dalam proses
kebutuhan pangan lokal, regional,
kelembagaannya,
nasional dan global, yang bernilai
• Komoditas energi yang
ekonomis
dimaksud dalam Investasi
• Adanya penanam modal yang
pada komoditas pangan,
berinisiasi berinvestasi pada
belum teridentifikasi, hal
komoditas energi terbarukan
inidisebabkan potensi
dengan dukungan teknologi
energi yang tidak tersedia,
meskipun melalui berbagai paket
• Sektor infrastruktur yang
Tabel 7.4
Kontribusi Arah Kebijakan Penanaman Modal
Kebijakan Penanaman Modal Berwawasan Lingkungan (Green
Investment)
POTENSI KONDISI YANG POTENSI MANFAAT YANG
DIHINDARI DIHARAPKAN
Tabel 7.5
Kontribusi Arah Kebijakan Penanaman Modal
Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan
Koperasi (UMKMK)
POTENSI KONDISI YANG DIHINDARI POTENSI MANFAAT YANG
DIHARAPKAN
• Investasi berhasil
• Investasi belum berhasil
menempatkan UMKMK ke
mengakomodasi UMKMK ke dalam
dalam sistem Produksi
sistem produksinya secara sistematis,
investasi baik dihulu
• Investasi yang berhasil
maupun di hilirnya
mengakomodasi UMKMK ke dalam
• Dengan berkembangnya
sistem produksi, namun tidak bersifat
UMKMK akan
sistematis komprehensif, sehingga
menumbuhkan sikap
UMKMK tidak dalam posisi tawar
kompetitif, kreatifdan daya
yang baik
saing
PENUTUP
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) merupakan dokumen
perencanaan yang bersifat jangka panjang sampai dengan tahun 2025. RUPM
berfungsi untuk mensinergikan & mengoperasionalisasikan seluruh kepentingan
sektoral terkait, agar tidak terjadi tumpang tindih dalam penetapan prioritas
sektor-sektor yang akan dipromosikan.
Bedasarkan hasil dari analisis SWOT tersebut maka dapat di susun strategi
Penanaman modal di Provinsi Riau berdasarkan tujuh arah kebijakan , yaitu:
Provinsi Riau, Peraturan daerah no. 4 2016 Tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat
Daerah Provinsi Riau.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme;