Anda di halaman 1dari 1

Slamet Muljana, dalam bukunya Tafsir Sejarah Nagara Kretagama, (2006, 28-33).

Menguraikan tentang
bagaimana terjadinya pemisahan kedua kerajaan Erlangga yang diperkirakan berlangsung pada tahun
1042 Masehi. Disebutkan bahwa dua kerajaan yang dipisahkan itu menjadi Kerajaan Jenggala dengan
pusatnya di Kahuripan lokaisnya diperkirakan

di lembah Gunung Penanggungan. Sementara Kerajaan Panjalu pusatnya di Daha (yaitu di Kota Kediri
sekarang ini). Adapun yang menjadi batas pemisah antara kedua kerajaan itu adalah sungai. Akan tetapi,
dalam menentukan batasan sungai tampaknya masih dalam perdebatan. Meskipun demikian adapun
sungai-sungai yang dianggap sebagai batas pemisah kedua kerajaan itu adalah sungai Brantas, Lamong,
Porong, dan Widas. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, tampaknya perseteruan antara Raja
Aerlangga yang tidak mengikuti nasehat Senapati Kuturan tampaknya berkelanjutan di kalangan istana
kerajaan. Ini dibuktikan dengan tetap terjadinya perselisihan yang mengakibatkan kehidupan yang
harmonis di antara kedua kerajaan yang dipisahkan itu. Ini terlihat dari persaingan dan upaya perebutan
kekuasaan antara kerajaan yang satu dengan kerajaan yang lainnya yaitu antara Jenggala dan Panjalu.
Perseteruan itu dapat diatasi ketika Raja Panjalu Sri Maharaja Mapanji Jayabhaya melakukan
penyerangan terhadap kerajaan Jenggala. Yuka, Tanaya, et al., 2007) menyebutkan, bahwa dengan
melihat isi dari uraian yang terdapat pada Prasati Ngantang, bertahun 1135 menunjukkan bagaimana
sebuah era kemenangan Panjalu atas Jenggala dengan dibuatnya stempel Prasati Ngantang. Prasasti ini
berisi ucapan panjalu jayati, yang berarti Panjalu menang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pada tahun 1135 diperkirakan terjadinya peristiwa kekalahan Jenggala atas Panjalu (Lihat: Yuka, Tanaya,
P., Ravando, Dieta Lebe S., dan Iqra R., 2007)

Anda mungkin juga menyukai