Anda di halaman 1dari 16

Kimia Instrumentasi

KROMATOGRAFI PENUKAR ION

Disusun Oleh :
Kelompok 1

FILBERT (H012202002)

EKA ANGGRIANI ODJA (H012201008)

PROGRAM PASCASARJANA KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada umumnya, suatu senyawa yang akan analisis untuk menentukan kadarnya
perlu dipisahkan dari matriknya. Oleh karena itu, pemisahan merupakan langkah
yang penting dalam analisis kualitatif maupun kuantitatif. Pada kebanyakan analisis
meliputi pengubahan cuplikan, pemisahan senyawa pengganggu, isolasi senyawa
yang dimaksudkan, pemekatan terlebih dahulu sebelum identifikasi dan pengukuran.

Ada banyak teknik pemisahan/isolasi, diantaranya yaitu penyaringan, sublimasi,


ekstraksi, kromotografi dan lain-lain. Salah satu teknik kromatografi yang akan
dibahas pada makalah ini adalah kromatografi penukar ion. Pemisahan secara
kromatografi dengan menggunakan resin penukar ion telah dilakukan oleh beberapa
peneliti untuk memisahkan produksi-produksi reaksi fisi. penukar ion sintesis sudah
digunakan untuk memisahkan unsur-unsur anggota varies lantanida dan aktinida,
serta untuk pemisahan senyawa organik seperti asam-asam amino metode ini juga
digunakan untuk berbagai operasi pelunakan air, menaikkan kadar logam dan
pemisahan logam (Khopkar,2010).

Seiring dengan perkembangan teknologi, banyak digunakan kromatografi


penukar ion sebagai metode pemisahan dan telah dikembangkan penukaran ion
modern yang tentunya memiliki banyak kelebihan, diantaranya dalam hal waktu
analisisnya lebih singkat dan hasilnya maksimal. Pertimbangan pemilihan teknik
kromatografi penukar ion ini karena cara pemisahannya sederhana dan mudah serta
dapat digunakan kembali dengan dilakukan regenerasi resin. Secara umum, teknik
kromatografi penukar ion baik kation maupun anion digunakan dalam pengolahan air
serta pemurnian limbah. Pada pengolahan limbah, limbah yang mengandung kation
dan anion yang berbahaya dapat dimanfaatkan kembali dengan melakukan
pengolahan dengan teknik kromatografi penukar ion. Dalam proses pengolahan
limbah ini digunakan teknik kromatografi penukar kation dan kromatografi penukar
anion sekaligus secara bersamaan.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1. Mengetahui Pengertian Kromatografi Penukar Ion
2. Mengetahui Prinsip Dasar Kromatografi Penukar Ion
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kromatografi Penukar Ion


Kromatografi penukar ion adalah proses pemisahan senyawa yang didasarkan
pada pertukaran (penjerapan) ion antara fase gerak dengan ion pada fasa diam.
Prinsip dasar pemisahan dengan kromatografi kolom penukar ion adalah perbedaan
kecepatan migrasi ion-ion di dalam kolom penukar ion. Proses pertukaran ion
dikerjakan dengan cara pembebanan ion-ion pada kolom penukar ion. Kemudian ion-
ion yang terikat dalam resin dialiri eluen yang mampu memberi kondisi
keseimbangan yang berbeda. Keseimbangan yang berbeda ini mengakibatkan
kecepatan migrasi ion dalam kolom resin tidak sama (Biyantoro, 2006)

Secara umum, teradapat dua jenis kromatografi pertukaran ion, yaitu:

 Kromatografi pertukaran kation, bila molekul spesifik yang diinginkan


bermuatan positif dan kolom kromatografi yang digunakan bermuatan negatif.
Kolom yang digunakan biasanya berupa matriks dekstran yang mengandung
gugus karboksil (-CH2-CH2-CH2SO3- dan -O-CH2COO-). Larutan penyangga
(buffer) yang digunakan dalam sistem ini adalah asam sitrat, asam laktat,
asam asetat, asam malonat, buffer MES dan fosfat.
 Kromatografi pertukaran anion, bila molekul spesifik yang diinginkan
bermuatan negatif dan kolom kromatografi yang digunakan bermuatan positif.
Kolom yang digunakan biasanya berupa matriks dekstran yang mengandung
gugus -N+(CH3)3, -N+(C2H5)2H, dan –N+(CH3)3. Larutan penyangga (buffer)
yang digunakan dalam sistem ini adalah N-metil piperazin, bis-Tris, Tris, dan
etanolamin.
Gambar 1. Kromatografi Penukar ion

Kromatografi pertukaran ion (ion exchange chromatography) bisa digunakan


untuk pemurnian materi biologis, seperti asam amino, peptide, protein. Terdapat dua
tipe pertukaran ion, yaitu pertukaran kation ( cation exchange) dan pertukaran anion
(anion exchange). Pada pertukaran kation, fase stasioner bermuatan negatif,
sedangkan pada pertukaran anion, fase stasioner bermuatan positif. Molekul
bermuatan yang berada pada fase cair akan melewati kolom. Jika muatan pada
molekul sama dengan kolom, maka molekul tersebut akan terelusi. Namn jika muatan
pada molekul tidak sama dengan kolom, maka molekul tersebut akan membentuk
akatan ionik dengan kolom. Untuk mengelusi molekul yang menempel pada kolom di
perlakuan penambahan larutan dengan pH dan kekuatan ionik tertentu. Pemisahan
dengan metode ini sangat efektif dan karena biaya untuk menjalankan metode ini
merah serta kepastiannya tinggi, maka metode ini biasa digunakan pada awal proses
keseluruhan.
2.2. Prinsip Penukar Ion
Penukar ion kebanyakan berupa bahan bahan organik, yang umumnya dibuat
secara sintetik. Bahan tersebut sering juga disebut resin penukar ion. Penukar ion
mengandung bagian-bagian aktif dengan ion yang dapat ditukar Bagian aktif
semacam itu misalnya adalah:

a. Pada penukar kation: Kelompok-kelompok asam sulfo – SO3- H+ (dengan


sebuah ion H+ yang dapat ditukar)
b. Pada penukar anion:Kelompok-kelompok amonium kuartener – N- (CH3) 3+ OH-
(dengan sebuah ion OH- yang dapat ditukar)

Pertukaran ion adalah proses fisika-kimia. Pada proses tersebut senyawa yang
tidak larut, dalam hal ini resin menerima ion positif atau negatif tertentu dari larutan
dan melepaskan ion lain kedalam larutan tersebut dalam jumlah ekivalen yang sama.
Jika ion yang dipertukarkan berupa kation, maka resin tersebut dinamakan resin
penukar kation, dan jika ion yang dipertukarkan berupa anion, maka resin tersebut
dnamakan resin penukar anion.

Contoh reaksi pertukaran kation dan reaksi pertukaran anion:

a. Reaksi pertukaran kation:

2NaR (s) + CaCl2 (aq) CaR(s) + 2NaCl (aq)

b. Reaksi pertukaran anion :

2RCl (s) + Na2SO4 R2SO4(s) + 2NaCl

Reaksi pertukaran kation menyatakan bahwa larutan yang mengandung CaCl2


diolah dengan resin penukar kation NaR, dengan R menyatakan resin. Proses
penukaran kation yang diikuti dengan penukaran anion untuk mendapatkan air yang
bebas dari ion-ion penyebab kesadahan. Konstanta disosiasi air sangat kecil dan
reaksi dari H+ dengan OH- sangat cepat. Ketika semua posisi pertukaran yang awalnya
dipegang H+ atau ion OH- yang menempati Na+ atau Cl- (kation atau anion lain) yang
masing-masing resin dikatakan habis. Resin kemudian dapat diregenerasi dengan
ekuilibrasi menggunakan asam atau basa yang sesuai.

2.3. Proses Pertukaran Ion


Kromatografi penukar ion dilakukan dengan fasa diam yang mempunyai gugus
fungsi bermuatan ion tetap. Selain itu terdapat ion lawan yang dapat ditukar
didekatnya , agar muatan netral. Ion cuplikan dapat bertukar dengan ion lawan dan
menjadi pasangan dari muatan ion tetap. Jika ion cuplikan berpasangan dengan ion
muatan tetap, ion tersebut tidak keluar dari kolom. Karena afinitas berbagai senyawa
terhadap ion muatan-tetap berbeda, kita dapat memisahkan campuran senyawa ion.
(Johnson dan Stevenson, 1991)
Proses pertukaran ion dapat dilakukan dalam pelarut berair maupun tidak
berair. Fase gerak biasanya mengandung ion lawan yang bermuatan berlawanan
dengan muatan gugus ion permukaan. Ion lawan tersebut berkesetimbangan dengan
resin dalam bentuk pasangan ion. Adanya ion terlarut yang muatannya sama dengan
muatan ion lawan menimbulkan kesetimbangan. Pada proses pertukaran kation, ion
lawan ialah Na+ dan pada pertukaran anion, ion lawannya Cl-. (Johnson dan
Stevenson, 1991).
Penukaran ion ini bersifat kompleks dan sesungguhnya adalah polimerik.
Polimer ini membawa satu muatan listrik yang tepat dinetralkan oleh muatan-muatan
pada ion-ion lawannya (ion-aktif). Ion-ion aktif ini berupa kation dalam suatu
penukar kation dan berupa anion dalam suatu penukar anion. Jadi sutu penukar kation
terdiri dari suatu anion polimerik dan kation-kation aktif, sementara penukar anion
adalah suatu polimerik kation dengan anion-anion aktif. (Basset, 1994)
Beraneka ragam bahan organik dan anorganik memperagakan perilaku
pertukaran ion, tetapi pada penelitian di laboratorium di mana keseragaman sangat
penting, pertukaran ion yang sangat disukai biasanya adalah bahan-bahan sintesis
yang dikenal sebagai resin penukar ion. Resin ini dibuat dengan cara memasukkan
gugus yang dapat diionisasi ke dalam matriks polimer organik yang paling umum
adalah polistirena terhubung silang yang telah dijelaskan di atas sebagai adsorben.
(Day dan Underwood, 2002)
Resin adalah senyawa hidrokarbon terpolimerisasi smpai tingkat yang tinggi
yang mengandung ikatan-ikatan hubungan silang (cross-linking) serta gugusan yang
mengandung ion-ion yang dapat dipertukarkan. Berdasarkan gugusan fungsionalnya,
resin penukar ion dibagi menjadi dua yaitu resin penukar kation dan resin penukar
anion. Resin penukar kation mengandung kation yang dapat dipertukarkan.
Sedangkan resin penukar anion, mengandung anion yang dapat dipertukarkan. (Diyah
dan Setyo, 2007)

Menurut Basset (1994), syarat-syarat dasar bagi suatu resin yang berguna adalah:

1. Resin itu harus cukup terangkai silang, sehingga kelarutannya yang dapat
diabaikan.
2. Resin itu harus cukup hidrofilik untuk memungkinkan difusi ion-ion melalui
strukturnya dengan laju yang terukur (finite) dan berguna.
3. Resin harus menggunakan cukup banyak gugus penukar ion yang dapat
dicapai dan harus stabil kimiawi.
4. Resin yang sedang mengembang harus lebih besar rapatannya daripada air.

Berdasarkan pada keberadaan gugusan labilnya; resin penukar ion dapat secara luas
diklasifikasikan dalam empat golongan, yakni :

a. Resin penukar kation bersifat asam kuat (mengandung gugusan HSO3).


b. Resin penukar kation bersifat asam lemah (mengandung gugusan –COOH).
c. Resin penukar anion bersifat basa kuat (mengandung gugusan amina tersier
atau kuartener)
d. Resin penukar anion bersifat basa lemah (mengandung OH sebagai gugusan
labil)
Faktor-faktor yang dapat mempengar uhi proses pert ukaran ion dia ntara nya :

1. pH: berpengaruh terhadap penukaran ion karena pada pH rendah, ionisasi dari resin
asam dihambat sehingga kapasitas penukarannya berkurang dan pada ionisasi
penukar ion bersifat basa akan dihambat pada pH tinggi, hal ini menyebabkan
pengurangan kapasitas penukaran dari resin itu. Penukar kation bersifat asam kuat
mempunyai kapasitas penggunaan diatas pH 2, penukar kation bersifat asam lemah
mempunyai kapas itas perubahan hanya diatas pH 8, penukaranion bersifat basa kuat
digunakan dibawah pH 10, dan penukar anion bersifat basa lemah digunakan dibawah
pH 6 (Sudjadi, 1988).

2. Kecepatan aliran:mempengaruhi proses pertukaran ion dimana semakin cepat debit


aliran yang ditetapkan dalam proses pertukaran ion, maka semakin sedikit konsentrasi
ion yang dapat dipertukarkan. Hal ini disebabkan karena waktu tinggal dan kontak
sampel dengan resin semakin pendek atau cepat.

3. Konsentrasi ion terlarut: mempengaruhi proses pertukaran ion dimana semakin


banyak konsentrasi ion yang akan dipertukarkan, maka semakin lambat kecepatan
berlangsungnya suatu reaksi pertukaran ion dan semakin sedikit konsentrasi ion yang
akan dipertukarkan. Hal ini disebabkan karena resin memiliki kapasitas ion yang
terbatas.

4. Tinggi media penukar ion: mempengaruhi proses pertukaran ion dimana semakin
tinggi media penukar ion yang terdapat dalam kolom pertukaran, maka semakin
banyak konsentrasi ion yang akan dipertukarkan.Hal ini disebabkan karena semakin
tinggi resin maka semakin banyak jumlah resin.

Resin penukar kation

Resin penukar kation asam kuat mengandung gugus fungsi asam teradisi pada
cincin aromatik dari resin. Penukar kation asam kuat mempunyai gugus asam sulfonat
(-SO3H), yang bersifat asam kuat seperti asam sulfat. Penukar kation asam lemah
mempunyai gugus fungsi karboksilat yang hanya terionisasi sebagian. Proton dari
kedua jenis penukar kation dapat ditukar dengan kation-kation lain dengan persamaan
reaksi berikut:

nRzSO3- - H+ + Mn+ ↔ (RzSO3)nM + nH+

dan nRzCO2- - H+ + Mn+ ↔ (RzCO2)nM + nH+

dimana Rz adalah simbol dari resin. Kesetimbangan ini dapat diubah ke kiri atau ke
kanan oleh penaikan [H+] atau [Mn+], atau penurunan salah atu diantaranya dengan
memperhatikan banyaknya resin yang ada. (Soebagio, 2005)

Resin penukar kation biasanya tersedia dalam bentuk ion hidrogen, tetapi
bentuk ini dapat diubah ke dalam bentuk ion natrium, oleh perlakuan dengan garam
dapur. Ion natrium ini kemudian mengalami pertukaran dengan kation lainnya. Pada
prinsipnya resin penukar kation dalm bentuk H+ dikocok dengan larutan NaCl.
Pengocokan beberapa lama hingga tercapai kesetimbangan, menurut reaksi:

Rz-H+ + Na+ ↔ Rz-Na+ + H+

agar reaksi berlangsung ke kanan, maka harus ditambah resin berlebih.

Penggunaan resin penukar kation asam lemah dibatasi dalam rentang pH,
yaitu pada pH 5 s/d 14. Sebaliknya resin penukar kation asam kuat dapat digunakan
pada pH 1 s/d 14. Pada harga pH rendah, penukar kation asam lemah akan terikat
kuat pada proton untuk terjadinya pertukaran. Demikian juga penukar kation asam
lemah tidak akan dapat sempurna melepaskan kation dari basa sangat lemah. Hal ini
sebaliknya akan terjadi untuk resin penukar kation asam kuat. Hal ini sejalan dengan
ketidak sempurnaan reaksi asam lemah-basa lemah. Resin asam lemah umumnya
digunakan untuk pemisahan basa kuat atau zat ionik multifungsi seperti protein atau
peptida. Zat tersebut tertahan kuat pada penukar kation asam kuat, sementara resin
asam kuat lebih disukai terutama untuk campuran yang kompleks. (Soebagio, 2005)

Resin penukar anion


Prinsip dasar resin jenis ini ialah dapat ditukarnya anion hidroksil oleh anion
lain yang terjadi pada resin penukar ion. Ada dua jenis resin penukar anion, yaitu
resin yang memiliki gugus basa kuat (gugus ammonium kuartener) dan resin yang
memiliki gugus basa lemah (gugus anion). Reaksi pertukaran dapat dituliskan sebagai
berikut:

nRzNR3+ OH- + An- ↔ (RzNR3)nA + nOH-

nRzNH3+ OH- + An- ↔ (RzNH3)nA + nOH-

dimana R merupakan gugus organic, biasanya metil.

Penukar basa kuat dapat digunakan di atas rentangan pH 0 s/d 12, sedangkan
resin penukar basa lemah hanya di atas rentangan pH 0 s/d 9. Golongan penukar basa
lemah tidak akan melepaskan asam yang sangat lemah, tetapi akan lebih disukai
untuk asam kuat yang mungkin tertahan oleh resin basa kuat seperti sulfonat.
(Soebagio, 2005)

Kesetimbangan reaksi pertukaran ion

Secara sederhana reaksi kesetimbangan penukaran ion bisa dituliskan:

RzH + Na+ ↔ RzNa + H+

RzCl + OH- ↔ RzOH + Cl-

Ada dua cara untuk melaksanakan penukaran ion, yaitu cara “unggun” (bath
exchange) dan cara penukaran dalam kolom. Cara pertama jarang digunakan, oleh
karena itu pembicaraan difokuskan pada cara kedua, yaitu penukaran di dalam kolom.

Ada persesuaian antara proses penukaran ion di dalam kolom –enukar ion
dengan proses kromatografi partisi cair-cair. Seperti halnya pada kolom kromatografi
akan terjadi juga banyak sekali proses kesetimbangan secara bersamaan. Untuk
memahami proses yang terjadi, maka dibayangkan bahwa di dalam kolom tersebut
terdapat lapisan-lapisan imajiner (pelat-pelat teori) tempat terjadinya proses
kesetimbangan. Oleh karena itu konsep pelat teori yang dikembangkan oleh Martin
dan Synge pada kromatografi partisi dapat diaplikasikan secara langsung dalam
kromatografi penukaran ion dengan beberapa perubahan terminologi.

Secara kuantitatif afinitas resin penukar ion terhadap ion-ion yang ditukar
dinyatakan dengan besaran angka banding distribusi (D) sebagai berikut:

Kuantitas sampel dalam resin pada pelat tertentu


D=
Kuantitas sampel dalam larutan pada pelat yang sama

dalam praktek sehari-hari sering juga didefinisikan sebagai

Jumlah ion yang terikat pada resin /gram resin kering


D=
Jumlahion yang tertinggal dalam larutan/mL larutan

dalam kromatografi penukar ion, persamaan fundamental yang umum digunakan


adalah

VR = VM + K.VS, dengan;
VR = Volume retensi komponen X
VM = Volume fasa gerak dalam kolom
K = Koefisien distribusi komponen X antara fasa gerak dan fasa diam
VS = Volume fasa diam dalam kolom

Bila tR adalah waktu retensi, dan F adalah laju alir fasa gerak dalam kolom, maka V R
= tR × F. Selain itu VS dapat pula dinyatakan dalam bentuk lain yaitu VR = VM (1 +
k’), dimana k’ = factor kapasitas. (Soebagio, 2005)

2.4. Kelemahan dan Kelebihan

Kromatografi pasangan ion digunakan untuk mengatasi masalah ionisasi


dimana spesi ion tersebut sangat polar, ionisasi ganda, dan basa kuat. Manfaat utama
dari kromatografi ini adalah adanya fase kebalikan dari kromatografi cair yang
bertahap atau pertukaran-ion HPLC yang dapat memfasilitasi analisis dari sampel
yang mengandung ion sekaligus molekul. Tidak seperti pertukaran ion yang
konvensional, kromatografi pasangan ion dapat memisahkan senyawa ionik dan
nonionik dalam sampel yang sama.
Kelebihan dari metode kromatografi penukar ion:

 Waktu pengerjaan relatif singkat


 Memberikan hasil yang reproducible
 Menghasilkan bentuk peak yang tajam
 Dapat langsung memperoleh hasil pemisahan analit terionisasi dan tidak
terionisasi
 Pemilihan zat tambahan (berupa reagen tau larutan buffer) lebih beragam
untuk meningkatkan proses pemisahan. Kemurnian zat tambahan pada eluen
mempengaruhi reprodusibilitas dan keakuratan hasil percobaan.
 Jika dibandingkan dengan kromatograti cair, teknik ini mempunyai kelebihan
untuk medukung pemisahan spesies ion dan molekul
 Dapat memisahkan senyawa ionik dan non ionik dalam sampel yang sama

Kekurangan metode kromatografi penukar ion:

 Larutan ionik seringkali bersifat korosif dan mengakibatkan kolom tidak


bertahan lama
 Beberapa larutan ionik mengabsorbsi pada panjang gelombang UV tetapi
membatasi detektor UV
 Bahan berdasar silika terbatas pada pH di bawah 7,5
 Fase gerak tidak boleh dibiarkan semalaman tetapi diganti dengan air

Aplikasi Kromatografi Penukar Ion

Menurut Soebagio (2005), kromatografi penukar ion dapat digunakan antara


lain untuk pemurnian, pemekatan dan pemisahan analitik.

a) Pemurnian
Salah satu pemakaian terpenting penggunaan kromatografi penukar ion adalah
untuk membebaskan ion-ion yang berasal dari garam-garam yang terdapat di
dalam air (air bebas ion = deionized eater = pemurnian air). Pembuatan air
sering disebut juga aqua demineralization memberikan keuntungan besar bagi
para analis kimia untuk menganalisis zat-zat kimia yang konsentrasinya
berada dalam ukuran mikro atau ultra mikro (konsentrasi analitnya berada
pada satuan konsentrasi ppm atau ppb).
b) Pemekatan
Bahan-bahan ionic yang berada dalam konsentrasi sangat rendah (konstituen
renik = trace) seringkali dapat dipekatkan dengan kolom penukar ion dan
kemudian mengelusinya dengan pengelusi yang cocok. Pemekatan unsure-
unsur renik dari air laut dilakukan dengan cara ini.
c) Pemisahan analitik
Penggunaan terpenting kromatografi penukar ion adalah untuk pemisahan
analitik. Di samping untuk pemisahan asam-asam amino dan ion-ion logam,
kromatografi penukar ion yang digunakan untuk memisahkan anion-anion dan
ion-ion logam alkali dan alkakli tanah.
Analisis kuantitatif penukar ion dari ion-ion pada tingkatan konsentrasi ppm,
dapat dilakukan menggunakan teknik otomatis kromatografi ion yaitu
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Dasar dari pertukaran ion terletak pada perbedaan daya adsorbsi spesies-spesies
ion oleh kromato rafi ion yang bersifat stoikiometri.
2. Hal-hal yang mempengaruhi pertukaran ion adalah pH, kecepatan aliran,
konsentransi ion terlarut dan tinggi media penukar ion.
3. Kromatografi penukar ion terbagi menjadi dua yaitu kromatografi penukar
kation dan kromatografi penukar kation.
4. Dalam regenarasi resin penukar ion digunakan regeneran yang sesuai dengan
senyawa yang dipertukarkan.

3.2. Saran
1. Perlu untuk memahami prinsip dasar dari kromatografi penukar ion serta
karakteristik senyawa yang akan dipisahkan sehingga dapat melakukan analisis
dengan metode kromatografi penukar ion pada proses pemisahan dan
pemurnian.
2. Sebelum melakukan analisis penukar ion dengan menggunakan kromatografi
penukar ion diperhatikan faktor- faktor yang mempengaruhi pertukaran ion.
DAFTAR PUSTAKA

Alimin, Muh. Yunus dan Irfan Idris. 2010. Kimia Analitik. Makassar: Alauddin
Press.

Basset, J., dkk. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta:
EGC.

Biyantoro, dkk. 2006. Pemisahan Ce dan Nd Menggunakan Resin Dowex 50W-X8


Melalui Proses Pertukaran Ion, Jurnal Batan, Vol 9, No 1, Hal 29 – 35.

Christian, G.D. 2004. Analytical Chemistry 6th edition. Washington: John Wiley and
Sons Inc.

Day, R. A dan A.L Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Johnson, Edward. L dan Robert Stevenson. 1991. Dasar Kromatografi Cair


(Penerjemah: Kosasih Padmawinata). Bandung: ITB Press.

Khopkar, S.M. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press

Lestari, Diyah Erlina dan Setyo Budi Utomo. Karateristik Kinerja Resin Penukar Ion
Pada Sistem Air Bebas Mineral (GCA 01) RSG-GAS (Seminar Nasional III
SDM Teknologi Nuklir, Yogyakarta 21-22 November 2007).

Soebagio, dkk. 2005. Kimia Analitik II. Malang: UM Press.

Anda mungkin juga menyukai