Makalah Kromatografi Penukar Ion
Makalah Kromatografi Penukar Ion
Disusun Oleh :
Kelompok 1
FILBERT (H012202002)
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1. Mengetahui Pengertian Kromatografi Penukar Ion
2. Mengetahui Prinsip Dasar Kromatografi Penukar Ion
BAB II
PEMBAHASAN
Pertukaran ion adalah proses fisika-kimia. Pada proses tersebut senyawa yang
tidak larut, dalam hal ini resin menerima ion positif atau negatif tertentu dari larutan
dan melepaskan ion lain kedalam larutan tersebut dalam jumlah ekivalen yang sama.
Jika ion yang dipertukarkan berupa kation, maka resin tersebut dinamakan resin
penukar kation, dan jika ion yang dipertukarkan berupa anion, maka resin tersebut
dnamakan resin penukar anion.
Menurut Basset (1994), syarat-syarat dasar bagi suatu resin yang berguna adalah:
1. Resin itu harus cukup terangkai silang, sehingga kelarutannya yang dapat
diabaikan.
2. Resin itu harus cukup hidrofilik untuk memungkinkan difusi ion-ion melalui
strukturnya dengan laju yang terukur (finite) dan berguna.
3. Resin harus menggunakan cukup banyak gugus penukar ion yang dapat
dicapai dan harus stabil kimiawi.
4. Resin yang sedang mengembang harus lebih besar rapatannya daripada air.
Berdasarkan pada keberadaan gugusan labilnya; resin penukar ion dapat secara luas
diklasifikasikan dalam empat golongan, yakni :
1. pH: berpengaruh terhadap penukaran ion karena pada pH rendah, ionisasi dari resin
asam dihambat sehingga kapasitas penukarannya berkurang dan pada ionisasi
penukar ion bersifat basa akan dihambat pada pH tinggi, hal ini menyebabkan
pengurangan kapasitas penukaran dari resin itu. Penukar kation bersifat asam kuat
mempunyai kapasitas penggunaan diatas pH 2, penukar kation bersifat asam lemah
mempunyai kapas itas perubahan hanya diatas pH 8, penukaranion bersifat basa kuat
digunakan dibawah pH 10, dan penukar anion bersifat basa lemah digunakan dibawah
pH 6 (Sudjadi, 1988).
4. Tinggi media penukar ion: mempengaruhi proses pertukaran ion dimana semakin
tinggi media penukar ion yang terdapat dalam kolom pertukaran, maka semakin
banyak konsentrasi ion yang akan dipertukarkan.Hal ini disebabkan karena semakin
tinggi resin maka semakin banyak jumlah resin.
Resin penukar kation asam kuat mengandung gugus fungsi asam teradisi pada
cincin aromatik dari resin. Penukar kation asam kuat mempunyai gugus asam sulfonat
(-SO3H), yang bersifat asam kuat seperti asam sulfat. Penukar kation asam lemah
mempunyai gugus fungsi karboksilat yang hanya terionisasi sebagian. Proton dari
kedua jenis penukar kation dapat ditukar dengan kation-kation lain dengan persamaan
reaksi berikut:
dimana Rz adalah simbol dari resin. Kesetimbangan ini dapat diubah ke kiri atau ke
kanan oleh penaikan [H+] atau [Mn+], atau penurunan salah atu diantaranya dengan
memperhatikan banyaknya resin yang ada. (Soebagio, 2005)
Resin penukar kation biasanya tersedia dalam bentuk ion hidrogen, tetapi
bentuk ini dapat diubah ke dalam bentuk ion natrium, oleh perlakuan dengan garam
dapur. Ion natrium ini kemudian mengalami pertukaran dengan kation lainnya. Pada
prinsipnya resin penukar kation dalm bentuk H+ dikocok dengan larutan NaCl.
Pengocokan beberapa lama hingga tercapai kesetimbangan, menurut reaksi:
Penggunaan resin penukar kation asam lemah dibatasi dalam rentang pH,
yaitu pada pH 5 s/d 14. Sebaliknya resin penukar kation asam kuat dapat digunakan
pada pH 1 s/d 14. Pada harga pH rendah, penukar kation asam lemah akan terikat
kuat pada proton untuk terjadinya pertukaran. Demikian juga penukar kation asam
lemah tidak akan dapat sempurna melepaskan kation dari basa sangat lemah. Hal ini
sebaliknya akan terjadi untuk resin penukar kation asam kuat. Hal ini sejalan dengan
ketidak sempurnaan reaksi asam lemah-basa lemah. Resin asam lemah umumnya
digunakan untuk pemisahan basa kuat atau zat ionik multifungsi seperti protein atau
peptida. Zat tersebut tertahan kuat pada penukar kation asam kuat, sementara resin
asam kuat lebih disukai terutama untuk campuran yang kompleks. (Soebagio, 2005)
Penukar basa kuat dapat digunakan di atas rentangan pH 0 s/d 12, sedangkan
resin penukar basa lemah hanya di atas rentangan pH 0 s/d 9. Golongan penukar basa
lemah tidak akan melepaskan asam yang sangat lemah, tetapi akan lebih disukai
untuk asam kuat yang mungkin tertahan oleh resin basa kuat seperti sulfonat.
(Soebagio, 2005)
Ada dua cara untuk melaksanakan penukaran ion, yaitu cara “unggun” (bath
exchange) dan cara penukaran dalam kolom. Cara pertama jarang digunakan, oleh
karena itu pembicaraan difokuskan pada cara kedua, yaitu penukaran di dalam kolom.
Ada persesuaian antara proses penukaran ion di dalam kolom –enukar ion
dengan proses kromatografi partisi cair-cair. Seperti halnya pada kolom kromatografi
akan terjadi juga banyak sekali proses kesetimbangan secara bersamaan. Untuk
memahami proses yang terjadi, maka dibayangkan bahwa di dalam kolom tersebut
terdapat lapisan-lapisan imajiner (pelat-pelat teori) tempat terjadinya proses
kesetimbangan. Oleh karena itu konsep pelat teori yang dikembangkan oleh Martin
dan Synge pada kromatografi partisi dapat diaplikasikan secara langsung dalam
kromatografi penukaran ion dengan beberapa perubahan terminologi.
Secara kuantitatif afinitas resin penukar ion terhadap ion-ion yang ditukar
dinyatakan dengan besaran angka banding distribusi (D) sebagai berikut:
VR = VM + K.VS, dengan;
VR = Volume retensi komponen X
VM = Volume fasa gerak dalam kolom
K = Koefisien distribusi komponen X antara fasa gerak dan fasa diam
VS = Volume fasa diam dalam kolom
Bila tR adalah waktu retensi, dan F adalah laju alir fasa gerak dalam kolom, maka V R
= tR × F. Selain itu VS dapat pula dinyatakan dalam bentuk lain yaitu VR = VM (1 +
k’), dimana k’ = factor kapasitas. (Soebagio, 2005)
a) Pemurnian
Salah satu pemakaian terpenting penggunaan kromatografi penukar ion adalah
untuk membebaskan ion-ion yang berasal dari garam-garam yang terdapat di
dalam air (air bebas ion = deionized eater = pemurnian air). Pembuatan air
sering disebut juga aqua demineralization memberikan keuntungan besar bagi
para analis kimia untuk menganalisis zat-zat kimia yang konsentrasinya
berada dalam ukuran mikro atau ultra mikro (konsentrasi analitnya berada
pada satuan konsentrasi ppm atau ppb).
b) Pemekatan
Bahan-bahan ionic yang berada dalam konsentrasi sangat rendah (konstituen
renik = trace) seringkali dapat dipekatkan dengan kolom penukar ion dan
kemudian mengelusinya dengan pengelusi yang cocok. Pemekatan unsure-
unsur renik dari air laut dilakukan dengan cara ini.
c) Pemisahan analitik
Penggunaan terpenting kromatografi penukar ion adalah untuk pemisahan
analitik. Di samping untuk pemisahan asam-asam amino dan ion-ion logam,
kromatografi penukar ion yang digunakan untuk memisahkan anion-anion dan
ion-ion logam alkali dan alkakli tanah.
Analisis kuantitatif penukar ion dari ion-ion pada tingkatan konsentrasi ppm,
dapat dilakukan menggunakan teknik otomatis kromatografi ion yaitu
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Dasar dari pertukaran ion terletak pada perbedaan daya adsorbsi spesies-spesies
ion oleh kromato rafi ion yang bersifat stoikiometri.
2. Hal-hal yang mempengaruhi pertukaran ion adalah pH, kecepatan aliran,
konsentransi ion terlarut dan tinggi media penukar ion.
3. Kromatografi penukar ion terbagi menjadi dua yaitu kromatografi penukar
kation dan kromatografi penukar kation.
4. Dalam regenarasi resin penukar ion digunakan regeneran yang sesuai dengan
senyawa yang dipertukarkan.
3.2. Saran
1. Perlu untuk memahami prinsip dasar dari kromatografi penukar ion serta
karakteristik senyawa yang akan dipisahkan sehingga dapat melakukan analisis
dengan metode kromatografi penukar ion pada proses pemisahan dan
pemurnian.
2. Sebelum melakukan analisis penukar ion dengan menggunakan kromatografi
penukar ion diperhatikan faktor- faktor yang mempengaruhi pertukaran ion.
DAFTAR PUSTAKA
Alimin, Muh. Yunus dan Irfan Idris. 2010. Kimia Analitik. Makassar: Alauddin
Press.
Basset, J., dkk. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta:
EGC.
Christian, G.D. 2004. Analytical Chemistry 6th edition. Washington: John Wiley and
Sons Inc.
Day, R. A dan A.L Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Lestari, Diyah Erlina dan Setyo Budi Utomo. Karateristik Kinerja Resin Penukar Ion
Pada Sistem Air Bebas Mineral (GCA 01) RSG-GAS (Seminar Nasional III
SDM Teknologi Nuklir, Yogyakarta 21-22 November 2007).