Anda di halaman 1dari 3

Kekuasaan memiliki beberapa definisi menurut beberapa ahli, diantaranya :

”Kekuasaan adalah potensi untuk mempengaruhi orang lain” (Bass, 1990)


”Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, dan kemampuan
untuk mengatasi (bertahan dari) pengaruh orang lain yang tidak diinginkan” (Wagner dan
Hollenbeck, 2005).
”Kekuasaan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi perilaku orang
lain, sehingga orang lain tersebut akan berperilaku sesuai dengan yang diharapkan
oleh orang yang memiliki kekuasaan” (Robbins dan Judge, 2007). Kekuasaan mengandung
suatu potensi/kemampuan yang belum tentu efektif jika dilaksanakan, dan suatu hubungan
ketergantungan. Bisa saja seseorang memiliki suatu kekuasaan namun tidak digunakan oleh
orang tersebut. Jadi kekuasaan merupakan suatu kemampuan atau potensi yang tidak akan
terjadi jika tidak digunakan oleh orang yang memilikinya. Kekuasaan juga merupakan suatu
fungsi ketergantungan. Semakin besar ketergantungan Y kepada X, maka akan semakin besar
kekuasaan X dalam hubungan tersebut. Jadi ketergantungan didasarkan pada alternatif yang
dipersepsikan oleh Y dan pentingnya alternatif yang ditempatkan oleh Y untuk dikendalikan
oleh X.
Oleh karena itu, seseorang hanya dapat memiliki kekuasaan atas diri orang lain, jika ia dapat
mengendalikan sesuatu yang diinginkan oleh orang lain tersebut.
Konsep kepemimpinan dan kekuasaan mempunyai hubungan yang erat. Bahkan ser-
ingkali orang menganggap bahwa kepemimpinan adalah identik dengan kekuasaan.
Memang seorang pemimpin dapat menggunakan kekuasaannya sebagai alat untuk
mencapai tujuan pribadinya maupun kelompoknya, namun sebetulnya kepemimpinan
dan kekuasaan memiliki perbedaan. Perbedaannya terletak pada (Robbins dan Judge,
2007, dan pendapat penulis sendiri):
1. Kesesuaian tujuan. Kekuasaan tidak membutuhkan kesesuaian tujuan, hanya
ketergantungan, sedangkan kepemimpinan membutuhkan kesesuaian tujuan antara pemimpin
dengan orang yang dipimpinnya.
2. Arah dari pengaruh. Kepemimpinan berfokus pada pengaruh atasan/pemimpin terhadap
bawahannya (downward influence), dan meminimalkan pentingnya bentuk pengaruh ke
samping dan ke atas (lateral and upward influence). Sedangkan kekuasaan selain berfokus
pada pengaruh terhadap bawahan, juga berfokus pada pengaruh erhadap atasan maupun
kepada sesama teman yang berada pada tingkat yang sama.
3. Cara Implementasinya. Kepemimpinan lebih menekankan pada cara atau gaya
kepemimpinan yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan. Sedangkan kekuasaan, lebih
memfokuskan diri pada taktik-taktik untuk mendapatkan kesepakatan.
4. Pemilik kekuasaan. Kepemimpinan lebih merupakan kekuasaan yang dimiliki secara
individual, sedangkan kekuasaan, bukan hanya dapat dimiliki oleh individu tertentu, namun
juga dapat dimiliki oleh beberapa atau sekelompok orang.
Terdapat beberapa sumber kekuasaan yang dimiliki seseorang, diantaranya :
1. Kekuasaan keahlian (expert power) Kekuasaan ini ada sebagai akibat dari keahlian
atau kepakaran yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Kekuasaan ini didasarkan pada
pengetahuan, keahlian, kecakapan dan kemampuan seseorang dalam suatu bidang
tertentu.
2. Kekuasaan legitimasi (legitimate power) Seseorang akan memiliki kekuasaan
legitimasi bila orang tersebut memiliki jabatan tertentu. Semakin tinggi jabatan yang
dimiliki, maka semakin besar kekuasaan atau pengaruh yang dimilikinya. Seorang
pemimpin yang memiliki kekuasaan legitimasi tinggi akan cenderung untuk
mempengaruhi orang lain karena dia merasakan memiliki hak atau wewenang yang
diperoleh dari jabatan dalam suatu organisasi.
3. Kekuasaan referensi (referent power) Kekuasaan referensi adalah kekuasaan yang
dimiliki oleh pemimpin karena pemimpin tersebut memiliki karisma atau kepribadian
yang menarik. Dengan demikian pemimpin yang memiliki kepribadian menarik akan
mampu memengaruhi bawahannya.
4. Kekuasaan penghargaan (reward power) Kekuasaan penghargaan adalah kekuasaan
yang dimiliki pemimpin bersumber dari kemampuan pemimpin untuk memberikan
hadiah, penghargaan atau upah kepada bawahannya sehingga semangat kerja
bawahannya bisa meningkat.
5. Kekuasaan paksaan (coercive power) Kekuasaan paksaan adalah kekuasaan yang
dimiliki oleh seorang pemimpin karena pemimpin tersebut memiliki posisi yang
sangat
kuat. Kekuasaan ini bertentangan dengan kekuasaan penghargaan karena kekuasaan
penghargaan memberikan hadiah atau penghargaan sedangkan kekuasaan paksaan
memberikan hukuman (punishment) atas kinerja yang buruk dari bawahannya. Setiap
pemimpin tentu harus berhati-hati dalam menggunakan kekuasaan ini karena pada
prinsipnya tidak ada orang yang menginginkan mendapatkan hukuman.
Dalam kasus ini seorang pemimpin menginginkan perubahan dalam organisasinya sesuai
dengan tuntutan lingkungan eksternalnya, namun masih ada banyak bawahan yang
menentangnya dan tidak setuju dengan apa yang akan dilakukan oleh pemimpin
organisasi. Dan dalam hal ini sang pemimpin harus memiliki wewenang dan kekuasaan
dalam megambil keputusan yang ada karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap
organisasi kedepannya. Jenis kekuasaan yang dapat digunakan oleh pemimpin tersebut
adalah kekuasaan yang bersumber pada Kekuasaan legitimasi (legitimate power), yaitu
seseorang akan memiliki kekuasaan legitimasi bila orang tersebut memiliki jabatan
tertentu. Semakin tinggi jabatan yang dimiliki, maka semakin besar kekuasaan atau
pengaruh yang dimilikinya. Dan dalam hal ini seorang pemimpin yang memiliki jabatan
tinggi dapat mengatur sekaligus mengambil keputusan yang ada dan diinginkan olehnya
selama keputusan tersebut dapat membawa organisasi untuk menuju lebih baik dan
berkembang di masa yang akan datang.
SUMBER REFERENSI :
Marianti, M. M. (2011). Kekuasaan dan taktik mempengaruhi orang lain dalam organisasi.
Jurnal Administrasi Bisnis, 7(1).
Yudiaatmaja, F. (2013). Kepemimpinan: Konsep, Teori Dan Karakternya. Media Komunikasi
FPIPS, 12(2).

Anda mungkin juga menyukai