Anda di halaman 1dari 61

PERMasalahan Tata Letak Fasilitas

Graph Based Construction Methods (GBCM)

Dr. Desti Riminarsih


Dr. Ricky Agus Tjiptanata, S.T., S.Si., M.M.
Permasalahan Tata Letak Fasilitas
1. Penentuan lokasi relatif di antara sejumlah fasilitas yang
diberikan.
Masalah tata letak
fasilitas adalah 2. Mengatur fasilitas area dengan diberikan ukuran total
masalah pada ruang yang berbeda, yang dapat dibatasi dengan ukuran
industri yang panjang atau lebar area dengan cara meminimalkan total
meminimalkan biaya penanganan material biaya dan slack area cost.
pengangkutan
material seperti: 3. Tata letak fasilitas adalah masalah optimasi yang mencoba
membuat tata letak yang lebih efisien dengan
memperhatikan berbagai interaksi antara fasilitas dan
sistem penanganan material saat merancang tata letak.

4. Merancang tata letak fasilitas untuk meningkatkan efisiensi.


Permasalahan Tata Letak Fasilitas
▪ Keputusan tata letak akan mempengaruhi aliran bahan, biaya
transportasi di pabrik, pemanfaatan peralatan, serta
produktivitas umum dan efektivitas bisnis.
▪ Biasanya tata letak direncanakan untuk meminimalkan kriteria
tertentu:
▪ total waktu perjalanan,
▪ total biaya,
▪ total penundaan, dan lain-lain.

▪ Ada juga situasi di mana tata letak dapat dirancang untuk


memaksimalkan kriteria:
▪ memaksimalkan kualitas,
▪ fleksibilitas, atau
▪ pemanfaatan ruang.
Permasalahan Tata Letak Fasilitas

Masalah Tata Letak Fasilitas melibatkan lokasi departemen (atau bagian) di


dalam fasilitas dan pengaturan orang dan peralatan di dalam setiap
departemen.

Permasalahan:
Bagaimana menempatkan setiap departemen ke lokasi tertentu di fasilitas

Tujuan:
Menghasilkan Block Plan yang menunjukkan posisi relatif dari semua
departemen
Metode Penyelesaian
Permasalahan Tata Letak Fasilitas
AHP (Analytical Hierarchy Process)
SLP (Systematic Layout Planning )
QAP (Quadratic Assignment Problem)

ALDEP (Automated Layout and Design Program)


GBCM (Graph Based Construction Methods)
CRAFT (Computerized Relative Allocation of Facilities Techniques)
QLA (Qualitative Layout Analysis)
Graph Based Construction Methods (GBCM)
Metode Konstruksi Berbasis Graf

Tahap-tahap Metode Konstruksi Berbasis Graf


A. Konstruksi graf yang mewakili
ketetanggaan

B. Konversi ke tata letak blok

C. Evaluasi tata letak blok


Tahap-tahap Metode Konstruksi Berbasis Graf

A. Konstruksi graf pilih sepasang departemen dengan bobot


1 terbesar
yang mewakili
ketetanggaan pilih departemen ketiga berdasarkan
2 jumlah bobot relatif terhadap dua
departemen yang sudah dipilih (yang
terbesar)
pilih departemen keempat berdasarkan
3
memaksimalkan nilai ke tiga departemen
pertama dalam graf
tambahkan departemen memaksimalkan
4 nilai ke muka graf hingga semua
departemen telah ditambahkan ke graf
Graph Based Construction Methods (GBCM)
Metode Konstruksi Berbasis Graf
B. Konversi ke tata letak blok
1. Pastikan bahwa graf yang terbentuk pada tahap A adalah
graf planar.
2. Gambarkan tata letak blok

C. Evaluasi tata letak blok


Menentukan total bobot pada graf yang terbentuk
Graph Based Construction Methods (GBCM)
Metode Konstruksi Berbasis Graf
Contoh 1:
• FTC (From To Chart) atau Tentukan tata letak blok berdasarkan
disebut juga travel From-to-chart berikut :
chart adalah sebuah teknik
Dep 1 2 3 4 5
konvensional yang secara
umum digunakan dalam 1 60 100 50 0
perencanaan pabrik dan
2 40 65 30
material handling dalam
suatu proses produksi 3 80 0
4 10
5
Bobot layout Bobot layout
Dep 1 2 3 4 5 (a) (b)
1 60 100 50 0 Busur Bobot Busur Bobot
2 40 65 30 Apakah sudah
maksimum??
1-2 60 1-2 60
3 80 0
1-4 50 1-3 100
4 10
1-5 0 1-5 0
5
2-4 65 2-3 40
(a) (b) 3-4 80 2-4 65
8 6 8
3-5 0 3-4 80
3 4 2 4 3
0 5 0 0
5 6 6 4 100 5
4-5 10 3-5 0
0 1 0 0 5 0 0
0 6 265 345
5 0 1 2 1
0
Graph Based Construction Methods (GBCM)
Metode Konstruksi Berbasis Graf
Contoh 2:
Diketahui From-to-chart berikut
A. Konstruksi graf berdasarkan
Dep 1 2 3 4 5
From-to-chart
1 60 100 50 0
Langkah 1
2 40 65 30 pilih dua departemen (pasangan
3 80 0 departemen) dengan bobot terbesar,

4 10
1 3
5
A.Konstruksi graf Langkah 2
berdasarkan From-to-chart • Pilih departemen ke 3 yang akan masuk dalam
graf, dengan menjumlah bobot departemen yang
belum terpilih dengan departemen 1 dan 3
• Pilih pasangan yang mempunyai nilai terbesar

1 3
2 60 40 100
Langkah 1 4 50 80 130
5 0 0 0

100
1 3 4

50 80

100
1 3
A.Konstruksi graf berdasarkan
Langkah 1 Langkah 2 4
From-to-chart
100
50 80
1 3
100
1 3

Langkah 3
• Memilih departemen yang belum terpilih 4
dalam graf
• Jumlahkan bobot departemen yang belum 65 80
50
terpilih dengan departemen 1,3 dan 4
60 2 40
1 3 4
2 60 40 65 165 100
1 3
5 0 0 10 10
A.Konstruksi graf berdasarkan Langkah 2 Langkah 3
From-to-chart
Langkah 1

Langkah 4
• Karena tinggal departemen 5 yang belum masuk grafik, maka
ditentukan bidang yang akan menjadi tempat departemen 5

1-2-3 1-2-4 1-3-4 2-3-4 4


5 0+30+0=30 0+30+10=40 0+0+10=10 30+0+10=40
10
Bidang segitiga 50 65 80
5
yang terbentuk:
1–2–3 30 2
0 40
1–2–4
1–3–4
2–3–4 60
100
1 3
Langkah 3 Langkah 4
B. Konversi ke Langkah 1 Langkah 2
tata letak blok

• Konversi ke tata letak blok 10 65 80


setelah seluruh departemen 30
telah masuk pada graf, seperti 5 2
50
hasil pada langkah 4
0 60 40

100
1 3
B. Konversi ke tata letak blok
B. Konversi ke tata letak blok C. Evaluasi tata letak blok

Bobot layout (c)


4
Busur Bobot
Menyusun ulang 1-2 60
block layout
5 2 berdasarkan graf 1–3 100
kedekatan
3 1–4 50
1-5 0
1
2-3 40
2-4 65
Block Layout (Tata letak blok) 2-5 30
3–4 80
4-5 10
435
Bobot layout Bobot layout Bobot layout (c)
(a) (b) Busur Bobot
Busur Bobot Busur Bobot 1-2 60
1-2 60 1-2 60 1–3 100
1–4 50
1-4 50 1-3 100
1-5 0
1-5 0 1-5 0 2-3 40
2-4 65 2-3 40 2-4 65
Apakah sudah 3-4 80 2-4 65 2-5 30
maksimum??
3-5 0 3-4 80 3–4 80
4-5 10 3-5 0 4-5 10

265 345 435


Contoh 2: Permasalahan Tata letak fasilitas pada Industri Furniture
(U. Tarigan, G.Y. Herdita, dan U.P.P. Tarigan)

• Total momen jarak


perpindahan, hasil
perhitungan yang didapat
adalah 3.422.846 meter/bulan.

Desain ulang tata letak untuk


menurunkan total momen jarak
perpindahan
Contoh 2: Permasalahan Tata letak fasilitas pada Industri Furniture
(U. Tarigan, G.Y. Herdita, dan U.P.P. Tarigan)
Diketahui From-to-chart berikut

Graf dan tata letak blok


Contoh 2: Permasalahan Tata letak fasilitas pada Industri Furniture
(U. Tarigan, G.Y. Herdita, dan U.P.P. Tarigan)
Graf dan tata letak blok
Contoh 2: Permasalahan Tata letak fasilitas pada Industri Furniture
(U. Tarigan, G.Y. Herdita, dan U.P.P. Tarigan)

Hasilnya adalah total


momen perpindahan yang
diperoleh sebesar
926.263,69 meter per bulan.
Contoh 2: Permasalahan Tata letak fasilitas pada Industri Furniture
(U. Tarigan, G.Y. Herdita, dan U.P.P. Tarigan)

Total momen jarak perpindahan, Total momen jarak perpindahan,


hasil perhitungan yang didapat Hasil adalah total momen
adalah 3.422.846 meter/bulan. perpindahan yang diperoleh
sebesar 926.263,69 meter/bulan.
Contoh 3:
Usulan Perbaikan Tata Letak Pabrik Di Pt. A Dengan Metode Graph Theoretic Approach
Budi, E. S, Mulyono, J., Dewi, D.R.S., (2014)
• PT.A merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur.
• Pasa PT.A terdapat 16 departemen dan tata letak awal sebagai berikut:

Layout awal memiliki total


momen perpindahan
sejumlah 2.409.663,0894
kg.m.

Desain ulang tata letak


untuk menurunkan total
momen perpindahan
Tabel From To Chart dari 16 Departemen

• Tabel ini sebagai dasar penyusunan layout baru


• Langkah pertama adalah memilih pasangan departemen
dengan bobot terbesar, yaitu pasangan 14 dan 16.
Langkah 1 Langkah 4

Langkah 14

Langkah 2

Langkah 5
Langkah 3

Maximal Planar Adjacency Graph (PAG)


Maximal Planar Adjacency Graph (PAG)

Maximal Planar Adjacency Graph (PAG) beserta bobotnya


Maximal Planar Adjacency Graph (PAG)

Dual dari Maximal Planar Adjacency Graph (PAG)


Usulan Tata Letak Fasilitas
Layout awal memiliki total persentase minimasi Layout usulan memiliki total
momen perpindahan sejumlah 47,9323 % momen perpindahan sejumlah
2.409.663,0894 kg.m. 1.155.006,2603 kg.m
Graph Based Construction Methods (GBCM)
Metode Konstruksi Berbasis Graf
Kelemahan Metode GBCM

1. skor kedekatan tidak memperhitungkan jarak, juga tidak


memperhitungkan jarak selain departemen yang berdekatan
2. meskipun ukuran dipertimbangkan dalam metode ini, dimensi
spesifik tidak, panjang antara departemen yang berdekatan juga
tidak dipertimbangkan
3. konstruksi graf harus menghasilkan graf planar, yang busurnya
tidak berpotongan

4. tata letak akhir sangat sensitif terhadap penetapan bobot dalam


bagan hubungan
Contoh Penelitian lain yang
terkait
Teknik Arsitektur
✓Construction of Architectural Floor Plans for Given Adjacency
Requirements
Konstruksi Dari Rencana Arsitektur Lantai
Untuk Persyaratan Kedekatan Yang Diberikan
http://papers.cumincad.org/data/works/att/caadria2020_068.pdf

Computer-Aided Architectural Design Research in Asia


Untuk sebagian besar masalah desain arsitektur, ada submasalah
matematika yang mendasari, mereka mungkin perlu mempertimbangkan
untuk menghasilkan layout arsitektur. Salah satu submasalah ini adalah
untuk memenuhi batasan kedekatan untuk mendapatkan tata letak awal.
Tapi di literatur, tidak ada prosedur matematika yang dapat mengatasi
persyaratan kedekatan yang diberikan, yaitu tidak ada alat untuk
menghasilkan denah lantai yang sesuai dengan setiap kedekatan yang
diberikan graf (planar) (ada algoritma untuk membangun denah lantai untuk
graf segitiga planar saja). Dalam makalah ini, kami akan menyajikan sebuah
algoritma yang akan menghasilkan denah lantai yang sesuai dengan yang
diberikan graf planar. Tujuan yang lebih besar dari penelitian ini adalah
untuk mengembangkan alat user-friendly yang dapat menghasilkan berbagai
tata letak awal yang sesuai dengan graf yang diberikan, yang dapat
dimodifikasi lebih lanjut oleh arsitek/desainer.
Salah satu tugas utama dalam sebagian besar proses desain arsitektur
adalah membangun tata letak sambil memenuhi batasan kedekatan
yang diberikan. Sangat mudah untuk melihatnya bahwa kendala
kedekatan perlu diatasi dengan menggunakan alat matematika saja,
khususnya teori graf. Bahkan kita bisa memikirkan untuk membuat tata
letak hanya jika kita tahu ada tata letak untuk batasan kedekatan yang
diberikan (disana mungkin atau mungkin tidak ada denah lantai yang
sesuai dengan graf kedekatan yang diberikan). Oleh karena itu,
pembuatan tata letak awal dapat dilihat sebagai masalah matematika
yang sulit dan jika ditangani, itu bisa menjadi alat yang berguna bagi
para arsitek.
Graf planar yang dapat digambarkan pada suatu bidang disebut graf
bidang, yang membagi bidang tersebut menjadi komponen-komponen
terhubung yang disebut region/daerah. Daerah tak terbatas disebut
region tak terbatas. Kecuali region tak terbatas, semua region lainnya
adalah region terbatas. Graf planar G dikatakan segitiga jika semua
regionnya berbentuk segitiga. Jika hanya region terbatasnya yang
berbentuk segitiga, dan region tak terbatasnya adalah berbentuk region
dengan panjang k, dimana k > 3, maka G disebut graf segitiga dalam.
Denah lantai yang bersesuaian dengan graf G adalah poligon tertutup
di mana setiap simpul G diganti dengan komponen poligonnya yang
disebut ruangan. Dua ruang dalam denah lantai dikatakan
bersebelahan jika mereka berbagi dinding atau sebagian darinya, di
mana dinding ruangan mengacu pada tepi yang membentuk
keliling/perimeternya.
Urutan dari graf planar Gn yang simpulnya dinotasikan dan diurutkan
sebagai v1, v2, . . . ..vn adalah pengurutan kanonik dari Gn jika kondisi
berikut berlaku, ketika 1<k<n.
• Gk adalah graf segitiga dalam dan bipartisi.
• (v1, v2) adalah ruas terluar dari Gk.
• Setiap simpul mengatakan vk+1 di mana k+1  n harus bertetangga
dengan paling sedikit dua simpul dari Gk sedemikian sehingga
membentuk sebuah siklus yang memiliki paling sedikit satu sisi yang
terletak pada sisi luar Gk+1.
Kedekatan Horisontal dan Vertikal
Kedekatan Horisontal: Dua ruang adalah dekat secara horisontal jika
dan hanya jika terdapat sebuah ruas horisontal yang menghubungkan
keduanya.

Kedekatan Vertikal: Dua ruang adalah dekat secara vertikal


jika dan hanya jika terdapat sebuah ruas vertikal yang
menghubungkan keduanya.
Kasus 1:
Sebuah penggambaran 2 dimensi dari graf bidang adalah gambar
dimana semua simpulnya digambarkan sebagai kotak persegi panjang
dan ruas/sisinya digambarkan sebagai ruas garis horisontal atau sebagai
ruas garis vertikal.

Graf Input graf segitiga dalam pengurutan kanonik dari Graf


Langkah-langkah penggambaran 2 dimensi
dari graf bidang

penggambaran 2 dimensi
Langkah-langkah penggambaran 2 dimensi
dari graf bidang

1
1
2

penggambaran 2 dimensi
Langkah-langkah penggambaran 2 dimensi
dari graf bidang

3
1
1
2

penggambaran 2 dimensi
Langkah-langkah penggambaran 2 dimensi
dari graf bidang

3
1
1
2 4

penggambaran 2 dimensi
Langkah-langkah penggambaran 2 dimensi
dari graf bidang

3
1
1
2 4

penggambaran 2 dimensi
Langkah-langkah penggambaran 2 dimensi
dari graf bidang

3 5
1
1
2 4

penggambaran 2 dimensi
Langkah-langkah penggambaran 2 dimensi
dari graf bidang

5
1 3
1

2 4

penggambaran 2 dimensi
Ekspansi Horisontal dan Vertikal
Ekspansi Horisontal :
Hapus ruas garis horisontal dengan memperluas setiap ruang Ri,
dimana lebih baik dari kanan ke kiri untuk mempertahankan persegi
panjang ruang. Tata letak alternatif bisa diperoleh dengan
memperluas kotak/ruang ke kiri.

Ekspansi Vertikal :
Hapus ruas garis vertikal dengan memperluas Ri, dimana lebih baik
dari atas ke bawah untuk mempertahankan persegi panjang ruang.
Contoh Ekspansi Horisontal dan Vertikal

penggambaran 2 dimensi ekspansi horisontal ekspansi vertikal


Kasus 2:

penggambaran 2 dimensi

Graf Input
Kasus 2:
Proses ke-1

penggambaran 2 dimensi

1
1 1
2
Graf Input
Kasus 2:
Proses ke-2

1 penggambaran 2 dimensi
3
1
1

1
2
Graf Input
Kasus 2:
Proses ke-3

1
4

1 1 penggambaran 2 dimensi
1 3

1
2
Graf Input
Kasus 2:
Proses ke-4

1
4

1 1 penggambaran 2 dimensi
1 3 1
5

12

Graf Input
Kasus 2:
Proses ke-5

1
4

1 1 penggambaran 2 dimensi
1 16
3 1
5

12

Graf Input
Kasus 2:
Proses ke-6

1
4
1
7

1 1
1 3
penggambaran 2 dimensi
16
1
5

12

Graf Input
Kasus 2:
Proses ke-7
18

1
4

1
7

1
1
1
3
penggambaran 2 dimensi
16
1
5

12

Graf Input
Kasus 2:
Proses ke-8
18

1
4

1
7
1
1

1
3
penggambaran 2 dimensi
16
1
5

12

Graf Input
Ekspansi Horisontal dan Vertikal

penggambaran 2 dimensi ekspansi horisontal ekspansi vertikal


Referensi
1. Robin S. Liggett, “Automated facilities layout: past, present and future,” Elsevier Science B.V. All rights
reserved, Automation in Construction 9 2000 197–215.
2. S. P. Singh. R. R. K. Sharma, “A review of different approaches to the facility layout problems,” A review of
different approaches to the facility layout problems 28 September 2004 / Accepted: 9 March 2005/ Published
online: 12 November 2005.
3. Yaya S. Kusumah, "METODE KONSTRUKSI UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH TATA LETAK
FASILITAS,"Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 2 No. 2 , hal.8-17, Desember 2001,
4. Hassan, M. M. D., and Hogg, G. L., (1991). On constructing a block layout by graph theory, International
Journal of Production Research, 29, 1263-1278.
5. Irvine, S. A., and Rinsma-Melchert, I., (1997). A new approach to the block layout problem, International
Journal of Production Research, 35(8), 2359-2376.
6. Nitish D.Patil, Jaivesh Gandhi, dan Vivek Deshpande. "Techniques for Solving Facility Layout Problem: A
Survey,"Afro - Asian International Conference on Science, Engineering & Technology AAICSET-2015.
7. U. Tarigan, G.Y. Herdita, dan U.P.P. Tarigan, "Redesign of Facility Layout with Graph Method and Genetic
Algorithm in Wood Manufacturing Plant,"IOP Conf. Series: Journal of Physics: Conf. Series 1230 (2019)
012046
8. Budi, E. S, Mulyono, J., Dewi, D.R.S., (2014) . Usulan Perbaikan Tata Letak Pabrik Di Pt. A Dengan Metode
Graph Theoretic Approach. Jurnal Ilmiah Widya Teknik, 13(1), 39 – 49.
9. Facility Layout 3, tersedia: https://slideplayer.com/slide/9400090/
10. Chapter six, Computational Facility Layout, tersedia: https://slideplayer.com/slide/3236428/
11. http://papers.cumincad.org/data/works/att/caadria2020_068.pdf

Anda mungkin juga menyukai