Anda di halaman 1dari 1

Rekap Hasil Diskusi Kenaikan Suhu Global Dan Penyakit Emerging

Resisten/Genetik
Perubahan iklim yaitu kenaikan suhu global dapat mempengaruhi insiden dari
penyakit yang ditularkan vektor melalui efeknya pada empat karakteristik dasar
dari host dan populasi vektor yang berhubungan dengan penularan phatogen ke
manusia. Empat hal tersebut adalah distribusi geografis, kepadatan populasi,
prevalensi infeksi oleh phatogen, dan beban pathogen pada host dan vektor.
Kenaikan suhu dan kelembapan sebagai pola yang berhubungan dengan perubahan
iklim akan berdampak lebih jauh pada kesehatan dengan berubahnya ekologi dari
bermaca, penyakit yang ditularkan melalui vektor seperti malaria, dengue,
chikungunya, Japanese encephalitis, Kala Azar, dan filariasis.

Pemanasan global yang terjadi menyebabkan perubahan iklim dan cuaca di


seluruh dunia. Sebagian belahan dunia menjadi lebih kering, dan sebagian lagi
menjadi lebih basah. Sebagian dunia ada yang menjadi lebih panas dan sebagian
lagi menjadi lebih dingin. Semua itu mempengaruhi spesies yang hidup didalamnya,
khususnya nyamuk yang sangat peka terhadap perubahan cuaca yang terjadi
secara cepat. Perubahan iklim serta kenaikan suhu global secara tidak langsung
akan mempengaruhi distribusi, populasi, serta kemampuan nyamuk dalam
menyesuaikan diri. Salah satu contoh yaitu Nyamuk Aedes sebagai vektor penyakit
demam berdarah dengue (DBD) hanya berkembang biak pada daerah tropis yang
temperaturnya lebih dari 16 derajat celsius dan pada ketinggian kurang dari 1.000
meter di atas permukaan air laut. Akan tetapi sekarang nyamuk tersebut telah
banyak ditemukan pada daerah dengan ketinggian 1.000–2.195 meter di atas
permukaaan air laut. Pemanasan global menyebabkan suhu beberapa wilayah
cocok untuk berkembangbiaknya nyamuk Aedes, dimana nyamuk ini dapat hidup
optimal pada suhu antara 24-28 derajat celsius. Karena itu mudah dipahami bahwa
perubahan iklim karena pemanasan global memperluas ruang gerak nyamuk Aedes
sehingga sebaran daerahnya menjadi lebih luas. Perluasan sebaran daerah ini akan
meningkatkan risiko terjangkitnya penyakit.

Dampak yang ditimbulkan akibat penyakit berbasis lingkungan ini meliputi


kepanikan, kerugian ekonomi, menelan banyak korban, dan lain sebagainya.
Penyakit Emerging ini dapat meluas dengan cepat, sehingga kewaspadaan dini
serta sensitivitas terhadap adanya potensi kejadian yang diperkirakan meluas, amat
diperlukan. Dampak yang ditimbulkan dari sebuah penyakit baru sulit diprediksi
namun diketahui bisa sangat bermakna, karena pada saat penyakit baru itu
menyerang manusia, mungkin hanya sedikit kekebalan yang dimiliki manusia atau
bahkan tidak ada sama sekali. Terdapat faktor yang mempercepat kemunculan
penyakit baru, yaitu yang memungkinkan agen infeksi berkembang menjadi bentuk
ekologis baru agar dapat menjangkau dan beradaptasi dengan inang yang baru,
serta agar dapat menyebar lebih mudah di antara inang-inang baru. Faktor-faktor itu
antara lain urbanisasi dan penghancuran habitat asli (memungkinkan manusia dan
hewan hidup lebih dekat); perubahan iklim dan ekosistem; perubahan dalam
populasi inang reservoir atau vektor serangga perantara; dan mutasi genetik
mikroba. Serta Pemanasan global membuat lapisan ozon bumi semakin menipis,
sehingga ozon sudah tidak dapat menyaring sinar matahari yang jatuh ke bumi.
Sedangkan, sinar matahari mengandung sinar ultraviolet. Sinar matahari yang paling
berbahaya adalah sinar matahari yang mengandung UVA dan UVB karena dapat
merusak sel kulit manusia.

Anda mungkin juga menyukai