Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

TRILOGI KEPEMIMPINAN

OLEH:
IRINDA YULSI
NPM. 2210005534187

DOSEN PENGAMPUH
Dr. ELFIANTO YUSUF, M.Si.

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TAMANSISWA
PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan

rahmat, hidayah, dan kemudahan dalam penyelesaian makalah yang berjudul “

Trilogi Kepemimpinan” pada mata kuliah Ketamansiswaan.

Ucapan terima kasih kepada Dr. Elfianto Yusuf, M.Si. sebagai dosen

pengampuh mata kuliah ketamaniswaan yang telah banyak memberikan

bimbingan, nasihat dan motivasi sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh

karena itu, diharapkan kritik dan saran yang membantu untuk penyempurnaan

makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Padang, 10 Januari 2023

Irinda Yulsi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN. .......................................................................... 1


1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................ 2
1.3 Tujuan............................................................................ .............. 3

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 4


2.1 Filosofi trilogi kepemimpinan...................................................... 4
2.2 Trilogi kepemimpinan ................................................................. 6
2.2.1 Ing ngarsa sung tuladha....................................................... 8
2.2.2 Ing madya mangun karsa ................................................... 11
2.2.3 Tut wuri handayani ............................................................. 13
2.3 Implementasi Trilogi Kepemimpinan............................................

BAB III PENUTUP .................................................................................... 14


3.1 Kesimpulan .................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA. ................................................................................ 15


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknologi yang semakin maju memberikan tantangan terhadap masyarakat

Indonesia untuk terus mengikuti perkembangan teknologi. Namun, disisi lain jika

prinsip perkembangan teknologi ini tidak diimplementasikan dengan baik, maka

akan berdampak terhadap nilai moral dan etika masyarakat Indonesia. Hal ini

terbukti dengan maraknya perilaku seperti korupsi, kolusi dan nepotisme. Untuk

menimilasir perilaku tersebut, perlu adanya pemimpin yang dapat mengendalikan

dan menggerakan masyarakat dalam menghadapi tantangan, sehingga setiap

kemajuan teknologi dapat memberikan efek yang positif bagi masyarakat.

Kepemimpinan adalah sebuah kemampuan atau kekuatan di dalam diri

seseorang untuk memimpin dan mempengaruhi orang lain dalam hal bekerja,

dengan tujuan untuk mencapai target yang telah ditentukan. Menurut Sudarwan

(2010), kepemimpinan pada dasarnya merupakan kemampuan yang dimiliki

seseorang untuk membina, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan orang

lain agar bekerjasama untuk membimbing mengarahkan dan menggerakkan orang

lain untuk mencapai tujuan. Karakter pemimpin harus bersifat memandu,

memantau, memberikan motivasi, membimbing dan membangun jaringan yang

lebih baik, sehingga mereka yang dipimpin dalam rangka membawa kemajuan

organisasi atau lembaga yang dipimpinnnya dapat bekerja dengan baik.

Berdasarkan budaya Jawa ajaran filsafat kepemimpinan memiliki empat

ajaran, dimana ajaran tersebut adalah Hasta Brata, Wulang Reh, Tripana, dan

Dasa Darma Raja. Hasta Brata terdiri atas kata Hasta yang berarti delapan dan
Brata yang berarti sifat baik. Delapan sifat alam ini mewakili simbol kearifan dan

kebesaran Sang Pencipta, yaitu; sifat bumi, sifat matahari, sifat bulan, sifat

samudra, sifat bintang, sifat angin, sifat api, dan sifat air. Hasta Brata merupakan

salah satu ajaran kepemimpinan yang populer saat ini khususnya konsep

kepemimpinan Ki Hajar Dewantara atau dikenal dengan Trilogi Kepemimpinan.

Menurut Wijayanti (2019) trilogi kepemimpinan berdasarkan prinsip Ki

Hajar Dewantara dapat diukur berdasarkan tiga aspek, yaitu Ing ngarsa sung

tuladha, Ing madya mangun karso, Tut wuri handayani. Ketiga aspek ini jika

diimplemantasikan bagi pemimpin maka tujuan organisasi dapat tercapai dengan

baik. Konsep gaya kepemimpinan telah disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara,

dan substansi dari gaya kepemimpinan yang banyak diteliti sekarang ada di dalam

dimensi Kepemimpinan Trilogi. Untuk itu sangat penting untuk dikaji perannya

dalam meningkatkan prilaku inovatif baik secara langsung maupun melalui iklim

berbagi pengetahuan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membahas secara

rinci terkait trilogi kepemimpinan serta impelmentasinya dalam kehidupan sehari-

hari.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana filosofi trilogi kepemimpinan ?

2. Apa saja faktor yang mempengaruhi keberhasilan trilogi kepemimpinan?

3. Apa saja jenis trilogi kepemimpinan?

4. Bagaimana konsep masing-masing trilogi kepemimpinan?


5. Bagaimana implementasi trilogi kepemimpinan dalam kehidupan sehari-

hari?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui filosofi trilogi kepemimpinan

2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi trilogi kepemimpinan

3. Mengetahui jenis trilogi kepemimpinan

4. Mengetahui konsep masing-masing trilogi kepemimpinan

5. Mengetahui implementasi trilogi kepemimpinan dalam kehidupan sehari-

hari.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Filosofi Trilogi Kepemimpinan

Filsafat kepemimpinan memiliki empat ajaran, dimana ajaran tersebut

adalah hasta brata, wulang reh, tripana, dan dasa darma raja. Kepemimpinan

hasta brata, tidak hanya diajarkan melalui sastra tulis, melainkan juga melalui seni

pertunjukan. Terdapat dua jenis tradisi seni pertunjukan yang menjadi media

pertunjukan yakni berupa naskah, dan seni pertunjukan dalam bentuk pagelaran

wayang kulit (Suratno, 2006). Jika dahulu ajaran hasta brata diperuntukan para

raja, atau penguasa yang akan memipim sebuah kerajaan, namun karena

pergesaran waktu ajaran hastabrata telah menjadi ajaran bagi para pemimpin masa

sekarang.

Implikasinya seorang pemimpin mulai pemimpin di tingkat pusat sampai

daerah perlu meledani watak delapan atau sifat delapan benda alam. Artinya

setiap seseorang pemimpin hendaknya juga mampu menjadi matahari, mampu

menjadi bulan, mampu menjadi bintang, mampu menjadi bumi, mampu menjadi

air, mampu menjadi api, mampu menjadi angin dan mampu menjadi samudra bagi

orang yang dimpinnnya.

Seiring perkembangannya juga, pola kepemimpinan hasta brata juga

memunculkan pola kepemimpinan baru, yakni pola kepemimpinan Ki Hajar

Dewantara yang dikenal dengan nama trilogi kepemimpinan Ki Hajar Dewantara.

Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 28 November 1959 ditetapkan sebagai

“Pahlawan Nasional”. Tanggal 16 Desember 1959, pemerintah menetapkan

tanggal lahir Ki Hadjar Dewantara tanggal 2 Mei sebagai “Hari Pendidikan


Nasional” berdasarkan keputusan Presiden RI Nomor: 316 tahun 1959.12 sebagai

tokoh nasional yang dihormati dan disegani baik oleh kawan maupun lawan, Ki

Hadjar Dewantara sangat kreatif, dinamis, jujur, sederhana, konsisten, konsekuen

dan berani. Wawasan beliau sangat luas dan tidak berhenti berjuang untuk

bangsanya hingga akhir hayat. Perjuangan beliau dilandasi dengan rasa ikhlas

yang mendalam, disertai rasa pengabdian dan pengorbanan yang tinggi dalam

mengantarkan bangsanya ke alam merdeka (Haryadi,1989)

Ki Hadjar Dewantara mengembangkan sistem kepemimpinan melalui

Perguruan Taman Siswa yang mengartikan pendidikan sebagai upaya suatu

bangsa untuk memelihara dan mengembangkan benih turunan bangsa itu. Sistem

pendidikan Ki Hadjar Dewantara itu dikembangkan berdasarkan lima asas pokok

yang disebut Pancadarma Taman Siswa yang meliputi asas kemerdekaan atau

kebebasan, asas kodrat alam, asas kebudayaan, asas kebangsaan dan asas

kemanusiaan

Trilogi Kepemimpinan Ki Hajar Dewantara yang dimaksud adalah ing

ngarsa sung tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani. Trilogi

kepemimpinan dicetuskan oleh Ki Hadjar Dewantara merupakan dasar yang

penting bagi seorang pemimpin. Bukan hanya tentang wibawa atau ketegasan,

memimpin bearti memberi motivasi dan inspirasi bagi anggotanya. Trilogi

tersebut ialah ing ngraso sung tuladha (di depan memberi teladan), ing madya

mangun karsa (di tengah membangun kehendak atau niat), dan tut wuri handayani

(dari belakang memberikan dorongan).

Konsep kepemimpinan merupakan konsep yang memiliki peran sentral

dalam mengelola perubahan (Pangesti et al,. 2013). Konsep kepemimpinan trilogi


diutarakan oleh Ki Hadjar Dewantara. Teori kepemimpinan trilogi terdiri dari tiga

unsur ”ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”

(didepan memberikan tauladan, didalam atau masyarakat membangun tekad atau

kehendak dan dibelakang selalu memberi dorongan dengan memerdekakan untuk

berkreatifitas dengan tetap memberi kekuatan).

Konsep kepemimpinan trilogi unsur pertama ”ing ngarso sung tuladha”

memiliki arti yang sangat luas yang menggambarkan bentuk atau ciri-ciri dari

pemimpin yang menjadi panutan dari bawahannya, begitu pula unsur yang kedua

dan yang ketiga. Unsur-unsur dari kepemimpinan trilogi akan efektif jika

disesuaikan dengan bentuk dan sifat dari suatu organisasi. Dari ketiga unsur

kepemimpinan trilogi setidaknya masing-masing unsur tadi dibentuk dari

beberapa ciri khas. Trilogi kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara bersumber dan

berakar dari budaya bangsa Indonesia yang terkenal dengan lemah lembut serta

berbudi pekerti.

2.2. Trilogi Kepemimpinan

Trilogi Kepemimpinan menurut Ki Hajar Dewantaar terdiri dari Ing

ngarsa sung tulodho, Ing madya mangun karso, Tut wuri handayani. Ing Ngarso

Sung Tulodho yang berarti bahwa seseorang pemimpin harus mampu melalui

sikap dan perbuatannya menjadikan dirinya pola panutan dan di ikuti orang yang

dipimpinnya (Hasibuan, 2008). Secara umum yang dimaksud keteladanan yaitu

setiap saat atau setiap kesempatan menjadi contoh atau suri tauladan. Pamong

senantiasa diharapkan untuk selalu bertutur kata dan bertingkah laku baik untuk

menjadi panutan bagi orang yang dipimpinnya (Boentarsono, 2012).


Ing Madyo Mangun Karso artinya seorang pemimpin harus mampu

membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang

dibimbingnya (Hasibuan, 2008). Hal ini sejalan dengan konsep kepemimpinan

secara umum, yakni pemimpin idealnya dapat menyatupadukan orang-orang yang

berbeda-beda motivasinya tersebut dengan motivasi yang sama.

Tut Wuri Handayani berarti bahwa seseorang pemimpin harus mampu

mendorong orang-orang yang diasuhnya agar berani berjalan didepan dan

sanggup bertanggung jawab (Hasibuan, 2008). Hasil implementasi tut wuri

handayani di dunia pendidikan kepala sekolah mampu memberikan dukungan

moril kepada guru dalam mengabdi sebagai pendidik, sehingga hal ini juga

menginspirasi guru untuk mendukung siswa dari belakang agar mereka berhasil

dalam menempuh pendidikannya. Salah satu tugas pokok pimpinan memang

memberikan inspirasi dan motivasi bagi setiap anggota yang dipimpinnya.

Unsur-unsur dari kepemimpinan trilogi akan efektif jika disesuiaikan

dengan bentuk dan sifat dari suatu organisasi. Ketiga unsur kepemimpinan trilogi

setidaknya masing-masing unsur tadi dibentuk dari beberapa ciri khas. Trilogi

kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara bersumber dan berakar dari budaya bangsa

Indonesia yang terkenal dengan lemah lembut serta berbudi pekerti. Berikut

digambarkan tentang kepemimpinan trilogi beserta unsur dan ciri-cirinya yang

bersumber dari budaya Indonesia:


Gambar 1. Unsur-unsur kepemimpinan (Prayekti, 2018)

2.2.1 Ing Ngarsa Sung Tuladha


Ing Ngarso Sung Tuladha memiliki arti bahwa sebagai seorang pemimpin

ketika berada di depan harus dapat menjadi contoh bagi yang dipimpinnya,

menerapkan pendidikan tanpa sebuah hukuman, dengan harapan anggota dapat

berkembang dengan sendirinya bukan karena suatu paksaan. Ajaran Ki Hajar

Dewantara yang pertama ini menggambarkan situasi dimana seorang pemimpin

bukan hanya sebagai orang yang berjalan di depan, namun juga harus menjadi

teladan bagi orang-orang yang mengikutinya (Suparti, 2013).

Ing ngarsa sung tulodha, bahwa seorang pemimpin haruslah memberikan

tauladan yang baik bagi orang yang dipimpinnya. Selalu bertindak dan bertutur

kata yang bisa memberikan contoh yang baik yang bisa merangsang para

orangyang dipimpinnya untuk bersikap seperti pemimpinnya. Pemimpin harus

selesai dengan dirinya sendiri yang kemudian ini terefleksikan dalam keteladanan
terhadap orang-orang disekitarnya. Inilah prinsip pertama yang harus dimiliki oleh

seorang pemimpin. Keteladanan menjadi sebuah hal yang penting karena akan

berpengaruh pada tingkat kepercayaan orang-orangyang dipimpinnya terhadap

dirinya. Ibarat magnet ia harus mampu menarik partikel-partikel disekitarnya

untuk bisa diajak bersinergi mencapai sebuah visi.

Anggoro dan Mundilarno (2020), telah melakukan penelitian tentang

implementasi trilogi kepemimpinan Pendidikan Ki Hajar Dewantara di SDN 2

Sanden Bantul Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan implementasi trilogi

kepemimpinan pendidikan Ki Hadjar Dewantara di SD N 2 Sanden sudah berjalan

sesuai dengan asas kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara. Kepala sekolah dan

guru sudah melaksanakan serta memberikan contoh langsung kepada siswa.

Faktor penghambat proses implementasi trilogi kepemimpinan pendidikan

Ki Hadjar Dewantara di SD N 2 Sanden yaitu sosialisasi trilogi kepemimpinan

pendidikan Ki Hadjar Dewantara masih kurang efektif, pengaruh perkembangan

zaman dan lingkungan luar kurang mendapat minat masyarakat dan adanya sistem

kuota dalam penerimaan siswa baru. Faktor pendukung proses implementasi

trilogi kepemimpinan pendidikan Ki Hadjar Dewantara di SD N 2 Sanden yaitu:

adanya trilogi kepemimpinan tamansiswa, sarana dan prasarana sekolah yang

mendukung, adanya pengembangan keahlian dalam bidang teknologi informasi,

adanya mata pelajaran Budi Pekerti dan pendekatan dengan guru secara

kekeluargaan.

Selain faktor pendukung, penerapan ing ngarso sung tuladha juga

mengalami sejumlah kendala seperti latar belakang pimpinan dan anggota yang

berbeda-berbeda, perbedaan kapasitas sumber daya manusia (SDM) (pemimpin


dan anggota) serta kendala teknis seperti banyaknya kegiatan lain yang

menyebabkan terlambat masuk dan terkadang tidak optimal saat melakukan

aktivitas di organisasi.

Menurut Nugroho (2017), beberapa faktor yang menjadi hambatan dalam

menerapkan trilogi kepemimpinan Ki Hajar Dewantara yaitu meliputi sumber

daya manusia sarana dan prasarana yang disediakan. Guna mengatasi berbagai

kendala tersebut, beberapa solusi dapat dilakukan seperti dengan melakukan

pendekatan psikologis pada setiap anggota yang sering telat baik dengan

memberikan nasihat ataupun teguran dari teguran keras hingga tindakan tegas jika

anggota tersebut masih mengulanginya.

Penerapan ing ngarso sung tuladha ternyata juga memberikan sejumlah

manfaat. Penerapan ing ngarso sung tuladha bermanfaat dalam meningkatkan

profesionalisme serta membangun akhlak setiap anggota selaras dengan visi dan

misi organisasi. Selain itu, penerapan Ing Ngarso Sung Tuladha juga

memudahkan anggota dalam meniru berbagai perilaku positif dari pemimpin.

Penerapan ing ngarso sung tuladha juga bermanfaat bagi terciptanya karakter

yang mampu menghadapi tantangan global untuk menentukan keberhasilan cita-

citanya. Hal ini sejalan dengan salah satu fungsi trilogi Ki Hajar Dewantara, yakni

sebagai sarana mengembangkan potensi kodrati anak (tut wuri handayani)

(Boentarsono, 2012).

2.2.2 Ing Madya Mangun Karsa

Asas kepemimpinan ing madya mangun karsa memiliki arti bahawa

seorang pemimpin ketika berada di tengah-tengah anggotanya, pemimpin di


harapkan dapat menumbuhkan semangat bagi anggotanya (Suparti, 2013). Ing

madya mangun karsa artinya seorang pemimpin harus mampu membangkitkan

semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang dibimbingnya

(Hasibuan, 2008). Hal ini sejalan dengan konsep kepemimpinan secara umum,

yakni pemimpin idealnya dapat menyatupadukan orang-orang yang berbeda-beda

motivasinya tersebut dengan motivasi yang sama.

Ing madya mangun karsa, artinya pemimpin haruslah bisa bekerjasama

dengan orang yang dipimpinnya. Sehingga semua pekerjaan yang dilakukan akan

terasa mudah atau ringan dan akan makin mempererat hubungan antara pemimpin

dan anggota, namun tidak melanggar etika jalur kepemimpinan. Selain itu

pemimpin harus bisa memposisikan diri ditengah-tengah masa yang dipimpinnya.

Memposisikan diri dalam konteks secara fisik ataupun secara fungsional.

Pemimpin harus bisa hadir ditengah-tengah orang yang dipimpinnya untuk

memberikan gelora semangat sehingga bisa menggerakkan mereka untuk

mencapai visinya. Tak hanya itu saja, ia harus hadir secara fungsional artinya

seorang pemimpin juga mampu bekerja ditengah-tengah orang yang dipimpinya.

Inilah titik perbedaan antara seorang bos dan pemimpin, kalau seorang bos ia

hanya memerintah orang yang dipimpinnya, namun seorang pemimpin harus

mampu bekerja bersama dan bisa menginternalisasikan semangat kerjanya kepada

orang-orang disekitarnya (Astuti et al.2018).

Penerapan asas kepemimpinan ing madya mangun karsa yang dilakukan

dilakukan dengan cara memberikan dukungan kepada anggota oleh pemimpin

agar dapat meningkatkan kinerja dalam mengemban tugas dan tanggung jawab.

Penerapan ing madya mangun karsa bermanfaat dalam memotivasi anggota agar
mendukung tercapainya visi dan misi organisasi. Anggota juga merasa

mendapatkan penghargaan dari pemimpin karena telah berkontribusi bagi

kemajuan organisasi. Berdasarkan konsep menyatakan bahwa cara pemimpin

mempengaruhi bawahan dapat ditempuh dengan memberikan motivasi, memberi

bimbingan, memberi keyakinan mendorong kearah kemajuan, serta memberi

penghargaan (Handoko, 2001).

Wijayanti (2019), juga telah melakukan penelitian tentang implementasi

trilogi kepemimpinan (Ki Hadjar Dewantara) di Madrasah Tsanawiyah. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa Implementasi trilogi kepemimpinan Ki Hajar

Dewantara di Madrasah Tsanawiyah Al Iman Bulus Purworejo tahun 2018 sudah

berjalan sesuai dengan asas kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara, yakni ing

ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso dan tut wuri handayani.

Implementasi trilogi kepemimpinan tersebut tercermin dari kepala sekolah yang

rutin melakukan pembinaan guru dalam rapat guru yang diselenggarakan sebulan

sekolah, serta kepala sekolah dan guru yang sudah melaksakan serta memberikan

contoh langsung kepada siswa.

Faktor-faktor yang mendukung implementasi trilogi kepemimpinan

meliputi adanya sarana dan prasarana sekolah yang mendukung, adanya

pengembangan keahlian dalam bidang teknologi informasi, adanya kegiatan

pesantren yang membangun budi pekerti siswa dan pendekatan dengan guru

secara kekeluargaan. Hasil implementasi ing ngarso sung tuladha dalam kategori

baik dengan skor 94,3%. Hasil implementasi Ing Madya Mangun Karsa dalam

kategori baik dengan skor 78,7%. Hasil implementasi tut wuri handayani dalam

kategori baik dengan skor 85%.


2.2.1 Tut Wuri Handayani

Tut wuri handayani berarti bahwa pemimpin harus sanggup memberi

kemerdekaan kepada para pengikutnya dengan perhatian sepenuhnya untuk

memberikan petunjuk dan pengarahan jika kemerdekaan yang diberikan akan

membahayakan dari para anggota. Pimpinan menerapkan asas kepemimpinan tut

wuri handayani dengan memperhatikan perkembangan anggota dalam

menjalankan tugasnya serta memotivasi anggota agar memiliki etos kerja yang

baik seperti disiplin diri yang baik (Suparti, 2013). Penerapan tut wuri handayani

ternyata juga memberikan sejumlah manfaat yaitu kepedulian pimpinan kepada

bawahan dengan memotivasi mereka. Penerapan tut wuri handayani dengan baik

karena beberapa faktor pendukung, yakni sumber daya manusia yang berkualitas.

Tut wuri handayani yaitu memberi kesempatan kepada orang yang

dipimpinnya untuk maju. Memberikan ilmu-ilmu dan bekal-bekal yang akan

menambah wawasan dan kepintaran anggota. Inilah fungsi seorang pemimpin

sebagai motivator, pemimpin mampu mendorong kinerja orang-orang

di lingkungannya.

Tut wuri handayani meberikan konsep bahwa seseorang pemimpin harus

mampu mendorong orang-orang yang diasuhnya agar berani berjalan didepan dan

sanggup bertanggung jawab (Hasibuan, 2008). Salah satu tugas pokok pimpinan

memang memberikan inspirasi dan mendorong anggotaanggotanya bekerja

seefektif dan seefisien mungkin sehingga dapat menginspirasi setiap anggota agar

mampu berprestasi (Handayaningrat, 1999).


2.3. Impelmentasi Trilogi Kepemimpinan

Implementasi asas kepemimpinan Ing ngarso sung tuladha adalah seorang

pemimpin harus dapat menjadi panutan yang dapat dicontoh oleh bawahannya.

Pemimpin harus berdiri di depan dalam memberikan contoh nyata agardapat di

ikuti oleh bawahannya. Seorang pemimpin harus mampu menguasai bidang

pekerjaannya. Salah satu syarat menjadi pemimpin yang baik adalah tahu apa

yang harus dikerjakan dan bisa menjalankan pekerjaan itu, karena seorang

pemimpin akan menjadi figur yang dicontoh dan ditiru cara kerjanya. Selain dari

sisi pengetahuan teknis, kematangan pribadi dan sikap harus diperhatikan karena

tingkah laku sang pemimpin selalu menjadi perhatian bawahannya. Baik dari sisi

moral dan akhlak, pergaulan, bahkan kehidupan keluarganya pun akan menjadi

panutan bagi bawahannya.

Implementasi asas kepemimpinan ing madya mangun karsa adalah

membangun motivasi dan semangat berkarya adalah salah satu tugas seorang

pemimpin. Selain harus mampu membaca situasi dan keadaan perusahaannya,

pemimpin yang baik harus dapat mengelola SDM yang dimilikinya agar dapat

bekerja secara optimal. Membangun semangat kebersamaan (team building) dan

mengkomunikasikan kepada seluruh karyawan tentang visi,misi, dan nilai-nilai

perusahaan adalah hal wajib bagi pemimpin. Sampaikan target dan sasaran utama

dan langkah apa yang akan dijalankan, dan ajak seluruh karyawan untuk

mencapainya. Dengan membangun rasa kekeluargaan dan rasa memiliki

perusahaan, diharapkan seluruh karyawan akan bekerja sekuat tenaga dan berhati-

hati.
Implementasi asas kepemimpinan tut wuri handayani dengan memberikan

dorongan semangat dan memfasilitasi kebutuhan anggota untuk mencapai target

organisasi. Sehingga karyawan merasa dihargai oleh pimpinan. Bagaimanapun

yang paling sering turun ke lapangan dan bertemu dengan masyarakat lain adalah

para anggota. Pemimpin harus memenhi kebuthannya, berdayakan mereka dan

beri bekal dalam bentuk pelatihan. Jika anggota sudah mampu menjalankan tugas

dengan baik dan sesuai visi perusahaan atau organisasi, maka target dan sasaran

kerja dapat dicapai dengan maksimal.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Trilogi Kepemimpinan menurut Ki Hajar Dewantara merupakan dasar

yang penting bagi seorang pemimpin. Bukan hanya tentang wibawa atau

ketegasan, memimpin bearti memberi motivasi dan inspirasi bagi anggotanya.

Trilogi tersebut ialah ing ngraso sung tuladha (di depan memberi teladan), ing

madya mangun karsa (di tengah membangun kehendak atau niat), dan tut wuri

handayani (dari belakang memberikan dorongan).

Ing Ngarsa Sung Tulodha, bahwa seorang pemimpin harus memberikan

sauri tauladan yang baik bagi orang yang dipimpinnya. Ing madya

mangun karsa, artinya pemimpin haruslah bisa bekerja sama dengan orang yang

dipimpinnya. Sehingga semua pekerjaan yang adilakukan akan terasa mudah atau

ringan dan akan makin mempererat hubungan antara orang yang dipimpinnya dan

pimpinan, namun tidak melanggar etika jalur kepemimpinan. Tut wuri handayani

yaitu memberi kesempatan kepada orang yang dipimpinnya untuk maju.

Beberapa faktor yang menjadi hambatan dalam menerapkan trilogi

kepemimpinan menurt Ki Hajar Dewantara yaitu meliputi faktor intrinsik dan

ekstrinsik. Faktor instrinsik terdiri dari sumber daya manusia sarana dan prasarana

yang disediakan, sedangkan faktor ekstrinsik terdiri dari dukungan, sosial,

ekonomi dan lingkungan berada.

Beberapa solusi mengahadapi tantangan tersebut adalah dengan

mengembangkan sumber daya manusia melalui pelatihan, diklat pendidikan,

pemenuhan sarana dan prasarana, serta menumbuhkan kepedulian antara


pemimpin dengan anggota serta meningkatkan hubungan silatuhrahmi dan

kekeluargaan di dalam organisasi.


DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, D.T. dan Mundilarno. 2020. Implementasi Trilogi Kepemimpinan


Pendidikan Ki Hadjar Dewantara di SDN 2 Sanden Bantul Yogyakarta.
Jurnal USTYOGJA. 2(3): 470-481.

Astuti, Y.A., Nurjanah, S. Yunita, C., Ninda, I.A. 2018. Trilogi Kepemimpinan
Ketamansiswaan II. Fakultas Ekonomi. Universitas Sarjanawiyata
Tamansiswa. Yogyakarta.

Boentarsono, K. B. (2012), Taman siswa: Badan perjuangan kebudayaan dan


pembangunan masyarakat. Yogyakarta: Aditya Media.

Hariyadi, K.I (1989). Ki Hadjar Dewantara sebagai Pendidik, Budayawan,


Pemimpin Rakyat dalam Buku Ki Hadjar Dewantara dalam Pandangan
Para Cantrik dan Mentriknya. Yogyakarta: MLTS.

Hasibuan, Malayu, SP. (2008). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Bumi
Aksara

Nugroho, L. (2017). The Implementation of an Trilogi Educational Leadership to


Ki Hadjar Dewantara In Elementary School (Sd) Taman Muda Ibu
Pawiyatan Taman Siswa Of Yogyakarta. Jurnal Kebijakan Pendidikan. 3
(VI).

Pangesti, G. R., Tjahjono, H. K, dan Maryati, T. (2013). The influence of


transformational leadership, motivator factor, and hygiene factor toward
job satisfaction of Balai Besar Latihan Ketransmigrasian Yogyakarta.
Jurnal Bisnis Teori & Implementasi. 4 (1), 31-44.

Prayekti, 2018. Peran gaya kepemimpinan trilogi dalam meningkatkan budaya


inovatif dengan oeran mediasi knowledge sharing climate (studi pada
dosen perguruan tinggi swasta di wilayah kopertis V DIY. Jurnal
BisnisTeori dan Implementasi. 9(1): 13-21.

Suratno, Pardi . (2005). Sang Pemimpin Menurut Asthabrata, Wulang Reh,


Tripama, Dasa Darma Raja. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Wijayanti,W. 2019. Implementasi Trilogi Kepemimpinan (Ki Hajar Dewantara )


di Mmadrasah Tsanawiyah. Jurnal USTYOGJA. 2(2): 181-192.

Anda mungkin juga menyukai