Anda di halaman 1dari 13

PERSALINAN NORMAL DAN SECTIO CAESAREA

(Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan maternitas)

DOSEN PENGAMPU : Irisanna Tambunan, S,Kep.,Ners., M.KM.

Oleh

Shely Novia Nanda

191FK01114

Tingkat 2B

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2021

PERSALINAN NORMAL
A. Pengertian Persalinan Normal
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun apabila tidak
dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah & Hidayat, 2008).
Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir
cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu
(Mitayani, 2009).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2006).
B. Bentuk – Bentuk Persalinan
1. Persalinan Spontan : persalinan berlangsung oleh kekuatan ibu sendiri, melalui jalan
lahir
2. Persalinan Buatan : proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar
3. Persalinan Anjuran : kekuatan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan rangsangan
C. Etiologi Persalinan
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara pasti/jelas,
namun beberapa teori menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi
rahim, pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi (Hafifah, 2011)
1. Teori penurunan hormon
1 – 2 minggu sebelum partus dimulai, terjadi penurunan hormon progesterone dan
estrogen. Fungsi progesteron sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesteron
menurun.
2. Teori plasenta menjadi tua
Turunnya kadar hormon estrogen dan progesteron menyebabkan kekejangan
pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot rahim
sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4. Teori iritasi mekanik
Dibelakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus franterhauss). Bila ganglion
ini digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
5. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukkan dalam
kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi pemecah
ketuban, oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.
D. Manifestasi Klinis Persalinan Normal
Tanda-tanda permulaan persalinan adalah lightening atau settling atau dropping
yang merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida.
Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. Perasaan sering atau susah buang air
kencing karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin. Perasaan sakit
diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksikontraksi lemah di uterus (fase labor pain).
Servik menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah
(bloody show). (Hafifah, 2011) Tanda-tanda persalinan adalah
a. His Persalinan
1. Nyeri melingkar dari punggung memancar keperut depan.
2. Makin lama makin pendek serta makin kuat intervalnya.
3. Ketika dibawa berjalan bertambah kuat.
4. Mempunyai pengaruh pada pendataran dan pembukaan serviks.
b. Bloody Show
Bloody show atau lendir disertai darah dari jalan lahir dengan pendaratan dan
pembukaan, lendir dari canalis servikalis keluar disertai dengan sedikit darah.
Pendarahan yang sedikit disebabkan lepasnya selaput janin pada bagian bawah
segmen bawah rahim sehingga beberapa kapiler darah terputus.
c. Premature Rupture of Membrane
Keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari jalan lahir. Hal ini
terjadi akibat ketuban pecah atau selaput jalan robek. Ketuban biasanya pecah ketika
pembukaan telah lengkap atau hampir lengkap (Yanti, 2009).
E. Faktor Persalinan
1. Tenaga (Power)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot-otot
perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligament.
- His atau Kontraksi uterus
Kontraksi otot uterus dalam persalinan. Pada waktu kontraksi, otot rahim
menguncup sehingga menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantong
amnion ke arah segmen bawah rahim dan serviks. Perubahan terjadi akibat his
adalah pada uterus teraba keras/padat karena kontraksi. Tekanan hidrostatis air
ketuban dan tekanan intrauterine naik serta menyebabkan serviks menjadi
mendatar (affecement) dan terbuka (dilatasi).
- Kekuatan mengedan ibu
Penentu dalam tahap ini adalah proses mengejan ibu yang dilakukan
dengan benar, baik dari segi kekuatan maupun keteraturan. Ibu harus mengejan
sekuat mungkin seirama dengan instruksi yang diberikan. Biasanya ibu diminta
menarik napas panjang dalam beberapa kali saat kontraksi terjadi lalu buang
secara perlahan. Ketika kontraksi mencapai puncaknya, doronglah janin dengan
mengejan sekuat mungkin. Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil ketika kala
I pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktu kontraksi rahim/uterus.
2. Passenger (Janin, plasenta, dan air ketuban)
- Janin
Janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa
faktor, yakni kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin. Selama janin
dan plasenta berada dalam rahim belum tentu pertumbuhannya normal, kelainan
genetik dan kebiasaan ibu buruk dapat menjadikan pertumbuhannya tidak normal
- Plasenta
Plasenta berbentuk bundar atau oval, ukuran diameter 15-20 cm tebal 2-3
cm, berat 500-600 gr. Plasenta harus melewati jalan lahir sehingga bisa dianggap
bagian dari passenger yang menyertai janin. Plasenta biasanya terlepas dalam 4-5
menit setelah bayi lahir, mungkin pelepasan setelah bayi lahir. Dan selaput janin
menebal dan berlipat karena pengecilan dinding rahim karena ada kontraksi dan
retraksi rahim terlepas dan sebagian karena tarikan waktu plasenta lahir.
- Air ketuban
Amnion pada kehamilan aterm merupakan suatu membran yang kuat dan
ulet tetapi lentur. Amnion adalah jaringan yang menentukan hampir semua
kekuatan regangan membran janin yang mencegah ruptur atau robekan. Seiring
dengan pertambahan usia kehamilan, aktifitas organ tubuh juga mempengaruhi
cairan ketuban. Saat usia kehamilan >25 minggu, rata-rata air ketuban dalam
rahim 20 239 ml, yang kemudian meningkat menjadi 984 ml pada usia kehamilan
33 minggu (Elisabet Siwi Walyani, 2015).
- Jalan Lahir (passage)
Passage merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari
rongga panggul, dasar panggul, serviks, dan vagina
F. Proses Persalinan Normal
a. Kala I (kala pembukaan)
Berlangsung antara pembukaan nol sampai lengkap (10 cm). pada permulaan his
kala pembukaan yang berlangsung tidak begitu kuat sehingga ibu masih bisa
berjalan–jalan. Proses pembukaan serviks sebagai akibat his dibagi menjadi 2 fase,
yaitu :
1. Fase laten, berlangsung 7-8 jam, pembukaan sampai mencapai diameter 3 cm.
2. Fase aktif, berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 bagian fase, yaitu :
- Fase Akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
- Fase Dilatasi Maksimal (steady), dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung
sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
- Fase deselerasi, pembukaan lambat sekali (2 jam) dari 9 cm menjadi lengkap.
b. Kala II (kala pengeluaran)
Kala ini dimulai dengan pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Pada
pengeluaran janin, histerkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit
sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi tekanan otot
dasar panggul yang secara reflek menimbulkan mengedan. Karena tekanan pada
rectum, ibu merasa ingin buang air besar, anus terbuka saat ada his, kepala janin
mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum menonjol dengan his, serta dipimpin
mengedan maka lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada
primigravida 1½ -2 jam dan multigravida ½-1 jam.
c. Kala III
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5–10 menit. Dimulai segera
setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30
menit. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang
tebal 2 kali dari sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan
pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong ke
dalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis
atau fundus uteri seluruh proses biasanya berlangsung 5-10 menit setelah bayi lahir.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran lendir kira-kira 100-200 cc (Dewi
Setiawati, 2013).
d. Kala IV
Kala IV untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling sering
terjadi pada 2 jam pertama. Pada saat proses persalinan berlangsung, ada beberapa hal
yang harus diamati, diawasi oleh tenaga kesehatan (bidan dan dokter) yaitu nyeri,
lama pembukaan, lama meneran, robekan perineum, lama pelepasan plasenta dan
volume perdarahan. Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam disebut
periode immediate postpartum. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah,
misalnya pendarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, teratur melakukan
pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan darah, dan suhu (Siti
Saleha, 2009).
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboraturium
Cairan yang keluar dari vagina diperiksa dengan tes Lakmus (tes nitrazin), jika
kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban atau bisa
melakukan pemeriksaan mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban
pada gelas objek dan dibiarkan kering.Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan
gambaran daun pakis (Hidayat, 2009:16).
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG untuk memeriksa oligohidramnion sangat membantu apabila
belum jelas tentang adanya tanda-tanda ketuban sudah pecah (Mustika, 2013:250)
H. Penatalaksanaan
1. Penanganan Umum
a. Lakukan evaluasi cepat keadaan ibu
b. Upaya melakukan konfirmasi umur kebersalinan bayi
2. Prinsip Penanganan
a. Coba hentikan kontraksi uterus atau penundaan kebersalinan, atau
b. Persalinan berjalan terus dan siapkan penanganan selanjutnya.
3. Pengobatan / penanganan
a. Tokolitik dengan menggunakan Magnesium Sulfat : dosis awal 4 gr IV
dilanjutkan dengan 1-3 gr/jam. Efeksamping yang ditimbulkan yaitu depresi
pernafasan, untuk antidatumnya berupa calsi gluconas. Golongan andregenic
untuk 30 merangsang reseptor pada otot polos uterus sehingga terjadi relaksasi
dan hilangnya kontraksi. Jenis obatnya yaitu Tarbutalin dengan dosis 0,25 mg
diberikan dibawah kulit setiap 30 menit maksimum 3 kali, atau Ritodin diberikan
secara infus intravena maksimum 0,35 mg/menit sampai 6 jam setelah kontraksi
hilang dengan dosis pemeliharaan secara oral 10 mg/oral diulang 2-3 kali/jam,
dilanjutkan tiap 8 jam sampai kontraksi hilang. Selain itu perlu membatasi
aktivitas atau tirah baring.
b. Pematangan paru janin dengan pemberian kortiko steroid diberikan pada umur
kebersalinan 34-38 minggu dan 24 jam sebelum persalinan, pemberian surfaktan.
c. Pemberian antibiotic Obat oral yang di anjurkan diberikan adalah eritromisin 3 x
500 mg selama 3 hari. Obat pilihan lain adalah ampisilin 3 x 500 mg selama 3
hari atau dapat menggunakan antibiotic lain seperti klindamisin. Tidak digunakan
pemberian ko-amoksiklaf karena resiko NEC.
d. Cara persalinan : Bila janin presentasi kepala, maka diperbolehkan partus
pervaginam bisa dilakukan episiotomy dari dengan menggunakan forcep
mengurangi trauma kepala dan melindungi kepala janin. Section caesarea tidak
memberikan prognosis yang lebih baik bagi bayi, bahkan merugikan ibu.
Prematuritas janganlah dipakai sebagai indikasi untuk melakukan section
caesarea. Oleh karena itu, SC hanya dilakukan atas indikasi obstetric. Pada
kebersihan letak sunsang 30-34 minggu, SC dapat dipertimbangkan. Setelah
kebersalinan lebih dari 34 minggu, persalinan dibiarkan terjadi karena morbiditas
dianggap sama dengan kebersalinan aterm.
e. Metode kanguru untuk merawat bayi premature : mampu memenuhi kebutuhan
asasi bayi berat lahir rendah dengan menyediakan situasi dan kondisi yang mirip
dengan rahim ibu, sehingga member peluang untuk dapat beradaptasi dengan
dunia luar (Saifuddin, 2009; Rukiyah, 2010)

I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa : Identitas Pasien dan penanggung jawab
b. Keluhan utama : klien akan mengeluh nyeri daerah pinggang menjalar ke perut,
adanya his yang makin sering, teratur, keluarnya lendir dan darah, perasaan selalu
ingin buang air kecil, bila buang air kecil hanya sedikit-sedikit. (Rohani, 2011)
c. Riwayat kesehatan : riwayat penyakit seperti DM, dll. Riwayat penyakit keluarga
dikaji untuk mengetahui adakah riwayat penyakit menurun atau menular, adakah
riwayat keturunan kembar atau tidak. (Wiknjosastro, 2009)
d. Riwayat penyakit sekarang : ibu hamil 38-42 minggu dgn tanda menjelang
persalinan yaitu nyeri daerah pinggang menjalar ke perut, his makin sering,
teratur, kuat, adanya show, kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
e. Riwayat penyakit sistemik : apakah ada penyakit jantung, hipertensi, DM, TBC,
hepatitis, penyakit kelamin
f. Riwayat penyakit keluarga : ada yang menderita penyakit menular seperti TBC
dan hepatitis, menurun seperti jjantung dan DM
g. Riwayat Obstetri
- Riwayat haid : amenorrhea (aterm 38-42 minggu), prematur kurang dari 37
minggu.
- Riwayat kebidanan : Ada gerakan janin, rasa pusing, mual muntah, dll Pada
primigravida berlangsung 13-14 jam dengan pembukaan 1 cm/ jam, sehingga
pada multigravida 8 jam dengan 2 cm/ jam.
- Riwayat keturunan kembar
h. Riwayat operasi, Riwayat perkawinan
i. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
- Kehamilan : berapa umur kehamilan ibu dan hasil pemeriksaan kehamilan
- Persalinan : Spontan atau buatan, lahir aterm atau prematur, ada perdarahan atau
tidak, waktu persalinan ditolong oleh siapa, dimana tempat melahirkan.
- Nifas : hasil akhir persalinan
j. Riwayat kehamilan sekarang : mengetahui apakah ibu resti atau tidak, meliputi :
- Hari Pertama Haid Terakhir: untuk mengetahui umur kehamilan
- Hari Perkiraan Lahir : Untuk mengetahui perkiraan lahir
- Keluhan-keluhan : apakah ada keluhan pada trimester I,II dan II
- Ante Natal Care (ANC) : Mengetahui riwayat ANC, teratur / tidak, tempat ANC,
dan saat kehamilan berapa
k. Riwayat KB : apakah sebelum kehamilan ini pernah menggunakan alat
kontrasepsi atau tidak, berapa lama penggunaan nya (Nursalam, 2013)
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Untuk mengetahui keadaan umum baik, sedang, jelek (Prawirohardjo,
2010). Pada kasus persalinan normal keadaan umum pasien baik (Nugroho,
2010). Untuk mengetahui tingkat kesadaran pasien composmentis, apatis,
somnolen, delirium, semi koma dan koma. Pada kasus ibu bersalin dengan
persalinan normal kesadarannya composmentis (Rohani, 2011)
b. Tanda vital
- Tekanan darah : mengetahui faktor resiko hipertensi dan hipotensi, normalnya
120/80 mmHg (Saifuddin, 2010)
- Nadi : Batas normalnya 69-100x/ menit (Taufan, 2014)
- Respirasi : Batas normalnya 12-22x/ menit (Taufan, 2014)
- Suhu : memungkinkan febris/ infeksi dengan menggunakan skala derajat celcius.
Suhu wanita saat bersalin tidak lebih dari 38°C (Wiknjosastro, 2009). Suhu tubuh
pada ibu bersalin dengan persalinan normal 38°C (Taufan, 2014).
c. Pemeriksaan fisik B1-B6
d. VT (pemeriksaan dalam) : untuk mengetahui keadaan vagina, portio keras atau
lunak, pembukaan servik berapa, penurunan kepala, UKK dan untuk mendeteksi
panggul normal atau tidak (Prawirohardjo, 2010).
3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut berhubungan dengan intensitas kontraksi
b. Defisit pengetahuan b.d kurang informasi mengenai penyebab dan akibat
persalinan
c. Ansietas b.d ketidak tahuan tentang situasi persalinan, nyeri pada persalinan

SECTIO CAESAREA

A. Pengertian SC
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding perut dan dinding perut dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin di atas 500 gram.
Sectio caesarea merupakan tindakan pembedahan yang bertujuan melahirkan bayi dengan
membuka dinding perut dan rahim ibu. Resiko atau efek sampingpada ibu setelah dilakukan
SC yaitu peningkatan insiden infeksi dan kebutuhan akan antibiotik, perdarahan yang lebih
berat, nyeri pasca operasi akibat insisi yang disebabkan oleh robeknya jaringan pada dinding
perut dan dinding uterus ibu (Simkin,dkk,2008).
B. Indikasi SC
SC dilakukan atas 3 indikasi yaitu faktor janin, kondisi fetus atau janin dalam kandungan
menunjukan kondisi yang mengarah pada section, yaitu karena infusiensi plasenta. Maka
keputusan persalinan dengan jalan SC dapat diambil sebelum terjadinya persalinan. Berbeda
ketika terjadi kelainan denyut jantung pada tes stres oksitosin dan pada perawataan mekonium
dalam cairan omnion keduanya adalah indikator yang sangat penting.
Janin Sungsang, janin sering berpindah posisi. Pada usia 34-36 minggu posisi janin cukup
tepat karena rongga rahim sudah semakin sempit bagi dirinya yang membesar. Posisi terbaik
saat akan lahir adalah kepala menghadap jalan lahir,sehingga saat akan lahir kepala akan
terdorong keluar dan selanjutnya bidan atau dokter akan mudah untuk mengeluarkan seluruh
anggota tubuh, (Indriati,2007). Distres janin. Perubahan tertentu pada kecepatan denyut
jantung janin dapat menunjukan adanya masalah pada bayi. Perubahan kecepatan jantung ini
dapat terjadi jika tali pusat tertekan atau berkurangnya aliran darah teroksogenasi ke plasenta.
Memantau respon kecepatan jantung janin terhadap rangsang kulit kepala atau menggunakan
pemantauan kejenuhan oksigen janin dapat membantu memberi perawatan mengetahui
apakah bayi mengopensasi keadaan ini dengan baik atau mulai mengalami efek kekurangan
oksigen, (Simkin 2008 hal. 278-280).
Faktor ibu, panggul sempit bila sudah dipastikan berpanggul sempit tidak ada jalan lain
kecuali operasi Sectio Caesarea, dengan catatan kehamilan sudah cukup bulan. Apabila
prematur tetapi bobotnya 1,8 kg bisa saja lahir tanpa harus caesar.
Plasenta menutupi jalan lahir. Pada kondisi normal plasenta atau ari-ari terletak dibagian
atas rahim. Akan tetapi, ada kalanya plasenta berada di segmen bawah sehingga menutupi
sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (plasenta previa). Persalinan macet (Distosia).
Penyebabnya pada 3P yakni power, passage, passenger, kemacetan pada bagian bahu. posisi
hamil tidak normal, misal karena lilitan tali pusat. Bila kemacetan terjadi saat janin sudah
keluar sebagian badannya, posisinya diubah dari luar dengan bantuan tangan, ini perlu segera
dilakukan. Apabila tidak bisa mengakibatkan gawat janin. Kematian janin didalam rahim.
Kematian janin dalam rahim umumnya terjadi pada minggu ke 20 sampai menjelang
kelahiran. Penyebabnya bisa ibu maupun janin.
C. Jenis - jenis SC
SC abdominalis dibagi menjadi 3 cara yaitu sectio caesarea klasik atau corporal dengan
insisi memanjang pada korpus uteri, SC ismika dengan insisi pada segmen bawah rahim, dan
SC ekstraperitonialis yaitu tanpa membuka peritonium parietalis, dengan demikian tidak
membuka cavum abdominal.
SC vaginalis, menurut sayatan pada rahim SC dapat dilakukan sayatan memanjang
(longitudinal), sayatan melintang (transversal), dan sayatan huruf T (tinsicion). SC klasik
dilakukan dengan \ sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm.
D. Komplikasi SC
Komplikasi pada ibu, infeksi pada bekas jahitan. Infeksi luka akibat persalinan caesar
beda dengan luka persalinan normal. Luka persalinan normal sedikit dan mudah terlihat
sedangkan luka operasi caesar lebih besar dan berlapis. Bila penyembuhan tak sempurna,
kuman lebih mudah menginfeksi sehingga luka akan menjadi parah.
Infeksi rahim akan terjadi jika ibu sudah mengalami infeksi sebelumnya misal mengalami
pecah ketuban dini. Saat dilakukan operasi rahim pun akan terinfeksi. Perdarahan tak bisa
dihindari dalam proses persalinan. Namun, darah yang hilang lewat operasi caesar 2x lipat
dibandingkan persalinan normal.
Komplikasi pada bayi tersayat karena habisnya air ketuban yang membuat volume ruang
didalam rahim menyusut akibatnya ruang gerak bayiberkurang dan lebih mudah terjangkau
pisau bedah. Jika pembedahan dilakukan tidak hati-hati bayi bisa tersayat di baguan kepala
atau bokong. Terlebihdinding rahim sangat tipis (Simkin Dkk. 2008).

E. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pertama mengkaji identitas pasien dan penanggung jawab, alasan dirawat, mengkaji
apakah ibu merasakan keluhan pada masa nifas, Kaji adanya sakit perut, perdarahan dan
kekuatan untuk bergerak. Kaji riwayat kesehatan ibu dan keluarga dan keadaan bayi saat
ini yang meliputi berat badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut dan lain-lain.
Pengkajian riwayat obsetri dan ginekologi yang meliputi kaji riwayat menstruasi.
Yang dimaksud dengan riwayat menstruasi adalah menarche, siklus banyak atau sedikit,
keluhan dan HPHT. Kaji juga riwayat pernikahan, riwayat persalinan. Lakukan
pemeriksaan fisik dari kepala meliputi: apakah adanya edema pada wajah, konjungtiva
pucat dan lain-lain. Pada leher, kaji adanya hiperpigementasi perlahan berkurang, kaji
pembesaran kelenjar tiroid, pembuluh limfe dan pembesaran vena jugularis.
Pada pengkajian payudara lakukan teknik inspeksi apakah payudara membesar, puting
susu mudah erektil, produksi kolostrum, serta kaji adanya massa atau pembesaran
pembuluh limfe. Pada abdomen kaji bising usus dalam 4 kuadran, konsistensi, kekuatan
kontraksi, posisi, tinggi fundus. Kaji adanya linea gravidarum, strie alba, albican.
Pengkajian genetalia, lakukan pmeriksaan uterus, kaji kondisi uterus sudah kembali
normal. Pemeriksaan lochea, (tipe, jumlah, bau, dan komposisi lochea). Pemeriksaan
serviks, kaji adanya edema, distensi, dan perubahan strukturinternal dan eksternal. Untuk
pemeriksaan vagina kaji adanya buruga, perubahan bentuk dan perubahan mukus normal.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d diskontiunitas jaringan.
b. Menyusui tidak efektif b.d kurang pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar.
c. Defisit pengetahuan atau tidak pernah mengenal dengan sumber informasi tentang cara
perawatan bayi.
d. Defisit perawatan diri b.d kelelahan sehabis bersalin.
e. Resiko infeksi b,d luka operasi.
f. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan sekunder terhadap proses pembedahan.

DAFTAR PUSTAKA
Oktavina, Sekar M. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Diagnosa Medis
“Persalinan Normal” Di Ruang Vk Rsud Bangil Pasuruan
Lazuarti, Selvy. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Partum Dengan Ketuban Pecah
Dini Yang Di Rawat Di Rumah Sakit
Sekarnita. (2017). Identifikasi Ibu Bersalin Yang Mengalami Perdarahan Post Partum Kota
Kendari Sulawesi Tenggara Tahun 2016
Welan, Marta G. (2019). Studi Kasus Asuhan Keperawatan Post Partum Sectio Caesarea Atas
Indikasi Gagal Induksi Pada Ny.E. Y. B Di Ruang Flamboyan Rsud Prof.W. Z. Yohanes
Kupang

Anda mungkin juga menyukai