Anda di halaman 1dari 21

Zaman Kejayaan dan Sebab-sebab Kemajuan Umat Islam

dalam Pengembangan IPTEK


A. Zaman Kejayaan dan Sebab-sebab Kemajuan Umat Islam dalam Pengembangan
IPTEK
Kaum muslimin, pernah memiliki kejayaan di masa lalu. Masa di mana Islam
menjadi trendsenter sebuah peradaban modern. Peradaban yang dibangun untuk kesejahteraan
umat manusia di muka bumi ini. Masa kejayaan itu bermula saat Rasulullah mendirikan
pemerintahan Islam, yakni Daulah Khilafah Islamiyah di Madinah. Di masa Khulafa as-
Rasyiddin ini Islam berkembang pesat. Sejarawan Barat beraliran konservatif, W Montgomery
Watt menganalisa tentang rahasia kemajuan peradaban Islam, ia mengatakan bahwa Islam tidak
mengenal pemisahan yang kaku antara ilmu pengetahuan, etika, dan ajaran agama.
Andalusia, yang menjadi pusat ilmu pengetahuan di masa kejayaan Islam, telah
melahirkan ribuan ilmuwan, dan menginsiprasi para ilmuwan Barat untuk belajar dari kemajuan
iptek yang dibangun kaum muslimin. Terjemahan buku-buku bangsa Arab, terutama buku-buku
keilmuan hampir menjadi satu-satunya sumber-sumber bagi pengajaran di perguruan-perguruan
tinggi Eropa selama lima atau enam abad.
Fakta sejarah menjelaskan antara lain, bahwa Islam pada waktu pertama kalinya memiliki
kejayaan, bahwa ada masanya umat Islam memiliki tokoh-tokoh seperti Ibnu Sina di bidang
filsafat dan kedokteran, Ibnu Khaldun di bidang Filsafat dan Sosiologi, Al-jabar dll. Islam telah
datang ke Spanyol memperkenalkan berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti ilmu ukur,
aljabar, arsitektur, kesehatan, filsafat dan masih banyak cabang ilmu yang lain lagi.
Kekhilafahan Abbasiyah tercatat dalam sejarah Islam dari tahun 750-1517 M/132-923 H.
Diawali oleh khalifah Abu al-’Abbas as-Saffah (750-754) dan diakhiri Khalifah al-Mutawakkil
Alailah III (1508-1517). Dengan rentang waku yang cukup panjang, sekitar 767 tahun,
kekhilafahan ini mampu menunjukkan pada dunia ketinggian peradaban Islam dengan pesatnya
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di dunia Islam. Di era ini, telah lahir ilmuwan-
ilmuwan Islam dengan berbagai penemuannya yang mengguncang dunia. Sebut saja, al-
Khawarizmi (780-850) yang menemukan angka nol dan namanya diabadikan dalam cabang ilmu
matematika, Algoritma (logaritma). Ada Ibnu Sina (980-1037) yang membuat termometer udara
untuk mengukur suhu udara. Bahkan namanya tekenal di Barat sebagai Avicena, pakar Medis
Islam legendaris dengan karya ilmiahnya Qanun (Canon) yang menjadi referensi ilmu
kedokteran para pelajar Barat. Tak ketinggalan al-Biruni (973-1048) yang melakukan
pengamatan terhadap tanaman sehingga diperoleh kesimpulan kalau bunga memiliki 3, 4, 5, atau
18 daun bunga dan tidak pernah 7 atau 9.
Pada abad ke-8 dan 9 M, negeri Irak dihuni oleh 30 juta penduduk yang 80% nya
merupakan petani. Hebatnya, mereka sudah pakai sistem irigasi modern dari sungai Eufrat dan
Tigris. Hasilnya, di negeri-negeri Islam rasio hasil panen gandum dibandingkan dengan benih
yang disebar mencapai 10:1 sementara di Eropa pada waktu yang sama hanya dapat 2,5:1. Ini
membuktikan bahwa ilmu pengetahuan dan pengembangannya berdampak cukup besar bagi
peradaban dan kesejahteraan umat pada masa itu.
Kecanggihan teknologi masa ini juga terlihat dari peninggalan-peninggalan sejarahnya.
Seperti arsitektur mesjid Agung Cordoba; Blue Mosque di Konstantinopel; atau menara spiral di
Samara yang dibangun oleh khalifah al-Mutawakkil, Istana al-Hamra (al-Hamra Qasr) yang
dibangun di Seville, Andalusia pada tahun 913 M. Sebuah Istana terindah yang dibangun di atas
bukit yang menghadap ke kota Granada. Masa kejayaan Islam, terutama dalam bidang ilmu
pengetahun dan teknologi, terjadi pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid. Dia adalah khalifah
dinasti Abbasiyah yang berkuasa pada tahun 786. Banyak lahir tokoh dunia yang kitabnya
menjadi referensi ilmu pengetahuan modern. Salah satunya adalah bapak kedokteran Ibnu Sina
atau yang dikenal saat ini di Barat dengan nama Avicenna.
Sebelum Islam datang, Eropa berada dalam Abad Kegelapan. Tak satu pun bidang ilmu
yang maju, bahkan lebih percaya tahayul. Dalam bidang kedoteran, misalnya. Saat itu di Barat,
jika ada orang gila, mereka akan menangkapnya kemudian menyayat kepalanya dengan salib. Di
atas luka tersebut mereka akan menaburinya dengan garam. Jika orang tersebut berteriak
kesakitan, orang Barat percaya bahwa itu adalah momen pertempuran orang gila itu dengan jin.
Orang Barat percaya bahwa orang itu menjadi gila karena kerasukan setan.
a. Kejayaan Islam Masa Dinasti Abbasiyah
Dinasti Abbasiyah adalah suatu dinasti (Bani Abbas) yang menguasai daulat (negara)
Islamiah pada masa klasik dan pertengahan Islam. Daulat Islamiah ketika berada di bawah
kekuasaan dinasti ini disebut juga dengan Daulat Abbasiyah. Daulat Abbasiyah adalah daulat
(negara) yang melanjutkan kekuasaan Daulat Umayyah. Dinamakan Dinasti Abbasiyah karena
para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Abbas (Bani Abbas), paman Nabi
Muhammad saw. Pendiri dinasti ini adalah Abu Abbas as-Saffah, nama lengkapnya yaitu
Abdullah as-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas.
Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai
dengan perubahan politik, sosial , dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan
pola politik itu, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima
periode:
1. Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia
Pertama.
2. Periode Kedua (232 H/847 M – 234 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki Pertama.
3. Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M, masa kekuasaan Dinasti Buwaih dalam
pemerintahan Khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia Kedua.
4. Periode Keempat (447 H/1055 M/ - 590 H/1194 M), masa kekuasaan Dinasti Saljuk
dalam pemerintahan Khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki
Kedua.
5. Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa Khalifah bebas dari pengaruh
dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad.
Dalam zaman Daulah Abbasiyah, masa meranumlah kesusasteraan dan ilmu
pengetahuan, disalin ke dalam bahasa Arab, ilmu-ilmu purbakala. Lahirlah pada masa itu sekian
banyak penyair, pujangga, ahli bahasa, ahli sejarah, ahli hukum, ahli tafsir, ahli hadits, ahli
filsafat, thib, ahli bangunan dan sebagainya.
Zaman ini adalah zaman keemasan Islam, demikian Jarji Zaidan memulai lukisannya
tentang Bani Abbasiyah. Dalam zaman ini, kedaulatan kaum muslimin telah sampai ke puncak
kemuliaan, baik kekayaan, kemajuan, ataupun kekuasaan. Dalam zaman ini telah lahir berbagai
ilmu Islam, dan berbagai ilmu penting telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Masa Daulah
Abbasiyah adalah masa di mana umat Islam mengembangkan ilmu pengetahuan, suatu kehausan
akan ilmu pengetahuan yang belum pernah ada dalam sejarah. Kesadaran akan pentingnya ilmu
pengetahuan merefleksikan terciptanya beberapa karya ilmiah seperti terlihat pada alam
pemikiran Islam pada abad ke-8 M. yaitu gerakan penerjemahan buku peninggalan kebudayaan
Yunani dan Persia.
Permulaan yang disebut serius dari penerjemahan tersebut adalah sejak abad ke-8 M,
pada masa pemerintahan Al-Makmun (813 –833 M) yang membangun sebuah lembaga khusus
untuk tujuan itu, “The House of Wisdom / Bay al-Hikmah”. Dr. Mx Meyerhof yang dikutip oleh
Oemar Amin Hoesin mengungkapkan tentang kejayaan Islam ini sebagai berikut: “Kedokteran
Islam dan ilmu pengetahuan umumnya, menyinari matahari Hellenisme hingga pudar cahayanya.
Kemudian ilmu Islam menjadi bulan di malam gelap gulita Eropa, mengantarkan Eropa ke jalan
renaissance. Karena itulah Islam menjadi biang gerak besar, yang dipunyai Eropa sekarang.
Dengan demikian, pantas kita menyatakan, Islam harus tetap bersama kita.” (Oemar Amin
Hoesin).
Adapun kebijaksanaan para penguasa Daulah Abbasiyah periode 1 dalam menjalankan
tugasnya lebih mengutamakan kepada pembangunan wilayah seperti: Khalifah tetap keturunan
Arab, sedangkan menteri, gubernur, dan panglima perang diangkat dari keturunan bangsa Persia.
Kota Bagdad sebagai ibukota, dijadikan kota internasional untuk segala kegiatan ekonomi dan
sosial serta politik segala bangsa yang menganut berbagai keyakinan diizinkan bermukim di
dalamnya, ada bangsa Arab, Turki, Persia, Romawi, Hindi dan sebagainya.
Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu hal yang sangat mulia dan berharga. Para
khalifah dan para pembesar lainnya membuka kemungkinan seluas-luasnya untuk kemajuan dan
perkembangan ilmu pengetahuan. Pada umumnya khalifah adalah para ulama yang mencintai
ilmu, menghormati sarjana dan memuliakan pujangga.
Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia diakui sepenuhnya. Pada waktu itu akal
dan pikiran dibebaskan benar-benar dari belenggu taklid, hal mana menyebabkan orang sangat
leluasa mengeluarkan pendapat dalam segala bidang, termasuk bidang aqidah, falsafah, ibadah
dan sebagainya.
Para menteri keturunan Persia diberi hak penuh untuk menjalankan pemerintahan,
sehingga mereka memegang peranan penting dalam membina tamadun/peradaban Islam. Mereka
sangat mencintai ilmu dan mengorbankan kekayaannya untuk memajukan kecerdasan rakyat dan
meningkatkan ilmu pengetahuan, sehingga karena banyaknya keturunan Malawy yang
memberikan tenaga dan jasanya untuk kemajuan Islam.
Diposkan oleh Asbar salim di Senin, Maret 30, 2015   
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Sebab-Sebab Kemunduran Umat Islam dalam IPTEKS


B. Sebab-Sebab Kemunduran Umat Islam dalam IPTEKS

Saat ini, perkembangan teknologi terus maju dengan pesat. Perkembangan teknologi
sudah masuk ke era digital. Segala hal bisa menjadi lebih mudah dengan digitalisasi. Seperti
yang tertulis pada Wikipedia, digitalisasi (bahasa Inggris : digitizing), merupakan sebuah
terminology untuk menjelaskan proses alih media dari bentuk tercetak, audio, maupun video
menjadi bentuk digital. Digitalisasi dilakukan untuk membuat arsip dokumen bentuk digital,
untuk fungsi fotokopi, dan untuk memuat koleksi perpusatakan digital. Digitalisasi memerlukan
peralatan seperti komputer, scanner, operator media sumber dan software pendukung.
Penemu-penemu peralatan pendukung digitalisasi ini, bukanlah orang-orang muslim.
Sebut saja, penemu komputer adalah seorang laki-laki Eropa, bernama Charles Babbage. Ia
adalah seorang matematikawan dari Inggris yang pertama kali mengemukakan gagasan tentang
komputer yang dapat diporgram (charlesbabbage.net). Selain itu, bentuk praktis dari komputer,
yakni komputer jinjing atau laptop, juga ditemukan oleh warga Inggris. Adam Osborne, penemu
laptop, adalah keturunan Inggris yang lahir di Thailand.
Berdasarkan dua contoh di atas, dapat kita ketahui bahwa penemu alat pendukung era
digital, bukanlah orang-orang muslim. Orang-orang muslim tak lagi menjadi pelopor dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia, tidak seperti pada zaman sebelumnya.
Pada zaman kejayaan Muslim, banyak orang Muslim yang menjadi ilmuwan dan menemukan
suatu perkembangan keilmuwan. Sebagai contoh adalah Al Khawarizmi, ia adalah seorang
muslim penemu konsep matekmatika, aljabar. Hal ini terekam dalam bukunya yang berjudul
“Al-Jabr wa-al Muqabilah”. Selain aljabar, ia juga pertama kali memperkenalkan konsep angka
menjadi bilangan dari 0-9.
Matematika, merupakan dasar dari teknologi komputer. Namun, penemu komputer
bukanlah orang muslim. Hal ini merupakan salah satu contoh kalahnya orang-orang muslim
dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini. Orang muslim tak lagi berjaya
seperti zaman dahulu, kalah oleh mereka yang nonmuslim.

Adanya ketimpangan kemampuan umat muslim di era terdahulu dengan sekarang dalam
hal pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Syakin Arsalan, adalah seorang pemikir asal
Libanon (1869-1946). Arsalan, dalam bukunya Kenapa Islam Terbelakang? Menjelaskan
mengenai apa saja penyebab kemunduran dunia Islam. Menurut Arsalan terdapat dua penyebab,
yakni yang pertama bangsa-bangsa non-Muslim maju karena mereka tetap berpegang pada
tradisi keagamaan mereka sendiri. Arsalan menyebut dua contoh: Jepang dan Eropa, simbol
kemajuan dunia pada awal abad ke-20. Dua dunia itu maju tanpa harus mengabaikan tradisi
keagamaan mereka. Penjelasan kedua, bangsa-bangsa itu maju karena kerja keras untuk meraih
kemajuan, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan. 

Selain itu, dalam pandangan Arsalan, kemajuan bangsa-bangsa Islam hanya bisa dicapai
melalui jalan yang sama yang ditempuh oleh bangsa-bangsa non-Islam, yakni berpegang pada
tradisi, serta kerja keras. Hukum kemajuan berlaku secara “konsisten” bagi bangsa Islam dan
non-Islam. Ada tiga penyakit mental yang dianggap oleh Arsalan sebagai “biang kerok”
kemunduran dunia Islam: pesimisme (tasya’um), rendah diri (al-istikhdza’) dan cepat putus asa
(inqitha’ al-amal). Pada penutup bukunya, Arsalan mengutip ayat yang dalam pandangannya
merupakan kunci kebangkitan dunia Islam, yakni Al-Ankabut (29):69. Bunyi ayat itu: wa ‘l-
ladzina jahadu fina lanahdiyannahum subulana – mereka yang berjuang (jihad) di jalanKu, Aku
akan menunjukkan mereka jalan-jalan menuju Aku.“Jihad” adalah kata kunci yang disebut oleh
Arsalan. Tetapi, ini bukanlah jihad dalam pengertian “perang suci” sebagaimana kita jumpai
pada kelompok Islam garis keras. Baginya, jihad adalah kerja keras dan kesediaan untuk
melakukan pengorbanan (al-tadlkhiyah).

Gagasan dari Arsalan ini, telah disampaikan di awal abad 20. Namun menurut saya masih
relevan dengan kondisi Umat Islam saat ini. Sebenarnya, selain penyebab-penyebab yang telah
disebutkan oleh Arsalan, terdapat satu lagi penyebab kemunduran umat Islam dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yakni umat Islam saat ini telah jauh dari Kitab
Al-quran dan As-sunah.

Umat muslimin saat ini, pada umumnya jauh dari dua sumber utama kemuliaan mereka,
yakni Kitabullah Al-Qur’an dan As-Sunnah An-Nabawiyyah. Padahal Nabi Muhammad secara
gambalang mewasiatkan agar kita senantiasa berpegang teguh kepada kedua warisan suci
tersebut. Hanya dengan bersikap demikianlah kita tidak bakal menjadi tersesat dari jalan lurus
yang Allah telah berikan bagi orang-orang beriman.

‫ه‬
ِ ِّ‫س َّن َة نَ ِبي‬ ِ َّ‫اب الل‬
ُ ‫ه َو‬ َ ‫ما ِك َت‬ ْ ‫س ْك ُت‬
َ ‫م بِ ِه‬ َ َ‫ضلُّوا َما ت‬
َّ ‫م‬ ِ َ‫ن ت‬ ِ ‫ُم َأ ْم َر ْي‬
ْ َ‫ن ل‬ ْ ‫ْت فِيك‬
ُ ‫تَ َرك‬

Rasulullah bersabda, "Telah aku tinggalkan untuk kalian, dua perkara yang kalian tidak akan
sesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya; Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya." (HR.
Malik 1395)

Semestinya kedua perkara ini menjadi rujukan utama kaum muslimin, baik dalam urusan
kecil maupun besar, baik urusan pribadi maupun bermasyarakat. Kedua perkara ini merupakan
sumber kemuliaan dan kebanggaan kaum muslimin. Jika mereka akrab dengannya, niscaya
mereka menjadi mulia. Jika mereka jauh dari keduanya, niscaya mereka akan dihinggapi
kehinaan sebagaimana yang tampak dewasa ini.

‫ن‬ ْ ‫ َف ُه‬ ‫م‬
ْ ‫م َع‬ ْ ‫ه‬
ِ ‫م بِ ِذك ِْر‬ ُ ‫ل َأتَ ْي َنا‬
ْ ‫ه‬ ْ َ‫ن ب‬
َّ ‫يه‬
ِ ِ‫ن ف‬
ْ ‫ض َو َم‬
ُ ‫ات َواأل ْر‬
ُ ‫ما َو‬
َ ‫الس‬
َّ َ ‫م لَ َف‬
ِ‫س َدت‬ ْ ‫ه‬
ُ ‫ه َوا َء‬ْ ‫حقُّ َأ‬َ ‫َولَ ِو اتَّبَ َع ا ْل‬
َ‫ضون‬ ُ ‫م ُم ْع ِر‬ْ ‫ه‬ ِ ‫ ِذك ِْر‬ 

“Andai kata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini,
dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka
kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.” (QS. Al-Mukminun [23] :
71)

Realitasnya, dewasa ini hubungan kaum muslimin umumnya jauh dari kedua sumber
utama ajaran Islam tersebut. Kalaupun ada hubungan biasanya hanya hubungan parsial. Ada
yang hubungannya dengan Al-Qur’an hanya sebatas tilawah (membacanya). Atau kalaupun ada
yang lebih daripada itu ialah hubungan tahfizh (menghafalkannya). Ini bukan berarti kita tidak
menganggap penting aktifitas tilawah dan tahfizh Al-Qur’an. Tetapi masalahnya ini tidaklah
cukup. Allah tidak menurunkan Al-Qur’an dengan maksud sebatas itu. Allah menurunkan Al-
Qur’an agar menjadi petunjuk, pedoman hidup bagi ummat Islam, bahkan segenap umat
manusia. Allah menghendaki agar dengan berpedoman kepada Al-Qur’an ummat manusia keluar
dari kegelapan jahiliyah menuju terangnya hidayah cahaya Islam. Maka sepatutnya kaum
muslimin juga tadabbur (memahami) dan tathbiq (mengamalkan) Al-Qur’anul Karim.

Tetapi hal di atas tidak terjadi. Malah banyak muslim yang lebih bangga hidup
berpedoman kepada berbagai sumber kebanggaan selain daripada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.
Mereka bangga dengan berbagai kitab karya manusia. Ada yang lebih bangga dengan kitab
warisan nenek moyangnya yang bukan Islam. Ada yang membanggakan kitab produk kaum
kuffar Eropa. Ada yang membanggakan kitab lokal-tradisional suku atau bangsanya yang bukan
berpedoman kepada Kitabullah. Dan banyak lagi lainnya. Padahal Allah sudah memperingatkan
apa yang bakal terjadi jika mereka meninggalkan sumber kebanggaan yang berasal dari Allah
dan Sunnah Nabi Muhammad.

‫ُم بِ ِه‬
ْ ‫صاك‬
َّ ‫ُم َو‬
ْ ‫سبِيلِ ِه َذلِك‬
َ ‫ن‬
ْ ‫ُم َع‬ َ ‫واالس ُبلَ َف َت َف َّر‬
ْ ‫ق بِك‬ ُّ ‫ما َفاتَّبِ ُعو ُه َوال تَ َّتبِ ُع‬
ً ‫س َت ِقي‬
ْ ‫طي ُم‬
ِ ‫ص َرا‬
ِ ‫هذَا‬ َ َّ‫َوَأن‬
ْ ‫لَ َعلَّك‬
َ‫ُم تَ َّت ُقون‬

“…dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan
janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan
kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu
bertakwa.” (QS. Al-An’aam [6] : 153)
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penyebab kemunduran kaum
muslin saat ini terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, ada empat hal, yakni
rasa pesimis, rendah diri, cepat putus asa, dan jauh dari kitab suci Al-quran dan As-sunah.
Keempat hal ini alangkah baiknya untuk kita hindari bersama, agar umat muslim dapat kembali
meraih masa kejayaannya, dalam hal ini kejayaan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

Dalam buku karya Wisnu Arya W. yang berjudul Melacak Teori Einstein  dalam Al
Qur'an, disebutkan beberapa faktor yang menjadi penyebab ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) Islam mengalami kemunduran. Faktor - faktor tersebut, antara lain adalah :

1. Kesadaran orang barat akan arti penting penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi
peningkatan kesejahteraan rakyat sangat tinggi. Oleh karena itu, orang barat ingin
mengambil alih kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari umat islam, karena pada
abad ke 9 - abad ke 13 M umat islam dengan menguasai iptek bisa lebih baik
kesejahteraannya dari pada oranga barat, sehingga mereka berusaha untuk merebut
kemajuan iptek dari umat islam.
2. Orang barat yang pada umumnya beragama Nasrani, ingin menunjukan pula bahwa
melalui agama Nasrani merekapun dapat maju dalam bidang iptek sejajar dengan umat
islam. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya setelah mereka mendapatkan
kemajuan dalam bidang iptek, mereka justru mulai menjauh dari agama mereka. Mereka
menjadi sekuler. Urusan agama berjalan sendiri, begitu pula dengan iptek. Mereka
mungkin menganggap bahwa agama Nasrani dengan kitab Injil, justru menjadi
penghalang bagi kemajuan iptek. Mungkin hal ini disebabkan kerena banyak penemuan-
penemuan badu dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak sesuai dengan
ayat-ayat dalam Kitab Injil. Misalkan tentang terbentuknya alam semesta ini, seperti yang
tertulis dalam Kitab Injil tidak sesuai dengan teori dan kenyataan yang ada. Peredaran
bumi dan planet-planet mengelilingi matahari, bertentangan dengan teori yang ada dalam
Kitab Injil. Ingat ketika Galileo Galilei mengumumkan teori tentang peredaran bumi dan
planet-planet mengelilingi matahari ditentang oleh gereja, karena tidak sesuai dengan
Bibel. Begitu pula dengan Nicolas Copernicus mengumumkan teori tentang
“heliocentris”, yaitu bumi berputar mengelilingi matahari dan matahari sebagai pusat
peredaran, juga ditentang oleh gereja. Kedua ilmuan tersebut akhirnya dihukum mati oleh
gereja. Alhamdulillah, hal ini tidak terjadi dalam agama Islam, karena Al Qur’an selalu
sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ! bahkan Al Qur’an bisa
menjadi sumber ilmu pengetahuan dan teknologi. Bukankah Al Qur’an diciptakan oleh
yang menciptakan alam semesta ini? jadi selalu akan sesuai !
3.  Orang-orang barat yang berjiwa petualang berusaha menemukan “benua” baru,
sehinggga mereka berusaha berlayar denan route yang tidak lazim, seperti yang dilakukan
oleh Amerigo Vespuci dan Columbus pada tahun 1492 ke benua Amerika. Vasco de
Gama pada tahun 1407 berlayar ke Tanjung Pengaharapan. James Cook pada tahun 1770
pergi berlayar ke Australia dan New Zealand serta kepulauan Pasifik. Penemuan-
penemuan benua baru tersebut ikut mempengaruhi route perdagangan yang berdampak
terhadap negara-negara Islam pada waktu itu. Route perdagangan yang semula Syria dan
Mesir ramai dikunjungi pedagang-pedagang dari India dan dari Eropa, setelah penemuan
route (benua) baru, Mesir dan Syria jadi sepi yang mengakibatkan sumber pendapatan
negeri-negeri Islam jadi berkurang banyak.
4. Orang-orang barat sengaja menghancurkan observatorium Islam yang didirikan oleh Taqi
Al Din di Konstantinopel pada tahun 1580, menjadikan Islam kehilangan sumber
pengetahuan dan pengamatan bintang (astronomi) yang sudah sangat maju pada masa itu.
Ironisnya, pada waktu yang sama sekitar tahun 1580 juga, orang barat baru pertama kali
membangun observatoriumnya oleh Tycho Brace. Perlu dicatat bahwa Islam telah
memiliki observatorium pertama kali yang dibangun pada tahun 500-an M di Ulugh Beg
(Samarkand). Jadi orang islam sudah lebih dahulu maju 1000 tahun dari orang barat
dalam hal pengerahuan tentang astronomi.
5. Perjanjian perdagangan antara Sultan Sulaiman I (dinasti Utsmani) dari Turki dan
Inggris, yang pada mulanya untuk meringankan Turki mengimport barang-barang dari
Inggris dan negara-negara Eropa lainnya, tapi lama-kelamaan ekonomi Turki banyak
tergantung pada ekonomi Eropa. Terlebih lagi dengan adanya revolusi industri di Inggris
dan di negara-negara Eropa lainnya, produk barang jadi dari Eropa makin membanjiri
negara-negara islam dan keadaan ini juga makin mempengaruhi ekonomi negara-negara
islam lainnya.
6. Ketergantungan negara-negara islam terhadap ekonomi Eropa lama kelamaan menjadi
suatu bentuk ketergantungan dalam bidang pemerintahan. Inilah awal mula pemerintahan
kolonialisme barat terhadap negara-negara islam. Akibat kolonialisme barat, maka
negara-negara islam yang pada mulanya bersatu dari Maroko sampai ke Pakistan,
kemudian terpecah belah menjadi negara-negara kecil berdasarkan feodalisme,
kesultanan , kerajaan dan keemiratan yang antara satu dengan lainnya saling bersaing,
bahkan sampai bermusuhan. Politik pecah belah, devide et impera, telah melumpuhkan
kejayaan islam pada masa lalu.
7. Akibat kolonialisme negara-negara islam yang semula menggunakan bahasa Arab
sebagai bahasa nasionalnya, mulai terdesak oleh bahasa penjajah. Keadaan ini sedikit
banyak telah menjauhkan mereka dari Al Qur’an, padahal Al Qur’an adalah juga sumber
ilmu pengetahuan dan teknologi.
8. Akibat kolonialisme stabilitas politik dan kemakmuran ekonomi negara-negara islam
mulai menurun, padahal stabilitas politik dan kemakmuran merupakan akar bagi
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini lebih diperpapah lagi dengan
munculnya kapitalisme barat.

Faktor-faktor diatas menjadi penyebab utama islam mulai tertinggal dari orang-orang
barat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Di samping itu, ada gejala umat islam mulai
mengenyampingkan ilmu kealaman yang justru sebenarnya banyak tersurat dan tersirat di dalam
Al Qur’an melalui ayat-ayat Kauniyyah. Padahal orang-orang barat mulai bersemangat
mempelajari dan meneliti ilmu kealaman yang mendasari kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Oleh  karena itu, dengan paparan di atas diharapkan dapat menggugah semangat para
intelektual muda islam untuk bisa bangkit untu merebut kembali ilmu pengetahuan dan teknologi
yang dulu pernah menjadi kebanggan umat Islam. Insya’Allah bisa !!!
KARYA MONUMENTAL UMAT ISLAM DALAM IPTEKS

1. 1. KARYA MONUMENTAL UMAT ISLAM DALAM IPTEKS Disusun Oleh:


KELOMPOK I IV-E MATEMATIKA ABDUL RAIS P. 10536 4631 13 MUNAZIA
ALIMUS 10536 4627 13 WAODE FITRIA 10536 4629 13 Mata Kuliah : Al-Islam
Kemuhammadiyahan (AIK) IV Dosen : Dr. Tasmin Tanngareng, M.Ag. PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015
2. 2. 2 KATA PENGANTAR Puji syukur kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Pemurah, karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang
diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas “KARYA MONUMENTAL UMAT
ISLAM DALAM IPTEKS”, dalam menyelesaikan tugas mata kuliah Al- Islam
Kemuhammadiyahan (AIK) IV. Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat
bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada : Dr. Tasmin Tanngareng, M.Ag. yang telah
memberikan kesempatan dan memberi fasilitas sehingga makalah ini dapat selesai
dengan lancar. Dan terima kasih pula kami ucapkan kepada bapak dan ibu dirumah yang
telah memberikan bantuan materil maupun do’anya, sehingga pembuatan makalah ini
dapat terselesaikan. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
membantu pembuatan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan
kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata
penulis sampaikan terimakasih. Makassar, 10 Maret 2015 Kelompok I
3. 3. 3 DAFTAR ISI Halaman
Judul ................................................................................................. i Kata
Pengantar ................................................................................................ ii Daftar
Isi ......................................................................................................... iii BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar Belakang
.................................................................................... 1 B. Rumusan
Masalah ............................................................................... 2 C.
Tujuan ................................................................................................. 2 BAB II
PEMBAHASAN ................................................................................ 3 A. Zaman
Kejayaan Islam di Bidang IPTEKS ........................................ 3 B. Sebab-sebab
Kemunduran Islam dalam IPTEKS ............................... 7 C. Upaya-upaya Kebangkitan
Islam di bidang IPTEKS ......................... 14 BAB III
PENUTUP ........................................................................................ 16 A.
Simpulan ............................................................................................. 16 B.
Saran/Implikasi ................................................................................... 16 Daftar
Pustaka ................................................................................................. iv
4. 4. 4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai umat Islam yang taat dalam
memenuhi perintah-perintah agama Islam sesuai dengan Al-quran dan hadist-hadist,
maka wajib hukumnya bagi umat Islam untuk mennutut ilmu setinggi-tingginya baik itu
ilmu pengetahuan dalam teknologi, sosial, dan agama. Sekarang ini banyak masyarakat
umum yang hanya mengerti bahwa selama ini yang menemukan pengetahuan-
pengetahuan tinggi adalah bangsa Eropa, tetapi sebenarnya adalah tokoh-tokoh Islam
pada masa itu. Dalam bahasa Arab, pengetahuan digambarkan dengan istilah al- ilm,
diambil dari kata ‘alamah, yang berarti “tanda”, “simbol”, atau ”lambang”, yang
dengannya sesuatu itu dapat dikenal. Tapi alamah juga berarti pengetahuan, lencana,
karakteristik, petunjuk dan gejala. Karenanya ma’lam (ma’alim) berarti juga petunjuk
jalan, Dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan dianggap dapat menunjukkan jalan
menuju kesejahteraan dan juga menerangi kehidupan umat manusia, yang jika Berjaya
ilmu pengetahuan maka sejahteralah kehidupan pada saat itu, apabila ilmu pengetahuan
tidak berkembang maka kehidupan akan menjadi tertutup, primitif dan tidak berkembang
pula. Islam pernah mengalami kejayaan di dalam ilmu pengetahuan di masa lalu, Tokoh-
tokoh Islam pada masa itu sangat membawa agama Islam pada masa kejayaan yang
sangat tinggi. Latar belakang penulis dalam menulis makalah ini adalah untuk
memberikan informasi tentang agama Islam sebagai pelopor dalam ilmu pengetahuan
pada masa itu. Pada peradaban kejayaannya Islam masuk ke Eropa, dan bangsa-bangsa
Eropa yang pada waktu itu sangat primitif, kemudian tertolong dengan kedatangan tokoh-
tokoh Islam tersebut. Itulah bukti kekuatan ilmu pengetahuan terhadap kesejahteraan
umat. Pada masa Napoleon Bonaparte ke Mesir agama Islam mulai jatuh, dan ilmu
pengetahuan-pengetahuan
5. 5. 5 yang sebelumnya ditemukan oleh tokoh-tokoh Islam dilanjutkan oleh bangsa-bangsa
Eropa, sehingga yang terkenal sebagai para penemu adalah bangsa Eropa. Dan hal ini
menandai kemunduran pengembangan ilmu pengetahuan dalam umat islam. B. Rumusan
Masalah Dari latar belakang di atas, rumusan masalah yang diambil adalah : 1. Kapan
zaman kejayaan Islam di bidang IPTEKS terjadi? 2. Apa sebab-sebab kemajuan Islam di
bidang IPTEKS? 3. Apa sebab-sebab kemunduran Islam di bidang IPTEKS? 4.
Bagaimana upaya-upaya kebangkitan kembali umat islam dalam bidang IPTEKS? C.
Tujuan Adapun tujuannya adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui zaman kejayaan Islam
di bidang IPTEKS terjadi. 2. Mengetahui sebab-sebab kemajuan Islam di bidang
IPTEKS. 3. Mengetahui sebab-sebab kemunduran Islam di bidang IPTEKS. 4.
Mengetahui upaya-upaya kebangkitan kembali umat islam dalam bidang IPTEKS.
6. 6. 6 BAB II PEMBAHASAN A. Zaman Kejayaan dan Sebab-sebab Kemajuan Umat
Islam dalam Pengembangan IPTEK Kaum muslimin, pernah memiliki kejayaan di masa
lalu. Masa di mana Islam menjadi trendsenter sebuah peradaban modern. Peradaban yang
dibangun untuk kesejahteraan umat manusia di muka bumi ini. Masa kejayaan itu
bermula saat Rasulullah mendirikan pemerintahan Islam, yakni Daulah Khilafah
Islamiyah di Madinah. Di masa Khulafa as- Rasyiddin ini Islam berkembang pesat.
Sejarawan Barat beraliran konservatif, W Montgomery Watt menganalisa tentang rahasia
kemajuan peradaban Islam, ia mengatakan bahwa Islam tidak mengenal pemisahan yang
kaku antara ilmu pengetahuan, etika, dan ajaran agama. Andalusia, yang menjadi pusat
ilmu pengetahuan di masa kejayaan Islam, telah melahirkan ribuan ilmuwan, dan
menginsiprasi para ilmuwan Barat untuk belajar dari kemajuan iptek yang dibangun
kaum muslimin. Terjemahan buku-buku bangsa Arab, terutama buku-buku keilmuan
hampir menjadi satu-satunya sumber-sumber bagi pengajaran di perguruan-perguruan
tinggi Eropa selama lima atau enam abad. Fakta sejarah menjelaskan antara lain, bahwa
Islam pada waktu pertama kalinya memiliki kejayaan, bahwa ada masanya umat Islam
memiliki tokoh-tokoh seperti Ibnu Sina di bidang filsafat dan kedokteran, Ibnu Khaldun
di bidang Filsafat dan Sosiologi, Al-jabar dll. Islam telah
7. 7. 7 datang ke Spanyol memperkenalkan berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti ilmu
ukur, aljabar, arsitektur, kesehatan, filsafat dan masih banyak cabang ilmu yang lain lagi.
Kekhilafahan Abbasiyah tercatat dalam sejarah Islam dari tahun 750-1517 M/132-923 H.
Diawali oleh khalifah Abu al-’Abbas as-Saffah (750-754) dan diakhiri Khalifah al-
Mutawakkil Alailah III (1508-1517). Dengan rentang waku yang cukup panjang, sekitar
767 tahun, kekhilafahan ini mampu menunjukkan pada dunia ketinggian peradaban Islam
dengan pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di dunia Islam. Di era
ini, telah lahir ilmuwan-ilmuwan Islam dengan berbagai penemuannya yang
mengguncang dunia. Sebut saja, al- Khawarizmi (780-850) yang menemukan angka nol
dan namanya diabadikan dalam cabang ilmu matematika, Algoritma (logaritma). Ada
Ibnu Sina (980-1037) yang membuat termometer udara untuk mengukur suhu udara.
Bahkan namanya tekenal di Barat sebagai Avicena, pakar Medis Islam legendaris dengan
karya ilmiahnya Qanun (Canon) yang menjadi referensi ilmu kedokteran para pelajar
Barat. Tak ketinggalan al- Biruni (973-1048) yang melakukan pengamatan terhadap
tanaman sehingga diperoleh kesimpulan kalau bunga memiliki 3, 4, 5, atau 18 daun
bunga dan tidak pernah 7 atau 9. Pada abad ke-8 dan 9 M, negeri Irak dihuni oleh 30 juta
penduduk yang 80% nya merupakan petani. Hebatnya, mereka sudah pakai sistem irigasi
modern dari sungai Eufrat dan Tigris. Hasilnya, di negeri-negeri Islam rasio hasil panen
gandum dibandingkan dengan benih yang disebar mencapai 10:1 sementara di Eropa
pada waktu yang sama hanya dapat 2,5:1. Ini membuktikan bahwa ilmu pengetahuan dan
pengembangannya berdampak cukup besar bagi peradaban dan kesejahteraan umat pada
masa itu. Kecanggihan teknologi masa ini juga terlihat dari peninggalan- peninggalan
sejarahnya. Seperti arsitektur mesjid Agung Cordoba; Blue Mosque di Konstantinopel;
atau menara spiral di Samara yang dibangun
8. 8. 8 oleh khalifah al-Mutawakkil, Istana al-Hamra (al-Hamra Qasr) yang dibangun di
Seville, Andalusia pada tahun 913 M. Sebuah Istana terindah yang dibangun di atas bukit
yang menghadap ke kota Granada. Masa kejayaan Islam, terutama dalam bidang ilmu
pengetahun dan teknologi, terjadi pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid. Dia adalah
khalifah dinasti Abbasiyah yang berkuasa pada tahun 786. Banyak lahir tokoh dunia yang
kitabnya menjadi referensi ilmu pengetahuan modern. Salah satunya adalah bapak
kedokteran Ibnu Sina atau yang dikenal saat ini di Barat dengan nama Avicenna.
Sebelum Islam datang, Eropa berada dalam Abad Kegelapan. Tak satu pun bidang ilmu
yang maju, bahkan lebih percaya tahayul. Dalam bidang kedoteran, misalnya. Saat itu di
Barat, jika ada orang gila, mereka akan menangkapnya kemudian menyayat kepalanya
dengan salib. Di atas luka tersebut mereka akan menaburinya dengan garam. Jika orang
tersebut berteriak kesakitan, orang Barat percaya bahwa itu adalah momen pertempuran
orang gila itu dengan jin. Orang Barat percaya bahwa orang itu menjadi gila karena
kerasukan setan. a. Kejayaan Islam Masa Dinasti Abbasiyah Dinasti Abbasiyah adalah
suatu dinasti (Bani Abbas) yang menguasai daulat (negara) Islamiah pada masa klasik
dan pertengahan Islam. Daulat Islamiah ketika berada di bawah kekuasaan dinasti ini
disebut juga dengan Daulat Abbasiyah. Daulat Abbasiyah adalah daulat (negara) yang
melanjutkan kekuasaan Daulat Umayyah. Dinamakan Dinasti Abbasiyah karena para
pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Abbas (Bani Abbas), paman Nabi
Muhammad saw. Pendiri dinasti ini adalah Abu Abbas as-Saffah, nama lengkapnya yaitu
Abdullah as-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. Selama dinasti ini
berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan
politik, sosial , dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan pola
9. 9. 9 politik itu, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas
menjadi lima periode: 1. Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut periode
pengaruh Persia Pertama. 2. Periode Kedua (232 H/847 M – 234 H/945 M), disebut masa
pengaruh Turki Pertama. 3. Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M, masa
kekuasaan Dinasti Buwaih dalam pemerintahan Khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut
juga masa pengaruh Persia Kedua. 4. Periode Keempat (447 H/1055 M/ - 590 H/1194
M), masa kekuasaan Dinasti Saljuk dalam pemerintahan Khilafah Abbasiyah; biasanya
disebut juga dengan masa pengaruh Turki Kedua. 5. Periode Kelima (590 H/1194 M –
656 H/1258 M), masa Khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya
hanya efektif di sekitar kota Bagdad. Dalam zaman Daulah Abbasiyah, masa meranumlah
kesusasteraan dan ilmu pengetahuan, disalin ke dalam bahasa Arab, ilmu-ilmu purbakala.
Lahirlah pada masa itu sekian banyak penyair, pujangga, ahli bahasa, ahli sejarah, ahli
hukum, ahli tafsir, ahli hadits, ahli filsafat, thib, ahli bangunan dan sebagainya. Zaman ini
adalah zaman keemasan Islam, demikian Jarji Zaidan memulai lukisannya tentang Bani
Abbasiyah. Dalam zaman ini, kedaulatan kaum muslimin telah sampai ke puncak
kemuliaan, baik kekayaan, kemajuan, ataupun kekuasaan. Dalam zaman ini telah lahir
berbagai ilmu Islam, dan berbagai ilmu penting telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Arab. Masa Daulah Abbasiyah adalah masa di mana umat Islam mengembangkan ilmu
pengetahuan, suatu kehausan akan ilmu pengetahuan yang belum pernah ada dalam
sejarah. Kesadaran akan pentingnya ilmu
10. 10. 10 pengetahuan merefleksikan terciptanya beberapa karya ilmiah seperti terlihat pada
alam pemikiran Islam pada abad ke-8 M. yaitu gerakan penerjemahan buku peninggalan
kebudayaan Yunani dan Persia. Permulaan yang disebut serius dari penerjemahan
tersebut adalah sejak abad ke-8 M, pada masa pemerintahan Al-Makmun (813 –833 M)
yang membangun sebuah lembaga khusus untuk tujuan itu, “The House of Wisdom / Bay
al-Hikmah”. Dr. Mx Meyerhof yang dikutip oleh Oemar Amin Hoesin mengungkapkan
tentang kejayaan Islam ini sebagai berikut: “Kedokteran Islam dan ilmu pengetahuan
umumnya, menyinari matahari Hellenisme hingga pudar cahayanya. Kemudian ilmu
Islam menjadi bulan di malam gelap gulita Eropa, mengantarkan Eropa ke jalan
renaissance. Karena itulah Islam menjadi biang gerak besar, yang dipunyai Eropa
sekarang. Dengan demikian, pantas kita menyatakan, Islam harus tetap bersama kita.”
(Oemar Amin Hoesin). Adapun kebijaksanaan para penguasa Daulah Abbasiyah periode
1 dalam menjalankan tugasnya lebih mengutamakan kepada pembangunan wilayah
seperti: Khalifah tetap keturunan Arab, sedangkan menteri, gubernur, dan panglima
perang diangkat dari keturunan bangsa Persia. Kota Bagdad sebagai ibukota, dijadikan
kota internasional untuk segala kegiatan ekonomi dan sosial serta politik segala bangsa
yang menganut berbagai keyakinan diizinkan bermukim di dalamnya, ada bangsa Arab,
Turki, Persia, Romawi, Hindi dan sebagainya. Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu
hal yang sangat mulia dan berharga. Para khalifah dan para pembesar lainnya membuka
kemungkinan seluas-luasnya untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Pada
umumnya khalifah adalah
11. 11. 11 para ulama yang mencintai ilmu, menghormati sarjana dan memuliakan pujangga.
Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia diakui sepenuhnya. Pada waktu itu akal
dan pikiran dibebaskan benar- benar dari belenggu taklid, hal mana menyebabkan orang
sangat leluasa mengeluarkan pendapat dalam segala bidang, termasuk bidang aqidah,
falsafah, ibadah dan sebagainya. Para menteri keturunan Persia diberi hak penuh untuk
menjalankan pemerintahan, sehingga mereka memegang peranan penting dalam
membina tamadun/peradaban Islam. Mereka sangat mencintai ilmu dan mengorbankan
kekayaannya untuk memajukan kecerdasan rakyat dan meningkatkan ilmu pengetahuan,
sehingga karena banyaknya keturunan Malawy yang memberikan tenaga dan jasanya
untuk kemajuan Islam. B. Sebab-Sebab Kemunduran Umat Islam dalam IPTEKS Saat
ini, perkembangan teknologi terus maju dengan pesat. Perkembangan teknologi sudah
masuk ke era digital. Segala hal bisa menjadi lebih mudah dengan digitalisasi. Seperti
yang tertulis pada Wikipedia, digitalisasi (bahasa Inggris : digitizing), merupakan sebuah
terminology untuk menjelaskan proses alih media dari bentuk tercetak, audio, maupun
video menjadi bentuk digital. Digitalisasi dilakukan untuk membuat arsip dokumen
bentuk digital, untuk fungsi fotokopi, dan untuk memuat koleksi perpusatakan digital.
Digitalisasi memerlukan peralatan seperti komputer, scanner, operator media sumber dan
software pendukung. Penemu-penemu peralatan pendukung digitalisasi ini, bukanlah
orang-orang muslim. Sebut saja, penemu komputer adalah seorang laki- laki Eropa,
bernama Charles Babbage. Ia adalah seorang matematikawan dari Inggris yang pertama
kali mengemukakan gagasan tentang komputer yang dapat diporgram
(charlesbabbage.net). Selain itu, bentuk praktis dari
12. 12. 12 komputer, yakni komputer jinjing atau laptop, juga ditemukan oleh warga Inggris.
Adam Osborne, penemu laptop, adalah keturunan Inggris yang lahir di Thailand.
Berdasarkan dua contoh di atas, dapat kita ketahui bahwa penemu alat pendukung era
digital, bukanlah orang-orang muslim. Orang-orang muslim tak lagi menjadi pelopor
dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia, tidak seperti pada zaman
sebelumnya. Pada zaman kejayaan Muslim, banyak orang Muslim yang menjadi ilmuwan
dan menemukan suatu perkembangan keilmuwan. Sebagai contoh adalah Al Khawarizmi,
ia adalah seorang muslim penemu konsep matekmatika, aljabar. Hal ini terekam dalam
bukunya yang berjudul “Al-Jabr wa-al Muqabilah”. Selain aljabar, ia juga pertama kali
memperkenalkan konsep angka menjadi bilangan dari 0-9. Matematika, merupakan dasar
dari teknologi komputer. Namun, penemu komputer bukanlah orang muslim. Hal ini
merupakan salah satu contoh kalahnya orang-orang muslim dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi saat ini. Orang muslim tak lagi berjaya seperti zaman dahulu,
kalah oleh mereka yang nonmuslim. Adanya ketimpangan kemampuan umat muslim di
era terdahulu dengan sekarang dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Syakin Arsalan, adalah seorang pemikir asal Libanon (1869- 1946). Arsalan,
dalam bukunya Kenapa Islam Terbelakang? Menjelaskan mengenai apa saja penyebab
kemunduran dunia Islam. Menurut Arsalan terdapat dua penyebab, yakni yang pertama
bangsa-bangsa non-Muslim maju karena mereka tetap berpegang pada tradisi keagamaan
mereka sendiri. Arsalan menyebut dua contoh: Jepang dan Eropa, simbol kemajuan dunia
pada awal abad ke-20. Dua dunia itu maju tanpa harus mengabaikan tradisi keagamaan
mereka. Penjelasan kedua, bangsa-bangsa itu maju karena kerja keras untuk meraih
kemajuan, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan.
13. 13. 13 Selain itu, dalam pandangan Arsalan, kemajuan bangsa-bangsa Islam hanya bisa
dicapai melalui jalan yang sama yang ditempuh oleh bangsa-bangsa non-Islam, yakni
berpegang pada tradisi, serta kerja keras. Hukum kemajuan berlaku secara “konsisten”
bagi bangsa Islam dan non- Islam. Ada tiga penyakit mental yang dianggap oleh Arsalan
sebagai “biang kerok” kemunduran dunia Islam: pesimisme (tasya’um), rendah diri (al-
istikhdza’) dan cepat putus asa (inqitha’ al-amal). Pada penutup bukunya, Arsalan
mengutip ayat yang dalam pandangannya merupakan kunci kebangkitan dunia Islam,
yakni Al-Ankabut (29):69. Bunyi ayat itu: wa ‘l-ladzina jahadu fina lanahdiyannahum
subulana – mereka yang berjuang (jihad) di jalanKu, Aku akan menunjukkan mereka
jalan-jalan menuju Aku.“Jihad” adalah kata kunci yang disebut oleh Arsalan. Tetapi, ini
bukanlah jihad dalam pengertian “perang suci” sebagaimana kita jumpai pada kelompok
Islam garis keras. Baginya, jihad adalah kerja keras dan kesediaan untuk melakukan
pengorbanan (al-tadlkhiyah). Gagasan dari Arsalan ini, telah disampaikan di awal abad
20. Namun menurut saya masih relevan dengan kondisi Umat Islam saat ini. Sebenarnya,
selain penyebab-penyebab yang telah disebutkan oleh Arsalan, terdapat satu lagi
penyebab kemunduran umat Islam dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
yakni umat Islam saat ini telah jauh dari Kitab Al-quran dan As-sunah. Umat muslimin
saat ini, pada umumnya jauh dari dua sumber utama kemuliaan mereka, yakni Kitabullah
Al-Qur’an dan As-Sunnah An- Nabawiyyah. Padahal Nabi Muhammad secara gambalang
mewasiatkan agar kita senantiasa berpegang teguh kepada kedua warisan suci tersebut.
Hanya dengan bersikap demikianlah kita tidak bakal menjadi tersesat dari jalan lurus
yang Allah telah berikan bagi orang-orang beriman. َ ‫ف تُكََْأَفرَف فَِل َْتتضَل ف م َ َتمفْ تَتفمف‬
ِ ُ‫ر كْت‬
‫كْتمكُكَتَ تَا ِمو فَسَ كَن فَك َأكا‬
14. 14. 14 Rasulullah bersabda, "Telah aku tinggalkan untuk kalian, dua perkara yang kalian
tidak akan sesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya; Kitabullah dan Sunnah
Nabi-Nya." (HR. Malik 1395) Semestinya kedua perkara ini menjadi rujukan utama
kaum muslimin, baik dalam urusan kecil maupun besar, baik urusan pribadi maupun
bermasyarakat. Kedua perkara ini merupakan sumber kemuliaan dan kebanggaan kaum
muslimin. Jika mereka akrab dengannya, niscaya mereka menjadi mulia. Jika mereka
jauh dari keduanya, niscaya mereka akan dihinggapi kehinaan sebagaimana yang tampak
dewasa ini. “Andai kata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit
dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan
kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.” (QS.
Al-Mukminun [23] : 71) Realitasnya, dewasa ini hubungan kaum muslimin umumnya
jauh dari kedua sumber utama ajaran Islam tersebut. Kalaupun ada hubungan biasanya
hanya hubungan parsial. Ada yang hubungannya dengan Al- Qur’an hanya sebatas
tilawah (membacanya). Atau kalaupun ada yang lebih daripada itu ialah hubungan tahfizh
(menghafalkannya). Ini bukan berarti kita tidak menganggap penting aktifitas tilawah dan
tahfizh Al- Qur’an. Tetapi masalahnya ini tidaklah cukup. Allah tidak menurunkan Al-
Qur’an dengan maksud sebatas itu. Allah menurunkan Al-Qur’an agar menjadi petunjuk,
pedoman hidup bagi ummat Islam, bahkan segenap umat manusia. Allah menghendaki
agar dengan berpedoman kepada Al- Qur’an ummat manusia keluar dari kegelapan
jahiliyah menuju terangnya hidayah cahaya Islam. Maka sepatutnya kaum muslimin juga
tadabbur (memahami) dan tathbiq (mengamalkan) Al-Qur’anul Karim. Tetapi hal di atas
tidak terjadi. Malah banyak muslim yang lebih bangga hidup berpedoman kepada
berbagai sumber kebanggaan selain daripada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Mereka
bangga dengan berbagai
15. 15. 15 kitab karya manusia. Ada yang lebih bangga dengan kitab warisan nenek
moyangnya yang bukan Islam. Ada yang membanggakan kitab produk kaum kuffar
Eropa. Ada yang membanggakan kitab lokal-tradisional suku atau bangsanya yang bukan
berpedoman kepada Kitabullah. Dan banyak lagi lainnya. Padahal Allah sudah
memperingatkan apa yang bakal terjadi jika mereka meninggalkan sumber kebanggaan
yang berasal dari Allah dan Sunnah Nabi Muhammad. “…dan bahwa (yang Kami
perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu
mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari
jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (QS.
Al-An’aam [6] : 153) Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penyebab
kemunduran kaum muslin saat ini terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, ada empat hal, yakni rasa pesimis, rendah diri, cepat putus asa, dan jauh dari
kitab suci Al-quran dan As-sunah. Keempat hal ini alangkah baiknya untuk kita hindari
bersama, agar umat muslim dapat kembali meraih masa kejayaannya, dalam hal ini
kejayaan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam buku karya
Wisnu Arya W. yang berjudul Melacak Teori Einstein dalam Al Qur'an, disebutkan
beberapa faktor yang menjadi penyebab ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) Islam
mengalami kemunduran. Faktor - faktor tersebut, antara lain adalah : 1. Kesadaran orang
barat akan arti penting penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi peningkatan
kesejahteraan rakyat sangat tinggi. Oleh karena itu, orang barat ingin mengambil alih
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari umat islam, karena pada abad ke 9 - abad
ke 13 M umat islam dengan menguasai iptek bisa lebih baik kesejahteraannya dari pada
oranga barat, sehingga mereka berusaha untuk merebut kemajuan iptek dari umat islam.
16. 16. 16 2. Orang barat yang pada umumnya beragama Nasrani, ingin menunjukan pula
bahwa melalui agama Nasrani merekapun dapat maju dalam bidang iptek sejajar dengan
umat islam. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya setelah mereka mendapatkan
kemajuan dalam bidang iptek, mereka justru mulai menjauh dari agama mereka. Mereka
menjadi sekuler. Urusan agama berjalan sendiri, begitu pula dengan iptek. Mereka
mungkin menganggap bahwa agama Nasrani dengan kitab Injil, justru menjadi
penghalang bagi kemajuan iptek. Mungkin hal ini disebabkan kerena banyak penemuan-
penemuan badu dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak sesuai dengan
ayat-ayat dalam Kitab Injil. Misalkan tentang terbentuknya alam semesta ini, seperti yang
tertulis dalam Kitab Injil tidak sesuai dengan teori dan kenyataan yang ada. Peredaran
bumi dan planet-planet mengelilingi matahari, bertentangan dengan teori yang ada dalam
Kitab Injil. Ingat ketika Galileo Galilei mengumumkan teori tentang peredaran bumi dan
planet-planet mengelilingi matahari ditentang oleh gereja, karena tidak sesuai dengan
Bibel. Begitu pula dengan Nicolas Copernicus mengumumkan teori tentang
“heliocentris”, yaitu bumi berputar mengelilingi matahari dan matahari sebagai pusat
peredaran, juga ditentang oleh gereja. Kedua ilmuan tersebut akhirnya dihukum mati oleh
gereja. Alhamdulillah, hal ini tidak terjadi dalam agama Islam, karena Al Qur’an selalu
sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ! bahkan Al Qur’an bisa
menjadi sumber ilmu pengetahuan dan teknologi. Bukankah Al Qur’an diciptakan oleh
yang menciptakan alam semesta ini? jadi selalu akan sesuai ! 3. Orang-orang barat yang
berjiwa petualang berusaha menemukan “benua” baru, sehinggga mereka berusaha
berlayar denan route yang tidak lazim, seperti yang dilakukan oleh Amerigo Vespuci dan
Columbus pada tahun 1492 ke benua Amerika. Vasco de Gama pada tahun 1407 berlayar
ke Tanjung Pengaharapan. James Cook pada tahun 1770 pergi berlayar ke Australia dan
New Zealand serta
17. 17. 17 kepulauan Pasifik. Penemuan-penemuan benua baru tersebut ikut mempengaruhi
route perdagangan yang berdampak terhadap negara-negara Islam pada waktu itu. Route
perdagangan yang semula Syria dan Mesir ramai dikunjungi pedagang-pedagang dari
India dan dari Eropa, setelah penemuan route (benua) baru, Mesir dan Syria jadi sepi
yang mengakibatkan sumber pendapatan negeri- negeri Islam jadi berkurang banyak. 4.
Orang-orang barat sengaja menghancurkan observatorium Islam yang didirikan oleh Taqi
Al Din di Konstantinopel pada tahun 1580, menjadikan Islam kehilangan sumber
pengetahuan dan pengamatan bintang (astronomi) yang sudah sangat maju pada masa itu.
Ironisnya, pada waktu yang sama sekitar tahun 1580 juga, orang barat baru pertama kali
membangun observatoriumnya oleh Tycho Brace. Perlu dicatat bahwa Islam telah
memiliki observatorium pertama kali yang dibangun pada tahun 500-an M di Ulugh Beg
(Samarkand). Jadi orang islam sudah lebih dahulu maju 1000 tahun dari orang barat
dalam hal pengerahuan tentang astronomi. 5. Perjanjian perdagangan antara Sultan
Sulaiman I (dinasti Utsmani) dari Turki dan Inggris, yang pada mulanya untuk
meringankan Turki mengimport barang-barang dari Inggris dan negara-negara Eropa
lainnya, tapi lama-kelamaan ekonomi Turki banyak tergantung pada ekonomi Eropa.
Terlebih lagi dengan adanya revolusi industri di Inggris dan di negara-negara Eropa
lainnya, produk barang jadi dari Eropa makin membanjiri negara-negara islam dan
keadaan ini juga makin mempengaruhi ekonomi negara- negara islam lainnya. 6.
Ketergantungan negara-negara islam terhadap ekonomi Eropa lama kelamaan menjadi
suatu bentuk ketergantungan dalam bidang pemerintahan. Inilah awal mula pemerintahan
kolonialisme barat terhadap negara-negara islam. Akibat kolonialisme barat, maka
negara-negara islam yang pada mulanya bersatu dari Maroko sampai ke Pakistan,
kemudian terpecah belah menjadi negara-
18. 18. 18 negara kecil berdasarkan feodalisme, kesultanan , kerajaan dan keemiratan yang
antara satu dengan lainnya saling bersaing, bahkan sampai bermusuhan. Politik pecah
belah, devide et impera, telah melumpuhkan kejayaan islam pada masa lalu. 7. Akibat
kolonialisme negara-negara islam yang semula menggunakan bahasa Arab sebagai
bahasa nasionalnya, mulai terdesak oleh bahasa penjajah. Keadaan ini sedikit banyak
telah menjauhkan mereka dari Al Qur’an, padahal Al Qur’an adalah juga sumber ilmu
pengetahuan dan teknologi. 8. Akibat kolonialisme stabilitas politik dan kemakmuran
ekonomi negara-negara islam mulai menurun, padahal stabilitas politik dan kemakmuran
merupakan akar bagi berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini lebih
diperpapah lagi dengan munculnya kapitalisme barat. Faktor-faktor diatas menjadi
penyebab utama islam mulai tertinggal dari orang-orang barat dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Di samping itu, ada gejala umat islam mulai
mengenyampingkan ilmu kealaman yang justru sebenarnya banyak tersurat dan tersirat di
dalam Al Qur’an melalui ayat-ayat Kauniyyah. Padahal orang-orang barat mulai
bersemangat mempelajari dan meneliti ilmu kealaman yang mendasari kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, dengan paparan di atas diharapkan dapat
menggugah semangat para intelektual muda islam untuk bisa bangkit untu merebut
kembali ilmu pengetahuan dan teknologi yang dulu pernah menjadi kebanggan umat
Islam. Insya’Allah bisa !!! C. Upaya-Upaya Kebangkitan Kembali Umat Islam dalam
IPTEKS KH Akhmad Kholil Ridwan menyatakan optimismenya bahwa Islam akan
kembali berjaya di muka bumi. Ridwan menyebut saat ini merupakan momen
kebangkitan Islam kembali. ”Seperti janji Allah, 700 tahun pertama Islam berjaya, 700
tahun berikutnya Islam jatuh dan
19. 19. 19 sekarang tengah mengalami periode 700 tahun ketiga menuju kembalinya
kebangkitan Islam,” ujarnya. Meskipun saat ini umat Islam banyak ditekan, ujar Ridwan,
semua upaya ini justru semakin memperkuat eksistensi Islam. Ini sesuai janji Allah yang
menyatakan bahwa meskipun begitu hebatnya musuh menindas Islam namun hal ini
bukannya akan melemahkan umat Islam. ”Ibaratnya paku, semakin ditekan, Islam akan
semakin menancap dengan kuat,”ujarnya. Sementara itu, Luthfi menyatakan sistem
khilafah Islamiyah masih relevan diterapkan pada zaman sekarang ini asal dimodifikasi.
Ia mencontohkan konsep pemerintahan yang dianut Iran yang menjadi modifikasi antara
teokrasi (kekuasaan yang berpusat pada Tuhan) dan demokrasi (yang berpusat pada
masyarakat). Di Iran, kekuasaan tertinggi tidak dipegang parlemen atau presiden,
melainkan oleh Ayatullah atau Imam, yang juga memiliki Dewan Ahli dan Dewan
Pengawas. Sistem pemerintahan Iran ini, menurut Luthfi, merupakan tandingan sistem
pemerintahan Barat. ”Tak heran kalau Amerika Serikat sangat takut dengan Iran karena
mereka bisa menjadi tonggak peradaban baru Islam.” Konsep khilafah Islamiyah, kata
Luthfi, mengharuskan hanya ada satu pemerintahan Islami di dunia dan tidak terpecah-
belah berdasarkan negara atau etnis. ”Untuk mewujudkannya lagi saat ini, sangat sulit,”
kata dia. Sementara Kholil Ridwan menjelaskan ada tiga upaya konkret yang bisa
dilakukan umat untuk mengembalikan kejayaan Islam di masa lampau. Yang pertama
adalah merapatkan barisan. Allah berfirman dalam QS Ali Imran ayat 103 yang isinya
“Dan berpeganglah kalian semuanya dengan tali (agama) Allah, dan janganlah kalian
bercerai berai.”
20. 20. 20 Upaya lainnya adalah kembali kepada tradisi keilmuan dalam agama Islam. Dalam
Islam, jelasnya, ada dua jenis ilmu, yaitu ilmu fardhu ‘ain dan fardhu kifayah. Yang
masuk golongan ilmu fardhu ‘ain adalah Al- Quran, hadis, fikih, tauhid, akhlaq, syariah,
dan cabang-cabangnya. Sedangkan yang masuk ilmu fardhu kifayah adalah kedokteran,
matematika, psikologi, dan cabang sains lainnya. Sementara upaya ketiga adalah dengan
mewujudkan sistem yang berdasarkan syariah Islam.
21. 21. 21 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kaum muslimin, pernah memiliki kejayaan di
masa lalu. Masa di mana Islam menjadi trendsenter sebuah peradaban modern. Peradaban
yang dibangun untuk kesejahteraan umat manusia di muka bumi ini. Masa kejayaan itu
bermula saat Rasulullah mendirikan pemerintahan Islam, yakni Daulah Khilafah
Islamiyah di Madinah. Di masa Khulafa as- Rasyiddin ini Islam berkembang pesat. Pada
masa pemerintahan dinasti Usmaniyah — di Barat disebut Ottoman — yang kekuatan
militernya berhasil memperluas kekuasaan hingga ke Eropa, yaitu Wina hingga ke selatan
Spanyol dan Perancis. Kekuatan militer laut Usmaniyah sangat ditakuti Barat saat itu,
apalagi mereka menguasai Laut Tengah. Kejatuhan Islam ke tangan Barat dimulai pada
awal abad ke-18. Umat Islam mulai merasa tertinggal dalam bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi setelah masuknya Napoleon Bonaparte ke Mesir. Saat itu Napoleon masuk
dengan membawa mesin-mesin dan peralatan cetak, ditambah tenaga ahli. Dinasti
Abbasiyah jatuh setelah kota Baghdad yang menjadi pusat pemerintahannya diserang
oleh bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan. Di sisi lain, tradisi keilmuan itu
kurang berkembang pada kekhalifahan Usmaniyah. Tanggal 3 Maret 1924, khilafah
Islamiyah resmi dihapus dari konstitusi Turki. Sejak saat itu tidak ada lagi negara yang
secara konsisten menganut khilafah Islamiyah. Terjadi gerakan sekularisasi yang
dipelopori oleh Kemal At-Taturk, seorang Zionis Turki. B. Implikasi Islam merupakan
agama yang punya perhatian besar kepada ilmu pengetahuan. Islam sangat menekankan
umatnya untuk terus menuntut ilmu. Dalam surat Ar-Rahman, Allah menjelaskan bahwa
diri-Nya adalah
22. 22. 22 pengajar (‘Allamahu al-Bayan) bagi umat Islam. Dalam agama-agama lain selain
Islam kita tidak akan menemukan bahwa wahyu pertama yang diturunkan adalah perintah
untuk belajar. Kita tahu bahwa ayat pertama yang diturunkan adalah Surat Al-‘Alaq yang
memerintahan kita untuk membaca dan belajar. Allah mengajarkan kita dengan qalam –
yang sering kita artikan dengan pena. Akan tetapi sebenarnya kata qalam juga dapat
diartikan sebagai sesuatu yang yang dapat dipergunakan untuk mentransfer ilmu kepada
orang lain. Kata Qalam tidak diletakkan dalam pengertian yang sempit. Sehingga pada
setiap zaman kata qalam dapat memiliki arti yang lebih banyak. Seperti pada zaman
sekarang, komputer dan segala perangkatnya termasuk internet bisa diartikan sebagai
penafsiran kata qalam. Dalam surat Al-‘Alaq, Allah swt memerintahkan kita agar
menerangkan ilmu. Setelah itu kewajiban kedua adalah mentransfer ilmu tersebut kepada
generasi berikutnya. Dalam hal pendidikan, ada dua kesimpulan yang dapat kita ambil
dari firman Allah swt tersebut; yaitu Pertama, kita belajar dan mendapatkan ilmu yang
sebanyak-banyaknya. Kedua, berkenaan dengan penelitian yang dalam ayat tersebut
digunakan kata qalam yang dapat kita artikan sebagai alat untuk mencatat dan meneliti
yang nantinya akan menjadi warisan kita kepada generasi berikutnya. Dalam ajaran Islam
– baik dalam ayat Quran maupun hadits, bahwa ilmu pengetahuan paling tinggi nilainya
melebihi hal-hal lain. Bahkan sifat Allah swt adalah Dia memiliki ilmu yang Maha
Mengetahui. Seorang penyair besar Islam mengungkapkan bahwa kekuatan suatu bangsa
berada pada ilmu. Saat ini kekuatan tidak bertumpu pada kekuatan fisik dan harta, tetapi
kekuatan dalam hal ilmu pengetahuan. Orang yang tinggi di hadapan Allah swt adalah
mereka yang berilmu. Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad saw menganjurkan kita
untuk menuntut ilmu sampai ke liang lahat. Tidak ada Nabi lain yang begitu besar
perhatian dan penekanannya pada kewajiban menuntut ilmu sedetail nabi Muhammad
saw. Maka bukan hal yang asing jika waktu itu
23. 23. 23 kita mendengar bahwa Islam memegang peradaban penting dalam ilmu
pengetahuan. Semua cabang ilmu pengetahuan waktu itu didominasi oleh Islam yang
dibangun oleh para ilmuwan Islam pada zaman itu yang berawal dari kota Madinah,
Spanyol, Cordova dan negara-negara lainnya. Itulah zaman yang kita kenal dengan
zaman keemasan Islam, walaupun setelah itu Islam mengalami kemunduran. Di zaman
itu, di mana negara- negara di Eropa belum ada yang membangun perguruan tinggi,
negara- negara Islam telah banyak membangun pusat-pusat studi pengetahun. Sekarang
tugas kita untuk mengembalikan masa kejayaan Islam seperti dulu melalui berbagai
lembaga keilmuan yang ada di negara-negara Islam. Beginilah kita sekarang sobat. Tapi
jangan bersedih, sebab kita akan kembali mengagungkan kejayaan Islam itu. Yakinlah,
kita masih bisa merebutnya, meski dengan nyawa sebagai tebusannya. Kita lahir ke dunia
ini dengan berlumur darah, maka kenapa musti takut mati dengan berlumur darah. Syahid
di medan tempur. DAFTAR PUSTAKA Baiquni, A. 1996. Al Qur’an, Ilmu Pengetahuan,
dan Teknologi. Yogyakarta : PT Dana Bhakti Prima Yasa. Farhana.2000. Peradaban
Islam Masa Dinasti Abbasiyah; Kebangkitan dan Kemajuan. Jakarta : Media ilmu.
24. 24. 24

Anda mungkin juga menyukai