004 - Surat Pemberitahuan Jambore - Kalaksa BPBD Se-Jawa Timur
004 - Surat Pemberitahuan Jambore - Kalaksa BPBD Se-Jawa Timur
Kepada Yth. :
Daftar Undangan terlampir
Di Tempat
Dengan Hormat,
Salam Kemanusiaan.
Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) adalah sebuah wadah koordinasi dan aksi bagi pegiat
kebencanaan dari 5 (lima) unsur/Pentahelix (Pemerintah, Dunia Usaha, Perguruan Tinggi, Media, dan
Masyarakat). Dasar pembentukan FPRB adalah UU No.24 Tahun 2007, tentang Penanggulangan Bencana,
dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008, tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
Sebagai salah satu ajang berbagi pengalaman antar pegiat kemanusiaan dan kebencanaan serta
peningkatan kapasitas dalam upaya pengurangan risiko bencana, yang melibatkan unsur pentahelix,
Forum PRB Jawa Timur bermaksud menyelenggarakan Jambore Kemanusiaan II FPRB Jatim 2023 dengan
tema “Humanity for All ” pada:
Hari : Jum’at - Minggu
Tangal : 18-20 Agustus 2023
Tempat : Coban Putri, Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur
Catatan : - Jumlah peserta masing-masing perwakilan FPRB 10 orang (5 orang Pengurus + 5 orang
perwakilan dari FPRB Desa).
- Masing-masing perwakilan FPRB membawa perlengkapan/tenda sendiri.
- Pendirian tenda dibuka mulai hari Jumat pukul 14.00 WIB.
- menugaskan personel BPBD untuk mendampingi Forum PRB Kabupaten/Kota sebagai
peserta dalam kegiatan tersebut.
Sehubungan dengan hal tersebut, dimohon dengan segala hormat Bapak/Ibu Kalaksa berkenan hadir
dalam Puncak acara Humanitarian Day yang di kemas dalam kegiatan Jambore Kemanusiaan II FPRB
Jatim 2023, pada :
Hari : Sabtu
Tangal : 19 Agustus 2023
Waktu : Pukul 09.30 - selesai WIB
Tempat : Coban Putri, Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.
Demikian undangan ini disampaikan, atas atensi dan kerjasamanya yang baik diucapkan terimakasih, PIC
(Ketua Panitia, nama Saiful Anam, S.Ag, nomor kontak : +62 858-5225-4977).
Memperhatikan dokumen kajian risiko bencana provinsi Jawa Timur tahun 2022-2026,
Jawa Timur memiliki 14 jenis ancaman serta kondisi kerentanan dan kapasitas yang telah
diidentifikasi tersebar di seluruh wilayah Jawa Timur. Tingginya potensi risiko bencana
di Jawa Timur tentunya memerlukan keterlibatan seluruh pihak, bukan hanya pemerintah
saja, namun seluruh elemen masyarakat untuk melakukan berbagai upaya-upaya
pengurangan risiko bencana.
Menurut undang-undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (PB)
menyebutkan bahwa PB merupakan serangkaian upaya yang meliputi penetapan
kebijakan pembangunan yang menyebabkan timbulnya bencana, kegiatan pencegahan
bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi. Kegiatan pencegahan bencana adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan/ atau
mengurangi ancaman bencana.
Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengurangi ancaman bencana sering juga dikenal
sebagai upaya Pengurangan Risiko Bencana (PRB). PRB didefinisikan sebagai konsep
dan praktik mengurangi risiko bencana melalui upaya sistematis untuk menganalisis dan
mengelola faktor-faktor penyebab dari bencana termasuk dengan diminimalisir nya
paparan terhadap ancaman, penurunan kerentanan manusia dan properti, pengelolaan
lahan dan lingkungan yang bijaksana, serta meningkatkan kesiapsiagaan terhadap
kejadian yang merugikan. Isu tentang PRB tidak hanya ada di indonesia saja, namun telah
menjadi perhatian khusus dalam kancah internasional, salah satunya adalah Hyogo
Federation Actions (HFA), Sendai Frameworks, Paris Agreements tentang perubahan
iklim, dan yang terbaru adalah Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) di
Bali tahun 2022.
Berdasarkan PP No 21 Tahun 2008 tentang PB, RPJMN tahun 2019-2024, Perda No 3
Tahun 2010 tentang PB, Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Jawa Timur
melakukan pergerakan upaya-upaya dalam mengurangi risiko bencana yang merupakan
salah satu organisasi dari berbagai unsur masyarakat mulai dari pemerintah, akademisi,
dunia usaha, masyarakat dan media. Keberadaan FPRB juga memiliki program kerja
dengan salah satu prioritas targetnya adalah penguatan kapasitas kelembagaan dan unsur-
unsur anggota FPRB Jawa Timur dalam lingkup kegiatan penanggulangan bencana dan
pengurangan risiko bencana.
Tahun 2021 FPRB jatim menggelar acara Jambore Forum PRB di Trawas, Kabupaten
mojokerto, dari kegiatan tersebut telah melahirkan isu pembentukan klaster PB. klaster
tersebut akan diaktivasi pada masa tanggap darurat bencana, seperti klaster pengungsian
dan perlindungan, klaster logistik, klaster kesehatan, klaster pendidikan dan klaster
pemulihan dini. Hal tersebut kemudian ditelusuri kembali sehingga ditemukan bahwa
dibutuhkannya regulasi yang agar bisa menurunkan mandat Perda PB No. 3 tahun 2010
untuk menjadi rujukan kebijakan yang dapat mengatur tentang kemitraan
penyelenggaraan PB Provinsi Jawa Timur agar pola relasi, fokus area setiap unsur
pentahelix dapat ditata sehingga meminimalisir potensi overlapping, serta
memaksimalkan peluang mobilisasi sumber daya secara kolektif.
Bencana adalah urusan bersama, merupakan suatu pernyataan yang tidak dapat diganggu
gugat karena terkait tentang kemanusiaan. Berbagai peristiwa yang merenggut banyak
nyawa manusia, dan harta benda menjadi sebuah kesedihan tersendiri bagi tiap individu
yang mengalami kemalangan. selain itu berbagai upaya PB juga telah dilakukan, namun
saat ini masih belum sempurna, masih banyak permasalahan-permasalahan yang menjadi
evaluasi agar pelaksanaan PB bisa menjadi lebih baik. Sebagai simbol bahwa apa yang
telah terjadi tidak boleh dilupakan, kegiatan jambore FPRB Jawa Timur dilaksanakan
bertepatan dengan hari kemanusiaan internasional (humanitarian day).
Isu strategis yang dirumuskan dalam dokumen Rencana Penanggulangan Bencana, serta
pemahaman tentang PB, pola koordinasi dan agenda tiap aktor yang belum cukup saling
terhubung menjadi kendala sinergitas aktif kolektif dan berbagai sumber daya untuk
meningkatkan efektifitas urusan bencana menjadi perhatian semua pihak.
Climate Change atau perubahan iklim yang kini terjadi menjadi salah satu tantangan
tersendiri bagi semua sektor. iklim yang tidak menentu memberikan dampak yang cukup
signifikan. Potensi bencana akibat adanya perubahan iklim mengalami peningkatan, jika
musim hujan datang terjadi banjir, dan saat terjadi musim kemarau kekeringan terjadi.
Bencana yang terjadi tidak hanya diakibatkan dari perubahan iklim saja, tapi juga ada
yang disebabkan dari aktivitas bumi, dan juga bencana non alam lainnya. Potensi bencana
yang terjadi di wilayah Jawa Timur ada 14 jenis ancaman, berkaca pada bencana semeru
tahun 2021 silam yang penanganannya mendapatkan banyak evaluasi salah satunya
adalah penumpukan relawan, maka dalam hal ini perlu dipikirkan sebuah metode yang
efektif dan efisien dalam mengelola potensi relawan saat masa tanggap darurat.
Selain itu upaya peningkatan peran Pentahelix dalam PRB juga harus selalu disuarakan,
selain untuk mencapai tujuan PRB yang komprehensif. saat ini peran pentahelix sudah
cukup bagus, akan tetapi dalam beberapa kasus masih sering terjadi overlapping tugas
dalam pemerintahan, ego sektoral dari berbagai komunitas atau organisasi, lemahnya
koordinasi antara pihak akademisi, masyarakat, dan pemerintah, kemudian perlu
ditingkatkannya peran dunia usaha dalam PB, serta media yang perlu memahami PB
sehingga informasi yang sampai pada masyarakat dapat lebih berbobot dan dapat
dipertanggungjawabkan untuk membangun kesadaran masyarakat terkait PB.
Kesadaran masyarakat terkait PB yang dibangun oleh Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) juga telah mencapai unsur terkecil dari negara, yakni desa. BNPB juga
telah menciptakan sebuah kebijakan tentang Desa Tangguh Bencana (Destana) yang
mana desa tersebut akan mendapatkan gelar Destana setelah menyelesaikan berbagai
persyaratan tentang rangkaian PB dengan indikator-indikator yang telah disusun dengan
sedemikian rupa. Akan tetapi dalam praktiknya, setelah destana terbentuk dalam beberapa
kasus tidak ada proses keberlanjutan dari desa terkait dengan alasan tidak adanya
anggaran kebencanaan dalam rencana anggaran desa, sehingga diperlukan sebuah
intervensi dan advokasi agar kebencanaan dapat masuk dalam RPJMDes.
Forum PRB Jatim merupakan sebuah wadah mandiri yang bertujuan memfasilitasi wadah
koordinasi multipihak untuk sinergitas pelibatan multipihak dalam PB. Dibentuk sebagai
salah satu upaya bersama untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan Bencana di Jawa
Timur, keberadaan FPRB diharapkan dapat mendorong agenda strategis dan turut meng-
advokasi berbagai pihak untuk mencapai penyelenggaraan PB yg efektif di Jawa Timur,
selaras dengan tujuan-tujuan global yang termaktub dalam Sendai Framework for
Disaster Risk Reduction (SFDRR) atau Kerangka Sendai untuk Pengurangan Risiko
Bencana 2015-2030.
FPRB telah turut mendorong aksi-aksi di tingkat lokal untuk memastikan terpenuhinya
prioritas aksi kerangka global tersebut yakni dengan meningkatkan pemahaman risiko
bencana, penguatan tata kelola risiko, melakukan berbagai investasi PRB untuk
membangun ketangguhan, serta meningkatkan manajemen risiko. Mengacu pada program
kerja FPRB yang telah disahkan, dengan salah satu kegiatan rutin yang dilakukan tiap 2
tahun sekali, FPRB mengadakan Jambore Forum PRB se- Jawa Timur dengan harap
dapat menjadi salah satu kegiatan yang dapat mempertemukan pegiat kebencanaan untuk
bertukar pengalaman, menambah relasi, meningkatkan kapasitas tentang kebencanaan
serta menumbuhkan semangat PRB untuk terus menerus disebarluaskan kepada
masyarakat luas sehingga risiko bencana dapat berkurang.
D. Tujuan Kegiatan
Tujuan dari diselenggarakannya kegiatan ini adalah :
1. Meningkatkan kapasitas anggota Forum PRB dalam Penanggulangan Bencana
2. Mengidentifikasi akar masalah dan isu strategis yang berkembang dalam masyarakat
terkait Penanggulangan Bencana di Jawa Timur
3. Menemukan strategi advokasi kebijakan program Destana masuk dalam RPJMDes
4. Menggali sistem manajemen relawan saat tanggap darurat
5. Merajut peran pentahelix dalam Penanggulangan Bencana
E. Hasil
Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah:
1. Meningkatnya kapasitas masyarakat dalam Penanggulangan Bencana
2. Meningkatkan peran serta masyarakat/komunitas dalam pengurangan risiko bencana,
sebagai salah satu implementasi UU Nomor 24 Tahun 2007, bahwa bencana adalah
urusan bersama.
3. Mendorong kebijakan/pengintegrasian program Desa Tangguh Bencana (Destana) ke
dalam RPJM Desa
4. Terciptanya manajemen dan pengelolaan relawan saat tanggap darurat yang lebih
efektif dan efisien
5. Meningkatnya peran Pentahelix dalam Penanggulangan Bencana
F. Sasaran
Sasaran kegiatan ini terdiri dari perwakilan pemerintah dan non pemerintah dari unsur
pentahelix yang akan turut serta dalam meramaikan kegiatan jambore FPRB Jatim batch
2 dalam rangka peningkatan kapasitas dalam Penanggulangan Bencana.
3. Kewajiban Peserta
a. Peserta datang pada tanggal 18 Agustus 2023 dan melakukan registrasi
(menyerahkan surat tugas & surat keterangan sehat)
b. Peserta wajib mematuhi tata tertib yang ada
c. Peserta membawa keperluan dan kebutuhan pribadi (tenda, obat-obatan)
5. Fasilitas Peserta
a. Minuman air mineral
b. Makan 5x selama kegiatan
c. Piagam dalam bentuk soft file
d. Layanan kesehatan darurat
6. Ketentuan Pelaksanaan
a. Segala bentuk kehilangan pribadi bukan tanggung jawab panitia
b. Panitia tidak bisa dituntut atas adanya dampak kejadian musibah yang
terjadi selama pelaksanaan kegiatan.
7. Jadwal Kegiatan
Pengisi
Waktu Kegiatan Acara
Pra Kegiatan, 18 Agustus 2023
Registrasi Panitia
13.00-19.00 Penyesuaian dan Benah diri (Pendirian tenda) Panitia
19.30-21.00 Briefing Panitia
19 Agustus 2023
08.00 - 09.00 Pembukaan Panitia
Upacara Puncak Humanitarian Day, dan dilanjutkan dengan Seminar Panitia &
09.00-11.00 Kebencanaan dengan Narasumber : Nara
-Drs. Pangarso Suryotomo (BNPB) Sumber
-Dr. Ir. Eko Teguh Paripurno, MT (PSMB UVN Yogyakarta)
L. Penutup
Demikian Kerangka Acuan Kegiatan ini disusun untuk dijadikan pedoman dalam
pelaksanaan kegiatan Jambore kemanusiaan FPRB Jawa Timur Batch 2, untuk
pertanyaan dan saran bisa disampaikan kepada narahubung kami.
Besar harapan kami untuk mendapatkan dukungan dan kerjasama seluruh pihak untuk
keberhasilan dan tercapainya tujuan kegiatan ini, dan atas dukungan serta kerjasamanya
kami sampaikan terimakasih.