Anda di halaman 1dari 17

Konsep Literasi TIK dan Urgensinya pada Abad 21

Lidia Viamifta Pradani, Ardelia Davy Inggrita, Islamiah Pratiwi Ayu Larasati
Bahasa 2, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Di era yang canggih seperti sekarang ini, pendidik memiliki peran yang sangat
penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut
diperlukan berbagai upaya dan inovasi agar proses pembelajaran semakin menarik
dan bervariatif. Salah satunya yang tidak dapat dilepaskan untuk saat ini adalah
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran.
Apalagi dengan adanya pandemi yang melanda dunia dalam sejak dua tahun lalu.
Dunia pendidikan khususnya di Indonesia dipaksa untuk melakukan perubahan
dalam skala besar.

Dengan adanya berbagai pembatasan yang dilakukan oleh pemerintah


membuat dunia pendidikan harus memanfaatkan teknologi untuk melaksanakan
pembelajaran jarak jauh. Hal tersebut menuntut seorang pendidik harus melek
teknologi dan memaksimalkan penggunaan teknologi untuk mendukung proses
pembelajaran. Selain pendidik melek teknologi harus dimiliki oleh peserta didik.
Karena jika tidak maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik atau
materi yang disampaikan oleh pendidik tidak akan diterima dengan baik oleh peserta
didik. Sehingga diperlukan literasi mengenai teknologi, informasi dan komunikasi
yang merupakan pondasi bagi pendidik maupun peserta didik untuk
memanfaatkannya dengan baik untuk proses pembelajaran.

Konsep Literasi TIK

Pengertian literasi lebih dipumpunkan pada keterampilan informasi.


Kemampuan informasi mengacu pada beberapa aktivitas, yaitu mengumpulkan
informasi, mengolah informasi, dan mengomunikasikan informasi. Ketiga aktivitas
tersebut tidak dapat dilepaskan dari keterampilan membaca dan menulis, yang
dilaksanakan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas.

Literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pendidikan adalah


kemampuan untuk meganalisis, mengatur, mengembangkan dan juga mengvaluasi
teknologi. Literasi TIK sangat berkaitan dengan literasi digital atau media yang
memperbolehkan orang untuk menggunakan komputer ataupun alat digital yang lain
untuk mengakses internet menggunakan perangkat yang dimilikinya, sedangkan
literasi digital memperbolehkan untuk menggunakan internet untuk menemukan,
mengulas, mengevaluasi dan juga membuat dan menggunakan informasi melalui
layanan digital yang termasuk jaringan online, database, jurnal online, koran,
majalah, blog dan situs sosial media. Literasi TIK merupakan kemampuan
seseorang untuk memanfaatkan perangkat TIK atau alat TIK dengan benar, dan
mengakses dan juga mengatur dan mengintegrasikan, memproduksi dan juga
membagikan informasi dengan lainnya.

Kita sekarang hidup di dunia di mana TIK menjadi sangat penting dalam
setiap tempat kerja dan pendidikan. Guru mendapat manfaat dari literasi TIK karena
itu memungkinkan mereka untuk bekerja secara mandiri berinteraksi dalam
kelompok berkembang efektif. Keterampilan TIK dan mempelajari caranya
berkomunikasi menafsirkan dan bertukar data informasi dan ide literasi TIK penting
dalam lingkungan saat ini sejak TIK bisa praktis ditemukan di mana saja dalam
kehidupan kita sehari-hari. TIK telah membuat banyak hal lebih mudah akses mudah
ke informasi menghemat waktu kita memungkinkan kita untuk berkomunikasi lebih
banyak secara efektif. Mempromosikan inovasi dalam berbagai industri
meningkatkan pembelajaran teknik dan masih banyak lagi tujuan literasi TIK. Literasi
TIK memungkinkan kita untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, menilai
hasil, dan mengirimkan informasi secara bertanggung jawab cara yang dapat
diterima dan berhasil itu juga membuat kita lebih mudah untuk melakukannya

Dengan meningkatnya integrasi TIK dalam pembelajaran, guru harus


menghadapi berbagai tantangan dalam pengajaran terutama pada bahasa. Dalam
pengajaran Bahasa Inggris, metodologi baru yang berubah telah menjadi tantangan
sejak awal hingga saat ini. Banyak teori tentang belajar dan mengajar bahasa telah
diajukan dan banyak perubahan telah dibuat dalam metodologi pengajaran bahasa
berdasarkan kebutuhan pembelajar. Munculnya era digital dan pentingnya
menggabungkan TIK juga secara signifikan mengubah cara belajar dan komunikasi.
Dampak sosial dari TIK tidak dapat dipahami karena popularitas dan meluasnya
konsumsi internet setelah penemuannya membawa perubahan besar dalam
masyarakat kita. TIK baru diasimilasi dalam dunia pendidikan sebesar-besarnya
untuk membantu proses pembelajaran berbagai bidang termasuk bahasa Inggris.
Selain itu, TIK dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik. Sekarang, TIK
berkembang sedemikian rupa sehingga cara pengajaran dan pembelajaran
konvensional tidak mendorong peserta didik dan guru untuk mencapai potensi
penuh mereka. Dengan menggunakan teknologi, pengajaran dan pembelajaran
ditingkatkan dan diberi dimensi baru. Ini adalah cara terbaik untuk menciptakan
pembelajaran bahasa terutama selama situasi kritis.

Tugas-tugas ini mengharuskan peserta didik untuk mendemonstrasikan


keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk tampil dalam skenario dan
latar dunia nyata yang akan diterapkan. Praktik terbaik yang terbukti dari penelitian
seperti praktik instruksional otentik, instruksi terintegrasi, dan penilaian berbasis
kinerja telah menjadi topik pembicaraan dalam jurnal pendidikan dan telah terbukti
meningkatkan kualitas pembelajaran peserta didik. Memanfaatkan fitur-fitur penting
dari praktik terbaik yang terbukti penelitian ini berkontribusi pada model untuk
mengembangkan literasi TIK secara efektif.

Penggunaan TIK sebagai bagian dari praktik pedagogis dalam kursus


pendidikan guru berfungsi sebagai peluang untuk mengintegrasikan peluang otentik
untuk memperoleh literasi TIK sebagai kompetensi. Peserta didik mengembangkan
kompetensi ini melalui pembelajaran integratif yang menumbuhkan kemampuan
peserta didik untuk membuat hubungan antara pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman baru dan yang sudah ada, yang diperlukan untuk menanggapi
perubahan kebutuhan masyarakat. Konsep ini diwujudkan melalui kompetensi yang
diperoleh dan didemonstrasikan peserta didik saat mereka membuat rencana
pelajaran "dunia nyata" untuk pengalaman kerja lapangan mereka yang
mengintegrasikan penggunaan teknologi. Melalui model ini, peserta didik
mendemonstrasikan kompetensinya melalui kesempatan berbasis kinerja untuk
pembelajaran dan penilaian.

Pembaca yang membentuk pengetahuan mereka sendiri dari informasi yang


diberikan oleh pembuatnya dari situs perbedaan dalam peran pembaca pengunjung
sangat penting dari perspektif pedagogis dan dengan ini di pikiran guru perlu dengan
menyesuaikan pemahaman mereka dan menggambarkan kelas konstruktivis
sebagai model. Menegaskan bahwa dalam paradigma ini peran perubahan guru dari
informasi sequencer penyedia informasi dan pembuat tes untuk memandu scaffolder
dan pemecah masalah atau pencipta tugas. Sehubungan dengan menambah
konteks ini dengan komunikasi representasi multimodal TIK mereka mencatat
konstruksi proses dimulai ketika peserta didik mencari dan berinteraksi dengan alat
digital. Bahan referensi musik video dan Internet Masyarakat Internasional untuk
teknologi dan pendidikan ISTE menyatakan bahwa model guru yang efektif dan
menerapkan lima standar untuk peserta didik saat mereka merancang menerapkan
dan menilai pembelajaran multimodal.

Pengalaman untuk melibatkan peserta didik dan meningkatkan pembelajaran


dalam daftar ini tindakan seperti menggunakan TIK untuk memfasilitasi pengalaman
itu Peserta didik belajar memecahkan masalah menggunakan desain alat digital dan
mengembangkan pengalaman belajar digital. Teknologi memungkinkan semua
peserta didik untuk mengejar keingintahuan masing-masing dan menjadi peserta
aktif dan belajar mempromosikan dan tanggung jawab dan terlibat dalam
pertumbuhan profesional dan kepemimpinan untuk guru. Maka dari itu utama untuk
memberikan pembelajaran peluang yang berpusat pada peserta didik dan
ditingkatkan secara digital sekarang bukan itu mengatakan bahwa belajar membaca
dan menulis gaya ekspositori tidak lagi berharga atau tidak harus diajarkan
keterampilan ini dan kompetensi akan tetap berguna dan dimiliki tujuan untuk
beberapa waktu yang akan datang, namun berbagai pengalaman belajar di ruang
kelas perlu diperluas sehingga peserta didik memperoleh kompetensi juga dengan
membaca menafsirkan mewakili dan berkomunikasi dalam gambar dan layar mode
peserta didik harus memiliki ini keterampilan literasi kontemporer sehingga mereka
dapat dengan mudah memilih mode yang muncul paling tepat untuk tujuan
representasi dan komunikasi jika perlu untuk mewakili sesuatu yang terbaik
dilakukan di Gambarnya sekarang bisa saya lakukan dengan sangat mirip menulis.

Literasi digital lebih dari sekadar mengetahui cara menggunakan internet itu
adalah salah satu keterampilan yang paling penting di abad ke-21 dan itu terutama
penting bagi remaja saat ini kalau literasi berarti kemampuan membaca dan menulis
maka literasi digital adalah kemampuan untuk menggunakan memahami dan
membuat konten online mari kita bahas skill yang pertama yaitu menggunakan
kemampuan untuk menggunakan tidak hanya googling untuk jawaban ini tentang
cara menggunakan situs web perangkat dan platform media lainnya yang saya yakin
banyak dari kita sudah tahu bagaimana melakukannya itu juga melibatkan
penemuan yang kredibel sumber informasi saya bisa menggunakan internet ketika
digital literasi adalah kemampuan untuk memahami kemampuan memahami berarti
memiliki keterampilan untuk menilai dan mengevaluasi hal-hal yang kita lihat dan
dengar secara online apakah kita sedang membaca fakta atau sedang membaca
berita palsu apakah kita dicuci otak atau kita benar-benar mendapatkan informasi
informasi yang kami terima ini dapat berubah perilaku dan persepsi kita tentang
dunia jadi sangat penting untuk mengetahui kapan itu terjadi dan karena kami
menghabiskan lebih banyak waktu online kita perlu menyeimbangkan online kita dan
kehidupan luring kita perlu memahami perbedaannya antara sehat dan tidak sehat
hubungan daring kita juga perlu berkontribusi dalam masyarakat secara aman dan
bertanggung jawab tata kramaketerampilan ketiga dan terakhir menuju digital literasi
adalah kemampuan untuk mencipta dan saya tidak hanya berbicara tentang
menciptakan presentasi untuk kelas Anda sekalipun yang diperhitungkan juga saya
berbicara tentang membuat blog dan posting di media sosial dan ketika kita
melakukan itu penting untuk tahu bahwa apa pun yang kami poskan di luar sana
bisa memiliki efek pada orang informasi yang kami bagikan dapat berupa dipahami
dalam berbagai cara sehingga kami perlu memikirkan hal itu menggunakan
memahami dan menciptakan tiga keterampilan untuk membantu mempercepat Anda
belajar dan membantu Anda menjadi digital terpelajar dan lain kali Anda berada di
depan a layar dan ya itu termasuk ponsel Anda perhatikan risikonya dan terapkan ini
tiga keterampilan untuk menjadi kompeten warga digital.
Literasi teknologi informasi dan komunikasi sendiri memiliki tujuh elemen
penting. Tujuh elemen ini harus benar-benar dipahami dan diterapkan agar peserta
didik, pendidik maupun penyelenggara Pendidikan mampu menerapkan teknologi
informasi dan kominikasi dengan baik. Tujuh elemen literasi teknologi informasi dan
komunikasi terdiri dari define, access, evaluate, manage, integrate, create, dan
communicate.
1. Define memilik arti memahami atau mengartikulasikan ruang lingkup masalah
informasi yang bertujuan untuk memberikan fasilitas dalam pencarian informasi
dengan memanfaatkan teknologi.
2. Akses (access) merupakan suatu kegiatan atau proses mengambil dan
mengumpulkan informasi lewat duna digital.
3. Evaluasi (evaluate) merupakan suatu kegiatan atau proses untuk menilai apakah
sebuah informasi sudah sesuai dengan aturan dalam dunia digital.
4. Mengelola (manage) merupakan kegiatan atau suatu proeses yang bertujuan
untuk mengatur seluruh informasi yang ada dan menyimpannya dnegan rapi agar
mudah dicari di masa yang akan dating.
5. Mengintegrasikan (integrate) merupakan kegiatan atau proses yang bertujuan
untuk menyatukan seluruh informasi dengan alat digital sehingga informasi yang
ada menjadi jelas meskipun berasal dari berbagai sumber.
6. Mencipta (create) adalah kegiatan atau proses menciptakan, mengadaptasi,
menerapkan atau mendesain sebuah informasi dalam ruang lingkup digital agar
bisa dimanfaatkan di kemudian hari.
7. Berkomunikasi (communicate) merupakan kegiatan atau proses untuk
memberikan informasi kepada orang atau pihak lain dalam berbagai bentuk.
Tujuannya adalah agar informasi yang disampaikan dapat dimanfaatkan dengan
baik.
Dalam literasi teknologi, informasi komunikasi ada beberapa standar yang
harus dipenuhi agar dapat dikatakan bahwa seseorang atau kelompok sudah
mengerti mengenai teknologi informasi dan komunikasi secara mendalam. Standar
yang ada dalam literasi teknologi, informasi dan komunikasi didasarkan pada
keputusan dari International Society for Technology in Education (ISTE). ISTE
sendiri adalah sebuah kerangka kerja yang membahas mengenai strategi penerapan
teknologi khususnya dalam dunia Pendidikan yang betujuan agar proses
pembelajaran bisa berjalan dengan baik. Standar ISTE ini harus dikuasai dan
dipahami dengan baik oleh semua komponen tersebut di mana ISTE sendiri terdiri
Standar tersebut berdasarkan dari International Society for Technology in Education
(ISTE) yang menjelaskan bahwa kerangka kerja terkait strategi digital dalam dunia
Pendidikan memiliki dampak yang positif pada kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini
ISTE merancang kerangka kerja yang lengkap termasuk membuat standar teknologi
untuk peserta didik, guru, hingga pimpinan sekolah. Standar teknologi yang
dirancang ISTE terdiri dari Empowered Learning, Digital Citizen, Knowledge
Constructor, Innovative Designer, Computational Thinker, Creative Communicator,
dan Global Collaborator.
Selain standar yang ditetapkan oleh ISTE untuk mengetahui mengenai literasi
teknologi, informasi dan komunikasi ada juga standar yang didasarkan pada
keputusan yang dibuat oleh International Technology Education Association (ITEA).
ITEA sendiri mengatakan bahwa standar literasi teknologi, informasi dan komunikasi
terdiri dari 20 indikator utama. Di mana indicator tersebut terdiri dari tahap awal
seperti pemahaman peserta didik tentang teknologi sampai pada infrastruktur yang
mendukung teknologi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ada dua standar utama yang biasa digunakan
untuk mengetahui literasi teknologi, informasi dan komuniasi bagi peserta didik,
pendidik, maupun penyelenggara Pendidikan. Standar tersebut adalah standar dari
ISTE dan ITEA yang masing-masing memiliki indikator tersendiri.

Kriteria Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran


Teknologi informasi dan komunikasi saat ini tidak bisa dipisahkan dengan
proses pembelajaran. Di mana dunia Pendidikan sudah sangat lekat dengan
teknologi, informasi dan komunikasi. Apalagi semenjak adanya Covid-19 yang
melanda dunia, sector Pendidikan dipaksa berlari dengan sangat cepat untuk
menerapkan teknologi guna mendukung proses pembelajaran. Di Indonesia sendiri
tidak dapat dipungkiri bahwa penerapan tenkologi, informasi dan komunikasi masih
memiliki banyak kendala.
Kendala tersebut berhubungan dengan sumber daya manusia Indonesia yang
belum sepenuhnya melek akan teknologi maupun dikarenakan fasilitan teknologi,
informasi dan komunikasi yang masih memiliki banyak kekurangan. Meski masih
ada banyak sekali kendala, sebagai bagian dari dunia Pendidikan kita harus sebisa
mungkin untuk terus menerapkan teknologi dalam dunia Pendidikan dengan
mengurangi hambatan-hambatan tersebut sedikit demi sedikit.
Agar bisa mengurangi hambatan atau kendala yang adalah dalam proses
penerapan teknologi informasi dan komunikasi, maka kita harus tahu dulu kriteria
teknologi, informasi dan komunikasi seperti apa yang baik untuk diterapkan dalam
proses pembelajaran. Dengan mengetahui kriterianya maka kita bisa memanfaatnya
dengan sebaik-baiknya. Ada beberapa kriteria umum dalam penerapan teknologi,
informasi dan komunikasi proses pembelajaran semakin mudah.
Kriteria pertama adalah teknologi, informasi dan komunikasi harus bisa
menjembatani dan memberikan kemudahan bagi pendidik untuk mengakses sumber
daya pembelajaran. Dengan kemudahan tersebut diharapkan pendidik mampu
menciptakan konten untuk pembelajaran yang mudah dipahami dan meningkatkan
kemapuan peserta didik dengan baik. Konten yang dibuat dengan memanfaatkan
eknologi, informasi dan komunikasi memiliki beberapa kriteria khusus, di antaranya
adalah sebagai berikut:
1) Konten yang dibuat untuk bahan pembelajaran harus bisa memfasilitasi minat
dan bakat peserta didik, jadi tidak hanya memperhatikan sisi teknologi, informasi
dan komnikasinya saja. Tapi juga harus disesuaikan dengan lingkungan dan
kebutuhan dari masing-masing peserta didik.
2) Konten yang dibuat dengan memanfaatkan teknologi, informasi dan komunikasi
harus sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik. Jangan membuat konten
pembelajarna yang melebihi kemampuan peserta didik, karena akan menjadi
percuma.Konten harus sesuai dengan tingkat kognitif para pembelajar,
3) Struktur konten yang dibuat menggunakan teknologi informasi dan komunikasi
harus sesederhana mungkin, dengan begitu peserta didik akan mudah
menerima konten yang disampaikan.
4) Konten untuk pembelajaran yang dibuat dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi harus dibuat dan dirancang dengan memperhatikan
kondisi visual, sehingga visualisasi dari konten tersebut mendukung materi yang
disampaikan.
Kriteria kedua adalah peneriana teknologi, informasi dan komunikasi dalam
proses pembelajaran harus bisa menghadirkan suasana pembelajaran yang sama
baik pembelajaran dilakukan secara virtual maupun secara langsung. Teknologi
yang semakin berkembang pesat sudah sepantasnya bisa menghadirkan suasana
belajar yang tidak jauh berbeda dengan antara offline dan online. Untuk
menciptakan suasana tersebut makan penerapan teknologi, informasi dan
komunikasi harus memperhatikan beberapa hal berikut ini, di antaranya adalah
sebagai berikut:
1) Dalam proses pembelajaran pendidik harus bisa membangun lingkungan belajar
yang menyenangkan dan membuat peserta didik antusias meski pembelajaran
dilakukan secara virtual dengan bantuan teknologi, informasi dan komunikasi.
Sehingga pada akhirnya siswa tidak kehilangan suasna kelas yang
menyenangkan meski pembelajaran dilakukan dari jauh.
2) Pendidik harus mampu memberikan umpan balik yang membangun dan
pastinya tepat waktu, serta mampu memberikan umpan balik sesuai dengan apa
yang dibutuhkan oleh peserta didik.
3) Meski pembelajaran dilakukan secara virtual, pendidik harus mampu
menciptakan suasana belajar yang melibatkan emosional dari peserta didik.
Dnegna begitu selain kecerdasan dalam hal pembelajaran, peserta didik juga
bisa mapan secara emosional. Karena kedua hal tersebut harus berjalan dengan
seiringan agar pembelajaran dapat dikatakan berhasil.
Kriteria ketiga, adalah penerapan teknologi informasi dan komunikasi harus
menghadirkan sebuah system pembelajaran yang efektif dan memudahkan semua
yang ada dalam dunia Pendidikan, baik itu peserta didik, pendidik atau
penyelenggara Pendidikan. Misalnya menggunakan learning management system
(LMS) yang terintegrasi. Untuk menghadirkan sebuah system yang efektif maka ada
beberapa yang harus diperhatikan, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Struktur dari system pembelajaran online harus sejalan dengan proses
pengajaran, karena jika tidak akan justru akan jadi penghambat.
2. Sistem pembelajaran online harus menyediakan layanan otomatis yang
memberikan kemudahan saat proses pembalajaran berlangsung, bukan
sebaliknya.
3. Sistem pemebkajaran obline harus bisa melindungi berbagai data yang ada
didalamnya, terutama data-data penting yang digunakan selama proses
pembalajaran berlangsung,
4. Sistem pembelajaran online harus dirancang dengan sebaik mungkin agar
memberikan kemudahan bagi peserta didik, sehingga adanya system ini
membantu proses pembelajaran bukan sebaliknya. Pasalnya jika system justru
menyulitkan maka bisa membuat motivasi belajar peserta didik menjadi menurun.

Kriteria keempat, penerapan teknologi informasi dan komunikasi harus


memfasilitasi semua pengguna tanpa terbatas pada pengalaman menggunakan
teknologi tersebut. Sistem teknologi yang digunakan selama pembelajaran jarak jauh
diharapkan tidak terbatas hanya untuk pengguna yang berpengalaman dalam
penggunaannya, melainkan bisa digunakan oleh siapapun yang memiliki
kepentingan menggunakan teknologi tersebut. Untuk menghadirkan kondisi tersebut,
maka perlu diperhatikan hal berikut:
1) Komponen dan label-label yang digunakan dalam teknologi untuk pembelajaran
bersifat universal sehingga bisa diketahui dan dipahami oleh semua pengguna,
baik pengajar maupun pembelajar, dan
2) Adanya buku panduan/tutorial yang sederhana, jelas dan ringkas.

Kriteria kelima, penerapan teknologi informasi dan komunikasi harus mampu


memfasilitasi interaksi antara pengajar dan pembelajar, khususnya ketika
pembelajar mengalami kesulitan dan ingin bertanya kepada pengajarnya. Untuk
mendorong para pembelajar berani bertanya ketika mengalami kesulitan, maka
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu

1) Adanya dorongan yang tepat dari guru dan pihak lain,


2) Terbangunnya suasana yang nyaman ketika pengajar dan pembelajar
melakukan interaksi selama pembelajaran, dan
3) Adanya umpan balik yang tepat dan efektif kepada pembelajar yang mengalami
kesulitan.

Manfaat Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran


Ada beberapa manfaat dari adanya teknologi informasi dan komunikasi bagi
peserta didik, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran menjadi lebih menarik dan interaktif
Penggunaan media pembelajaran berupa foto ataupun video, dapat
menarik perhatian siswa bila dibandingkan dengan penjelasan secara
deskripsi secara lisan. Guru dapat menciptakan berbagai kegiatan yang
variatif dan mengaktifkan siswa melalui foto maupun gambar objek yang
dibahas.

b. Pembelajaran menjadi lebih konkret dan nyata


Penggunaan media pembelajaran di tingkat Sekolah Dasar, lebih-lebih
di kelas rendah sangat sesuai dengan karakteristik siswa yang masih berada
dalam taraf “operasional-konkret. Dengan media ini siswa akan lebih mudah
mempelajari segala sesuatu yang secara langsung dapat mereka lihat,
dengar, pegang dan merasakan.

c. Pengelolaan pembelajaran lebih efektif dan efisien


Dengan media pembelajaran, guru dapat terbantu untuk tidak perlu
banyak menulis atau mengilustrasikan di papan tulis. Ilustrasi dan tulisan
yang dibutuhkan dapat dipenuhi guru dengan waktu yang tepat dan cepat
melalui fasilitas yang terdapat pada komputer.

d. Mendorong siswa belajar secara lebih mandiri


Media Pembelajaran yang sudah dirancang khusus untuk
pembelajaran tertentu dapat dipergunakan oleh siswa untuk belajar baik
secara individu maupun secara kelompok.

e. Meningkatkan kualitas pembelajaran


Dengan media pembelajaran proses pembelajaran menjadi lebih efektif
dan efisien, serta dapat meningkatkan kualitas pembelajaran secara
menyeluruh.

f. Proses pembelajaran dapat dilakukan di mana dan kapan saja


Program audio, video, komputer (offline dan online) adalah media
pembelajaran yang dapat digunakan di mana saja dan kapan saja sesuai
dengan kondisi dan situasi guru maupun siswa.

g. Menimbulkan sikap positif siswa terhadap proses pembelajaran


Penggunaan media yang dirancang sesuai dengan kebutuhan belajar
siswa dapat menimbulkan sikap positif siswa terhadap proses belajar
mengajar

Urgensi Literasi TIK pada Pembelajaran Abad 21

Kurikulum merdeka memberikan penekanan yang kuat pada pengajaran


kepada peserta didik mengenai cara belajar di abad ke-21 dengan meminta mereka
menerapkan apa yang telah mereka pelajari pada situasi dunia nyata baik di dalam
maupun di luar kelas. Pemanfaatan TIK secara tepat guna dan berkelanjutan
diperlukan untuk memenuhi persyaratan tersebut sebagai bagian dari implementasi
kurikulum merdeka. Kebutuhan abad 21 saat ini sebenarnya menuntut kemampuan
pemahaman (kognitif) yang mendalam dalam konteks suatu isu, peristiwa, atau
kejadian. Antara dosen dan mahasiswa, media pembelajaran komputer berfungsi
sebagai alat, baik nyata maupun virtual, yang dapat membantu mahasiswa
memahami materi pelajaran dengan lebih efektif dan cepat. Salah satu aspek
pembelajaran abad 21 adalah penggabungan TIK. Selalu ada periode kemajuan
pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Meski terisolasi secara geografis,
teknologi ini membuat dunia tanpa batas. Dalam dunia pendidikan, masa globalisasi
yang semakin berkembang ditandai dengan banyaknya ilmu pengetahuan dan
kemajuan teknologi yang sangat cepat, khususnya teknologi informasi dan
komunikasi, yang telah mengubah jalannya sejarah. Tanpa memperhitungkan batas
negara, dunia kini menjadi lebih transparan. Hal ini mempengaruhi setiap aspek
kehidupan sosial, sosial, dan politik. Juga, itu mungkin mempengaruhi perspektif
komunitas kolektif, pola sikap, dan pola perilaku.

Bangsa Indonesia menghadapi tantangan dalam mewujudkan Indonesia yang


tangguh di abad ke-21. Hal ini dapat dicapai jika setiap warga Indonesia memiliki
karakter dan kemauan yang kuat untuk membangun peradaban di seluruh negeri.
Pesatnya kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), yang telah
menyebabkan pergeseran paradigma pembelajaran yang ditandai dengan
perubahan kurikulum, media, dan teknologi, telah berkontribusi pada reputasi abad
ke-21 untuk membawa perubahan. Media pendidikan yang efektif menerjemahkan
ide-ide abstrak ke dalam bahasa yang mudah dipahami. Tuntutan pembelajaran
abad 21 tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK). Pemanfaatan teknologi sebagai sarana pembelajaran untuk
meningkatkan keterampilan belajar merupakan salah satu syarat pendidikan abad
21. Penggunaan teknologi yang tepat dan etis untuk kehidupan sehari-hari harus
diajarkan kepada peserta didik. Selain itu, pemikiran kreatif, komunikasi yang efisien,
produktivitas tinggi, dan kemampuan spiritual semuanya dapat ditingkatkan melalui
pengajaran dan pembelajaran.

Pertumbuhan masyarakat terkadang berimplikasi pada pembelajaran abad


ke-21. Seperti diketahui, peradaban berkembang dari prasejarah menjadi agraris,
kemudian menjadi industri, dan saat ini sedang beralih ke informasi. Kemajuan
digitalisasi mendefinisikan masyarakat yang kaya informasi. Penggunaan komputer,
internet, dan telepon seluler meningkat secara signifikan sejak tahun 1960.
Komunitas online telah menggantikan komunitas offline sebagai norma dalam
masyarakat. Sebagai catatan, ada 88,1 juta pengguna internet di Indonesia pada
tahun 2015, dan saat ini ada 196,7 juta atau 73,7% dari populasi. Suka atau tidak
suka, pendidikan Indonesia harus mengikuti digitalisasi masyarakat yang semakin
pesat karena hal tersebut. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk
tetap mengikuti terobosan terbaru dalam digitalisasi, kita harus melek digital dan
mampu menerapkan berbagai pendekatan atau model pembelajaran berbasis TIK.

Era digital membuat guru harus melek teknologi di era TIK karena peserta
didik yang akan mereka ajar adalah mereka yang lahir dan berkembang di era
digital. Teknologi memiliki dampak yang signifikan pada peserta didik. Karena
peserta didik pada dasarnya ingin menjadi ahli di bidang teknologi. Orang
memperlakukan internet dan ponsel seperti bahan pokok. Facebook dan WhatsApp
adalah platform media sosial yang populer di kalangan pelajar. Ini menunjukkan
bahwa meskipun peserta didik saat ini sangat mahir dalam bidang teknologi, guru
mereka tidak. Guru yang masing sangat kurang melek teknologi dibandingkan
dengan peserta didiknya. Karena itu, sering terjadi kesenjangan antara peserta didik
dan guru yang tidak menggunakan teknologi dalam pelajaran mereka. Bagaimana
menggabungkan teknologi dengan pendidikan dan menutup celah adalah strategi
yang solid. Hubungan peserta didik dan pendidik dapat diperkuat melalui identifikasi
dan pemanfaatan minat peserta didik (Sari, 2014).

Menurut (Eggen. Paul., 2012), kriteria guru dan peserta didik di sekolah abad
21 atau abad digital adalah mereka yang mengaitkan penggunaan teknologi di kelas.
Salah satu cara bagi guru untuk membantu peserta didik agar siap menghadapi
kehidupan di era digital adalah dengan menggunakan keahlian mereka dalam mata
pelajaran, pendidikan, dan teknologi untuk mendukung pengalaman belajar,
kreativitas, dan inovasi peserta didik tingkat lanjut di lingkungan dunia nyata dan
virtual.

Syahputra (2018) mengemukakan terdapat empat unsur pokok pembelajaran


abad 21 yakni

1) Instruksi yang berpusat pada siswa sangat penting


Metode pembelajaran yang berpusat pada peserta didik harus digunakan
untuk mengembangkan pembelajaran. Peserta didik diperlakukan sebagai objek
pembelajaran yang secara aktif menumbuhkan potensi dan bidang minatnya.
Alih-alih mendengarkan dan menghafal ceramah guru, peserta didik sekarang
berusaha untuk membangun pengetahuan dan kemampuan mereka sendiri
sesuai dengan kapasitas dan tingkat perkembangan kognitif mereka sambil
didorong untuk berpartisipasi dalam pemecahan masalah sosial yang
sebenarnya;
2) Pendidikan harus kolaboratif
Dalam hal ini peserta didik harus diajarkan untuk dapat bekerjasama
dengan orang lain. Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda dalam latar
belakang budaya dan nilai-nilai mereka. Dalam menggali informasi dan
mengonstruksi makna, peserta didik perlu didorong untuk dapat berkolaborasi
dengan teman sekelasnya. Dalam mengerjakan suatu proyek, peserta didik
perlu diajari bagaimana menghargai kekuatan dan bakat setiap orang dan
bagaimana mengambil peran dan beradaptasi dengan tepat pada mereka;
3) Pembelajaran harus memiliki konteks
Dijelaskan bahwa pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak
berdampak pada kehidupan peserta didik di luar sekolah. Oleh karena itu, materi
pelajaran perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Guru
mengembangkan metode pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
terhubung dengan dunia nyata. Guru membantu peserta didik untuk menemukan
nilai, makna dan keyakinan terhadap apa yang mereka pelajari dan dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Guru melakukan penilaian kinerja
peserta didik yang dikaitkan dengan dunia nyata;
4) Sekolah harus terintegrasi dengan masyarakat
Dalam upaya mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang
bertanggung jawab, sekolah harus mampu memfasilitasi peserta didik untuk
terlibat dalam lingkungan sosialnya. Misalnya mengadakan kegiatan pengabdian
masyarakat, dimana peserta didik dapat belajar mengambil peran dan
melakukan kegiatan tertentu dalam lingkungan sosial. Peserta didik dapat
dilibatkan dalam berbagai program pembangunan di masyarakat, seperti:
kesehatan, pendidikan, program lingkungan, dan sebagainya. Selain itu, peserta
didik juga perlu diajak mengunjungi panti asuhan untuk melatih empati dan
kepedulian sosialnya.

Karena kemajuan teknologi digital saat ini, guru tidak lagi menjadi sumber
utama pengetahuan bagi peserta didik. Oleh karena itu, guru harus dapat
mendorong dan memfasilitasi penggunaan kemajuan digital oleh peserta didik
mereka untuk mencari dan mengakses sumber belajar. Peserta didik didorong oleh
ini untuk menjadi lebih terlibat dalam pendidikan mereka dan mencari sumber
pengetahuan menggunakan teknologi baru. Jenis pengetahuan baru yang harus
diperoleh pendidik agar dapat memasukkan teknologi ke dalam pembelajaran
disebut TPACK (Technological Pedagogical Content Knowledge).

Ciri-ciri seorang guru pada abad ke-21 antara lain sebagai berikut:

1. Guru harus memiliki minat baca yang tinggi


2. Guru harus mampu menghasilkan karya tulis ilmiah. Guru perlu memiliki kapasitas
untuk menghasilkan karya ilmiah di samping memiliki minat baca yang kuat.
karena tugas seorang guru biasanya menuntut dia untuk menugaskan siswanya
berbagai pekerjaan rumah. Menulis esai singkat, artikel jurnal, resensi buku, dan
tugas-tugas lain adalah tugas-tugas yang diberikan guru kepada murid-muridnya.
Guru harus menjadi penulis yang terampil untuk mencapai hal ini.
3. Saat menerapkan model pembelajaran, guru harus imajinatif dan inventif. Guru
yang imajinatif dan kreatif harus menggunakan model pembelajaran yang dapat
membangun pengetahuan siswanya untuk memenuhi harapan pendidikan abad
21. Kreativitas dan daya cipta peserta didik akan meningkat sebagai hasil dari
kombinasi metode pembelajaran dan penggunaan teknologi digital.
4. Guru memiliki kapasitas untuk berubah secara budaya. Perspektif "berpusat pada
guru" budaya pembelajaran sebelumnya perlu berkembang menjadi "berorientasi
pada siswa". Menyediakan lingkungan belajar di mana peserta didik dapat
sepenuhnya tumbuh dan membangun pengetahuan mereka.

Ciri-ciri peserta didik abad 21 diantaranya:

1. Mampu berpikir kritis, berkomunikasi secara efektif, memecahkan masalah, dan


bekerja sama dengan orang lain.

2. Memiliki keinginan dan kemampuan TIK, media baru, dan melek digital.

3. Upaya adaptif dan fleksibel.

Kesimpulan

Menurut pembahasan yang telah diuraikan, pendidikan pada abad 21


merupakan proses pemberdayaan seluruh calon peserta didik untuk
mengembangkan karakter yang lebih baik. Banyak kemajuan pendidikan dari abad
21 yang dapat digunakan di Indonesia. Salah satunya adalah sekolah harus
menyesuaikan metode pengajaran mereka untuk mengikuti kemajuan teknologi
terbaru karena pergeseran global menuju digitalisasi. Baik guru dan peserta didik
harus mahir dalam teknologi digital di abad 21. Dalam situasi ini, peserta didik
mungkin terdorong untuk menyelidiki materi pembelajaran tambahan di internet dan
melalui media pembelajaran lain selain gurunya. Implementasi teknologi digital akan
mengubah model pembelajaran secara dramatis. Untuk mencapai hasil yang
diinginkan, harus ada pemerataan yang lebih besar dalam literasi TIK di seluruh
sekolah di Indonesia.

Latihan soal

1. Apa pengertian Literasi?


2. Apa pengertian Literasi TIK dalam pendidikan?
3. Sebutkan macam-macam literasi TIK dalam dunia pendidikan?
4. Apa pentingnya literasi TIK dalam pengajaran?
5. Bagaimana caranya mempelajari literasi TIK dan melek teknologi?
6. Apa yang menyebabkan peserta didik harus melek literasi digital?
7. Apa saja yang dapat dilakukan oleh lembaga pendidikan untuk dapat menunjang
kemampuan menggunakan TIK bagi guru?
8. Kompetensi apa saja yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk dapat
mengembangkan potensinya pada pembelajaran abad 21?
9. Kegiatan apa yang dapat menunjang peserta didik dalam memiliki kompetensi
abad 21?
10. Model pembelajaran seperti apa yang dapat meningkatkan kompetensi literasi
peserta didik?

Referensi

Astini, N. K. S. (2019, August). Pentingnya literasi teknologi informasi dan


komunikasi bagi guru sekolah dasar untuk menyiapkan generasi milenial.
In Prosiding Seminar Nasional Dharma Acarya (Vol. 1, No. 1).

Budiman H.R., Sjafirah, N.A., dan Bakti, I. (2015). Pemanfaatan Teknologi


Informasi Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran Bagi Para Guru Smpn 2 Kawali
Desa Citeureup Kabupaten Ciamis. Dharmakarya: Jurnal Aplikasi Ipteks Untuk
Masyarakat. Vol. 4. No. 1.

Embung Megasari Zam. (2021). Peran Literasi Teknologi Informasi Dan


Komunikasi Pada Pembelajaran Jarak Jauh Di Masa Pandemi Covid-19.
EDUTECH : Jurnal Inovasi Pendidikan Berbantuan Teknologi Vol. 1 No. 1

Fauza Erina. (2022). Implementasi Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi


Dan Komunikasi Dengan Menggunakan Komputer Multimedia Dalam Pembelajaran
Pai Di Sdit Mutiara Kota Pariaman. INOVASI Vol. 2 No. 2.

Marlina, T., & Khoiriyah, Z. (2022). PERAN GURU PADA PEMBELAJARAN


LITERASI DI SEKOLAH DASAR UNTUK MEREALISASIKAN PROGRAM
MERDEKA BELAJAR. Bina Gogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, 9(2), 160-166.

Ni Komang Suni Astini. (2019). Pentingnya Literasi Teknologi Informasi Dan


Komunikasi Bagi Guru Sekolah Dasar Untuk Menyiapkan Generasi Milenial. Jurnal
STKIP Agama Hindu Amlapura.

Pertiwi, D. H., Jiwa, R. A. P., Ajismanto, F., Susanti, R., Sukmawati, F., Andrian,
R., ... & Ardiansyah, M. R. (2022). Literasi TIK dan Media Pembelajaran. Pradina
Pustaka.

Rahayu, R., Iskandar, S., & Abidin, Y. (2022). Inovasi pembelajaran abad 21 dan
penerapannya di Indonesia. Jurnal Basicedu, 6(2), 2099-2104.

Rustan Efendy dan Siti Ahsanul Haq. (2022). Analisis Literasi Teknologi Informasi
Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran Jarak Jauhdi Masa Pandemi. AL-ISHLAH:
Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 20. No. 1

ZAM, E. M. (2021). Peran Literasi Teknologi Informasi Dan Komunikasi Pada


Pembelajaran Jarak Jauh Di Masa Pandemi Covid-19. EDUTECH: Jurnal Inovasi
Pendidikan Berbantuan Teknologi, 1(1), 9-18.

Anda mungkin juga menyukai