Anda di halaman 1dari 9

Critical Book Report

Tugas Prasista Dama Yanti

CRITICAL BOOK REPORT

Nama : Prasista Dama Yanti

NIM : 2101110961

Mata Kuliah : Sistem Komunikasi Indonesia

Program Studi : S1 Ilmu Komunikasi Universitas Riau

Dosen Pengampuh : Ismandianto M.I.KOM

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi adalah tindakan pertama di awal kehidupan manusia.
Komunikasi muncul ketika manusia hendak menyampaikan keterbatasannya
sebagai makhluk yang berhadapan dengan realitas alam maha luas yang
melengkapi dirinya. Pers di Indonesia berubah secara drastic setelah lengsernya
Presiden Soeharto pada tahun 1998. Seiring dengan kian berkembangnya
industry media, maka muncul kecenderungan konglomerasi media.
Konglomerasi media tampaknya merupakan fenomena global.
Ziauddin Sardar (2008) mencatat konglomerasi media telah meluas
dengan pesat sehingga hanya segelintir perusahaan yang sekarang
mengendalikan kebanyakan produk media. Perkembangan televisi di Indonesia
cukup pesat. Satu-satunya media massa yang memiliki akses terbesar adlaah
televisi sehingga akhirnya televisi adalah satu-satunya bentuk komunikasi publik
yang paling kuat serta tempat utama bagi negosiasi social perihal gagasan-
gagasan, nilai-nilai, dan gaya hidup. Tayangan televisi sudah semakin variatif.
Bukan hanya sajian hiburan semacam tayangan sinetron, panggung musik,
reality show, dan lain-lain.

B. Rumusan Masalah
1. Ringkasan Buku
2. Keunggulan dan Kelemahan Buku

1
Critical Book Report
Tugas Prasista Dama Yanti

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan critical book review ini adalah untuk mengetahui keunggulan dan
kelemahan serta ringkasan dari buku yang berjudul Komunikasi dan Realitas Media di
Indonesiam oleh Fadjarini Sulistyowati, Tri Agus Susanto, dan Sahrul Aksa. Mahasiswa
Ilmu Komunikasi Universitas Riau dan sebagai tugas ujian akhir semester saya dalam
mata kuliah Sistem Komunikasi Indonesia serta pada tujuan penulisan critical book
review ini bukan untuk menghina, merendahkan dan mencari-cari kesalahan penulis,
namun bias dijadikan masukan substansi berupa kritis dan saran terhadap isi, substansi,
dan cara penulisan buku.

D. Informasi Buku

Judul Buku : Komunikasi dan Realitas Media di Indonesia


Penulis : staf pengajar Program Studi Ilmu Komunikasi STPMD ‘APMD’
Yogyakarta
Kota terbit : Yogyakarta
Penerbit : Lintang Pustaka Utama, Yogyakarta
Tahun Terbit : 2017
Jumlah Halaman : 62 halaman

2
Critical Book Report
Tugas Prasista Dama Yanti

BAB II
RINGKASAN, KELEBIHAN, DAN KELEMAHAN BUKU

BAB 1: Instalasi Komunikasi Dalam Humanisme: Upaya Melacak Epistimologi


A. Ringkasan Bab
komunikasi adalah tindakan pertama di awal kehidupan manusia. Komunikasi
muncul ketika manusia hendak menyampaikan keterbatasannya sebagai
makhluk hendak menyampaikan keterbatasannya sebagai makhluk berhadapan
dengan realitas alam maha luas yang melingkupi dirinya. Horkheimer
mengatakan bahwa proses representasi yang juga adalah manusia modern justru
melahirkan mitos-mitos baru. Rasionalisasi manusia modern adalah mitologisasi
itu sendiri dimana representasi selalu muncul. Nada yang sama dikemukakan
oleh Albert Sisifus(Camus, 1999:154-159). Mitos sudah ada dan menjadi bakat
sejak manusia ada serta ikut mengalami perubahan pengertian menyertai
perkembangan kebudayaan.

1. Representasi, Ekspresi, Keterbatasan Manusia


Dalam proses representasi, imajinasi dan kesadaran manusia berjumlah
cukup. Kehadiran bahasa menjadi sangat penting sebagai kendaraan yang akan
mengangkut imajinasi menembus ruang fisik. Bahasa juga memiliki
keterbatasan, pertama, keterbatasan secara kuantitas untuk mewakili seluruh
objek dan fakta. Kedua, bahasa membawa sifat ambigu sehingga sangat
mungkin dikeliru tafsirkan. Ketiga, sifatnya mengandung bias budaya, dalam hal
ini bahasa menunjukkan suatu dunia simbolik yang khas , yang melukiskan
pikiran, pengalaman batin dan kebutuhan pemakainya. Bahasa yang lahir
selanjutnya menjadi teks yang dibasahakan, kemudia terus menerus mengalami
pembesaran makna. Teks yang berupa representasi kemudian menjadi milik
bersama, menjadi alat budaya kemudian menjadi kesepakatan-kesepakatan yang
akan mengatur tata kehidupan segenap penggunanya.

2. Proyeksi dalam Humanisme: Representasi dari Keterbatasan Tubuh


Ada tiga aliran dari Yunani Klasisk tentang tubuh, pertama yang
dikemukakan oleh Cyrenaic yang percaya bahwa kebahagiaan tubuh jauh lebih
baik daripada kebahagiaan mental. Sebaliknya Epicurus mengatakan bahwa
lebih bagus kebahagiaan mental. Sedangkan aliran ketiga yang awalnya kurang
populer tetapi banyak berpengaruh dalam studi tubuh sampai sekarang adalah
yang dikemukakan oleh Orpheus yang menyebutkan bahwa tubuh adalah
kuburan bagi jiwa .
Sampai akhir abad pertengahan, dua dari tiga pandangan tentang tubuh
manusia mengalami pendalaman dan perkembangan ditangan beberapa filsuf,

3
Critical Book Report
Tugas Prasista Dama Yanti

sementara pandangan mengenai tubuh sebagai penjara bagi jiwa diperhadapkan


pada persoalan-persoalan materil baru menjadi ramai setelah memasuki abad
pencerahan. Memasuki masa pencerahan dan lebih ramai lagi di era modern,
studi tubuh mulai menelaah hubungan antara tubuh sehubungan dengan
perubahan orientasi hidup setelah ditemukannya mesin-mesin produksi yang
membuka peluang akses tubuh terhadap konsumsi, sehingga hubungan antara
tubuh dengan realitas semakin kompleks.

3. Etika dalam Ruang Sosial, Munculnya Humanisme


Freud mengatakan bahwa bayi yang baru lahir adalah perwujudan dari
id. Lambat laun ego berkembang dari id ini dengan bertambahnya usia yang
menghasilkan pengalaman-pengalaman. Sebagaimana dilukiskan oleh Freud,
ego adalah mediator antara kehendak-kehendak id yang liar dan kendali-kendali
dunia luar.

4. Nietzsche: Lari dari Tubuh untuk Pembebasan Jiwa


Friedrich Nietzsche hadir di akhir abad ke-19 sebagai humanis paling
radikal yang pernah ada. Dalam keadaan serba absurd Nietzsche hadir dengan
aporisma-aporismanya, ia menyangkal rasionalitas pada jarak antara semua
manusia dengan realitas. Aporisma Nietzsche menggugat dua hal penting,
absolutism dalam institusi agama dan pembagaan nalar melalui ilmu
pengetahuan.

5. Proyeksi dalam Humanisme: Komunikasi, Kreasi, dari Keterbatasan.

Humanisme Nietzsche juga mengabaikan kontradiksi atau opsisi dalam


diri manusia karena pada dasarnya asketisme yang dianutnya menimimalkan
keberadaan tubuh dan mengunggulkan jiwa dengan kemampuannya yang tidak
terbatas. Untuk mencapai sifat kesadaran dan kewaspadaan dalam kosmos jiwa,
manusia perlu mengenali bentuk-bentuk dan kehendak yang menjadi
kompleksitas batin sepanjang hidupnya. Dalam proses pergerakan sifat manusia,
tidak semua harapan dan keinginan manusia dapat tercapai. Saat itulah bagi
manusia, menjadi titik awal melakukan proyeksi. Proyeksi dalam humanisme
adalah katup yang menjadi jalan keluar tidak bertemunya antara keinginan
dengan pencapaian. Proyeksi-proyeksi kesempurnaan dan pengandaian sosok
alterego oleh Sigmund Freud sebagai desakan-desakan alam bawah sadar
manusia yang tertekan yang sesekali mengakibatkan neurosis. Tekanan-tekanan
bawah sadar manusia sesungguhnya ingin mengatakan bahwa fantasi akibat dari
keterbatasan dan kehendak manusia itu sendiei untuk menggambarkan atau
kerinduan-kerinduannya terhadap apa yang belum pernah ditemui.

4
Critical Book Report
Tugas Prasista Dama Yanti

B. Kelebihan Buku
1. Materi yang dipaparkan memiliki banyak pendapat menurut ahli.
2. Memberikan beberapa contoh, bervariasi dan tidak monoton.

C. Kelemahan Buku
1. Memiliki bahasa yang sukar dipahami
2. Ada beberapa kata menggunakan penulisan yang kurang tepat

BAB 2: Konglomerasi Media di Indonesia: Berkah atau Musibah Bagi Demokrasi?


Pers Indonesia berubah secara drastis setelah lengsernya Presiden Soeharto pada
tahun 1998. Seiring dengan berkembangnya industry media, maka muncul
kecenderungan konglomerasi media. Kecenderungan media berhimpun dalam suatu
korporasi-korporasi tahun terakhir ini semakin menguat. Konglomerasi media
tampaknya merupakan fenomena global. Di Amerika Serikat dan negara maju lainnya,
cenderung memusatnya kepemilikan media ini menimbulkan kekhawatiran dalam soal
keberagaman informasi media.
Robert Mc Chesney (1997) mengemukakan tiga prasayarat penting yang
mendasari pembentukan system social politik masyarakat demokratis: 1) tiadanya
ketimpangan social dalam masyarakat, 2) terbentuknya kesadaran tentang keutamaan
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi, 3) system komunikasi politik yang
efektif. Menurut Jeffrey Winters peranan media massa di Indonesia dapat berpotensi
menjadi pilar demokrasi. Akan tetapi media massa saat ini cenderung menjadi sarana
oligarki.

1. Peta Konglomerasi Media


Riset Yanuar Nugroho,ph.D (2012) menunjukkan bahwa di Indonesia
kepemilikan stasiun televisi yang disiarkan daei Jakarta dikuasai oleh 12 kelompok
usaha. Risetnya mencatat dua belas kelompok media besar mengendalikan hampir
semua kanal media di Indonesia. Kekhawatiran mengenai banyaknya pemilik media
massa yang terjun ke dalam politik praktis. Oligarki akan semakin kuat karena ada

5
Critical Book Report
Tugas Prasista Dama Yanti

relasi kuasa politik, modal, dan media massa. Konlomerasi media dikhawatirkan
melahirkan dampak cukup besar pada aspek ketenagakerjaan. Konglomerasi media
tentu tidak tidak sehat dalam iklim demokrasi dan politik bangsa ini mengingat
pengaruh media yang begitu kuat terhadap khalayak. Sikap negatif konglomerasi
media muncul karena rasa ketakutan akan kepentingan para pemodal.

1. Melawan Konglomerasi Media


Jika media dikuasai pengusaha sekaligus penguasa (partai politik), media akan
kehilangan esensi dan akal sehatnya untuk melakukan kontrol sosial. Masyarakat
sebagai konsumen media harus melawan konglomerasi media karena mengancam
keberagaman konten media, menyebabkan media kian tak independen, dan lainnya.
Untuk menghambat konglomerasi media makin merajalela, perlu adanya perubahan
yang menyeluruh dalam tata system perekonomian. Langkah pertama, mendesak
pemerintah harus konsisten melaksanakan UU Penyiaran dengan tegas memberikan
sanksi kepada media penyiaran yang melanggar, kedua, masyarakat harus
mengimbangi industri media, terutaman penyiaran dengan memperkuat lembaga
penyiaran publik dan lembaga penyiaran komunitas. Ketiga, masyarakat kampus
hendaknya berdiri paling depan mengawal keterbukaan informasi dan kebebasan
pers agar jangan kembali ke era orde baru.

B. Kelebihan Buku
1. menjelaskan kepemilikan media di Indonesia secara rinci dengan menggunakan
tabel.
2. Beberapa materi di beberapa sub bab dijelaskan dengan cukup detail.

C. Kelemahan Buku
1. Ada beberapa kosa kata yang kurang sesuai.
2. Memiliki beberapa kesalahan dalam tulisan.

6
Critical Book Report
Tugas Prasista Dama Yanti

BAB3: Televisi, Kecemasan Publik, dan KPI


Perkembangan televisi di Indonesia cukup pesat. Satu-satunya media massa
yang memiliki akses terbesar adalah televisi sehingga akhirnya televisi adalah satu-
satunya bentuk komunikasi public yang paling kuat serta tempat utama bagi negosiasi
sosial perihal gagasan-gagasan, nilai, dan gaya hidup. Tayangan televisi sudah beragam,
tidak hanya sajian hiburan semacam tayangan sinteron, panggung musik, reality show
dan lain-lain. Beberapa tayangan sinetron di televisi memang berlebihan, ataukah sajian
upaya “menjual” hiburan yang terkesan tidak mendidik. Akhrinya gerakan untuk
mengawasi siaran televisi mulai gencar dilakukan karena sajian televisi saat ini seolah
memang menjadi monster yang mengkhawatirkan.

1. Berkembangnya Media Literasi


Literasi media merupakan benteng bagi khalayak agar kritis terhadap isi media.
Sehingga gerakan literasi media merupakan upaya yang dilakukan kelompok
masyarakat yang peduli terhadap bahaya media. Mendorong masyarakat untuk kritis
bahkan melakukan berbagai protes atau boikot terhadap tayangan tertentu yang
dianggap tidak mendidik tidaklah mudah apalagi untuk kondisi masyarakat Indonesia.

2. Fungsionalisasi Lembaga
keberadaan KPI sebagai lembaga regulator penyiaran memiliki kendala yang
cukup rumit. Saat ini fungsi yang dilakukan KPI dalam mengawasi program kritikan
yang dilakukan masyarakat terhadap berbagai program siaran televisi dan radio lebih
banyak bergantung pada protes/ kritikan yang dilakukan masyarakat terhadap berbagai
program siaran. Tantangan terbesar yang dihadapi KPI adalah memperjuangkan
optimalisasi peran mereka dalam perijinan. Selama KPI belum memiliki fungsi dalam
perijinan maka peran KPI lebih banyak dalam membangun aliansi, mengadakan MOU
dengan berbagai instansi dan elemen masyarakat.

7
Critical Book Report
Tugas Prasista Dama Yanti

3. Peran Perguruan Tinggi Memberdayakan Masyarakat


Perguruan tinggi perlu untuk mengambil peran mendewasakan publik. Berbagai
kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan perguruan tinggi dapat menjadi ruang
untuk mendewasakan publik. Selain itu, perguruan tinggi juga dapat bekerjasama
dengan berbagai kelompok yang memiliki perhatian terhadap tayangan media.

B. Kelebihan Buku
1. menjelaskan bagaimana cara mahasiswa agar bisa mengambil peran untuk
memberdayakan masyarakat.
2. memberikan solusi yang cukup dimengerti

C. Kelemahan Buku
1.Ada beberapa kata yang seharusnya tidak dicetak miring malah dicetak miring.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Buku ini merupakan salah satu buku yang mencoba mengangkat tentang
konglomerasi media di Indonesia. Buku ini sangat menarik untuk kita mengetahui apa
saja media televisi terbesar yang ada di Indonesia, namun banyak berbagai macam
konglomerasi media di Indonesia ini. Banyak pemilik media televisi di Indonesia
memasuki partai politik praktis dan akan mmebuat oligarki karena adanya penguasa.
Maka dengan cara mengembangkan media literasi, mengfusionalkan suatu kelembagaan
dan juga peran mahasiswa untuk memberdayakan masyarakat digunakan agar tidak
terjadi konlomerasi media, mahasiswa bias menjadi peran sebagai garda terdepan untuk
memajukan pemikiran khalayak, agar bias menikmati siaran televisi yang bermanfaat
dan berpendidikan.
Sangat banyak oligarki-oligarki terjadi di media Indonesia sehingga media
televisi sekarang banyak menggunakan partai politik agar tetap bisa berkuasa sehingga

8
Critical Book Report
Tugas Prasista Dama Yanti

isinya hanya dengan partai politiknya saja. Banyak tontonan yang tidak bermanfaat, jadi
kita harus bisa memilih dan memilah mana tontonan yang baik dan bermanfaat dan
maan yang tidak.

B. Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan terhadap buku Komunikasi dan Realitas Media
di Indonesia ini adalah:
1. Untuk penerbitan selanjutnya, sampul perlu diperbaharui agar lebih terlihat menarik
supaya meningkatkan minat para pembaca.
2. Materi untuk edisi selanjutnya harap dibahas dan diperluas agar pembaca lebih
mudah memahami serta lebih banyak mendapatkan informasi
3. Perlu tambahan dari sumber atau refernsi yang lain dan juga menambah jumlah
halaman agar tidak terlalu sedikit ketika ingin dibaca
4. Untuk kedepannya harap ditata dengan baik kembali, jika e-book, harap masukkan
daftar isi agar pembaca senang untuk mencari halaman yang ingin dibaca

Anda mungkin juga menyukai