Anda di halaman 1dari 54

AYO MENGKAJI AL-QUR’AN DAN HADITS UNTUK MA KELAS X

KUNCI JAWABAN

Pelajaran 1 Mengenal Al-Qur’an dan Wahyu

Penilaian Akhir Bab


I. Pilihan Ganda
No. Jawaban No Jawaban
.
1. B 6. A
2. C 7. B
3. A 8. E
4. C 9. D
5. E 10. C

Pembahasan
1. Imam Asy-Syafi’I berpendapat bahwa kata Al-Qur’an dalam isim ‘alam (nama untuk
sesuatu).
Jawaban: B

2. Abu Hasan Al-Asy’ari berpendapat bahwa kata Al-Qur’an merupakan musytaq (terbentuk)
dari kata “Qarana” yang artinya menggabungkan.
Jawaban: C

3. Q.S Al-Qiyāmah memiliki arti bacaan yang maknanya adalah apabila kami telah selesai
membacakannya maka ikutilah bacaan itu.
Jawaban: A

4. At-Tawatur memiliki makna diterima secara berantai dan kolektif.


Jawaban: C

5. Syeikh Muhammad Abd. Azim Az-Zarqani dalam kitab “Manāhilul ‘Irfān fi ‘Ulūmil Qur’ān”
mendefinisikan : “Al-Qur’an adalah kitab yang menjadi mukjizat yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad saw., tertulis dalam mushaf, disampaikan secara mutawatir yang
membacanya merupakan ibadah”.
Jawaban: E

6. Syeikh Muhammad Khudari Beik memberikan definisi “Al-Qur’an ialah lafaz (firman Allah)
yang berbahasa Arab, diturunkan kepada Nabi Muhamad saw. untuk dipahami dan diingat
selalu isinya, disampaikan (kepada kita) secara mutawatir, ditulis dalam mushaf dimulai
surah Al-Fātihah diakhiri surah An-Nās”.
Jawaban: A

7. Syeikh Muhammad Abduh mendefinisikan Al-Qur’an “Al-kitab yakni Al-Qur’an ialah bacaan yang
telah tertulis dalam mushaf yang terjaga dalam hafalan-hafalan umat Islam.”
Jawaban: B

8. Al-Furqān ; pembeda yang haq dan batil (Q.S. Al-Furqān/25: 1)


Jawaban: E

9. Salah satu ayat yang menyebutkan kata Al-Qur’an terdapat pada surah Al-Baqarah/2:185
Jawaban: D

10. Menyimpan agar awet dan bagus bukan perilaku mengimani Al-Qur’an.
Jawaban: C

II. Isian
1. Al-Qur’an merupakan kalam Allah Swt. yang disampaikan dalam bahasa Arab, diturunkan
secara berangsur-angsur melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw.
2. Jibril
3. Al-Furqān
4. Taurat
5. Yang diturunkan
6. Ibadah
7. Pedoman
8. Mengamalkan
9. Wahyu
10. Pemberi peringatan

III. Uraian
1. Menurut Al-Lihyani Kata “Qur’an” adalah bahasa Arab berasal (masdar) dari kata kerja (fi’il)
yaitu, ‫ قَ َرَأ‬ ‫ يَ ْق َرُأ‬ ‫ قُرْ آنًا‬yang artinya “bacaan” seperti kata ‫ تَاَل‬‫ يَ ْتلُ ْو‬
ً‫ تِاَل َوة‬. Dengan mengambil arti dari isim maf’ul-nya Al-Maqru’u (‫)اَ ْل َم ْقر ُْو ُء‬, maka kata
Al-Qur’an berarti “yang dibaca” (‫و‬ ٌّ ُ‫) َم ْتل‬, karena Al-Qur’an senantiasa untuk dibaca.
2. Menurut imam Az-Zujaz, kata Al-Qur’an berasal/terambil (musytaq) dari kata “al-Qar’u” (

‫ )اَ ْلقَرْ ُء‬yang diikutkan wazan (sepadan) dengan kata “fu’lanu” (‫ )فُ ْعاَل ُن‬sehingga menjadi
Qur’anu ُ ْ‫)قُر‬
(‫آن‬ yang artinya kumpulan/al-Jam’u (ُ‫)اَ ْل َج ْمع‬. Pendapat ini beralasan
karena Al-Qur’an merupakan kumpulan dari berbagai ayat dan surah yang berisi kumpulan
dari berbagai ilmu dan inti sari ajaran kitab-kitab sebelumnya.
3. Syaikh Muhammad Khudari Beik merumuskan “Al-Qur’an ialah lafaz (firman Allah) yang
berbahasa Arab, diturunkan kepada Nabi Muhamad saw. untuk dipahami dan diingat selalu
isinya, disampaikan (kepada kita) secara mutawatir, ditulis dalam mushaf dimulai surah Al-
Fātihah diakhiri surah An-Nās”.
4. Perbedaan antara wahyu dan ilham adalah sebagai berikut.
Wahyu:
a. Melalui perantara malaikat Jibril atau tidakk.
b. Hanya diberikan kepada nabi atau rasul.
c. Wajib disampaikan kepada umat.
d. Sudah berakhir (tidak akan turun lagi).
Ilham:
a. Dihujamkan langsung oleh Allah swt.
b. Diberikan kepada siapa saja, termasuk binatang.
c. Tidak ada kewajiban untuk disampaikan kepada umat.
d. Masih dapat turun.
e. Turunnya dapat diupayakan atau diminta dengan taqarrub kepada Allah swt.
5. Dalil yang menjelaskan perintah bersuci sebagai berikut.
a. Q.S. Al-Baqarah/2: 222
﴾222 :‫ اِ َّن هّٰللا َ ي ُِحبُّ التَّ َّوابِيْنَ َوي ُِحبُّ ْال ُمتَطَه ِِّري َْن ﴿البقرة‬. . .
Artinya:
“…Sungguh, Allah menyukai orang yang taubat dan menyukai orang yang menyucikan
diri.” (Q.S. Al-Baqarah/2: 222)

b. Hadits Rasulullah Saw.


‫ اَل تُ ْقبَ ُل‬:ُ‫قُول‬ ُ ‫ ِمع‬- ‫ ِإنِّ ْي َس‬:‫ال‬
ْ َ‫ ْو َل هللاِ ﷺ ي‬- ‫ْت َر ُس‬ َ َ‫ ق‬,‫ب ب ِْن َس ْع ٍد‬
ِ ‫َع ْن ُمصْ َع‬
)‫صاَل ةٌ ِب َغي ِْر طُه ُْو ٍر (رواه مسلم‬ َ
Artinya:
Mus‘ab bin Sa‘d berkata, sesungguhnya saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
“Tidak diterima shalat orang yang tidak bersuci.” (H.R. Muslim)

Studi Kasus
1. “Al-Qur’an adalah kitab yang menjadi mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw., tertulis dalam mushaf, disampaikan secara mutawatir yang membacanya merupakan
ibadah”. Al-Qur’an merupakan pedoman dan petunjuk bagi umat manusia.
2. Sikap Pak Rino belum mencerminkan pengamalan terhadap ajaran Al-Qur’an. Al-Qur’an
adalah Kalāmullāh yang harus dimuliakan dan dibaca untuk mendapat pahala. Serta Al-
Qur’an hendaknya dipahami, dihayati, dan diamalkan.

Pelajaran 2 Sejarah Penurunan dan Penulisan Al-Qur’an


Penilaian Akhir Bab
I. Pilihan Ganda
No. Jawaban No Jawaban
.
1. A 6. E
2. B 7. C
3. A 8. C
4. D 9. A
5. C 10. D

Pembahasan
1. Al-Qur’an secara keseluruhan diturunkan dengan cara melalui perantaraan malaikat Jibril.
Jawaban: A

2. Seperti bunyi gemerincing lonceng yang sangat keras. Cara ini yang paling berat dirasakan
oleh Nabi Muhammad saw.
Jawaban: B

3. “Yang dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (Jibril).” (Q.S. Asy-Syu’ara’/26: 193)
Jawaban: A

4. Turunnya Al-Qur’an melalui tiga tahapan. Turunnya Al-Qur’an ke Lauḥul Mahfûẓ, lalu ke
Baitul ‘Izzah dan kepada Nabi Muhammad Saw.
Jawaban: D

5. Menurut Muhammad Khudhari Biek, masa turun Al-Qur’an 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari.
Jawaban: C

6. Q.S. Al-Furqan ayat 32 tujuan dari ayat terebut adalah, meneguhkan hati Nabi Muhammad
Saw. dan memudahkan untuk dihafal, ditulis, dipahami dan diamalkan.
Jawaban: E

7. Ada beberapa sahabat Nabi Muhammad saw. yang selalu menulis wahyu Al-Qur’an ketika
turun, di antaranya yang terkenal yaitu : Ubay bin Ka’ab, Abdullah bin Mas’ud, Mu’az bin
Jabbal dan Zaid bin Tsabit. Imam Jalaluddin As-Suyuti menyebutkan bahwa Zaid bin Tsabit
adalah seorang penulis wahyu yang utama, menyaksikan pemeriksaan Jibril yang
penghabisan, dan setelah pemeriksaan itu Zaid pun menuliskan Al-Qur’an dan
membacakannya di hadapan Nabi Saw.
Jawaban: C
8. Umar bin Khatab mengusulkan kepada khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq agar segera
mengumpulkan Al-Qur’an dan ditulis di dalam Mushaf.
Jawaban: C

9. Penulisan Al-Qur’an selesai sebelum Rasulullah Saw. wafat.


Jawaban: A

10. Masyarakat Madinah sudah lebih mapan dari Makkah dalam bertauhid
Jawaban: D

II. Isian
1. 22 tahun 2 bulan 22 hari 6. Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab, Mu’az bin Jabal
2. Malam Lailatulqadr 7. Zaid bin Tsabit
3. Abu Bakar Ash-Shiddiq 8. Utsmani
4. Khalil bin Ahmad Al-Farahidi 9. Kondisi
5. Jam’ul Qur’an Al-Ahwal 10. Berangsur-angsur

III. Uraian
1. Menurut Imam As-Suhaily, sebagaimana disebutkan oleh Prof. Teungku Muhammad Hasbi
Ash-Shiddieqy dalam buku Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, bahwa ada
tujuh cara wahyu yang diterima Nabi Muhammad saw., yaitu :
a. Dengan cara mimpi
b. Dihembuskan langsung ke dalam jiwa suatu perkataan yang dimaksudkan.
c. Seperti bunyi gemerincing lonceng yang sangat keras. Cara ini yang paling berat
dirasakan oleh Nabi Muhammad saw.
d. Malaikat menampakkan dirinya dengan wujud seorang laki-laki yang elok rupanya.
e. Malaikat Jibril menampakkan dirinya dengan wujud aslinya yang mempunyai enam ratus
sayap.
f. Allah berbicara dengan Nabi saw. dari balik hijab.
g. Malaikat Israfil turun terlebih dahulu menyampaikan beberapa kalimat wahyu sebelum
malaikat Jibril membawa wahyu Al-Qur’an.
2. Para ulama juga berbeda pendapat tentang apa yang diturunkan itu.
a. Pendapat pertama, bahwa apa yang diturunkan itu lafaz dan makna. Jibril menghafal
Al-Qur’an dari Lauh Mahfuz, lalu menurunkannya.
b. Pendapat kedua, malaikat Jibril menurunkan maknanya saja. Kemudian Nabi
Muhammad saw. memahami makna-makna itu, lalu beliau mentakbirkan dengan
bahasa Arab.
c. Pendapat ketiga, malaikat Jibril menerima dari Allah saw. dalam makna dan
mentakbirkannya dengan bahasa Arab, lalu diturunkannya kepada Nabi Muhammad
saw.
3. “Dan Al-Qur'an (Kami turunkan) berangsur-angsur agar engkau (Muhammad)
membacakannya kepada manusia perlahan-lahan dan Kami menurunkannya secara
bertahap.” (Q.S. Al-Isra’/17: 106)
4. Khalifah Usman bin Affan merespon positif usulan itu, lalu mengumpulkan para sahabat
ahli Al-Qur’an dan membentuk tim penulis Al-Qur’an yang beranggotakan empat orang,
yaitu Zaid bin Tsabit Al-Anshari, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin ‘Ash, dan Abdurrahman bin
Haris bin Hisyam Al-Qurasyiyyin.
5. Adapun di antara perbedaan antara Mushaf yang ditulis pada masa Nabi Saw., masa
khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Mushaf pada masa khalihah Usman bin Affan,
adalah :
1) Pada masa Nabi Muhammad saw., penulisan dilakukan sehabis wahyu turun yang ayat-
ayat dan surahnya disusun berdasarkan petunjuk Nabi Saw.. Ayat-ayat itu ditulis
terpisah-pisah pada kepingan-kepingan bebatuan, pelepah kurma, tulang binatang, dan
lain sebaginya.
2) Pada masa khalifah Abu Bakar, penulisan dilakukan untuk menghimpun dan menyalin
kembali catatan-catatan Al-Qur’an menjadi sebuah Mushaf. Tertib surahnya disusun
menurut urutan turunnya wahyu.
3) Pada masa khalifah Usman bin Affan diadakan penggandaan Mushaf yang ditulis pada
masa khalifah Abu Bakar. Tertib ayat dan surahnya seperti Al-Qur’an yang ada sekarang
ini.

Studi Kasus
1. Menghafalkan Al-Qur’an merupakan perilaku terpuji dan salah satu cara menjaga
hafalannya adalah mengulang bacaan yang sudah di hafal. Sementara Rani belum
mencerminkan pengamalan ajaran Al-Qur’an.
2. Tidak setuju dengan sikap Rani. Karena mengganggu konsentrasi Risa yang sedang
menghafalkan Al-Qur’an.
3. Yang mencerminkan perilaku mencintai Al-Qur’an adalah sikap Risa. Karena membaca,
menghafalkan dan mengamalkan Al-Qur’an merupakan salah satu perilaku terpuji mencintai
Al-Qur’an.
4. Saya akan mendekati orang sholehah seperti Risa supaya saya bisa mendapatkan motivasi
agar mencintai Al-Qur’an, mulai dari niat yang ikhlas menghafalkan Al-Qu’ran tujuannya
karena mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Pelajaran 3 Bukti Keautentikan Al-Qur’an
I. Pilihan Ganda
No. Jawaban No Jawaban
.
1. C 6. C
2. E 7. A
3. A 8. D
4. D 9. C
5. A 10. C

Pembahasan
1. “Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa
(dengan) Al-Qur'an ini, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya,
sekalipun mereka saling membantu satu sama lain.” (Q.S. Al-Isra’/17:88)
Jawaban: C

2. Maknanya adalah kami yang menurunkan Al-Qur’an dan kami pula yang menjaganya.
Jawaban: E

3. Maknanya adalah bacalah Al-Qur’an dengan tartil.


Jawaban: A

4. “Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa
(dengan) Al-Qur'an ini, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya,
sekalipun mereka saling membantu satu sama lain.” (Q.S. Al-Isra’/17:88)
Jawaban: D

5. “Apakah pantas mereka mengatakan dia (Muhammad) yang telah membuat-buatnya?


Katakanlah, “Buatlah sebuah surah yang semisal dengan surah (Al-Qur'an), dan ajaklah
siapa saja di antara kamu orang yang mampu (membuatnya) selain Allah, jika kamu
orang-orang yang benar.” (Q.S. Yunus/10: 38)
Jawaban: A

6. “Dan sekiranya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami
(44), pasti Kami pegang dia pada tangan kanannya (45), Kemudian Kami potong pembuluh
jantungnya (46), Maka tidak seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami untuk
menghukumnya) (47).” (Q.S. Al-Haqqah/69: 44-47)
Jawaban: C
7. Lembaga Pentashih Mushaf Al-Qur’an yang ditetapkan oleh Menteri Agama No. 37 tahun
1957
Jawaban: A

8. Menafsirkan Al-Qur’an sesuai dengan kemauannya merpakan perilaku orang yang tidak
mencermati keautentikan Al-Qur’an
Jawaban: D

9. Mushaf Al-Qur’an yang ada saat ini sama dengan mushaf Khalifah Utsman bin ‘Affan.
Jawaban: C

10. Al-Qur’an murni dari Allah swt.


Jawaban: C

II. Isian
1. Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. melalui perantara Malaikat Jibril.
2. Hafalan
3. Khalifah Abu Bakar
4. Nagham
5. Allah swt.
6. ḥafiż - ḥāfiżah
7. Terjaga atau terpelihara
8. Menghafalkan Al-Qur’an
9. Tartil
10. Terjamin bukti

III. Uraian
1. Pada masa Nabi Muhammad saw. pemeliharaan Al-Qur’an dilakukan dengan tiga cara yang
saling menguatkan. Pertama, melalui hafalan para sahabat. Kedua, tulisan penulis wahyu
spesial untuk Nabi Muhammad saw.. Ketiga, tulisan pribadi umat Islam yang pandai
menulis untuk diri sendiri. Setiap kali Nabi Muhammad saw. menerima wahyu beliau
langsung mengingat dan menghafalnya. Selanjutnya disampaikan kepada para sahabat dan
para sahabat berlomba-lomba untuk menghafalnya dan mencatat bagi yang pandai
menulis. Kalau ada masalah, mereka langsung mengkonfirmasikannya kepada Nabi
Muhammad saw., sehingga langsung mendapatkan penjelasannya.
2. Pengumpulan Al-Qur’an pada masa khalifah Abu Bakar dilakukan oleh tim pengumpul Al-
Qur’an yang telah dibentuk oleh khalifah. Teknis pengumpulannya dilakukan dengan cara
mengumumkan kepada seluruh sahabat di berbagai penjuru kota agar mengumpulkan Al-
Qur’an yang tertulis dalam berbagai macam media. Setelah terkumpul kemudian diurutkan
dan ditulis kembali pada kulit binatang lalu dibundel berdasarkan turunnya wahyu.
Sebagian riwayat menyatakan diurutkan ayatnya, tetapi belum diurutkan surahnya seperti
mushaf yang ada sekarang.
3. Perhatikan Q.S. Al-Isra’/17: 88 berikut.
‫ل هٰ َذا ْالقُرْ ٰا ِن اَل يَْأتُ ْو َن‬- ٓ
ِ -‫ت ااْل ِ ْنسُ َو ْال ِج ُّن َع ٰلى اَ ْن يَّْأتُ ْوا بِ ِم ْث‬
ِ ‫قُلْ لَّ ِٕى ِن اجْ تَ َم َع‬
﴾88 :‫ْض ظَ ِه ْيرًا ﴿االسراء‬ ٍ ‫ضهُ ْم لِبَع‬ ُ ‫ان بَ ْع‬ َ ‫بِ ِم ْثلِ ٖه َولَ ْو َك‬
Artinya:
“Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa
(dengan) Al-Qur'an ini, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya,
sekalipun mereka saling membantu satu sama lain.” (Q.S. Al-Isra’/17:88)
Maksudnya adalah tak ada yang dapat membuat semisal Al-Qur’an meskipun jin dan
manusia berkumpul.
4. Kemukjizat Al-Qur’an sepanjang masa terbukti dari segi aqliyah dan hissiyyah. Dari segi
aqliyyah, ilmu Al-Qur’an tidak akan habis bagi orang yang menggalinya. Dari segi mukjizat
hissiyyah, terbukti bahwa setiap usaha yang dilakukan oleh siapa pun untuk menodai
kesucian Al-Qur’an pasti terungkap dan pelakunya akan tertimpa penderitaan di kemudian
hari.
5. Bagi umat Islam, menghafal Al-Qur’an merupakan ibadah yang pahalanya sangat besar.
Umat Islam di Indonesia juga banyak yang hafal Al-Qur’an karena banyak pondok
pesantren yang menekuni khusus hafalan Al-Qur’an. Beberapa tahun belakangan ini juga
mulai banyak lembaga pendidikan formal di Indonesia yang memperhatikan hafalan Al-
Qur’an, termasuk perguruan tinggi yang telah memberikan beasiswa khusus bagi
mahasiswa yang hafal Al-Qur’an.

Studi Kasus
1. Pendapat saya terhadap perilaku Anwar merupakan tindakan kurang terpuji tidak
mencerminkan akhlak menjaga keauntentikan Al-Qur’an.
2. Saya akan mengambil satu lembar tulisan Al-Qur’an di pinggir jalan dan memasukkannya ke
dalam tas, dan saya akan menasehati Anwar hendaknya satu lembar tulisan Al-Qur’an
tersebut tidak dibiarkan di pinggir jalan.
3. Sebagai umat Islam, kita harus menjaga dan menghayati keautentikan Al-Qur’an, yaitu
dengan cara rajin membaca dan menghafalnya, serta mengkaji dan memahami isi
kandungannya.
Pelajaran 4 Bukti Kemukjizatan Al-Qur’an

Penilaian Akhir Bab


I. Pilihan Ganda
No. Jawaban No Jawaban
.
1. E 6. C
2. D 7. A
3. A 8. D
4. B 9. C
5. B 10. E

Pembahasan
1. Kata mukjizat adalah isim fa’il dari perubahan kata fa’il madhi, fi’il mudari’ dan isim
masdar; ‫ْج ًزا‬ ِ ‫ يُع‬-‫ اَ ْع َج َز‬/ً‫ْج َزة‬
ِ ‫ ُمع‬-‫ اِ ْع َجا ًزا‬-‫ْج ُز‬ ِ ‫ ُمع‬Menurut pengertian etimologi,
mukjizat berarti melemahkan atau mengalahkan.
Jawaban: A

2. Dalam menjelaskan kemukjizatan, Al-Qur’an menggunakan istilah “Āyah” atau “Bayyinah”.


Keduanya mempunyai dua macam arti. Āyah dan Bayyinah berarti berita dari Allah swt.
yang berupa ayat-ayat suci Al-Qur’an. Pengertian tersebut terdapat dalam surah Al-
Baqarah/2: 252 dan Āli ‘Imrān/3: 118. Āyah dan Bayyinah yang lain berarti mukjizat atau
tanda bukti.
Jawaban: D

3. Kondisi manusia saat itu sedang mengunggulkan bahasa dan sastra.


Jawaban: A

4. Adapun mukjizat aqli adalah mukjizat yang hanya dapat diketahui oleh orang-orang yang
menggunakan kecerdasan akalnya.
Jawaban: B

5. Mukjizat hissi adalah mukjizat yang dapat dicerna oleh panca indra, yaitu dapat dilihat
dengan mata kepala, didengar dengan telinga, dicium dengan hidung, dirasa dengan lidah
dan dapat diraba dengan tangan/kulit. Karena mukjizat ini terbatas pada kemampuan indra
manusia, maka disebut juga “Mukjizat indrawi”.
Jawaban: B

6. Mengabarkan hal-hal yang gaib yang hanya bisa diketahui dengan wahyu bukan termasuk
mukjizat ‘aqli.
Jawaban: C
7. Artinya adalah Alif Laam Miim. (QS. 30:1). Telah dikalahkan bangsa Rumawi, (QS. 30:2) di
negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, (QS. 30:3)
Jawaban: A

8. As-Salām memiliki arti kedamaian


Jawaban: D

9. Beberapa pemimpin Quraisy telah berkumpul untuk merundingkan cara-cara


menundukkan Rasulullah saw. Mereka sepakat untuk mengutus Abul Walid, seorang
sastrawan Arab yang tidak tertandingi, Abul Walid diutus untuk membujuk Nabi
Muhammad saw. agar meninggalkan dakwahnya.
Jawaban: C

10. Lafal “la ‘alakum yatafakkarun” memiliki makna agar kalian berpikir yakni menggunakan
akal
Jawaban: E

II. Isian
1. Kemampuan atau kekuatan
2. Nabi Muhammad dapat membelah bulan menjadi dua, hanya dengan mengarahkan jari
telunjuknya ke arah bulan
3. Lisan
4. Mengalahkan atau melemahkan
5. Adanya uslub yang unik, yang berbeda dengan uslub-uslub bahasa Arab
6. I’jazul Qur’an
7. Pembukaan surah-surah
8. Menjadi nama surah yang bersangkutan
9. Al-Infāq (infaq) dengan Ar-Ridā (kerelaan), masing-masing disebut dalam Al-Qur’an
sebanyak 73 kali.
10. Al-Hayyah (hidup) dan Al-Maut (mati) masing-masing disebut Al-Qur’an sebanyak 145 kali.

III. Uraian
1. Kata mukjizat adalah isim fa’il dari perubahan kata fa’il madhi, fi’il mudari’ dan isim
masdar ; ِ ‫ يُع‬-‫ اَ ْع َج َز‬/ً‫ْج َزة‬
ِ ‫ ُمع‬-‫ اِ ْع َجا ًزا‬-‫ْج ُز‬
‫ْج ًزا‬ ِ ‫ُمع‬
Menurut pengertian etimologi,
mukjizat berarti melemahkan atau mengalahkan. Lawan kata dari mukjizat adalah
“qudrah” (‫)قُ ْد َر ْة‬,
kekuatan atau kemampuan. Menurut pengertian terminologi, mukjizat
ialah sesuatu yang luar biasa yang diperlihatkan Allah swt. melalui para nabi dan rasul-Nya
sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian atau kerasulannya. Karena itu, jika
kejadian yang luar biasa itu adanya sebelum diangkat menjadi nabi atau raul, maka tidak
dinamakan mukjizat, tetapi disebut “Irhas.” Manna’ Al-Qaththan dalam kitabnya
“Mabahis fi ‘Ulumil Qur’an” menyebutkan :
‫ض ِة‬ َ ‫ق لِ ْل َعا َد ِة َم ْقر ُْو ٌن بِالتَّ َح ِّدى َسالِ ٌم َع ِن ْال ُم َع‬
َ ‫ار‬ ٌ ‫ار‬ ِ ‫اَ ْل ُمع‬
ِ ‫ اَ ْم ٌر َخ‬: ُ‫ْج َزة‬
Artinya:
“Mukjizat ; sesuatu yang menyalahi kebiasaan disertai dengan tantangan dan selamat dari
perlawanan.”
2. Ada dua jenis mukjizat, yaitu mukjizat hissi dan mukjizat aqli. Mukjizat hissi adalah mukjizat
yang dapat dicerna oleh panca indra, yaitu dapat dilihat dengan mata kepala, didengar
dengan telinga, dicium dengan hidung, dirasa dengan lidah dan dapat diraba dengan
tangan/kulit. Karena mukjizat ini terbatas pada kemampuan indra manusia, maka disebut
juga “Mukjizat indrawi”. Adapun mukjizat aqli adalah mukjizat yang hanya dapat diketahui
oleh orang-orang yang menggunakan kecerdasan akalnya. Maka, mukjizat aqli disebut pula
dengan “Mukjizat maknawi”.
3. Membuat surah semisal Al-Qur’an.
4. Manfaat berzikir dan berdoa adalah sebagai berikut. Kemukjizatan Al-Qur’an dari segi isi
dan ilustrasinya dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu sejarah, kejadian-kejadian yang akan
datang dan ilmu pengetahuan. Sejarah dan Kejadian yang akan Datang. Al-Qur’an
mengungkapkan sejarah para nabi dan orang-orang saleh, seperti Nabi Luth, Nabi Musa,
Nabi Nuh, Luqman Al-Hakim; juga tokoh-tokoh jahat, seperti Fir’aun, Qarun dan
sebagainya. Kisah-kisah tersebut bukanlah cerita rakyat serta tidak terdokumentasikan
dalam sejarah. Oleh sebab itu, tanpa Al-Qur’an, informasi-informasi itu tidak akan
terungkap. Karena kemampuannya mengungkap kisah-kisah klasik itulah, maka Al-Qur’an
mengungguli karya-karya sastra yang ada di tangan bangsa Arab saat itu. Al-Qur’an juga
mengungkapkan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi, baik di dunia, maupun di akhirat.
Beberapa peristiwa itu sudah terbukti, seperti firman Allah surah Ar-Rūm ayat 1-2.
ِ َ‫) ُغلِب‬1( ‫اَل ّم‬
﴾2-1: ‫) ﴿الرّوم‬2( ‫ت الرُّ ْو ُم‬
Artinya:
“Alif laam Miim. Telah dikalahkan bangsa Rumawi”. (Q.S. Ar-Rūm: 1-2)
Ayat tersebut diturunkan sewaktu Rasulullah saw. masih tinggal di Mekah di tengah-tengah
kaum musyrikin Quraisy, yakni pada awal abad ke-7 M. Ketika itu, bangsa Romawi sedang
jaya. Pernyataan dalam Al-Qur’an ini terbukti delapan abad kemudian (1453 M.) pada saat
bangsa Turki dan Asia Tengah mengadakan ekspansi ke belahan Barat.
5. Karena Allah Swt. merupakan satu-satunya Tuhan yang patut disembah dan tidak ada
sekutu bagi-Nya. Allah Mahakuasa dan mengatur seluruh alam semesta.

Studi Kasus
1. Setuju, sangat setuju dengan sikap Rahma, karena ayat-ayat Al-Qur’an adalah satu sumber
pedoman dan tuntunan hidup kita, ingat akan Allah, tujuan hidup kita adalah Allah,
meminta ridha-Nya, segala pengharapan hanyalah kepada Allah, di saat sakit ataupun
sehat, terlebih ayat-ayat tersebut memiliki makna yang sangat dalam, apalagi jika
direnungi dan di amalkan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Jika saya menjadi Rahma saya akan membaca Al-Qur’an karena di dalamnya terdapat
banyak pesan salah satunya adalah pesan bahwa hanya kepada Allah Swt.lah hendaknya
kita bergantung dan berserah diri.

Pelajaran 5 Memahami Pokok-pokok Isi Ajaran Al-Qur’an


Penilaian Akhir Bab
I. Pilihan Ganda
No. Jawaban No Jawaban
.
1. E 6. D
2. B 7. E
3. D 8. A
4. A 9. B
5. A 10. C

Pembahasan
1. Akidah. Kepercayaan atau keimanan, prinsip dalam beragama, menyangkut ketuhanan dan
kekuasaan-Nya. Ibadah. Pengabdian manusia kepada Penciptanya, sebagai rasa syukur dan
kepatuhan kepada-Nya. Mu’amalah. Tata cara berinteraksi dengan sesamanya dalam
berbagai aspek kehidupan. akhlak. Norma-norma dan etika dalam kehidupan manusia untuk
terwujudnya kebahagiaan bersama. hukum. Aturan-aturan untuk kemaslahatan manusia
dan lingkungannya. sejarah. Peristiwa-peristiwa masa lampau untuk dijadikan pelajaran bagi
umat manusia. sains. Al-Qur’an memuat isyarat-isyarat berbagai dasar-dasar ilmu
pengetahuan dan teknologi yang menakjubkan.
Jawaban: E

2. Monoteisme adalah kepercayaan bahwa Tuhan adalah satu atau tunggal dan berkuasa
penuh atas segala sesuatu.
Jawaban: D

3. “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang
mempunyai akal. al-Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan
rahmat bagi kaum yang beriman.” (Q.S. Yusuf/12: 111)
Ayat di atas menjelaskan fungsi sejarah.
Jawaban: D

4. “Dan(telah Kami binasakan)kaum Nuh tatkala mereka mendustakan rasul-rasul.Kami


tenggelamkan mereka dan Kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi manusia.Dan
Kami telah menyediakan bagi orang-orang zalim azab yang pedih;” (Q.S. Al-Furqan/25: 37)
Ayat ini menjelaskan tentang balasan yang diberikan kepada orang yang durhaka.
Jawaban: A

5. Muamalah menyangkut permasalahan hak dan harta yang muncul dari transaksi antara
seseorang dengan orang lain atau dengan badan hukum. Contoh dalam mu’amalah ini
adalah jual beli, sewa-menyewa dan perserikatan.
Jawaban: A
6. Al-Ihsan berasal dari kata hasana yuhsinu, yang artinya adalah berbuat baik. Sedangkan
bentuk masdarnya adalah ihsanan, yang artinya kebaikan.
Jawaban: D

7. “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:"Berlapang-lapanglah


dalam majlis", lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan:"Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-
Hujurat/58:11)
Maksud ayat di atas adalah Allah memuliakan orang-orang yang beriman dan berilmu
pengetahuan
Jawaban: E

8. Q.S. Al-Waqiah ayat 71 memiliki makna pernahkan kamu memperhatikan bagaimana api
yang kamu nyalakan dengan kayu. Maksudnya adalah orang beriman juga diperintahkan
untuk belajar ilmu Fisika.
Jawaban : A

9. “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, ( berkorban


untuk ) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan.” (Q.S. Al-Ma’idah/5: 90)
Ayat tersebut mengandung ajaran Al-Qur’an tentang hukum.
Jawaban: B

10. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.” (Q.S. An-Nisa’/4: 29)
Ayat tersebut mengandung ajaran Al-Qur’an tentang hukum.
Jawaban: C

II. Isian
1. Memahami dan mengamalkan 6. Tadabur
2. Baik 7. Haram
3. Beribadah 8. Menjadi nama surah yang bersangkutan
4. Pelajaran 9. Perhitungan tahun dan kalender
5. Keesaan Allah 10. Berhubungan antara seseorang dengan prang
lain

III. Uraian
1. Isi pokok ajaran Al-Qur’an adalah sebagai berikut.
a. Akidah. Kepercayaan atau keimanan, prinsip dalam beragama, menyangkut ketuhanan
dan kekuasaan-Nya.

b. Ibadah. Pengabdian manusia kepada Penciptanya, sebagai rasa syukur dan kepatuhan
kepada-Nya
c. Mu’amalah. Tata cara berinteraksi dengan sesamanya dalam berbagai aspek kehidupan.
d. Akhlak. Norma-norma dan etika dalam kehidupan manusia untuk terwujudnya
kebahagiaan bersama.
e. Hukum. Aturan-aturan untuk kemaslahatan manusia dan lingkungannya.
f. Sejarah. Peristiwa-peristiwa masa lampau untuk dijadikan pelajaran bagi umat
manusia.
g. Sains. Al-Qur’an memuat isyarat-isyarat berbagai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan
teknologi yang menakjubkan
2. Islam adalah agama tauhid. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Al-Anbiya’ ayat 92
sebagai berikut.
﴾92 :‫ةً َّواَنَ ۠ا َربُّ ُك ْم فَا ْعبُ ُد ْو ِن ﴿االنبياء‬-ۖ‫اح َد‬
ِ ‫اِ َّن ٰه ِذ ٖ ٓه اُ َّمتُ ُك ْم اُ َّمةً َّو‬
Artinya:
“Sungguh, (agama tauhid) inilah agama kamu, agama yang satu, dan Aku adalah
Tuhanmu, maka sembahlah Aku.” (Q.S. Al-Anbiya’/21: 92)
Manusia hendaknya hanya mengikuti satu agama saja, agama tauhid, yakni Islam. Islam
berarti agama yang berserah diri kepada Allah Yang Maha Kuasa dan Islam berasal dari kata
aslama-yaslimu-islam.
3. Ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang hukum pidana yaitu Q.S. Al-Baqarah/2: 178
sebagai berikut.
‫ ِد‬--ْ‫صاصُ ِفى ْالقَ ْت ٰلىۗ اَ ْلحُرُّ ِب ْالحُرِّ َو ْال َع ْب ُد بِ ْال َعب‬ َ ِ‫ب َعلَ ْي ُك ُم ْالق‬َ ِ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْوا ُكت‬
‫ ِه‬-‫ف َواَ َد ۤا ٌء اِلَ ْي‬ ٌ ‫ ْي ٌء فَاتِّبَا‬-‫َوااْل ُ ْن ٰثى بِااْل ُ ْن ٰثىۗ فَ َم ْن ُعفِ َي لَهٗ ِم ْن اَ ِخ ْي ِه َش‬
ْ -ِ‫ع ۢب‬
ِ ‫ال َم ْعر ُْو‬-
‫ك فَلَهٗ عَ َذابٌ اَلِ ْي ٌم‬ َ ِ‫ْف ِّم ْن َّربِّ ُك ْم َو َرحْ َمةٌ ۗفَ َم ِن ا ْعتَ ٰدى بَ ْع َد ٰذل‬
ٌ ‫ك تَ ْخفِي‬ َ ِ‫ان ۗ ٰذل‬ٍ ‫بِاِحْ َس‬
﴾178 :‫﴿البقرة‬
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu (melaksanakan) qisas berkenaan
dengan orang yang dibunuh. Orang merdeka dengan orang merdeka, hamba sahaya
dengan hamba sahaya, perempuan dengan perempuan. Tetapi barangsiapa memperoleh
maaf dari saudaranya, hendaklah dia mengikutinya dengan baik, dan membayar diat
(tebusan) kepadanya dengan baik (pula). Yang demikian itu adalah keringanan dan rahmat
dari Tuhanmu. Barangsiapa melampaui batas setelah itu, maka ia akan mendapat azab
yang sangat pedih.” (Q.S. Al-Baqarah2: 178)
4. Ayat Al-Qur’an yang berbicara mengenai perdagangan adalah surah Quraisy ayat 1-2. Suku
Quraisy sangat teratur dalam melakukan perjalanan. Pada musim panas mereka melakukan
perjalanan ke utara dan pada musim dingin mereka melakukan perjalanan ke selatan.
ِ ۙ ‫ َربَّ ٰه َذا ْالبَ ْي‬-‫) فَ ْليَ ْعبُ ُد ْوا‬2( ‫ْف‬
‫ت‬ َّ ‫) ٖا ٰلفِ ِه ْم ِرحْ لَةَ ال ِّشتَ ۤا ِء َوال‬1( ‫ش‬
ِ ۚ ‫صي‬ ِ ‫اِل ِ ي ْٰل‬
ٍ ۙ ‫ف قُ َر ْي‬
﴾3-1 :‫) ﴿قريش‬3(
Artinya:
“Karena kebiasaan orang-orang Quraisy (1), (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada
musim dingin dan musim panas (2). Maka hendaklah mereka menyembah Rabb Pemilik
rumah ini (ka'bah) (3).” (Q.S. Quraisy/106: 1-3)

5. Sebuah kisah di dalam Al-Qur’an yang merupakan petunjuk nasehat dan ibarah bagi
manusia, kisah merupakan salah satu metode untuk menyampaikan pesan yang dapat di
ambil pelajarannya. Misalnya kisah kaum Nabi Nuh A.S. yang ditenggelamkan oleh Allah
karena kedurhakannya kepada Allah Swt. Allah menyampaikan kisah umat tersebut agar
menjadi pedoman dan petunjuk bagi manusia mengenai akhlak dan perilaku yang terpuji.
Meskipun Kan’an sendiri adalah anak Nabi Nuh A.S. Namun, ia tetap diazab oleh Allah
karena kedurhakaannya.

Studi Kasus
1. Jika saya menjadi Randi saya akan melakukan apa yang diinginkan oleh Ibu saya yakni
memperdalam bahasa Inggris, namun dengan tujuan mencari ridho Allah Swt. karena ridho
Allah ada pada ridho orangutan. Namun, saya tidak akan berhenti hanya sampai
mempelajari bahasa Inggris, saya akan mencari waktu di sela-sela waktu kosong untuk
memperlajari bahasa Arab, dengan tujuan semata-mata mencari ridho Allah Swt.
2. Memahami isi kandungan Al-Qur’an tidak cukup hanya dengan mempelajari bahasa Arab,
namun perlu juga mempelajari ilmu yang mendukung supaya bisa memahaminya secara
mendalam seperti ilmu nahwu, shorof, tafsir, hadits, dan lain-lain.

Pelajaran 6 Struktur Ayat dan Surah dalam Al-Qur’an

Penilaian Akhir Bab


I. Pilihan Ganda
No. Jawaban No Jawaban
.
1. B 6. C
2. A 7. C
3. C 8. D
4. A 9. E
5. D 10. A

Pembahasan
1. Menurut bahasa ayat berarti tanda. Kata ayat ( (‫ايَة‬adalah bahasa Arab dalam bentuk
tunggal, jamaknya āyātun ((‫ايات‬, artinya ”tanda, keajaiban atau pengajaran”. Sedang
menurut istilah para ahli tafsir ayat ialah susunan beberapa kata atau kalimat Al-Qur'an
yang mempunyai permulaan dan akhiran dan dihitung sebagai bagian dari surah dalam Al-
Qur'an.
Jawaban: B

2. Ada ulama yang berpendapat bahwa kata ‫س ُْو ًر ْة‬


berasal dari ‫ُسْؤ َر ْة‬ huruf wawu
berasal dari hamzah, yang berarti sisa atau bagian dari minuman.
Jawaban: A

3. Tauqifi, artinya susunan surah dalam Al-Qur’an itu atas petunjuk Nabi Muhammad saw.
berdasarkan wahyu Allah swt.
Jawaban: C

4. Menurut perhitungan mazhab Kufy jumlah ayat Al-Qur’an ada 6236. Mazhab inilah yang
banyak diikuti oleh para penulis dan pencetak Al-Qur’an di dunia.
Jawaban: A

5. Al-Mā’un adalah contoh nama surah Al-Qur’an yang di ambil dari kata penutup yang
terdapat dalam surah.
Jawaban: D

6. Al-Masāni, yaitu surah-surah yang berisi kurang sedikit dari seratus ayat (seperti surah Al-
Anfāl, Al-Hijr , Ar-Rum, dan lain sebagainya).

Jawaban: C

7. As-Sab’uttiwal, yaitu tujuh surah yang panjang-panjang, (seperti surah Al-Baqarah,


‘Ali-‘Imrān , An-Nisā’, Al-A’rāf, Al-An’ām, Al-Māi’dah dan Yūnus).
Jawaban: C
8. Mayoritas ulama berpendapat bahwa hari terakhir turun ayat Al-Qur’an adalah hari Jum’at
tanggal 9 Zulhijjah tahun 10 H. atau tahun 63 dari kelahiran Nabi Saw. (632). Pada saat itu
Nabi Muhammad saw. sedang berwukuf di padang Arafah, mengerjakan haji yang terkenal
dengan Haji Wada’. Sejak itu Al-Qur’an tidak turun lagi dan masa hidup Nabi saw. sekitar 3
bulan (81 malam). Beliau wafat pada malam Senin tanggal 12 Rabi’ul Awal tahun 11 Hijrah
( 7 Juni 632). Ayat tersebut adalah surah Al-Ma’idah ayat 3
Jawaban: D

9. Kitab‫ت ْالقُرْ اَ ِن‬ ِ ِ‫فَ ْت ُح الرَّحْ َم ِن لِطَال‬


ِ ‫ب اَيَا‬ disusun oleh Syeikh Ilmi Zadah Faidullah Al-
Hasani.
Jawaban: E

10. Kitab ini tidak terlalu tebal, hanya 497 halaman dan banyak beredar di kalangan umat
Islam. Di kalangan para santri, kitab ini dikenal dengan nama “Fathurrahman”. Bagi orang
yang belum memahami rumus-rumus yang digunakan dalam kitab ini, sedikit lebih lama
untuk mendapatkan nomer ayat ataupun nama surahnya. Nama-nama surah dalam kitab
itu disingkat dengan rumus-rumus yang telah ditentukannya.
Jawaban: A

II. Isian
1. Tanda 6. Al-Maidah ayat 3
2. Sisa atau bagian dari minuman 7. Haram
3. 6.666 8. Makiyah
4. 114 9. Tauqifi
5. Allah swt. 10. Ijtihadi atau Taufiqi

III. Uraian
1. Perbedaan tersebut muncul bukan karena Al-Qur’an mereka berbeda, tetapi karena
beberapa hal :Perbedaan dalam menentukan batas ayat Al-Qur’an. Terkadang ada ayat yang
panjang, satu ulama menghitungnya dua ayat, sedang ulama yang lain menghitungnya satu
ayat. Perbedaan dalam menentukan status Basmalah dan Fawatihussuwar (huruf pembuka
surah). Sebagian ulama menghitung Basmalah sebagai awal dari setiap surah, sedang
ulama yang lainnya tidak, hanya menghitung sebagai ayat diawal surah Al-Fatihah. Sebagian
ulama menghitung Fawatihussuwar sebagai ayat yang berdiri sendiri, sedang ulama yang
lain menghitungnya sebagai bagian ayat setelahnya.
2. Para ulama berbeda pendapat dalam dalam mendefinisikan ayat Makiyah dan Madaniyah,
sesuai cara pandang masing-masing. Ada yang mendefinisikan berdasarkan tempat
turunnya. Maka ayat Makiyah berarti ayat yang turun di Makah dan sekitarnya, sedang ayat
Madaniyah adalah ayat yang turun di Madinah dan sekitarnya. Ada pula yang
mendefinisikannya berdasarkan siapa yang menjadi obyek dalam ayat itu, kalau ditujukan
kepada orang-orang Makah, berarti Makiyah dan jika ditujukan kepada oramg-orang
Madinah beberti Madaniyah. Dan ada pula yang mendefinisikan berdasarkan hijrah nabi
Muhammad Saw.. Apabila diturunkan sebelum hijrah disebut Makiyah dan jika diturunkan
setelah hijrah di sebut Madaniyah, meskipun turunnya di kota Makah.
3. Berikut perbedaan surah Makiyyah dan Madaniyyah.
MAKIYYAH MADANIYYAH
No. (Turun Sebelum Hijrah) No. (Turun Setelah Hijrah)
Ayatnya pendek-pendek, Ayatnya panjang-panjang, gaya
1. bersajak, bernada keras dan 1. bahasa dan sastranya sangat
banyak menggunakan kata dalam dan tinggi.
sumpah.
Isinya tentang tauhid, akidah, Isinya tentang politik kotor orang-
2. keimanan, kenikmatan, dan 2. orang munafik, menjelaskan
siksaan (surga dan neraka) ibadah dan hukum dalam keluarga,
dan masalah kebaikan. bermasyarakat dan bernegara.
Kebanyakan ditujukan kepada Kebanyakan ditujukan kepada
manusia secara umum orang yang telah beriman sehingga
3. 3.
sehingga banyak yang banyak yang didahului dengan
kata
didahului dengan kata : ‫يَآيُّها‬
ُ‫النَّاس‬ ‫يَآيُّها َ الَّ ِذي َْن ا َمنً ْوا‬

Meskipun demikian ada tujuh ayat Madaniyyah yang didahului dengan


kata : ُ‫يَآيُّها النَّاس‬ yaitu pada surah Al- Baqarah ayat 21 dan 168, An –
Nisa’ ayat 1, 133, 170 dan 174, dan Al - Hujurat ayat 13.

Pengumpulan Al-Qur’an pada masa khalifah Abu Bakar dilakukan oleh tim pengumpul Al-
Qur’an yang telah dibentuk oleh khalifah.
4. Para ulama berbeda pendapat tentang susunan surat dalam Al-Qur’an. Ada yang
menyebutnya susunan surah itu Tauqifi, artinya berdasarkan ketetapan wahyu, ada yang
berpendapat ijtihadi, artinya berdasarkan ijtihad para penulisnya, dan ada pula yang
berpendapat sebagian besar Tauqifi dan yang lainnya hasil ijtihadi.
5. Langkah-langkah mencari ayat dan surah menggunakan Kitab Al-Mu’jam. Misalnya,
mencari ayat di bawah ini ada di surah apa dan ayat berapa.
ً‫ش ُّد بَْأسًا َوَأ َش ُّد تَ ْن ِك ْيال‬ َ ‫َع َسى هَّللا ُ َأ ْن يَ ُكفَّ بَْأ‬
َ ‫س الَّ ِذينَ َكفَرُوا َوهَّللا ُ َأ‬
a. Pilih salah satu dari beberapa kata kunci yang hendak digunakan dalam ayat tersebut,
contohnya mengambil kata :
ٌ‫ بَْأس‬- ‫ َش ٌّد‬-- َّ ‫يَ ُك‬
‫ف‬
b. Silakan pilih, misalnya anda akan memilih kata ٌ‫بَْأس‬ yang dimulai dengan huruf ba

( (‫ب‬
َ
c. Maka buka kitab Mu’jam Al-Mufahras, yang dimulai huruf “ba”.
d. Maka di halaman itu anda akan menemukan salah satu tulisan
4 ‫م النساء‬ 84 ......‫ َوهَّللا ُ َأ َش ُّد بَْأسًا َوَأ َش ُّد تَ ْن ِك ْيالً بَْأسًا‬: ‫بَْأسًا‬
e. Anda sudah dapat menemukan ayat tersebut, yaitu ada pada surah An-Nisa’ ayat 84 dan
termasuk ayat Makiyah.
f. Maka ayat tersebut adalah surah Al-Baqarah ayat 95, yaitu surah kedua halaman ke-2
dalam Al-Qur’an.

Studi Kasus
1. Perbedaan Jumlah ayat tidak mempengaruhi isi Al-Qur’an. Perbedaan angka penghitungan
ini hanya pada jumlahnya, bukan berarti perbedaan Al-Qur’an yang dimilikinya dan ada
yang berkurang ayatnya. Al-Qur’an yang mereka miliki sama seperti Mushaf Al-Imam yang
ditulis masa khlalifah Usman bin Affan. Jadi tidak ada satu pun ayat yang tertinggal atau
diingkarinya, sebab mengingkari satu huruf dalam Al-Qur’an, sama dengan mengingkari
seluruh isi Al-Qur’an. Dalam Tafsir At-Thabari disebutkan bahwa Abdullah bin Mas’ud
berkata:

ِ ْ‫ف ِم َن ْالقُر‬
‫ فَقَ ْد َكفَ َر بِ ِه ُكلِّ ِه‬،ُ‫ اَ ْوبِاَيَ ٍة ِم ْنه‬،‫آن‬ ٍ ْ‫َم ْن َكفَ َر بِ َحر‬

Artinya:
“Barangsiapa yang kufur terhadap satu huruf Al-Qur’an atau salah satu ayat Al-Qur’an
berarti dia telah kufur terhadap seluruh Al-Qur’an.”
2. Perbedaan tersebut muncul bukan karena Al-Qur’an mereka berbeda, tetapi karena
beberapa hal:
a. Perbedaan dalam menentukan batas ayat Al-Qur’an. Terkadang ada ayat yang panjang,
satu ulama menghitungnya dua ayat, sedang ulama yang lain menghitungnya satu ayat.
b. Perbedaan dalam menentukan status Basmalah dan Fawatihussuwar (huruf pembuka
surah). Sebagian ulama menghitung Basmalah sebagai awal dari setiap surah, sedang
ulama yang lainnya tidak, hanya menghitung sebagai ayat diawal surah Al-Fatihah.
Sebagian ulama menghitung Fawatihussuwar sebagai ayat yang berdiri sendiri, sedang
ulama yang lain menghitungnya sebagai bagian ayat setelahnya.
Penilaian Semester Ganjil

Penilaian Akhir Bab


I. Pilihan Ganda
No. Jawaban No. Jawaban No. Jawaban No. Jawaban
1. B 11. E 21. C 31. C
2. C 12. D 22. C 32. A
3. B 13. E 23. D 33. D
4. C 14. C 24. C 34. D
5. C 15. A 25. E 35. D
6. E 16. B 26. B
7. A 17. A 27. E
8. C 18. D 28. C
9. C 19. D 29. D
10. A 20. A 30. C

Pembahasan
1. Maka kata Al-Qur’an berarti yang dibaca.
Jawaban: B

2. Abu Hasan Al-Asy’ari berpendapat bahwa kata Al-Qur’an merupakan musytaq (terbentuk)
dari kata “Qarana” yang artinya menggabungkan.
Jawaban: B

3. Al-Qur’an sampai kepada kita dengan melibatkan para guru dan ahli qur’an yang
bersambung secara mutawatir
Jawaban: B

4. Untuk dipahami dan diingat selalu isinya.


Jawaban: C

5. Wahyu menurut bahasa yaitu isyarat atau petunjuk yang sangat rahasia dan berlaku sangat
cepat.
Jawaban: C

6. Diantara perbedaan antara wahyu dan ilham adalah wahyu turunnya tidak bisa diupayakan
sedangakan ilham turunnya dapat diupayakan atau diminta dengan taqarrub kepada Allah
Swt.
Jawaban : E
7. Seperti yang dialami Nabi Musa A.S dalam surah Asy-Syūrā ayat 51 Allah menururunkan
wahyunya dari balik tabir.
Jawaban: A
8. Waḥyu Al-Jaliy, yaitu wahyu yang turun dengan perantaraan malaikat Jibril.
Jawaban: C
9. Bunyi yang keras seperti lonceng, merupakan cara menerima wahyu
Jawaban: C

10. Al-Qur’an yang tersimpan di Lauḥul Mahfūẓ tersebut, kemudian Allah swt turunkan ke
langit bumi sekaligus, lalu diturunkan lagi secara berangsur-angsur kepada Nabi
Muhammad Saw.
Jawaban: A

11. Proses penurunan Al-Qur’an secara berangsur-angsur dijelaskan dalam surah Al-Isrā’ ayat
106.
Jawaban: E

12. Di dalam Al-Qur’an, kata wahyu digunakan dalam berbagai pengertian, seperti isyarat,
bisikan, ilham yang diberikan kepada hewan dan manusia, dan perundingan jahat yang
bersifat rahasia.
Jawaban: D

13. Penulisan Al-Qur’an pada masa Nabi Muhammad saw. dikenal dengan istilah “Jam’ul
Qur’an Al-Awwal” (Penulisan dan pengumpulan Al-Qur’an pertama kali).
Jawaban: E

14. Perang Yamamah mengakibatkan lebih dari 70 penghafal Al-Qur’an meninggal.


Jawaban: C

15. Nama Al-Kitab dengan maksud Al-Qur’an dapat dijumpai dalam beberapa ayat, di
antaranya pada surah Al-Baqarah ayat 2.
Jawaban: A

16. Ayat tersebut merupakan jaminan langsung dari Allah Swt. terpeliharanya keautentikan Al-
Qur’an.
Jawaban: B

17. Q.S. Ţāhā/20:114 menjelaskan larangan tergesa-gesa saat membaca Al-Qur’an.


Jawaban: A

18. Hadits di atas memiliki arti bacalah Al-Qur’an dengan lagam dan suara orang Arab.
Jawaban: D

19. Dalam surah Al-Isrā ayat 88 dijelaskan bahwa kebenaran Al-Qur’an tak ada yang bisa
menandinginya tantangan tersebut ditujukan kepada jin dan manusia
Jawaban: D
20. Sayyidulḥuffāz adalah julukan kepada Nabi Muhammad Saw. orang yang paling kuat
hafalannya.
Jawaban: A

21. Kata yang digarisbawahi memiliki arti hapuslah.


Jawaban: C

22. Mukjizat memiliki arti melemahkan atau mengalahkan.


Jawaban: C

23. Mukjizat ‘aqli adalah mukjizat yang hanya dapat diketahui oleh orang-orang yang
menggunakan kecerdasan akalnya.
Jawaban: D

24. I’jāz Al-Qur’an menunjukkan bahwa Al-Qur’an adalah wahyu Allah Swt.
Jawaban: C

25. Q.S. Al-A’raf ayat 107 menjelaskan mukjizat Nabi Musa as. tongkatnya berubah menjadi
ular.
Jawaban: E

26. Ayat tersebut diturunkan sewaktu Rasulullah Saw. masih tinggal di Makkah. Ketika itu
bangsa Romawi mengalami kejayaan. Dan terbukti pada saat Turki dan Asia Tengah
mengadakan perluasan wilayah ke belahan barat.
Jawaban: B

27. Muamalah hanya menyangkut permasalahan hak dan harta yang muncul dari transaksi
antara seseorang dengan orang lain atau dengan badan hukum.
Jawaban: E

28. Fungsi sejarah dalam Al-Qur’an dapat ditunjukkan dalam ayat yang memiliki makna bahwa
di dalam kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran.
Jawaban: C

29. Tauqifi, artinya susunan surah dalam Al-Qur’an atas petunjuk Nabi Muhammad Saw.
berdasarkan wahyu Allah Swt.
Jawaban: D

30. Faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan ayat dalam Al-Qur’an adalah pada
basmalah dan fawātiḥus suwar.
Jawaban: C

31. As-Sab’utiwwal, yaitu tujuh surat yang panjang-panjang.


Jawaban: C

32. Pembagian dan pemberian tanda juz, hizb, rub’u, dan lainnya dalam Al-Qur’an adalah hasil
ijtihad ulama.
Jawaban: A

33. Kitab Fatḥurrahmān merupakan karya Ilmi Zadah Faidhullah Al-Hasani Al-Maqdisy.
Jawaban: D

34. Al-Qur’an harus dijaga karena merupakan mukjizat terbesar.


Jawaban: D

35. Perbedaan pada jumlah ayat tersebut disebabkan karena beberapa hal, yakni perbedaan
dalam menentukan batas ayat Al-Qur’an dan perbedaan dalam menentukan status
basmalah dan fawātiḥus suwar (huruf pembuka surah).
Jawaban: D

II. Isian
1. Pemberi peringatan
2. Abu Bakar Ash-Siddiq
3. Zaid bin Tsabit
4. Terjaga dan terpelihara
5. Qudroh
6. Mukjizat ḥissi adalah mukjizat yang dapat ditangkap oleh pancaindra, yaitu dapat dilihat
dengan mata, di dengar oleh telinga, dicium dengan hidung, dirasa dengan lidah, dan dapat
diraba dengan tangan/kulit.
7. Menyangkut permasalahan hak dan harta yang muncul dari transaksi antara seseorang
dengan orang lain atau dengan badan hokum
8. Baik, terpuji, akhlaqul karimah
9. Al-Maidah ayat 3
10. Makiyyah

III. Uraian
1. Menurut imam Jalaluddin As-Suyuti dalam kitabnya “Al-Itqan fi ulumil-Qur’an” bahwa
pendapat imam Asy-syafi’i adalah yang lebih tepat, yaitu bahwa Al-Qur’an adalah isim
'alam tidak diambil dari kata apa pun, merupakan nama khusus bagi kitab yang diturunkan
kepada Nabi Muhmmad saw.
2. Secara di kalangan ulama, terdapat tiga perbedaan pendapat dalam menjelaskan proses
penurunan Al-Qur’an, yaitu :
1) Al-Qur’an diturunkan sekaligus ke langit dunia pada malam Al-Qadr, yakni lengkap dari
awal hingga akhir. Kemudian diturunkan kepada Nabi Saw. secara berangsur-angsur.
2) Al-Qur’an diturunkan ke langit dunia dua puluh kali Lailatul-Qadr selama 20 tahun, atau
dua puluh tiga kali Lailatul-Qadr selama 23 tahun, atau dua puluh lima kali Lailatul-
Qadr selama 25 tahun, berdasarkan perbedaan pendapat tentang berapa lama Nabi
Muhammad saw. bermukim di Makah setelah diangkat menjadi Rasul. Pada setiap
malam Lailatul-Qadr diturunkan ke langit dunia sekedar yang hendak diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw. secara berangsung-angsur pada tahun itu.
3) Permulaan diturunkan Al-Qur’an adalah malam Lailatul-Qadr, kemudian setelah itu
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. secara berangsur-angsur dalam berbagai
waktu.
3. Mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw. ada dua macam, yaitu mukjizat
hissi dan mukjizat aqli. Sedangkan mukjizat yang diberikan kepada para nabi sebelumnya
hanya berupa mukjizat hissi. Bentuk mukjizat aqli yang diberikan kepada Nabi Muhammad
saw. adalah Al-Qur’an. Karena kemukjizatan Al-Qur’an adalah mukjizat aqli, maka
kemukjizatannya tidak dibatasi oleh waktu dan ruang, kapan saja dan di mana saja orang
dapat menemukan kemukjizatannya jika digunakan akalnya untuk mengkaji Al-Qur’an.
Adapun mukjizat hissi yang pernah terjadi pada Nabi Muhammad saw. misalnya dapat
membelah bulan menjadi dua hanya dengan mengarahkan jari telunjuknya ke arah bulan
ketika ditantang oleh orang kafir, jari-jari beliau juga pernah mengeluarkan air ketika para
sahabat kehausan. Nabi saw. dapat keluar dari rumahnya dengan selamat ketika dikepung
oleh orang-orang kafir Quraisy dan masih banyak lagi mukzijat hissi yang terjadi pada Nabi
Muhammad saw.
4. Dalam surah Al-Baqarah ayat 23–24, Allah swt. menantang siapa pun yang meragukan
kebenaran Al-Qur’an untuk menyusun satu surah saja semacam Al-Qur’an.
5. Ulama sepakat bahwa surah Al-Alaq 1-5 adalah surah yang pertama diturunkan kepada
Nabi Muhammad saw. ketika sedang berkhalwat di gua Hira, namun mereka berbeda
pendapat tentang tanggal turunnya. Ibnu Abdil Barr dan Al-Mas’udy berpendapat bahwa
surah tersebut turun pada tanggal 8 Rabi’ul Awal sebagai awal Nubuwwah (permulaan
diangkat menjadi Nabi). Sedang yang diturunkan di bulan Ramadhan adalah surah Al-
Muddatsir 1-5 sebagai awal Risalah (permulaan mencapai derajat kerasulan). Sedang
jumhur ulama berpegang kepada riwayat Ibnu Ishaq berpendapat bahwa ayat itu turun
pada malam Senin, tanggal 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran beliau atau tanggal 6
Agustus 610 M. Pada malam itu pula Allah swt. menurunkan Al-Qadr (lailatul qadr).
Pendapat ini menyatakan bahwa Yaumal-Furqan (hari bertemunya dua pasukan di perang
Badar pada hari Jum'at 17 Ramadhan tahun ke 2 Hijriah) yang disebutkan dalam surah Al-
Anfal ayat 41 adalah sama dengan hari pertama turunnya Al-Qur’an Kariem, yaitu pada
malam 17 Ramadhan.
Pelajaran 7 Memahami Hadits dan Macam-macamnya

Penilaian Akhir Bab


I. Pilihan Ganda
No. Jawaban No Jawaban
.
1. C 6. D
2. C 7. A
3. A 8. B
4. A 9. B
5. B 10. C

Pembahasan
1. Al-Jadîd (baru), Al-Qarîb (dekat atau baru saja terjadi), Al-Khabar (berita atau informasi
yang oleh seseorang kepada orang lain.
Jawaban: D

2. Sesuatu (berita atau informasi) yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw., baik
berupa perkataan, perbuatan, taqrir, atau semisalnya.
Jawaban: C

3. Al-Jadîd, artinya baru, lawan dari kata Al-Qadîm, artinya lama atau yang terdahulu.
Jawaban: D

4. Para ahli fiqih mereka membatasi pengertian sunnah hanya pada hal-hal yang berkaitan
dengan hukum.
Jawaban: A

5. Ulama ahli hadits memandang bahwa Nabi Muhammad Saw. adalah manusia sempurna
sejak lahir sehingga kebiasaan yang dilakukannya patut menjadi teladan (uswah) bagi kita
semua.
Jawaban: B

6. Sunnah menurut fuqahā berarti “sesuatu yang lebih utama dikerjakan, sebab akan
mendapat pahala apabila dikerjakan, tetapi tidak akan berdosa apabila tidak dilakukan.”
Jawaban: D
7. khabar lebih umum daripada hadits, karena khabar termasuk juga segala sesuatu yang
berasal dari selain Nabi Saw.
Jawaban: A

8. Khabar termasuk juga segala sesuatu yang berasal dari selain Nabi Muhammad Saw.
seperti perkataan sahabat dan tabi’in.
Jawaban: B

9. Hadits Qudsi disebut juga hadits Rabbani atau Ilāhi.


Jawaban: B

10. Salah satu ciri hadits qudsi menggunakan kalimat pada apa yang diriwayatkan dari Allah
swt.
Jawaban: C

II. Isian
1. Al-Jadîd (baru), Al-Qarîb (dekat atau baru saja terjadi), Al-Khabar (berita atau informasi
yang oleh seseorang kepada orang lain.
2. Hadits secara istilah
3. Cara, jalan yang ditempuh, tradisi atau ketetapan.
4. Khabar karena dalam penyampaian beberapa hadits sering digunakan kata akhbarona dan
haddatsana. Dan tidak semua ulama berpendapat bahwa khabar adalah hadits.
5. Hadits Fi’liyyah
6. Hadits Taqrîriyyah
7. Bekas sesuatu, dampak, pengaruh, peninggalan, dan dapat berarti yang dipindah atau
dinukil.
8. Sandaran kepada sahabat dan tabi’in baik perkataan dan perbuatan.
9. Hadits Taqrîriyyah
10. Hadits Taqrîriyyah

III. Uraian
1. Menurut bahasa (etimologi) hadits mempunyai tiga makna yang popular, yaitu Al-Jadîd
(baru), Al-Qarîb (dekat atau baru saja terjadi), Al-Khabar (berita atau informasi yang oleh
seseorang kepada orang lain.
2. Sesuatu (berita atau informasi) yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw., baik
berupa perkataan, perbuatan, taqrir, atau semisalnya.
Dari segi makna istilah (terminologi), ada dua pemahaman makna hadis, yaitu pemahaman
terbatas atau khusus kepada Nabi Muhammad saw. dan pemahaman secara luas, yaitu
kepada selain Nabi Muhammad saw. Dalam pengertian terbatas, mayoritas ahli hadis
(jumhūrul-muḥaddiṡin) mendefinisikan hadis sebagai berikut :
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَ ْواًل َأ ْوفِ ْعاًل َأ ْوتَ ْق ِر ْيرًاَأ ْونَحْ َوهَا‬
َ ‫ْف لِلنَّبِ ِّي‬ ِ ‫َما ُأ‬
َ ‫ضي‬
Artinya:
“Sesuatu (berita atau informasi) yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw., baik
berupa perkataan, perbuatan, taqrir atau semisalnya.”
3. Para ahli usul fiqih (usûliyyîn) membatasi pengertian Sunnah hanya pada hal-hal yang
berkaitan dengan hukum.
Karena itu jumlah sunah relatif lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah hadis. Mereka
merumuskan pengertian sunah sebagai berikut:
‫ص ِد َر َع ِن النَّبِ ِّيﷺ ِم ْن قَ ْو ٍل اَ ْو ِفع ٍْل اَ ْوتَ ْق ِري ِْر ِم َّمايَصْ لُ ُح اَ ْن يَ ُك ْو َن‬ُ ‫ُكلُّ َما‬
‫َدلِ ْيالً لِ ُح ْك ٍم َشرْ ِع ٍّي‬
Artinya:
“Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw. baik berupa perkataan,
perbuatan atau pengakuan (taqrir), yang patut dijadikan dalil bagi hukum syara.”
4. Hadits mempunyai tiga makna yang popular, yaitu Al-Jadîd (baru), Al-Qarîb (dekat atau
baru saja terjadi), Al-Khabar (berita atau informasi yang oleh seseorang kepada orang lain.
Pengertian Sunnah secara bahasa adalah jalan, cara yang ditempuh, tradisi atau ketetapan.
Khabar secara bahasa adalah berita, warta, kabar, atau informasi suatu peristiwa.
Pengertian aśar secara bahasa adalah bekas sesuatu, dampak, pengaruh, dan peninggalan.
5. Hadits Qudsi adalah sesuatu yang dikabarkan Allah kepada Nabi-Nya dengan melalui ilham
atau mimpi. Kemudian Nabi Saw. menyampaikan makna dari ilham atau mimpi tersebut
dengan ungkapan kata-kata beliau.
Contoh hadits Qudsi adalah :
: ‫قُو ُل هللاَ عَ َّز َوجَ َّل‬ ْ َ‫ ي‬: ‫ ْو ُل هللاِﷺ‬-‫ال َر ُس‬ َ َ‫ ق‬: ‫ال‬ َ َ‫ ق‬،ُ‫ض َي هللاُ َع ْنه‬ ِ ‫َع ْن اَبِى َذ ٍر َر‬
‫َم ْن‬
‫ َو َم ْن َجا َء ِبال َّسيَِّئ ِة فَ َج َزا ُء َسيَِّئ ٍة‬،‫َجا َء بِ ْال َح َسنَ ِة فَلَهُ َعشْ ُر اَ ْمثَالِهَا اَ ْو اَ ِز ْي ُد‬
(‫ (رواه مسلم‬.... ‫َسيَِّئةٌ ِم ْثلُهَا اَ ْو اَ ْغفِ ُر‬
Artinya:
“Dari Abi Zarr ra. berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda : ‘Firman Allah ‘Azza wa
Jalla,“Siapa yang menjalankan kebaikan, ia berhak menerima sepuluh kali lipat atau lebih;
sedang siapa yang berbuat kejahatan, balasannya satu kejahatan yang sepadan atau
bahkan Aku ampuni’, …dan seterusnya.” (H.R. Muslim)

Studi Kasus
1. Imam Bukhari bersungguh-sungguh dalam meriwayatkan hadits beliau pandai, teliti, tekun,
dan memiliki kekuatan hafalan yang sangat luar biasa dalam ilmu hadis. Imam Bukhari
dikenal sebagai orang yang sabar, cerdas, sangat wara’, sedikit makan, dan banyak
membaca Al-Qur’an, baik siang maupun malam, serta gemar berbuat kebajikan kepada
murid-muridnya. Berkat kecerdasan dan ketekunannya mempelajari hadis-hadis Nabi saw.
beliau mendapatkan gelar dari para ulama’ hadits pada masanya dengan sebutan “Amirul-
Mu’minin fi-Hadis.”
2. Bersungguh-sungguh dalam belajar, gigih dan tekun serta tidak pantang menyerah. Karena
sebuah kesuksesan itu tak dapat dicapai dengan cara yang instan, sesudah kesulitan itu
pasti ada kemudahan,
Pelajaran 8 Sejarah Perkembangan Hadits

Penilaian Akhir Bab


I. Pilihan Ganda
No. Jawaban No Jawaban
.
1. C 6. C
2. A 7. E
3. C 8. D
4. B 9. D
5. D 10. C

Pembahasan
1. Ketika itu, hadits lebih banyak dihafal dan disampaikan dari lisan ke lisan.
Jawaban: C

2. Rasulullah Saw. khawatir jika ketika itu para sahabat dibebaskan untuk menulis hadits,
akan bercampur dengan Al-Qur’an.
Jawaban: C

3. Rasulullah mendukung kegiatan Abdullah bin Amr Ash. Ia dikenal rajin menulis hadits.
Jawaban: C

4. Khalifah Umar bin Khattab pernah mengeluarkan larangan memperbanyak riwayat hadits.
Jawaban: C

5. Banyaknya sahabat yang berjatuhan pada masa Khalifah Utsman bin Affan mendorong
semangat para sahabat muda dan para tabi’in untuk mencari dan mengumpulkan hadits.
Jawaban: D

6. Kegiatan pembukuan hadits secara resmi pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Jawaban: C

7. Salah satu alasan yang mendorong membukukan hadits diantaranya adalah banyaknya
muncul hadits palsu atau maudu’. Apabila kondisi ini dibiarkan akan semakin sulit
mengetahui hadits yang asli dan yang palsu sehingga akan menyesatkan ajaran Islam.
Jawaban: E
8. Khalifah Umar bin Abdul Aziz memerintahkan kepada Ibnu Syihab Az-Zuhri untuk
mengumpulkan hadits kemudian dikirimkan kepada para penguasa di berbagai daerah.
Berkat usahanya Az-Zuhri dikenal sebagai orang yang pertama membukukan hadits.
Jawaban: D

9. Ulama pada pertengahan abad ketiga belum sempurna karena belum memisahkan hadits-
hadits Nabi Muhammad Saw. dari hadits-hadits da’if dan hadits maudu’.
Jawaban: D

10. Banyaknya hadits yang bercampur dengan fatwa para sahabat dan para tabi’in.
Jawaban: C

II. Isian
1. Dihafal 6. Tiga
2. Tercampur 7. Menghafal Hadits
3. 2 Hijriyah 8. 2 Hijriyah
4. Penyaringan Hadits 9. Penjelasan Hadits
5. Şaḥiḥ Al-Bukhāri 10. Ringkasan Hadits

III. Uraian
1. Nabi Muhammad saw. secara umum melarang para sahabat menulis hadis. Rasulullah saw.

bersabda:

‫ ْيًأ اِاَّل‬-‫بُوا َعنِّ ْي َش‬ َ ‫ ْو َل هللاِ ﷺ‬-‫ ِع ْي ٍد ْالخُ ْد ِريِّ اَ َّن َر ُس‬-‫َع ْن اَبِ ْي َس‬
ْ ُ‫ اَل تَ ْكت‬: ‫قَال‬
،‫ َوحَ ِّدثُ ْوا َعنِّى َوالَحَ َر َج‬، ُ‫ب َعنِّ ْي َش ْيًأ َغي َْر ْالقُرْ اَ ِن فَ ْليَ ْم ُحه‬ َ َ‫ْالقُرْ اَ َن فَ َم ْن َكت‬
‫ْأ‬
)‫ار (رواه مسلم‬ ِ َّ‫ي ُمتَ َع ِّمداً فَ ْليَتَبَ َّو َم ْق َع َدهُ ِم َن الن‬َّ َ‫ب َعل‬َ ‫َو َم ْن َك َذ‬
Artinya:
“Dari Abi Sa’id al-Khudri, sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda : “Janganlah kalian
menulis sesuatu dariku selain Al-Qur’an. Barang siapa menulis sesuatu dariku selain Al-
Qur’an maka segeralah dihapus. Sampaikan saja apa yang kalian terima dariku, tidak apa-
apa. Barangsiapa yang sengaja berdusta mengatasnamakan aku, maka silakanl
menempatkan dirinya di neraka.” (H.R. Muslim).
2. Orang Kitab-kitab hadits pada abad kedua ini kebanyakan masih bercampur antara hadits-
hadits Nabi Muhammad Saw. dengan fatwa-fatwa para sahabat dan tabiin
3. Ulama mutaqaddimin dalam menyusun kitabnya berusaha sendiri menemui para sahabat
atau pun tabi’in yang mempunyai perbendaharaan hadits, kemudian meneliti dan
menghimpunnya. Sementara itu, ulama muta’akhkhirin hanya menukil hadits-hadits yang
ada di kitab-kitab hadits para ulama mutaqaddimin.
4. Musnad yaitu kitab hadits yang memuat segala macam hadits, baik yang şaḥiḥ maupun
Ḍa’if. Sunan yaitu kitab hadits yang mencakup seluruh hadits, kecuali yang sangat Ḍa’if dan
mungkar. Kitab şaḥiḥ karena hanya memuat hadits-hadits yang şaḥîḥ saja.
5. Pada abad kelima dan seterusnya, kegiatan yang dilakukan oleh para ulama hadits adalah
menyusun kitab-kitab hadits berdasarkan klasifikasi isi kandungannya. Ada yang
menjelaskan (syarḥ) dan ada pula yang meringkas (ikhtişar) kitab-kitab yang telah disusun
oleh para ulama terdahulu.

Studi Kasus
1. Sebaiknya Adi jujur dengan kondisinya saat itu.
2. Jika seseorang berbohong demi kebaikan sebagaimana yang dilakukan Adi boleh saja,
karena memang Adi tidak mau membebani beban orangtuanya dan demi menenangkan
hati kedua orangtuanya. Namun memang sebaiknya katakan yang sebenarnya.
3. Iya jika saya menjadi Adi akan melakukan hal yang sama. Mengingat kondisi orangtua yang
kurang mampu dan memiliki pengeluaran yang banyak untuk saudara yang lainnya.
Pelajaran 9 Unsur-Unsur dalam Hadits

Penilaian Akhir Bab


I. Pilihan Ganda
No. Jawaban No Jawaban
.
1. D 6. A
2. C 7. B
3. B 8. E
4. C 9. D
5. D 10. A

Pembahasan
1. Unsur-unsur hadits adalah sanad, matan, rawi dan rijālul Ḥadîś
Jawaban: D

2. Sanad adalah mata rantai para perawi hadits yang menghubungkan kepada matan (isi)
hadits.
Jawaban: C

3. Musnad adalah orang yang menyandarkan hadits

Jawaban: B

4. Matan dari suatu hadits berarti teks suatu hadits atau isinya, bukan komentar atau
penjelasannya.
Jawaban: C

5. Rawi adalah orang yang memidahkan hadits dari seorang guru kepada orang lain atau
membukukannya ke dalam suatu kitab hadits.
Jawaban: D

6. Rawi pertama adalah para sahabat.


Jawaban: A

7. Abu Hurairah adalah sahabat yang paling banyak meiwayatkan hadits sebanyak 5.374
hadits.
Jawaban: B

8. Shalat Duha adalah shalat sunah yang dikerjakan


Jawaban:

9. Ruwwātul ḥadîś merupakan sebutan lain dari rijālul ḥadîś


Jawaban: D

10. Gelar Amîrul Mu’minîn fil Ḥadîś diberikan kepada Khalifah Abu Bakar Ash-Siddiq
Jawaban: A

II. Isian
1. Yang menjadi sandaran, tempat bersandar, pegangan atau pedoman
6. Witir
2. Matan hadits 7. Kuat hafalan dan daya ingatnya dan menjaga apa yang
tertulis dalam kitab hadits dari gurunya.
3. Rawi 8. empat
4. Rijālul hadits 9. 10 Zulhijjah
5. Rusak 10. 7 kali

III. Uraian
1. Sanad artinya yang menjadi sandaran, tempat bersandar, pegangan atau pedoman.
2. Matan secara bahasa memiliki arti punggung jalan (permukaan jalan), tanah yang keras
dan tinggi, membelah, mengeluarkan dan mengikat.
3. Syarat-syarat rawi hadits adalah ‘Ádil, yang dimaksud adalah seorang muslim, balig,
berakal, tidak berbuat fasik dan menjaga muru’ah. Ḍabṭ artinya kuat hafalan dan daya
ingatnya.
4. Contoh sanad, matan dan rawi hadis dapat dilihat pada hadis berikut ini:
‫لَوالَ اَ ْن‬
ْ :‫قَال‬
َ ‫يﷺ‬ َّ ِ‫ َأ َّن النَّب‬،َ‫رة‬-
َ -‫لَ َمةَ َع ْن اَبِ ْي هُ َر ْي‬- ‫َع ْن ُم َح َّم ٍد َع ْن اَبِ ْي َس‬
)‫صالَ ٍة (رواه الترمذي‬ َ ِّ‫اك ِع ْن َد ُكل‬ -ِ ‫ق َعلى اُ َّمتِ ْي الَ َمرْ تُهُ ْم بِالس َِّو‬ َّ ‫اَ ُش‬
Artinya:
“Dari Muhammad yang diterima dari Abu Salamah yang diterimanya dari Abū Hurairah,
bahwa Rasulullah saw. bersabda, ‘Seandainya jika aku tidak memberatkan terhadap
umatku, niscaya aku suruh mereka untuk bersiwak (menggosok gigi) setiap akan
melakukan shalat.” (H.R. At-Tirmidzi)
Sanadnya:

َّ ِ‫َع ْن ُم َح َّم ٍد َع ْن اَبِ ْي َسلَ َمةَ َع ْن اَبِ ْي هُ َري َْرةَ اَ َّن النَّب‬
َ َ‫ي ﷺ ق‬
: ‫ال‬
Matannya:
‫صالَ ٍة‬ ِ ‫ق َعلى اُ َّمتِ ْي الَ َمرْ تُهُ ْم بِالس َِّو‬
َ ِّ‫اك ِع ْن َد ُكل‬ َّ ‫لَ ْوالَ اَ ْن اَ ْن اَ ُش‬
Perawi terakhirnya:

)‫(رواه الترمذي‬
5. Al-Ḥākim, yaitu suatu gelar keahlian bagi imam-imam hadits yang menguasai seluruh hadits
yang marwiyah (diriwayatkan), baik matan maupun sanadnya dan mengetahui jarh dan
ta’dil perawinya.
Al-Ḥujjah, yaitu gelar keahlian bagi para imam yang sanggup menghafal 300.000 hadits,
baik matan, sanad, maupun riwayat perawi tentang keahlian, kecatatan, dan biografinya
(riwayat hidupnya).
Al-Ḥāfiẓ gelar ahli hadits yang dapat merunutkan ke -Şaḥîḥ- an sanad dan matan hadits dan
dapat men-jarh-kan serta men-ta’dil-kan rawinya.

Studi Kasus
1. Saya sangat setuju dengan sikap Ali. Karena setiap yang kita kerjakan dan apa yang kita
sampaikan akan ada balasannya, jika memang ragu hendaknya tidak perlu disampaikan
sebelum mendapat penjelasan dari guru.
2. Jika saya menjadi Ali saya akan melakukan hal yang sama, karena setiap perkataan yang
diucapkan akan dihisab di hadapan Allah Swt. lebih baik menerima penjelasan dari guru.
Pelajaran 10 Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an

Penilaian Akhir Bab


I. Pilihan Ganda
No. Jawaban No Jawaban
.
1. C 6. D
2. B 7. D
3. A 8. A
4. D 9. E
5. B 10. D

Pembahasan
1. Fungsi hadits terhadap Al-Qur’an adalah At-Tabyîn
Jawaban: C

2. Hadits di atas tidak memberikan tambahan atau penjelasan apa yang terdapat pada Al-
Qur’an, tetapi sekadar menetapkan, memperkokoh atau mengungkap kembali keterangan
yang terdapat dalam Al-Qur’an.
Jawaban: B

3. Nash yang mengharamkan bangkai dan darah secara mutlak yang terdapat dalam surah Al-
Maidah ayat 3. Kemudian ayat tersebut di taqyîdkan kemutlakannya dan di takhşîşkan
keharaman keduanya (bangkai dan darah).
Jawaban: A

4. Bayān At-Tasyri’ berfungsi menetapkan hukum sendiri karena masalahnya memang secara
eksplisit belum disebutkan dalam Al-Qur’an.
Jawaban: D

5. Perintah mengerjakan shalat, mengeluarkan zakat dan menunaikan ibadah haji merupakan
Bayān At-Tafsîr.
Jawaban: B

6. Hadits merupakan sumber kedua setelah Al-Qur’an


Jawaban: D

7. Fungsi hadits dalam surah An-Nahl ayat 44 adalah menjelaskan atau At-Tabyîn
Jawaban: D
8. Diharamkannya binatang-binatang bertaring dan buas merupakan salah satu bayan At-
Tafsîr.
Jawaban: A

9. Bayan At-Taqrîr berfungsi untuk menetapkan dan memperkuat kandungan Al-Qur’an.


Jawaban: E

10. Potongan ayat tersebut menjelaskan perintah mematuhi Rasulullah Saw. landasan dasar
hadits, bayan at-tasyrî’ dan meninggalkan larangan Rasulullah Saw.
Jawaban: D

II. Isian
1. Kedua
2. Menjelaskan
3. Tiga
4. Penting untuk menjelaskan isi kandungan Al-Qur’an
5. Al-Qur’an dan Hadits
6. Menjelaskan kandungan Al-Qur’an
7. Ijma
8. Memperkuat dan menetapkan kandungan Al-Qur’an
9. Global atau menyeluruh
10. Menjelaskan kandungan Al-Qur’an.

III. Uraian
1. Berdasarkan unsur-unsur yang terdapat di dalam pengertian sunah/hadis tersebut di atas,
maka sunah dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu Sunah Qauliyah, Fi’liyah,
Taqririyah dan Hammiyah.
2. Fi’liyyah adalah hadits Nabi Muhammad saw. berupa perbuatan atau cara beliau beribadah,
seperti cara beliau shalat, puasa, haji, dan lain sebagainya.
3. Sunah dari segi bahasa berarti cara, jalan yang ditempuh, tradisi atau ketetapan :
ْ َ‫اَلطَّ ِر ْيقَةُ ْال ُم ْعتَا َدةُ َح َسنَةً َكان‬
ً‫ت اَ ْم َسيَِّئة‬
Artinya:
“Jalan yang biasa ditempuh (tradisi), baik terpuji maupun tercela.”
Pengertian tersebut dapat dipahami dari sabda Rasulullah Saw. berikut ini:
،‫يَو ِم ْالقِيَامَ ِة‬
ْ ‫لى‬ َ ِ‫ل بِهَا ا‬- َ -‫ ُر َم ْن َع ِم‬-ْ‫َم ْن َس َّن ُسنَّةً َح َسنَةً فَلَهُ اَجْ رُهَا َواَج‬
‫لى يَ ْو ِم ْالقِيَامَ ِة‬
َ ِ‫َو َم ْن َس َّن ُسنَّةً َسيَِّئةً فَ َعلَ ْي ِه ِو ْز ُرهَا َو ِو ْز ُر َم ْن َع ِم َل بِهَا ا‬
)‫(رواه البخاري‬
Artinya:
“Barang siapa mengadakan sunah/jalan yang baik, maka baginya pahala atas jalan yang
ditempuhnya ditambah pahala orang-orang yang mengerjakannya sampai hari kiamat. Dan
barangsiapa mengadakan sunah/jalan yang buruk, maka atasnya dosa karena jalan buruk
yang ditempuhnya ditambah dosa orang yang mengerjakannya sampai hari kiamat.” (H.R.
Bukhari).
Kata Sunah dengan makna ketetapan terdapat dalam Al-Qur’an surah Al-Isra’ ayat 77 :

َ َ‫ُسنَّةَ َم ْن قَ ْد َأرْ َس ْلنَا قَ ْبل‬


: ‫راء‬--‫ك ِم ْن ُر ُسلِنَا َوال تَ ِج ُد لِ ُسنَّتِنَا تَحْ ِويالً ﴿اال س‬
﴾٧٧
Artinya:
“(Demikian itu) merupakan ketetapan bagi para rasul Kami yang Kami utus sebelum engkau
dan tidak akan engkau dapati perubahan atas ketetapan Kami.” (Q.S. Al-Isra’/17 : 77)
4. Bayānut-taqrir disebut juga ‫ان التَّْأ ِك ْي ِد‬
ُ َ‫بَي‬ (penjelasan dengan bentuk menguatkan) atau

ِ َ ‫بَيَان ْاِإل ْثبا‬


‫ت‬ (penjelasan dengan bentuk menetapkan). Fungsi hadis sebagai Bayānut-
taqrir, maksudnya adanya sesuatu yang telah dijelaskan oleh ayat Al-Qur’an, kemudian
dijelaskan kembali oleh hadis Nabi saw. Dalam hal ini sunah/hadis tidak memberikan
penjelasan apa yang terdapat dalam Al-Qur’an, tetapi sekedar menetapkan, memperkokoh
dan mengungkapkan kembali keterangan yang terdapat dalam Al-Qur’an.
Contoh Fungsi hadis sebagai Bayānut-taqrir. Dalam surah Al-Baqarah ayat 185 dijelaskan
tentang kewajiban berpuasa bagi orang yang berada di bulan Ramadhan. Allah swt.
berfirman:

ُ َ‫ فَ َم ْن َش ِه َد ِم ْن ُك ُم ال َّشه َْر فَ ْلي‬....


)١٨٥ : ‫ (البقرة‬... ُ‫ص ْمه‬
Artinya:
“Karena itu, barang siapa di anatara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah ....” (Q.S. Al-
Baqarah/2 : 185)
Ayat tersebut diperkuat oleh hadis Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari
Ibnu Umar. Nabi saw. bersabda:
)‫ارَأ ْيتُ ُم ْوهُ فََأ ْف ِطر ُْوا (رواه مسلم‬
َ ‫ِإ َذا َرَأ ْيتُ ُم ْال ِهاَل َل فَص ُْو ُم ْوا َوِإ َذ‬
Artinya:
“Apabila kalian melihat bulan, maka berpuasalah, dan apabila kalian melihatnya (yang
kedua kalinya), maka berbukalah.” (H.R. Muslim)
Contoh lain, tentang haramnya bersaksi palsu. Dalam surah Al-Haj ayat 30 Allah melarang
berkata dusta.
ُّ ‫َواجْ تَنِب ُْوا قَ ْو َل‬
﴾30: ‫الز ْو ِر﴿الح ّج‬
Artinya:
“... dan jauhilah perkataan dusta.” (Q.S. Al-Hajj/ 22: 30)

Ayat tersebut dikuatkan oleh hadis Nabi Muhammad saw.

َ ‫ ْو َل هللا‬-‫ يَا َر ُس‬،‫ بَلى‬:‫اَالَاُنَبُِّئ ُك ْم بِا َ ْكبَ ِر ْال َكبَاِئ ِر؟ قُ ْلنَا‬
ُ ‫ َرا‬-‫ اَ ِال ْش‬: ‫قَال‬
ِ‫ك ِباهلل‬
‫ق‬--‫ز ْو ِر (متف‬- ُّ -‫قَو ُل ال‬
ْ ‫ اَالَ َو‬: ‫ال‬ َ ‫ َو َك‬،‫ق ْال َوالِ َدي ِْن‬
َ َ‫ان ُمتَّ ِكًئا فَ َجل‬
َ َ‫س فَق‬ ُ ‫َو ُعقُ ْو‬
)‫عليه‬
Artinya:
“Perhatikan! Aku akan memberitahukan kepada kalian sebesar-besarnya dosa besar !”
Sahut kami : “Baiklah, hai Rasulullah. “Beliau meneruskan, sabdanya,”(1) Menyekutukan
Allah, (2) Menyakiti kedua orang tua.” Saat itu Rasulullah sedang bersandar, tiba-tiba
duduk seraya bersabda lagi, “Awas ! Berkata (bersaksi) dusta.” (Muttafaq ‘Alaih).
5. Inkārus Sunnah adalah gerakan yang ada di kalangan umat Islam yang tidak atau enggan
mengikuti sunnah Nabi Muhammad Saw. Mereka hanya berpegang kepada Al-Qur’an saja.
Ada juga yang menyebut inkārus sunnah dengan munkir sunnah. Jika ada yang mengajak
bergabung dengan kelompok mereka saya akan menolak karena sunnah adalah cara, jalan
yang ditempuh, tradisi, atau ketetapan. Bahkan para ahli hadits mengungkapkan bahwa
hadits sama dengan sunnah. Hadits sendiri merupakan sumber hukum kedua setelah Al-
Qur’an.

Studi Kasus
1. Tidak setuju dengan sikap Guru Randi. Sebaiknya seorang guru memberikan penjelasan
yang lebih mengenai satu ayat yang lebih, jika seorang guru sudah memberikan penjelasan
dan di luar batas kemampuannya maka ia boleh menganjurkan agar Randi mencari
penjelasan tersebut di dalam hadits-hadits Rasulullah, karena sumber kedua setelah Al-
Qur’an adalah hadits.
2. Jika saya menjadi Randi, saya akan langsung segera mencari hadits-hadits Rasulullah
sebagaimana yang telah di anjurkan oleh Guru, karena hal tersebut membuktikan bahwa
kita bersunggung-sungguh dalam mencari ilmu hadits sebagaimana yang telah dilakukan
oleh Imam Bukhari beliau sangat bersungguh-sungguh dalam mencari hadits dari satu
daerah ke daerah lain dari suatu tempat ke tempat yang lain.
Pelajaran 11 Kuantitas dan Kualitas Hadits

Penilaian Akhir Bab


I. Pilihan Ganda
No. Jawaban No Jawaban
.
1. D 6. D
2. B 7. A
3. A 8. E
4. A 9. A
5. C 10. E

Pembahasan
1. Pembagian hadits dari segi kuantitas dapat ditinjau dari sedikit atau banyaknya jumlah
perawi hadits.
Jawaban: D

2. Ciri-ciri hadits mutawatir adalah jumlah perawinya banyak dan tidak mungkin berbohong.
Jawaban: B

3. Salah satu ciri hadits mutawatir adalah berdasarkan tangkapan pancaindera.


Jawaban: A

4. Hadits Ahad dibagi menjadi tiga, salah satunya adalah Gharîb yang dalam sanadnya
terdapat satu orang dalam periwayatannya.
Jawaban: A

5. Syarat hadits shahih adalah ‘adl, sempurna ingatannya, sanadnya tidak terputus, tidak
mempunyai ‘illat dan tidak ada kejanggalan.
Jawaban: C

6. şaḥîḥ li gairih disebut juga ḥasan li żatih.


Jawaban: D

7. Matrûk artinya tertuduh dusta.


Jawaban: A

8. Mubham maksudnya adalah tidak diketahui identitasnya.


Jawaban: E
9. Sanadnya paling Şaḥiḥ
Jawaban: A

10. Hadits masyhûr adalah hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih.
Jawaban: E

II. Isian
1. Kualitas dan Kuantitas 6. Dhoif
2. Mutawatir 7. Sanad
3. Kualitas 8. Kuat hafalannya
4. Şaḥiḥ li żatihi dan Şaḥiḥ li gairih 9. şaḥîḥ
5. Sahih dan Hasan 10. Dasar Hukum

III. Uraian
1. Pembagian hadits dari segi kuantitas dapat ditinjau dari sedikit atau banyaknya jumlah
perawi hadits. Sementara pembagian hadits dari segi kualitas dapat ditinjau dari segi ke-
Şaḥîh-an hadits untuk diterima atau di tolak.
2. Hadits Mutawatir adalah suatu hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang
menurut kebiasaannya, mustahil mereka itu bersepakat untuk berbohong, jumlah mereka
semua dari sanad pertama sampai terakhir sama atau berimbang dan tidak ada cacat.
Mayoritas ulama sependapat bahwa hadits aḥad bisa diterima sebagai dasar hukum Islam,
tetapi hanya sebatas pada urusan-urusan amal ibadah, bukan pada keyakinan (akidah).
3. Ciri-ciri hadits mutawatir adalah jumlah perawinya banyak yang tidak mungkin berbohong,
jumlah perawinya seimbang dalam semua tingkatan, berdasarkan pancaindera.
4. Hadits Şaḥîḥ adalah hadits yang dinukil (diriwayatkan) oleh perawi yang adil, sempurna
ingatannya, bersambung sanadnya, tidak ada illat dan tidak janggal.
5. Para ulama berbeda pendapat tentang penggunaan hadits Ḍa’îf sebagai ḥujjah. Pertama
menolak sama sekali menggunakan hadits tersebut. Kedua, menerima secara utuh. Ketiga,
menolak sebagai ḥujjah (dasar hukum) dan menerima sekadar unutk memotivasi berbuat
kebaikan dan nasihat asalkan haditsnya tidak terlalu janggal dan ada hadits lain yang
menguatkannya.

Studi Kasus
1. Jika saya menjadi Rudi saya akan melakukan hal yang serupa dengan Rudi, karena Sudah
menjadi kesepakatan umat Islam, bahwa hadis/sunah menjadi salah satu undang-undang
yang wajib ditaati dan menduduki urutan kedua setelah Al-Qur’an. Tiga fungsi hadits
terhadap Al-Qur’an yaitu Bayān At-Tafsîr (menjelaskan kandungan Al-Qur’an), Bayān At-
Taqrîr (menetapkan dan memperkuat Al-Qur’an) dan Bayān At-Tasyrî (berdiri sendiri dalam
menetapkan hukum).
2. Pernah, saya pernah mencari penjelasan Al-Qur’an dengan hadits. Karena salah satu fungsi
hadis terhadap Al-Qur’an adalah sebagai Bayānut-tafsir, maksudnya hadis berperan sebagai
penjelas terhadap ayat-ayat Al-Qur’an. Fungsi ini yang paling dominan, mengingat di dalam
Al-Qur’an masih banyak ayat-ayat yang bersifat global (mujmal) sehingga perlu diperinci
(tafsil). Ayat-ayat yang masih mutlak, perlu dibatasi (taqyid) dan ayat-ayat yang masih
bersifat umum, perlu dikhususkan (takhsiṣ). Misalnya, perintah mengerjakan shalat, puasa,
zakat dan haji, disyari’atkannya jual beli, nikah, qishas, hudud dan lain sebagainya, tidak
dijelaskan oleh Al-Qur’an secara terperinci, maka yang menjelaskannya adalah hadis Nabi
Muhammad saw. Berikut ini beberapa contoh tentang fungsi hadis sebagai penjelas
terhadap Al-Qur’an (Bayānut- Tafsir).
□ Hadis berfungsi memperinci ayat-ayat yang global (Tafsilul-mujmal).
Dalam surah Al-Baqarah ayat 43 telah dijelaskan tentang kewajiban shalat. Allah swt.
berfirman:

َ ‫ َم َع الرَّا ِك ِع‬-‫ ال َّز َكاةَ َوارْ َكعُوا‬-‫َوَأقِي ُموا الصَّالةَ َوآتُوا‬


﴾٤٣: ‫ين ﴿البقرة‬
Artinya:
“dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang yang rukuk.”
(Q.S. Al-Baqarah/2 : 43)
Perintah shalat dalam surah tersebut masih global (mujmal). Baik perintah shalat
maupun rukuk, keduanya tidak dijelaskan bagaimana cara pelaksanaannya. Karena itu
Rasulullah saw. menjelaskannya dalam bentuk teori (qauliyah) maupun praktek
(fi’liyah). Salah satunya sabda Nabi Saw. ;
‫لُّ ْوا َكمَا‬-‫ص‬
َ ‫ َو‬.... ‫قَال النَّبِ ُّيﷺ‬ َ َ‫َع ْن َأبِى قِالَبَة‬
ٌ -ِ‫ حَ َّدثَنَا َمال‬:‫قَال‬
َ .... ،‫ك‬
)‫صلِّ ْي (رواه البخاري‬ َ ُ‫َراَ ْيتُ ُم ْونِ ْي ا‬
Artinya:
“Abu Qilabah berkata, ‘Malik telah menceritakan kepada kami, ..... Nabi saw. bersabda,
“...dan shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (H.R. Bukhari)
Dengan adanya hadits tersebut, maka menjadi jelas, bagaimana tata cara melaksanakan
shalat, baik jumlah raka’at, lafaz-lafaz yang dibaca maupun gerakan-gerakan yang harus
dilakukannya. Sahabat disuruh mengamati secara langsung tata cara shalat yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad saw.
Pelajaran 12 Mengenal Tokoh-tokoh Hadits

Penilaian Akhir Bab


I. Pilihan Ganda
No. Jawaban No Jawaban
.
1. B 6. E
2. E 7. C
3. A 8. D
4. D 9. D
5. C 10. A

Pembahasan
1. Al-Kutubus-Sittah artinya kitab-kitab hadits yang enam.
Jawaban: B

2. Al-Kutubus-Sittah artinya kitab-kitab hadits yang enam yaitu Bukhari, Muslim, Abu Daud,
Tirmidzi, Nasa’I dan Ibnu Majah.
Jawaban: E

3. Nama lengkap Bukhari adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Al-Mughirah
bin Bardizbah.
Jawaban: A

4. Abu Abdillah lebih dikenal dengan nama Bukhari (putra daerah Bukhara).
Jawaban: D

5. Beliau mendapatkan gelar dari para ulama hadits dengan sebutan “Amirul-Mukminn fi Al-
Hadîs.”
Jawaban: D

6. Kitab Jami’us Şahih yang lebih populer atau dikenal dengan Sahih Muslim.
Jawaban: A

7. Abu Daud lahir di Sijistan tahun 202 H.


Jawaban: C

8. Bukhari dan Tirmidzi adalah putra satu daerah.


Jawaban: D

9. Karya utama Nasa’I adalah Sunan Al-Kubra yang dikenal dengan nama “Sunan An-Nasa’i.
Jawaban: D
10. Sangat gigih dan tekun dalam mempelajari hadits.
Jawaban: A

II. Isian
1. Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah.
2. 13 bulan Syawwal tahun
194 H (810 M).
3. Şaḥiḥ Al-Bukhāri.
4. Putra daerah Bukhara.
5. Sejarah
6. Sunan Ibnu Majah.
7. Abdul Husain Muslim bin Al- Hajāj Al-Qusyairi.
8. Sijistan, negara yang terletak antara Iran dan Afghanistan.
9. Muttafaqun ‘alaih
10. Şaḥiḥ Muslim

III. Uraian
1. kitab Jāmi’uṣ Saḥiḥ, kitab karya imam Bukhari yang lainnya adalah kitab Qadāyaṣ
ṣaḥābah wat tābi’in, At-Tārikhul-kabir, At-Tārikhul- ausāt¯, al-Ādābul-munfarid dan
Birrul-wālidain.
2. Kitab Jāmi’uṣ Saḥiḥ atau yang lebih dikenal Saḥiḥ Al-Bukhāri ini tergolong kitab yang
paling tinggi dalam tingkatan kitab hadis. Berisi kumpulan hadis-hadis sahih yang
dipersiapkan oleh Imam Bukhāri selama 16 tahun. Beliau sangat berhati-hati untuk
memasukkan hadis dalam kitab ini, sehingga sebelumnya beliau menuliskan suatu
hadis selalu salat istikharah terlebih dahulu. Seluruh ulama penjuru dunia, setelah
mengadakan penelitian terhadap sanad-sanadnya mengakui bahwa seluruh sanadnya
adalah tsiqah, kalaupun ada beberapa buah hadis yang dinilai sanadnya lemah, namun
tidak terlalu lemah dan masih termasuk hadis sahih, sesuai dengan pernyataan beliau
sendiri, “Saya tidak memasukkan dalam kitabku ini kecuali hadis yang sahih.” Jumlah
hadis yang ditulis dalam kitab tersebut seluruhnya 8.122 buah, atau hanya 6.397 buah,
bila tanpa pengulangan. Teknis penulisan kitab ini adalah per-bab sesuai dengan tema
dan materi hadis yang akan ditulisnya. Setelah selesai menulis kitab sahihnya, Imam
Bukhari memperlihatkanya kepada Ahmad ibn Hanbal, Ibn Ma’in, Ibn al-Madani, dan
para ulama hadis yang lainnya. Berdasarkan penilaian mereka semua, bahwa hadis-
hadis yang terdapat di dalam kitab Jāmi’uṣ Saḥiḥ kualitasnya tidak diragukan, kecuali 4
buah hadis saja yang memerlukan peninjauan ulang untuk dikatakan sebagai hadis
sahih. Kitab Jāmi’us-Sahih yang populer dengan Sahih Muslim adalah karya utama
Imam Muslim yang disusun selama 12 tahun. Kitab ini disusun dengan tertib,
sistematis, tidak bertukar-tukar dan tidak berlebih dan tidak pula berkurang sanadnya.
Secara global kitab ini tidak ada bandingannya di dalam ketelitian menggunakan isnad.
Menurut peneilaian mayoritas ulama, bahwa kitab Sahih Bukhāri adalah sesahih-
sahihnya kitab hadis dan sebesar-besar pemberi faedah, sedang Sahih Muslim adalah
secermat-cermat isnadnya dan paling sedikit pengulangannya. Sebuah hadis yang telah
diletakkan pada suatu maudū’ (bab/tema), tidak akan dimasukkan lagi di bab yang
lainnya.
Mayoritas ulama juga menilai bahwa kitab Sahih Muslim menduduki posisi kedua
setelah Sahih Bukhari dengan alasan Imam Muslim terkadang mengambil hadis dari Imam
Bukahri, sedang Imam Bukhari tidak pernah mengambil hadis dari Imam Muslim.
Sehubungan dengan kualitas kesahihah kitab Jāmi’us-Sahih ini, Imam Muslim menyatakan,
“ Aku tidak meletakkan suatu riwayat dalam kitabku ini kecuali yang dapat dijadikan hujjah,
dan aku pun tidak menggugurkan suatu riwayat yang ada dalamnya kecuali berdasarkan
hujjah.” Al-Hāfiz Abū ‘Ali An-Naisābūri berkata, “Di bawah kolong langit tidak terdapat
sesahih kitab hadis selain kitab Sahih Muslim ini.” Kitab hadis ini memuat sebanyak 7.273
buah hadis, termasuk dengan yang terulang, atau 4.000 buah hadis tanpa pengulangan.
3. Imam Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’I dan Ibnu Majah
4. Nama lengkap Imam At-Turmuzi adalah Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah bin Musa
bin Adh-Dhahhak as-Sulami Adh-Dharir, At-Turmuzi. Lahir pada bulan Dzulhijjah tahun 209
H./824 M. di kota Turmuz, sebuah kota kecil di pinggir utara sungai Amoderiya, sebelah
utara Iran. Imam Bukhari dan Imam Turmudzi, adalah putra satu daerah, karena Bukhara
dan Turmuz adalah satu wilayah di bawah kekuasaan Warauhan-nahar. Imam At-Turmuzi
dikenal sebagai orang yang cerdas, zuhud, dan juga wara’, Di usia tuanya, beliau mengalami
kebutaan, dan akhirnya wafat dalam usia 70 tahun di Turmuz, kota kelahirannya, pada
malam Senin tanggal 17 Rajab tahun 279 H. /892 M. dan dimakamkan di Uzbekistan.
5. Sunan Ibnu Majah cukup layak menjadi bagian dari kutubus sittah karena kitab tersebut
memberikan banyak zawaid (tambahan) hadits yang memperkaya kelima kitab sebelumnya
(kutubul khamsah). Sedangkan kitab Al-Muwaththa’, hampir seluruh haditsnya telah
termuat dalam kutubul khamsah.

Studi Kasus
1. Sikap Ardi merupakan perilaku tak terpuji, karena tugas merupakan kewajiban yang harus
dikerjakan oleh seorang siswa.
2. Jika saya menjadi Retno saya akan memberikan nasihat kepada Ardi agar mengerjakan
bersama apalagi tugas membuat ringkasan tokoh-tokoh Islam yang menekuni ilmu hadits.
Memberikan motivasi agar ia juga tekun seperti tokoh hadits tersebut. Namun, jika tetap
tidak mau mengerjakan terpaksa saya harus memberikan pengertian kepada Ardi agar ia
tidak memaksa namanya dimasukkan kedalam kerja kelompok karena Ardi tidak
berkontribusi dalam kelompok tersebut.
Penilaian Semester Genap

Penilaian Akhir Bab


I. Pilihan Ganda
No. Jawaban No. Jawaban No. Jawaban No. Jawaban
1. B 11. B 21. E 31. A
2. B 12. C 22. E 32. C
3. B 13. D 23. A 33. D
4. A 14. C 24. D 34. C
5. E 15. B 25. B 35. B
6. D 16. A 26. D
7. E 17. E 27. B
8. E 18. D 28. C
9. A 19. B 29. D
10. B 20. D 30. A

Pembahasan
1. Menurut bahasa hadits artinya baru.
Jawaban: D

2. Hadits adalah ucapan, perbuatan, dan taqrîr Nabi Muhammad Saw. yang berhubungan
dengan hukum merupakan pengertian menurut ahli uşul fiqh.
Jawaban: C

3. Sunnah merupakan sesuatu yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila
ditinggalkan tidak mendapat dosa. Merupakan pengertian dari ahli fiqh.
Jawaban: B

4. Ulama yang membatasi pengertian Sunnah hanya yang terkait dengan masalah hukum saja
adalah golongan ulama uşul fiqh.
Jawaban: A

5. Hadis Qudsi susunan redaksinya dari Allah Swt.


Jawaban: E

6. Hadits yang ditunjukkan oleh perbuatan Nabi Muhammad saw. disebut hadits fi’liyyah
Jawaban: A

7. Salah satu hadits taqrîriyah adalah Nabi Saw. mendiamkan sahabat yang memakan dab
Jawaban: E
8. Hadits tersebut menjelaskan larangan menulis hadits karena khawatir tercampur dengan
ayat Al-Qur’an
Jawaban: D

9. Sahabat Nabi yang rajin menulis Al-Qur’an adalah Abu Hurairah.


Jawaban: B

10. Periode At-Tasabut wal Iqlal min Ar-Riwayah, yakni periode membatasi hadits dan
menyedikitkan riwayat.
Jawaban: D

11. Abu Bakar Ash-Shiddiq, pada masa itu hadits dikumpulkan pada periode pertama.
Jawaban: B

12. Salah satu alasan yang mendorong perlunya membukukan hadits adalah karena
bermunculan hadits maudhū’.
Jawaban: C

13. Orang pertama yang membukukan hadits adalah Ibnu Syihab Az-Zuhri.
Jawaban: D

14. Pada abad ke-3 hijriyah kegiatan takhrîjul hadits atau penyaringan hadits dilakukan oleh
para ulama.
Jawaban: C

15. Jalan yang menghubungkan dengan matan hadits disebut sanad.


Jawaban: B

16. Pernyataan di atas merupakan definisi dari matan hadits.


Jawaban: A

17. Salah satu syarat perawi adalah harus adil.


Jawaban: E

18. Arti dābit adalah kuat ingatannya atau teliti.


Jawaban: D

19. Sebutan lain dari rijālul ḥadîś adalah ruwāt al-ḥadîś


Jawaban: B

20. Riwayat hidup para perawi dibahas dalam ilmu rijālul ḥadîś.
Jawaban: D
21. Hadits yang memerintahkan untuk mendirikan shalat adalah salah satu fungsi hadits
terhadap Al-Qur’an yakni bayan tafsir.
Jawaban: E

22. Memberikan rincian dan penjelasan lebih detail ayat-ayat Al-Qur’an merupakan salah satu
fungsi hadits bayān tafsîr.
Jawaban: E

23. Fungsi hadits untuk memperkuat apa yang diterangkan dalam Al-Qur’an merupakan bayan
taqrîr.
Jawaban: A

24. Hadits di atas merupakan salah satu contoh fungsi hadits sebagai bayān tasyri’
Jawaban: D

25. Pernyataan tersebut merupakan pengertian hadits mutawatir yakni hadits yang
diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang menurut kebiasaannya mustahil untuk
berbohong.
Jawaban: D

26. Maksud dari definisi di atas adalah sepakat untuk tidak berbohong.
Jawaban: D

27. Maksud dari qath’iyul wurūd adalah kebenarannya sangat meyakinkan.


Jawaban: B

28. Ciri-ciri hadits mutawatir adalah atas dasar tangkapan pancaindra.


Jawaban: C

29. Keseimbangan jumlah rawi dalam semua tingkatan pada hadits mutawatir adalah semua
sahabat dan tābi’în.
Jawaban: D

30. Hadits āhad adalah hadits yang rawinya tidak mencapai derajat mutawatir.
Jawaban: A

31. Perbedaan hadits şaḥîh dan ḥasan adalah terletak pada kualitas hafalan perawinya.
Jawaban: A

32. Yang bukan Kutubus Sittah adalah Malik


Jawaban: C

33. Yang bukan Kutubus Sittah adalah musnad Imam Ahmad.


Jawaban: D
34. Yang tidak termasuk kitab karya Bukhari adalah Al-Muwatta’
Jawaban: C

35. Larangan penulisan hadits pada waktu itu adalah karena khawatir bercampur dengan Al-
Qur’an.
Jawaban: B

II. Isian
1. Al-Jadîd (baru), Al-Qarîb (dekat atau baru saja terjadi), Al-Khabar (berita atau informasi
yang oleh seseorang kepada orang lain.
2. Penyaringan hadits
3. Bekas, sesuatu, dampak, pengaruh, peninggalan dan dapat berarti yang dipindah atau
dinukil.
4. dua
5. 3 Hijriyah
6. Sandaran, tempat bersandar, pegangan atau pedoman.
7. Al-Qur’an dan Hadits
8. Mutawatir
9. Kualitas
10. Muttafaqun ‘alaih.

III. Uraian
1. Ada dua pandangan di kalangan para ulama, yaitu:
a. Sebagian ulama berpendapat bahwa hadis, sunnah, khabar, dan atsar adalah sinonim
(murādif), sama artinya. Maka istilah khabar mutawātir dipakai juga untuk hadis
mutawātir, hadiṡun nabawi untuk sunnatun nabawi. Sementara itu, ahli hadis maupun
ahli khabar disebut juga ahli aṡar .
b.Sebagian ulama membedakannya. Secara garis besar hadis bersifat terbatas kepada Nabi
Muhammad Saw., sedang sunnah, khabar dan aṡar lebih umum.
HADIS SUNAH KHABAR AṠAR
Ucapan, Ucapan, Lebih umum Informasi dari
perbuatan, taqrir, perbuatan, taqrir, daripada hadis, para sahabat dan
sifat-sifat atau dan kebiasaan bisa berasal dari tabi’in
2. keadaan Nabi Nabi Muhammad Nabi saw., tetapi
Muhammad saw. saw., baik lebih cenderung
Lebih umum sebelum dan informasi itu
daripada Sunah sesudah diangkat datangnya dari
menjadi nabi. selain Nabi.
Untuk lebih jelasnya, contoh sanad, matan dan rawi hadis dapat dilihat pada hadis berikut ini:
‫لَوالَ اَ ْن‬
ْ :‫قَال‬
َ ‫يﷺ‬ َّ ِ‫ َأ َّن النَّب‬،َ‫رة‬-
َ -‫لَ َمةَ َع ْن اَبِ ْي هُ َر ْي‬- ‫َع ْن ُم َح َّم ٍد َع ْن اَبِ ْي َس‬
)‫صالَ ٍة (رواه الترمذي‬ َ ِّ‫اك ِع ْن َد ُكل‬ -ِ ‫ق َعلى اُ َّمتِ ْي الَ َمرْ تُهُ ْم بِالس َِّو‬ َّ ‫اَ ُش‬
Artinya:
“Dari Muhammad yang diterima dari Abu Salamah yang diterimanya dari Abū Hurairah,
bahwa Rasulullah saw. bersabda, ‘Seandainya jika aku tidak memberatkan terhadap
umatku, niscaya aku suruh mereka untuk bersiwak (menggosok gigi) setiap akan melakukan
salat.” (H.R. At-Tirmidzi)

Sanadnya:

َّ ِ‫َع ْن ُم َح َّم ٍد َع ْن اَبِ ْي َسلَ َمةَ َع ْن اَبِ ْي هُ َري َْرةَ اَ َّن النَّب‬
َ َ‫ي ﷺ ق‬
: ‫ال‬
Matannya:
‫صالَ ٍة‬ ِ ‫ق َعلى اُ َّمتِ ْي الَ َمرْ تُهُ ْم بِالس َِّو‬
َ ِّ‫اك ِع ْن َد ُكل‬ َّ ‫لَ ْوالَ اَ ْن اَ ْن اَ ُش‬
Perawi terakhirnya:
)‫(رواه الترمذي‬
3. Menurut ulama muhaddisin, hadis sahih adalah :
‫ص ُل ال َّسنَ ِد َغ ْي ُر ُم َعلَّ ٍل َوالَ َشا ٍذ‬
ِ َّ‫ضب ِْط ُمت‬
َّ ‫َما نَقَلَهُ َع ْد ٌل تَا ُّم ال‬
Artinya :
“Hadis yang dinukil (diriwayatkan) oleh perawi yang adil, sempurna ingatannya,
bersambung sanadnya, tidak ada ‘illat dan tidak janggal.”
Dengan pengertian tersebut, ada lima syarat yang harus dipenuhi dalam hadis sahih, yaitu :
1) Perawinya adil
Menurut Ibnu San’āni, seorang perawi hadis bisa disebut ādil apabila :
a) Menjaga ketaatan dan menjauhi kemaksiatan kepada Allah swt.
b) Menjauhi dosa-dosa kecil,
c) Meninggalkan perbuatan mubah yang dapat menggugurkan iman kepada qadar dan
menjadikan penyesalan,
d) Tidak mengikuti salah satu mazhab yang bertentangan dengan dasar-dasar syariat.

Sedang Muhyiddin Abdul Hāmid menjelaskan bahwa ādil berarti :


a) Islam.
b) Mukallaf.
c) Selamat dari sebab-sebab yang menjadikan seseorang itu fasik dan cacat
kepribadiannya.
2) Sempurna ingatannya (dabit)
Maksudnya daya ingatannya kuat, dari awal menerima hadis hingga disampaikan
kepada orang lain tidak ada yang lupa. Sanggup dikeluarkan di mana dan kapan saja
dikehendaki. Jika demikian, kedabitannya disebut dābit sadran. Sementara, apabila
keutuhan hadis yang disampaikan itu berdasar pada buku catatan, kedabitannya
disebut dābit kitāban. Adapun perawi yang memiliki sifat ādil dan dābit disebut rawi
siqah (dapat dipertanggungjawabkan).
3) Sanadnya tidak terputus
Maksudnya sanadnya bersambung, tidak ada yang terputus. Karena setiap perawi dapat
saling bertemu dan menerima langsung dari guru yang menyampaikan hadis tersebut.
4) Tidak mempunyai ‘illat
Selamat dari ‘illat (penyakit) hadis, yaitu penyakit samar-samar yang dapat menodai
kesahihan suatu hadis. Misalnya, meriwayatkan hadis secara muttasil (bersambung)
terhadap hadis mursal (gugur seorang sahabat yang meriwayatkannya) atau terhadap
hadis munqati’ (gugur salah seorang perawinya). Demikian juga dapat dianggap ‘illat
hadis, jika ada sisipan dalam matan hadisnya.
5) Tidak janggal
Maksudnya, hadis yang rawinya maqbūl (dapat diterima periwayatannya) tersebut tidak
bertentangan dengan hadis yang diriwayatkan oleh rawi yang lebih rajah (kuat),
disebabkan dengan adanya kelebihan jumlah sanad atau kelebihan dalam kedabitan
rawinya atau adanya segi-segi tarjih yang lainnya.

4. Apabila kita perhatikan secara cermat kandungan surah An-Nahl ayat 44, maka fungsi
sunah/hadis terhadap Al-Qur’an secara umum adalah menjelaskan (At-tabyin). Allah swt.
berfirman:
‫قلے‬
‫نُز َل ِإلَ ْي ِه ْم‬
ِّ ‫اس مَا‬ َ ‫َوَأ ْن َز ْلنَا ِإلَي‬
ِ َّ‫ ِّذ ْك َر لِتُبَي َِّن لِلن‬--‫ك ال‬--ْ ُّ ‫ت َو‬
‫الزبُر‬ ِ ‫بِ ْالبَيِّنَا‬
﴾44: ‫ُون ﴿النحل‬ َ ‫َولَ َعلَّهُ ْم يَتَفَ َّكر‬
Artinya:
“(mereka Kami utus) dengan membawa keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab.
Dan Kami turunkan Az-Zikr (Al-Qur’an) kepadamu, agar engkau menerangkan kepada
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan.” (Q.S.
An-Naḥl/16 : 44)
Dalam ayat tersebut, Nabi Muhammad saw. diberi tugas oleh Allah swt. untuk menjelaskan
kandungan Al-Qur’an kepada manusia, agar mereka dapat memahaminya. Dalam hal ini,
para ulama telah mengadakan kajian terhadap hadis-hadis Nabi saw. dan setidaknya
ditemukan tiga fungsi hadis terhadap Al-Qur’an, yaitu :Menjelaskan Kandungan Al-Qur’an (
‫ان التَّ ْف ِسي ِْر‬
ُ َ‫)بَي‬, Memantapkan kandungan Al-Qur’an ( ِ -‫ان التَّ ْق ِر ْي‬
‫ر‬- ُ َ‫)بَي‬, Berdiri sendiri

dalam menetapkan hukum ( ‫ان التَّ ْش ِري ِْع‬


ُ َ‫)بَي‬
5. Imam Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’I dan Ibnu Majah

Anda mungkin juga menyukai