Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN DUGAAN TINDAK PIDANA KORUPSI DANA BOS

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN BANGGAI

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Perubahan atas


Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi
2. Peraturan Pemerintah nomor 43 Tahun 2018 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan
Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
3. Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.
4. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2022 Tentang Petunjuk Teknis
Pengelolaan dan Bantuan Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia
Dini, Bantuan Operasional Sekolah dan Bantuan Operasional
Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan.
5. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Republik Indonesia Nomor 63 tahun 2022 Tentang Petunjuk Teknis
Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Satuan Pendidikan.
6. Peraturan Sekretaris Jendral Kementrian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset dan Teknologi Nomor 13 Tahun 2022 Tentang Pedoman
Penggunaan Aplikasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Satuan
Pendidikan Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Latar Belakang

Pendidikan adalah bagian tak terpisahkan dari proses menuju kesejahteraan masyarakat,
sehingga korupsi di sektor pendidikan bukan hanya menghambat program penyejahteraan, tetapi
juga menghalangi akses kebutuhan dasar dan mengganggu pemenuhan hak asasi manusia.
Kelompok miskin menjadi yang pertama kali terdampak jika terjadi korupsi.

Sebagai kejahatan luar biasa, penegakan pada korupsi harus dilakukan dengan upaya yang luar
biasa juga oleh aparat penegak hukum. Yang diitunjukkan dengan tindakan preventif yaitu
pencegahan dengan mengawasi penyelenggeraan pemerintah secara berkala dan tindakan
represif yaitu dengan penindakan yang cepat untuk memberikan efek deterrent (pencegahan)
terhadap pelaku mengulangi perbuatan korupsi dan calon pelaku korupsi untuk mencoba.

Untuk itu, demi membantu proses penegakkan dan penanganan kasus korupsi khususnya di
sektor Pendidikan, pengawasan oleh masyarakat memiliki peran penting untuk menjalankan
check and balances penyelenggaraan pemerintahan. Peran masyarakat sendiri diatur dalam
Peraturan Pemerintah nomor 43 Tahun 2018. Dan partisipasi masyarakat dalam pengawasan
pennyelenggaraan pemerintahan tersebut kami wujudkan dengan membuat surat laporan ini.

Kami juga menyampaikan bahwa pada saat pengumpulan data, kami memiliki kesulitan dalam
mendapatkan data primer setiap sekolah, baik jumlah siswa yang telah lulus sekolah pada 2023
dan jumlah riil siswa per-kelas dari setiap sekolah yang mengikuti ujian. Sehingga kami
menggunakan data sekunder berupa akumulasi keseluruhan jumlah siswa melalui website
Dapodik milik Kementrian Pendidikan. Hal ini tentunya akan menyebabkan sedikit perbedaan
data dan hasil analisis yang dilakukan langsung oleh Aparat Penegak Hukum dalam proses
penyelidikan dan penyidikan nantinya.

Meskipun adanya keterbatasan tersebut, tidak merubah keyakinan kami atas dugaan telah
terjadinya tindak pidana korupsi di Dinas pendidikan Kabupaten Banggai. Untuk
menjelaskannya kami jabarkan melalui poin-poin yang ada dibawah ini.
1. Proses Belanja Dana BOS

Dalam Proses Belanja Dana BOS, Sebagaimana Peraturan Sekretaris Jendral Kementrian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nomor 13 Tahun 2022.

1. Satuan Pendidikan harus mengakses terlebih dahulu situs ARKAS (Aplikasi Rencana
Kegiatan dan Anggaran Satuan Pendidikan).
2. Satuan Pendidikan mengisi Kertas Kerja (KK) yang memuat detail perencanaan
anggaran seperti kegiatan, rekening belanja, uraian, dan harga satuan.
3. Satuan Pendidikan mengajukan pengesahan KK kepada Dinas. Dinas melakukan
penelahaan KK yang diajukan oleh Satuan Pendidikan untuk disetujui atau ditolak.
4. Dalam hal KK disetujui maka Satuan Pendidikan dapat melihat status penerimaan
pengesahan KK pada ARKAS.
5. Satuan Pendidikan mengaktivasi Buku Kas Umum (BKU) pada awal bulan berjalan,
dan Setelah dana ditransfer pada rekening satuan Pendidikan.
6. Satuan Pendidikan kemudian melakukan pencatatan realisasi pada menu BKU secara
rutin sesuai dengan pembelanjaan yang dilakukan.
7. Pada tahap Pelaporan dan Pertanggungjawaban Satuan Pendidikan membuat
Rekapitulasi Pembelanjaan/Penggunaan Anggaran Dana BOS setiap tahap Penyaluran,
membuat Realisasi Penerimaan dan Belanja Dana BOS setiap semester, membuat
Surat Pertanggungjawaban Mutlak (SPTJM) BOS Reguler dan BOS Kinerja dan
membuat Rekapitulasi Pembelian Barang Milik Daerah satuan Pendidikan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
8. Pada bagian pelaporan dan pertanggungjawaban, Kepala Satuan Pendidikan
bertanggung jawab sepenuhnya atas kebenaran realisasi dan pengeluaran dana BOS
serta Kebenaran perhitungan dan setoran pajak. Dan bertanggung jawab apabila bukti-
bukti dalam belanja dana BOS tidak benar dan mengakibatkan kerugian daerah.

2. Data Jumlah Sekolah

Berdasarkan Data Pokok Pendidikan situs https://dapo.kemdikbud.go.id/sp/2/180400 yang


kami akses pada tanggal 3 Juli 2023, Jumlah Sekolah, Siswa SD dan SMP di Kabupaten
Banggai adalah sebagai berikut.

Jumlah Jumlah Siswa Jumlah Jumlah Siswa


No Kecamatan
SD SD SMP SMP
1 Luwuk 23 4.506 9 2.157
2 Luwuk Utara 12 1.510 3 474
3 Luwuk Selatan 7 1.681 1 30
4 Luwuk Timur 16 1.321 6 563
5 Toili 27 3.305 13 1.589
6 Toili Barat 21 2.080 9 1.085
7 Moilong 15 1.761 4 642
8 Batui 14 1.863 4 760
9 Batui Selatan 17 1.385 4 566
10 Kintom 13 1.132 3 304
11 Nambo 9 806 2 419
12 Bualemo 29 1.921 7 777
13 Lamala 10 723 4 282
14 Masama 14 971 4 388
15 Balantak 12 637 4 338
16 Balantak Utara 5 501 1 62
17 Balantak Selatan 9 510 3 247
18 Mantoh 9 604 5 319
19 Bunta 22 1.817 6 823
20 Pagimana 34 2.393 9 974
21 Lobu 8 392 2 255
22 Nuhon 21 1.695 5 672
23 Simpang Raya 15 905 3 393
JUMLAH 362 34.419 111 14.119
3. Jumlah Soal Ujian

SD Kelas I berjumlah 12 Lembar Soal, Kelas II Berjumlah 13 Lembar Soal, Kelas III
berjumlah 16 Lembar Soal, Kelas IV Berjumlah 21 Lembar Soal, dan Kelas V Berjumlah 23
Lembar Soal.

SMP

*Untuk lebih Jelasnya sudah kami lampirkan

4. Kronologi Modus Operandi

1. Pada tanggal 6 Juni 2023 Dinas Pendidikan memanggil seluruh kepala sekolah SD dan
SMP se-Kabupaten Banggai untuk kemudian diarahkan melakukan penggandaan soal
ujian ke salah satu usaha percetakan yang direkomendasikan, dalam hal ini adalah Pihak
Ketiga (tanpa melalui proses tender). Adapun harga satuan per-lembar di percetakan
tersebut menggunakan harga tertinggi yaitu Rp 390. Padahal belanja wajar sekolah dalam
RKAS untuk penggandaan soal berkisar diharga 250-300 Rupiah/lembarnya. timbulah
Selisih harga ± 90-140 Rupiah
2. Karena intervensi dari Dinas Pendidikan tersebut, belanja Dana BOS Penggandaan soal
ujian Sekolah yang telah di input kedalam ARKAS dengan harga sebelumnya yaitu 250-
300 Rupiah/Lembarnya menjadi tidak sesuai lagi. Hal ini menyebabkan masalah dalam
laporan pertanggungjawaban sekolah dan menjadi temuan kementrian pendidikan
nantinya. Secara tidak langsung Dinas menyuruh Pihak sekolah untuk mengkorupsi Dana
BOS tersebut.
3. Soal yang dicetak oleh Pihak Ketiga difotocopy secara bolak balik tetapi dengan hitungan
harga yang setara 2 lembar kertas, sehingga jumlah pengeluaran kertas menjadi
berkurang tetapi tidak dengan nilai barang.
4. Dari sini ada indikasi kuat keuntungan yang diperoleh dari persekongkolan (Kolusi)
Dinas Pendidikan dan Usaha Percetakahn bukan hanya dari penggelembungan harga
(Mark-up) tetapi juga dari pengurangan kuantitas barang.

5. Dugaan Nilai Korupsi

Dengan data jumlah sekolah diatas kami mencoba untuk meraih gambaran kasar nilai korupsi
yang diduga dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Banggai.

Jumlah siswa dari kelas I-VI adalah 34.419 siswa, kita asumsikan 16% atau 5.507 dari
jumlah siswa adalah kelas VI yang telah lulus sehingga tidak masuk dalam hitungan
penggandaan soal. Berarti sisanya ± 28.911 adalah siswa kelas I – V. karena jumlah soal
bervariasi untuk setiap kelasmya, kita ambil jumlah soal terendah yaitu Kelas I dengan 12
lembar soal yang berarti total harganya Rp 9.360. jika nilai penggelembungan Rp 140/lembar
maka dalam Rp.9.360 tadi terdapat Rp 3.360 yang diduga dikorupsi pada setiap siswa. Rp
3.360 jika dikali dengan 28.911 jumlah siswa. Maka indikasi nilai korupsi terendah untuk
Sekolah Dasar (SD) mencapai ± Rp 97.140.960.

*Jumlah ini belum termasuk Amplop soal, lembar jawaban SD, jumlah lembar Soal dan jawaban
SMP.

6. Dugaan Pelanggaran Hukum

1. Bahwa apa yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan menyimpang dari Undang-Undang RI
Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 3 ayat (1) “Keuangan Negara
dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis,
efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan”
2. Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah. Baik pada Prinsip-Prinsip Pengadaan, etika pengadaan dan organisasi
Pengadaan
3. Pasal 31 ayat (1) Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2022 yang berbunyi bahwa “Penggunaan Dana BOP
PAUD, Dana BOS, dan Dana BOP Kesetaraan untuk pengadaan barang/jasa
dilaksanakan sesuai mekanisme pengadaan barang/jasa oleh Satuan Pendidikan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pengadaan barang/jasa”
4. Pasal 48 ayat (1) Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2022 yang berbunyi bahwa “Penggunaan Dana
BOS untuk pengadaan barang/jasa dilaksanakan sesuai mekanisme pengadaan
barang/jasa oleh Satuan Pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai pengadaan barang/jasa”
5. Pasal 45 Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2022 yang berbunyi bahwa “.. Pemerintah Daerah dilarang (a)
melakukan pungutan dalam bentuk apapun; (b) melakukan pemaksaan atau mengatur
pembelian barang dan/atau jasa dalam pemanfaatan Dana BOP, PAUD, Dana BOS, dan
Dana BOP Kesetaraan untuk keuntungan pribadi atau keuntungan pihak lain; (c)
memengaruhi dan/atau memerintahkan satuan pendidikan untuk melakukan pelanggaran
ketentuan penggunaan Dana BOP PAUD, Dana BOS, dan Daan BOP Kesetaraan; (d)
menjadi Distributor, pengecer dalam proses pembelian, pengadaan buku, atau barang
melalui Dana BOP PAUD, Dana BOS, dan Dana BOP Kesetaraan; dan/atau (e)
menghambat proses pencairan dan penggunaan Dana BOP PAUD, Dana BOS, dan Dana
BOP Kesetaraan”
6. Pasal 63 Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik
Indonesia Nomor 63 tahun 2022 yang berbunyi bahwa “..Pemerintah Daerah dilarang (a)
melakukan pungutan dalam bentuk apapun; (b) melakukan pemaksaan atau mengatur
pembelian barang dan/atau jasa dalam pemanfaatan Dana BOSP untuk keuntungan
pribadi atau keuntungan pihak lain; (c) memengaruhi dan/atau memerintahkan satuan
pendidikan untuk melakukan pelanggaran ketentuan penggunaan Dana BOSP; (d)
menjadi Distributor, pengecer dalam proses pembelian, pengadaan buku, atau barang
melaluiDana BOSP; dan/atau (e) menghambat proses pencairan dan penggunaan Dana
BOSP.”
7. Bahwa intervensi Dinas Pendidikan dapat mengakibatkan kerugian
negara sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 2 ayat (1), jo
Pasal 18 Undang Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, sebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang Undang RI No. 20 Tahun
2001 tentang Perubahan atas Undang Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.

Anda mungkin juga menyukai