Anda di halaman 1dari 13

PENATAAN KOTA TUA AMPENAN SEBAGAI SENTRA WISATA HERITAGE

KOTA MATARAM DALAM UPAYA KONSERVASI DENGAN METODE


ADAPTIVE RE-USE

Oleh :
Rizky Akbar Satrio Pamungkas – F1E021055

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengutip Hendriyani (2022), menyatakan bahwa MotoGp seri Mandalika atau yang
dalam sebutan kompetisinya yaitu Pertamina Grand Prix of Indonesia yang telah
terselenggara pada tanggal 18 – 20 Maret 2022 memberikan banyak dampak yang sangat
luar biasa. Hal ini dapat disebutkan karena peningkatan dan dampak yang diterima bukan
hanya terasa di provinsi Nusa Tenggara Barat saja, melainkan di daerah-daerah lain juga.
Melanjutkan kutipan dari Hendriyani (2022) bahwa peningkatan sektor ekonomi karena
penyelenggaraan MotoGP di Mandalika terjadi pada multi-sektor terutama yang
didominasi oleh sektor akomodasi, makanan dan minuman meningkat sekitar 22,29%,
transportasi dan pergudangan sekitar 15,36%. Selain itu, dampak yang diterima juga terjadi
pada sektor UMKM lokal dengan berbagai peningkatan pendapatan dari beberapa jenis
UMKM seperti usaha-usaha rumah tangga di bidang kuliner, kriya dan fesyen hingga
menyentuh angka 46%. Dengan berbagai dampak yang telah dirasakan setelah suksesnya
penyelenggaraan Pertamina Grand Prix of Indonesia, Lombok masih memiliki begitu
banyak potensi dalam kepariwisataan yang dapat digali dan dikembangkan lebih maksimal.
Berbagai potensi yang ada dapat kita lihat dari berbagai prestasi yang telah ditorehkan.
Mengutip riset Mastercard-Crescent Rating Global Muslim Travel Index (GMTI) pada
Yulistara (2018), bahwa pada tahun 2018 Indonesia menempati peringkat kedua sebagai
tujuan wisata halal dunia dan dalam studinya bahwa pasar wisata halal yang dikembangkn
ini akan terus bertumbuh pesat. Hal ini juga dapat divalidasi dengan prestasi
membanggakan dari provinsi Nusa Tenggara Barat yang telah meraih penghargaan World
Halal Travel Awards pada tahun 2015 (Yulistara, 2018). Selain itu, Lombok juga masih
memiliki berbagai destinasi wisata alam yang sangat indah yang masih banyak belum
dikembangkan secara maksimal juga. Salah satu potensi yang dimiliki oleh Lombok dan
belum dikembangkan secara maksimal yakni Kota Tua Ampenan yang termasuk dalam 43
kota yang telah ditetapkan sebagai Jaringan Kota Pusaka Indonesia oleh pemerintah (Ihsan,
2019).
Kota Tua Ampenan merupakan bentuk pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah
Belanda pada tahun 1924 sebagai kota pelabuhan (Ihsan, 2019). Mengutip Oktavianti pada
Ihsan (2019) bahwa bangunan-bangunan yang ada pada kawasan Kota Tua Ampenan
difungsikan sebagai gudang dan perkantoran pada masanya. Tetapi bahkan hingga saat ini,
ada beberapa bangunan yang masih berfungsi selayaknya fungsinya pada masa penjajahan
Belanda yang lalu. Kota Tua Ampenan menyuguhkan indahnya situs-situs masa lampau
yang bergaya art deco. Selain itu, Kota Tua Ampenan juga menyediakan indahnya ciri khas
kehidupan multi etnik (Cina, Arab, Melayu dan Bugis). Akan tetapi, segala keindahan yang
ada layaknya keropos tergerus dengan globalisasi. Tidak banyak orang yang ingin dan
mampu menjaga kebudayaan yang ada. Dengan begitu, dibutuhkan upaya konservasi untuk
dapat menjaga segala keindahan situs masa lampau tersebut.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin melakukan sebuah penelitian
berjudul “PENATAAN KOTA TUA AMPENAN SEBAGAI SENTRA WISATA
HERITAGE KOTA MATARAM DALAM UPAYA KONSERVASI DENGAN
METODE ADAPTIVE RE-USE” sebagai salah satu bentuk upaya penulis dalam
mengusahakan konservasi Kota Tua Ampenan. Harapannya, melalui tulisan ini dapat
menjadi rekomendasi bagi pihak-pihak terkait dalam turut serta mengupayakan konservasi
terhadap Kota Tua Ampenan, juga menjadi referensi bagi penelitian-penelitian terkait
selanjutnya.
1.2 Rumusan Masalah
Dengan penjelasan yang telah dipaparkan di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
“Bagaimana upaya konservasi Kota Tua Ampenan agar tetap terjaga nilai heritage-
nya?”
1.3 Tujuan
Penelitian ini ditujukan agar dapat mengetahui rekomendasi langkah dalam upaya
konservasi kawasan Kota Tua Ampenan.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Menjadi rekomendasi pihak-pihak terkait dalam turut serta mengupayakan konservasi
kawasan Kota Tua Ampenan.
2. Menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya atau masyarakat secara umum tentang upaya
konservasi terhadap kawasan Kota Tua Ampenan.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian akan dilakukan di kawasan Kota Tua Ampenan dan situs-situs bangunan tua
yang menjadi subjek penelitiannya.
2.2 Metode Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan penelitian kualitatif deskriptif, yaitu penelitian yang
berfokus pada penjelasan dan penjabaran dari fenomena yang terjadi secara detil dan
menyeluruh (Saryono, 2010).
2.3 Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah observasi, sehingga peneliti akan
mengamati secara menyeluruh subjek penelitian untuk dapat dideskripsikan secara
lengkap dan menyeluruh
2.4 Teknik Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan penulis pada paper ini adalah teknik naratif, yaitu
menganalisis kumpulan deskripsi dari subjek penelitian yang ada lalu disajikan dengan
cara bercerita.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kondisi Eksisting dan Rekomendasi Perlakuan

Gambar 1. Rumah tua 1930-an (kiri) Ruko 1950-an (kanan)

Kondisi bangunan eksisting yang berada di Kota Tua Ampenan sebagian besar
memiliki kondisi yang sudah tidak layak. Hal ini membutuhkan sentuhan perbaikan, misalnya
dengan melakukan upaya restorasi pada rumah tua pada gambar yang kiri untuk dapat
mengganti atap-nya dengan atap baru. Atap yang diganti menggunakan atap dengan teknologi
terkini namun berbentuk mendekati bentuk aslinya.

Gambar 2. Atap bitumen dengan teknologi terbaru

Dengan begitu, bentuk bangunan akan tetap terjaga sebagaimana aslinya. Akan tetapi,
kenyamanan bangunan dapat meningkat dan tersegarkan kembali sesuai dengan kebutuhan dan
kemajuan teknologi yang berkembang pesat saat ini. Selain itu dapat juga diambil langkah
renovasi bangunan pada gambar 1 sebelah kanan di atas. Dengan begitu, bukan hanya
peremajaan ulang pada bentuk bangunan, tetapi juga penyegaran kembali pada aktivitas yang
diwadahi oleh bangunan tersebut. Langkah yang dapat diambil juga yaitu, Adaptive Re-Use
dimana bangunan-bangunan eksisting yang terdapat pada Kota Tua Ampenan sebagian besar
merupakan gudang dan kantor. Sehingga langkah Adaptive Re-Use yang dapat dilakukan juga
berbagai macam bentuknya, dapat dialih fungsikan sebagai restoran, toko, dan lain-lain.

Gambar 3. Wawancara warga setempat

Pada saat mengambil data di lokasi dan subjek penelitian, penulis mewawancarai ketua
RT salah satu bagian dari wilayah Kota Tua Ampenan yang mana beliau memberi informasi
terhadap kondisi eksisting bangunan, antara lain :

Gambar 4. Pemetaan Kondisi Eksisting Bangunan


Pemetaan di atas berdasarkan hasil wawancara bersama ketua RT setempat yang telah
dipaparkan sebelumnya di atas. Bagian berwarna biru merupakan bangunan yang sebagian
besar masih otentik dan belum mendapatkan perlakuan apapun dengan tahun pembangunan
pada kisaran 1915-1930 – an. Selain itu, bagian yang berwarna hijau merupakan bangunan
yang sudah beberapa kali mendapatkan perlakuan untuk tetap menjaga kondisi eksisting-nya
akan tetapi belum maksimal dengan tahun pembangunan pada kisaran 1930-1950. Sedangkan
pada bagian yang berwarna oranye merupakan bangunan yang telah cukup banyak
mendapatkan pelakuan konservasi dan pelestarian. Akan tetapi, terdapat beberapa langkah
yang tidak tepat diambil misalnya mengganti warna cat, menambahkan elemen-elemen yang
murni hanya tambahan bukan untuk fungsional, dan lain-lain, sehingga tingkat otentisitas
bangunan menurun.

Gambar 5. Kondisi Eksisting Pedestrian

Kondisi eksisting pedestrian juga terlihat tidak banyak terurus dan terlihat kurang
diperhatikan. Dengan kondisi kawasan Kota Tua Ampenan merupakan salah satu situs wisata
heritage yang berada di kota Mataram, seharusnya pemerintah juga memperhatikan
kenyamanan pejalan kaki karena biasanya situs wisata heritage banyak dinikmati dengna
berjalan kaki dan memperhatikan serta merasakan suasananya dalam jarak dekat dan dengan
berjalan kaki.
3.2 Rekomendasi Desain Kota Tua Ampenan sebagai Sentra Wisata Heritage Kota Mataram

Gambar 6. Peta Wilayah Kota Tua Ampenan

Wilayah Kota Tua Ampenan memiliki potensi yang sangat baik untuk dapat
memberikan pilihan baru dalam sekian banyak pilihan destinasi pariwisata di pulau Lombok.
Selain itu, Kota Tua Ampenan juga memiliki potensi untuk dapat menjadi sentra wisata
Heritage kota Mataram karena memiliki sejarah yang sangat panjang dan bentuk eksisting yang
cukup mendukung. Hanya saja, memerlukan perlakuan-perlakuan untuk dapat mencapai hal
tersebut.
a. Restorasi
Upaya restorasi dapat dilakukan dalam menghadapi kondisi-kondisi eksisting yang
sudah tidak layak secara fungsional sehingga dapat diremajakan kembali dalam bentuk
yang seperti atau mendekati bentuk aslinya dan fungsi yang juga dikembalikan.
b. Renovasi
Upaya renovasi dapat dilakukan untuk menghadapi bentuk-bentuk bangunan yang
mulai rusak serta fungsi aktivitas bangunan yang sudah jarang digunakan. Misalnya,
bangunan-bangunan yang digunakan sebagai gudang atau kantor pada zaman dahulu,
diubah fungsinya sesuai dengan prinsip Adaptive Re-Use menjadi restoran, toko-toko,
ataupun bangunan-bangunan yang dapat mewadahi aktivitas rekreatif.
c. Revitalisasi
Upaya revitalisasi dilakukan guna mengembalikan aktivitas pada bangunan atau
kawasan yang telah mengalami degradasi melalui intervensi fisik ataupun non-fisik
sehingga dapat hidup kembali terlebih lagi dalam aspek sosial dan ekonomi.
Gambar 7. Peta Rekomendasi Intervensi Wilayah Kota Tua Ampenan

a. Restorasi, Renovasi dan Rehabilitasi


Perlakuan restorasi, renovasi dan rehabilitasi pada bangunan-bangunan di sepanjang
area biru. Dengan begitu, bentuk bangunan dapat dikembalikan sebagaimana aslinya
pada zamannya.

Gambar 8. Pelestarian Kota Tua Semarang


Melihat upaya pelestarian Kota Tua Semarang yang dapat diikuti langkahnya dimana
upaya restorasi, renovasi dan rehabilitasi tidak hanya mengembalikan bentuk bangunan
tetapi juga fasilitas umum yang dapat digunakan pada wilayah kota tua. Walaupun
terdapat beberapa elemen fasilitas umum yang merupakan produk baru pada zaman
sekarang, tetapi dengan pemilihan bentuk yang senada dengan bentuk bangunan
eksistis kota tua justru dapat semakin meningkatkan suasana kota tua menjadi semakin
mendekati suasana aslinya pada zaman dahulu.
b. Perbaikan Fasilitas Umum

Gambar 9. Pedestrian Malioboro Jogja

Pedestrian pada Kota Tua Ampenan sepanjang warna oranye pada gambar 7 dapat
diperbaiki dan dipercantik sebagaimana pedestrian yang berada di Jl. Malioboro,
Yogyakarta. Selain peremajaan ulang pedestrian, fasilitas-fasilitas umum seperti tempat
duduk, tempat parkir, halte kendaraan umum dan lain-lain juga dapat ditambahkan
sehingga pengunjung merasa aman dan nyaman berwisata di Kota Tua Ampenan.
c. Menciptakan Car-free Night

Gambar 10. Itaewon Street, Korea Selatan.

Upaya revitalisasi kawasan Kota Tua Ampenan dapat mengikuti langkah pemerintah
Korea Selatan, dimana wilayah Kota Tua Ampenan (warna oranye pada gambar 7) dapat
dijadikan tempat seperti Itaewon Street. Dimana pada malam hari beberapa ruas jalan ditutup
dari kendaraan umum sehingga dapat digunakan sepenuhnya beraktivitas wisata dengan
berjalan kaki. Dengan begitu, suasana Kota Tua Ampenan sebagai wisata Heritage akan dapat
sangat dinikmati oleh para pengunjung.
BAB IV PENUTUP
Dengan berbagai paparan yang telah dijelaskan di atas, penulis ingin menegaskan
bahwa Kota Tua Ampenan memiliki potensi yang sangat baik untuk dapat diupayakan dan
dilestarikan sebagai sentra wisata Heritage Kota Mataram. Perlu kesadaran dari masyarakat
setempat, pemerintah daerah, akademisi, maupun praktisi untuk dapat peduli dengan Kota Tua
Ampenan sehingga dapat menjaga Kota Tua Ampenan agar tetap lestari situs-situs
bersejarahnya dan agar dapat meningkatkan sosial ekonomi warga setempat.
DAFTAR PUSTAKA
https://kemenparekraf.go.id/berita/siaran-pers-menparekraf-motogp-mandalika-2022-berikan-
multiplier-effect-bangkitkan-ekonomi-tanah-air diakses pada tanggal 15 Juni 2023.

Ihsan, Mohammad, Eli Jamilah Mihardja, dan Fatin Adriati. 2019. Peran Heritage Engineering Dalam
Pembentukan Branding Kota Tua Ampenan. Jakarta : Universitas Bakrie Press

Anda mungkin juga menyukai